PENGETAHUAN
UMUM BIDANG
KESEHATAN
Dr. Retno Suci Fadhillah-SahabatCPNS
Agenda kesehatan Nasional
Kebijakan dasar Puskesmas
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/MENKES/SK/II/2004
PHBS: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
diprakƟkkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseoranŐ͕ keluaƌŐa, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat
◦ Tatanan PHBS
Indikator PHBS
◦ PHBS di Sekolah : ◦ PHBS Rumah Tangga : PHBS di Lingkungan Kerja /Fasilitas Kesehatan /
Tempat Umum
• Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan • Persalinan yang ditolong oleh tenaga
sesudah makan, kesehatan.
• mencuci tangan dengan sabun,
• Mengonsumsi jajanan sehat, • Pemberian ASI eksklusif
• Menggunakan jamban bersih dan sehat • Menimbang bayi dan balita secara • mengonsumsi makanan dan minuman sehat,
berkala
• Olahraga yang teratur
• Cuci tangan dengan sabun dan air bersih • menggunakan jamban sehat,
• Memberantas jentik nyamuk
• Menggunakan air bersih • membuang sampah di tempat sampah, tidak
• Tidak merokok di lingkungan sekolah
• Menggunakan jamban sehat merokok,
• Membuang sampah pada tempatnya, dan
• Memberantas jentik nyamuk
• Melakukan kerja bakti bersama warga • tidak mengonsumsi NAPZA,
lingkungan sekolah untuk menciptakan • Konsumsi buah dan sayur
lingkungan yang sehat
• • tidak meludah sembarang tempat, memberantas
Melakukan aktivitas fisik setiap hari jentik nyamuk dan lain-lain.
• Tidak merokok di dalam rumah
Penanggulangan Narkoba
◦ Rehabilitasi Medis :
◦ Pemeriksaan :Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana kecanduan yang dialami dan adakah efek samping yang muncul. Jika si pemakai mengalami depresi atau bahkan
gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan efek tersebut baru melakukan rehabilitasi.
◦ Detoksifikasi Contohnya, pecandu berat narkoba jenis heroin yang mudah mengalami sakau, dapat diberikan terapi
obat methadone atau naltrexone
◦ Stabilisasi
◦ Tahap rehabilitasi nonmedis
◦ Selain menjalani rehabilitasi medis, pecandu narkoba juga akan mengikuti berbagai macam kegiatan pemulihan secara terpadu,
mulai dari konseling, terapi kelompok, hingga pembinaan spiritual atau keagamaan.
◦ Konseling dapat membantu pecandu narkoba mengenali masalah atau perilaku yang memicu ketergantungannya pada
narkoba. Dengan demikian, pecandu dapat menemukan strategi yang paling tepat untuknya agar terlepas dari belenggu
narkoba.
◦ Sementara itu, terapi kelompok (therapeutic community) merupakan forum diskusi yang beranggotakan sesama pecandu
narkoba. Terapi ini bertujuan agar anggotanya dapat saling memberikan motivasi, bantuan, dan dukungan agar sama-sama
terbebas dari jeratan narkoba.
◦ Tahap bina lanjut (aftercare)
◦ Tahap bina lanjut adalah tahap akhir dari rangkaian rehabilitasi narkoba. Para pecandu narkoba akan
diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Hal ini bertujuan agar mereka bisa
kembali bekerja dan tetap produktif setelah menyelesaikan program rehabilitasi.
◦ Setelah terbebas dari ketergantungan, mantan pecandu narkoba dapat kembali ke masyarakat dan
beraktivitas seperti biasa di bawah pengawasan Badan Narkotika Nasional.
◦ Bantuan rehabilitasi bagi para pecandu narkoba diatur oleh pemerintah dalam Undang-Undang No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib
Lapor Pecandu Narkotika.
◦ Pecandu narkoba wajib melaporkan diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), baik rumah sakit,
puskesmas, atau lembaga rehabilitasi medis, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
◦ Selain melapor ke IPWL, pecandu narkoba juga bisa melapor dengan cara mendaftarkan diri dan
mengisi formulir pada situs resmi Sistem Informasi Rehabilitasi Indonesia (SIRENA) milik Badan Narkotika
Nasional (BNN).
Program KB: KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas
◦ Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma)
dengan cara :
◦ 1) Menekan keluarnya sel telur (ovum)
◦ 2) Menghalangi masuknya sperma ke dalam alat kelamin wanita sampai mencapai ovum
◦ 3) Mencegah nidasi
◦ Tujuan UMUM KB :
◦ Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.
◦ Tujuan khusus
◦ Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
◦ Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
◦ Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
◦
Adapun syarat metode kontrasepsi
yang ideal adalah1 :
Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi yang berat bila digunakan
Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan
Dapat diterima, bukan hanya oleh akseptor tapi juga oleh lingkungan budaya di masyarakat
Terjangkau harganya oleh masyarakat
Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, kesuburan akan segera pulih, kecuali untuk
kontrasepsi mantap
Jenis Kontrasepsi
Kontrasepsi alamiah :Pantang berkala, suhu tubuh basal (STB), metode ovulasi billings (MOB),
simptotermal (STB+Mukosa Servik), senggama terputus, laktasi.
Kontrasepsi barier mekanik :Kondom, diafragma, spermisida, AKDR
Kontrasepsi hormonal :Bentuk pil, suntikan, implant
Kontrasepsi mantap :Tubektomi, vasektomi
Efektivitas Kontrasepsi
Pemilihan Jenis KB
◦ a. Umur ibu kurang dari 20 tahun:
◦ 1) Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.
