JURNAL
PEMESINAN NONKONVENSIONAL PLASMA ARC CUTTING
Nama : Hendrik
NPM : 20201120010
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi yang digunakan oleh manusia selalu mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan zaman. Perubahan teknologi tersebut semakin hari semakin bertambah canggih
dan semakin kompleks.
Dalam proses pemesinan dikenal 2 jenis proses pemesian, yaitu pemesinan konvensional dan
pemesinan nonkonvensional. Salah satu jenis pemesinan nonkonvensional ini adalah Plasma Arc
Cutting.
Perkembangan dunia industri saat ini tidak terlepas dari peran teknologi yang terus maju dan
berkembang pesat searah dengan perkembangan zaman. Semua jenis material baik logam
maupun nonlogam dapat digunakan oleh industri setelah mengalami berbagai proses pengolahan
seperti; peleburan, pengecoran, pencetakan, pengelasan, perlakuan permukaan, pengerjaan panas,
pengerjaan dingin, pemotongan dan perakitan.
Salah satu proses pengolahan bahan baku industri tersebut yaitu dengan proses pemotongan.
Secara konvensional, proses pemotongan dapat dilakukan dengan mesin bubut, mesin freis,
mesin gerinda dan lain-lain. Selain secara konvensional, proses pemotongan bisa dilakukan
secara nonkonvensional yang memanfaatkan teknologi canggih seperti; Computer Numeric
Control (CNC), Laser Beam Machining (LBM), Plasma Arc Machining (PAM), Abrasive Jet
Machining (AJM), Ultrasonic Machining, Chemical Machining, Electro Chemical Machining,
Electro Discharge Machining, Ion Beam Machining, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Plasma Arc Machining yang merupakan salah satu proses permesinan nonkonvensional yang
memanfaatkan gas yang terionisasi menjadi penghantar listrik dan dialirkan menuju busur
wolfram dengan suhu yang sangat tinggi yang digunakan untuk memotong material yang
umumnya terbuat dari logam.
1. Perumusan Masalah
a. Bagaimana proses terjadinya plasma?
b. Bagaimana Prinsip Kerja proses Plasma Arc Machining ?
c. Ada Berapa Jenis Torch pada Plasma Arc Machining ?
d. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Proses Plasma Arc Machining ?
e. Hal-hal apa saja yang perlu di perhatikan agar proses Plasma Arc Machining dapat beroperasi
dengan efektif ?
2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyebarkan informasi pemesinan nonkonvensional Plasma
Arc Cutting.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Plasma adalah suatu bentuk fase zat ke-4 setelah fase padat, cair, dan gas. Jika ditambahkan
kalor, es akan berubah wujud dari padat ke cair, dan jika diberikan kalor berlebih maka zat cair
tersebut akan berubah menjadi uap. Jika Uap tersebut ditambahkan kalor lagi maka akan
berubah menjadi wujud plasma.
Jika air ditambah sejumlah energi kalor maka air tersebut akan menguap dan mengurai
menjadi dua gas yakni oksigen dan hidrogen(Gambar 1.). Dengan menambah sejumlah energi
lagi pada fase uap air tersebut, akan didapatkan sejenis karakteristik fase yang mudah
terpengaruh terhadap temperatur dan elektrisitas. Proses ini disebut proses Ionisasi, yaitu
terjadinya ion dan elektron bebas melalui atom gas. Jika Keadaan ini terjadi maka fase zat
tersebut telah berubah menjadi Plasma, yang memiliki efek konduktifitas yang sangat tinggi
terhadap listrik karena banyak elektron bebas yang tersebar dan berpotensi untuk menyerap arus
listrik. Fenomena alam yang mengaplikasikan secara langsung pemanfaatan fase plasma ini
dapat dilihat pada fenomena terjadinya petir/halilintar. Banyak prinsip yang mengaplikasikan
konduktifitas yang sangat tinggi pada plasma untuk diterapkan pada material terutama logam.
Contohnya, jika pada sejenis logam tidak efektif mengantarkan arus listrik maka dapat
disimpulkan bahwa jenis logam tersebut berhambatan tinggi. Tegangan listrik yang tinggi
diperlukan untuk memberikan gaya pada elektron-elektron arus listrik untuk dapat melalui jenis
logam yang berhambatan tinggi tersebut, dimana akibat dari penambahan tegangan listrik
tersebut, logam tersebut menjadi panas.
Perkembangan dalam bidang teknologi dewasa ini maju dengan pesat. Berbagai produk
teknologi bermunculan setiap tahunnya bahkan untuk industri elektronika, telekomunikasi
mengalami perkembangan yang sangat cepat. Penggunaan komputer sebagai salah satu
pendukung utama dalam kerja-kerja desain sangat membantu menghasilkan produk yang
inovatif.
Pada umumnya bahan baku teknik diperoleh dari alam yang bersumber dari dalam perut
bumi. Pengolahan bahan-bahan alam tersebut melibatkan berbagai disiplin ilmu yang ada dalam
bidang keteknikan. Bahan baku tersebut diolah dengan berbagai teknologi sehingga dihasilkan
dalam bentuk rod bar, billet, plate dan sebagainya. Untuk proses pembentukan lanjut umumnya
dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin perkakas.
Tuntutan yang tinggi dalam industri manufakturing guna menghasilkan produk yang
berkualitas memicu para industriawan untuk memikirkan bagaimana cara menghasilkan produk
yang memiliki nilai kompetitif yang tinggi, ekonomis, dan handal, guna memenuhi keinginan
persaingan yang semakin tinggi dalam bidang manufakturing. Seringkali bahan logam yang keras
dihasilkan dari proses pengecoran logam, memiliki kondisi permukaan yang kurang sesuai, tidak
rata, dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Bahan logam tersebut memerlukan operasi
lanjut guna membentuk permukaannya agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Pembuatan
komponen-komponen automotif, pesawat aeroangkasa, peralatan medik memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi dan kondisi permukaan yang halus. Pembentukkomponenkomponen
tersebut untuk dalam jumlah yang massal dilakukan dengan metode cetakan.
Operasi pemesinan logam pada umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin
perkakas. Dalam dunia industri permesinan logam pada dasarnya terdiri atas dua konsep dasar
yaitu pemesinan tradisional dan non tradisional. Pada proses pemesinan tradisional benda kerja
yang dimesin umumnya menghasilkan sisa pemotongan yang disebut dengan chip (serpihan).
Proses ini umumnya menggunakan mesin-mesin perkakas seperti mesin bubut, freis, bor, ketam,
gergaji, gerinda, dan lain-lain.
Sedangkan pada pemesinan non tradisional merupakan proses pembentukan logam tanpa
menghasilkan chip (serpihan). Dalam hal ini biasanya menggunakan mesin pemotongan laser,
wire cut, electro discharge machining (EDM), dan lain-lain. Makalah ini akan memaparkan
tentang mesin EDM dalam Teori Pemesinan.
A. Sejarah EDM
Asal mula EDM (Electrical Discharge Machining) adalah pada tahun 1770, ketika
ilmuwan Inggris Joseph Priestly menemukan efek erosi dari percikan arus listrik. Pada tahun
1943, ilmuwan Rusia B. Lazarenko dan N. Lazarenko memiliki ide untuk memanfaatkan efek
merusak dari percikan arus listrik untuk membuat proses yang terkontrol untuk pemesinan secara
elektrik bahan konduktif. Dengan adanya ide tersebut, proses EDM telah lahir. Lazarenko
bersaudara menyempurnakan proses dengan cara menempatkan cairan tidak konduktif di mana
percikan listrik terjadi di antara dua konduktor, cairan tersebut dinamakan dielektrik (dielectric).
Rangkaian listrik yang membuat peristiwa tersebut terjadi digunakan sebagai nama proses ini.
Pada saat ini telah banyak unit EDM yang digunakan lebih maju daripada milik Lazarenko. Pada
saat ini ada dua macam mesin EDM yaitu: EDM konvensional (Biasanya disebut Sinker EDM
atau Ram EDM) dan Wire EDM.