◦ 2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan
mempunyai kegagalan tinggi.
◦ 3) Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
◦ 4) Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.
◦
◦ b. Umur ibu antara 20–30 tahun
◦ 1) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
◦ 2) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant
atau pil.
◦ c. Umur ibu di atas 30 tahun
◦ 1) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa merupakan pilihan kedua.
◦ 2) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan
dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah
MLA merupakan metode kontrasepsi alamiah yang mengandalkan (rely on)
pemberian ASI pada bayinya. Mekanisme kerjanya, dengan penghisapan ASI
yang intensif secara berulang kali akan menekan sekresi hormone GnRH
sehingga sekresi FHS&LH rendah dan menekan perkembangan folikel di
ovarium dan menekan ovulasi. Efektivitas 2 hamil/100/6bulan.
Kerugian
• Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A • Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
• Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu • Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit radang
kualitas dan kuantitas ASI panggul memicu infertilitas
• Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi) • Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan
• Dapat digunakan sampai menopause
• Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
• Tidak ada interaksi dengan obat-obat menghilang dalam 1 – 2 hari
• Membantu mencegah kehamilan ektopik • Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
• Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur • Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah
melahirkan)
• Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
• Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan
harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
Kontraindikasi AKDR
MUTLAK RELATIF
Conventional Pack : Paket konvensional biasanya berisi 21 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif atau 24 pil aktif dan 4 pil
tidak aktif. Haid terjadi setiap bulan selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif.
Continuous Dosing Or Extended Cycle. :Merupakan pil kombinasi yang berisi 84 pil dengan hormon aktif dan 7 pil dengan hormon tidak aktif. Haid terjadi setiap
empat kali setahun selama seminggu ketika minum pil pada hari ke 4-7 dari pil terakhir yang tidak aktif. Tersedia juga pil KB yang mengandung 28 pil dengan hormon
aktif yang dapat mencegah haid.
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
Monofasik. : Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
Bifasik :Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
Trifasik : Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. 1
kerugian
Keuntungan
◦ Tidak mencegah penyakit menular seksual termasuk Hepatitis
◦ Resiko terhadap kesehatan kecil. B maupun HIV/AIDS.
◦ Memiliki efektifitas tinggi, apabila diminum secara teratur. ◦ Pengguna harus disiplin minum pil setiap hari.
◦ Tidak mengganggu hubungan seksual. ◦ Tidak boleh digunakan pada wanita menyusui.
◦ Siklus haid teratur. ◦ Mahal.
◦ Dapat mengurangi kejadian anemia.
◦ Dapat mengurangi ketegangan sebelum menstruasi (pre
menstrual tension).
◦ Dapat digunakan dalam jangka panjang.
◦ Mudah dihentikan setiap waktu.
◦ Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
◦ Dapat digunakan pada usia remaja sampai menopause.
◦ Membantu mengurangi kejadian kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium,kista ovarium, penyakit radang
panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenorea dan
jerawat.
Kriteria Yang Dapat Menggunakan Pil Kriteria Yang Tidak Dapat Menggunakan Pil
Kombinasi Kombinasi
◦ Kontra indikasi absolute; tromboplebitis atau tromboemboli, riwayat
tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler
◦ Wanita dalam usia reproduksi. atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga
karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium,
◦ Wanita yang telah atau belum memiki anak. diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen,
◦ Wanita yang gemuk atau kurus. perdarahan abnormal genetalia yang tidak diketahui penyebabnya,
adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui
◦ Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui. atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, tumor hati yang ada
sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang
◦ Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas mengandung estrogen.
tinggi.
◦ Kontra indikasi relative; sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau
◦ Wanita pasca keguguran/abortus. ginjal, diabetes gestational atau pre diabetes, hipertensi, depresi,
varises, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut
◦ Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis
menyebabkan anemia. selamakehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu,
◦ Wanita dengan siklus haid tidak teratur. riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang
terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita
◦ Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan DM sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
ektopik, kelainan payudara jinak.
◦ Wanita dengan diabetus melitus
tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan saraf.
◦ Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul,
endometriosis atau tumor jinak ovarium.
◦ Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
◦ Wanita dengan varises vena.
Kontrasepsi Suntik Hormonal
◦ Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh ◦ Gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting,
menggunakan obat yang mengandung estrogen perdarahan memanjang atau lebih sering berdarah (
metrorrhagia ),
◦ Perdarahan yang terjadi lebih ringan
◦ Amenore,
◦ Tidak menaikkan tekanan darah,
◦ Mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala,
◦ Resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika
dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi ◦ Kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan
dalam rahim (AKDR). berat badan.
◦ Selain itu cara Norplant ini dapat digunakan untuk ◦ Timbulnya jerawat.
jangka panjang ( 5 tahun dan bersifat reversibel.
Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu ◦ Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan ke
tahun setelah pengangkatan Norplant, 80 % sampai dalam darah sangat kecil, maka efek samping yang
90 % wanita daat menjadi hamil kembali. terjadi tidak sesering pada penggunaaan KB.
Waktu Pemasangan: Sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari
siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan.
Indikasi Kontraindikasi
Nonkontrasepsi
Kontrasepsi
syarat
Yang sebaiknya tidak menjalani
Umur termuda 25 tahun dengan 4 tubektomi
anak hidup
Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak
Perdarahan vaginal yang belum jelas
hidup
penyebabnya
Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
hidup
Belum memberikan persetujuan tertulis
Pemilihan jenis kontrasepsi
Wanita post partum Wanita pasca abortus