Pengendalian ini biasanya dikenal dengan sebutan tepat waktu dan off time yang
didefinisikan secara literatur waktu yang lebih lama menghasilkan rongga yang lebih mendalam
untuk menciptakan siklus kasar pada benda kerja. Off time adalah periode waktu yang satu
percikan digantikan oleh yang percikan yang lain. Off time yang lebih panjang misalnya,
memungkinkan dielektrik disiram cairan melalui nosel untuk membersihkan puing-puing
terkikis, sehingga menghindari hubungan pendek. Pengaturan ini dapat dipertahankan dalam
mikro detik. Bagian geometri yang khas adalah bentuk 3D yang kompleks sering kali dengan
kecil atau berbentuk sudut aneh, Vertikal, orbital, vectorial, terarah, heliks, kerucut, rotasi,
berputar dan pengindeksan siklus pemesinan juga digunakan.
Proses EDM pada dasarnya digunakan oleh alat pencetak dan industri, namun proses ini
telah menjadi metode yang biasa dipakai untuk membuat prototip dan produksi bagian-bagian
mesin, terutama di ruang angkasa, industri mobil, dan industri elektronik dengan kuntitas
produksi yang cukup rendah.
2. Wire EDM
Wire Cutting EDM adalah jenis permesinan EDM dengan menggunakan sebuah
kawat kecil sebagai pahat, kemudian memakan benda kerja yang diberi cairan dielektrik.
Wire-Cut EDM secara khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang tebal dari bahan
yang keras. Hal ini sangat sulit dikerjakan dengan menggunakan metode permesinan yang
lain.
Bahan kawat yang digunakan pada wire cut ini biasanya tembaga atau kuningan,
Akan tetapi pada akhir-akhir ini kecepatan potong Wire EDM telah bertambah tinggi,
sehingga lebih ekonomis bila menggunakan elektrode graphite. Graphite angstrofine yang
berstruktur padat dapat melakukan pemotongan dua kali lebih cepat daripada jenis graphite
yang lain. Kawat yang dilapisi seng juga dapat meningkatkan kecepatan proses EDM dari
elektrode ini.
Hal ini memungkinkan arus EDM diprogram untuk memotong arus yang tak beraturan
dan juga yang beraturan. Wire-cut menggunakan air sebagai pengantar arusnya dengan
penghambat air dan partikel-partikel elektrik lain yang dikontrol oleh penyaring (filters) dan unit
de-ionizer.
F. Prinsip Kerja
Material removal yang berupa erosi terjadi akibat adanya loncatan bunga api listrik
diantara elektroda dan benda kerja dalam cairan dielektric. Loncatan bunga api listrik terjadi
apabila beda tegangan antara pahat dan benda kerja melampaui “break down voltage” celah
dielektrik. Break down voltage bergantung pada :
1. Jarak terdekat antara elektroda (pahat) dengan benda kerja.
2. Karakteristik tahanan dari cairan dielectric.
3. Tingkat kotoran pada celah diantara elektroda dengan benda kerja.
4. Jenis elektroda yang digunakan
Arus mulai muncul ketika cairan berkurang sifat isolatornya menjadi yang paling kecil.
Beda tegangan mulai menurun.
Panas muncul secara cepat ketika arus listrik meningkat dan tegangan terus menurun
drastis. Panas menguapkan sebagian cairan, benda kerja, dan elektrode, serta jalur discharge
mulai terbentuk antara elektrode dan benda kerja.
Gelembung uap melebar ke samping, tetapi gerakan melebarnya dibatasi oleh
kotorankotoran ion di sepanjang jalur discharge. Ion-ion tersebut dilawan oleh daerah magnet
listrik yang telah timbul. Arus terus meningkat dan tegangan menurun.
Sebelum berakhir, arus dan tegangan menjadi stabil, panas dan tekanan di dalam
gelembung uap telah mencapai ukuran maksimal, dan sebagian logam telah dihilangkan. Lapisan
dari logam di bawah kolom discharge pada kondisi mencair, tetapi masih berada di tempatnya
karena tekanan dari gelembung uap. Jalur discharge sekarang berisi plasma dengan suhu sangat
tinggi, sehingga terbentuk uap logam, minyak dielektrik, dan karbon pada saat arus lewat dengan
intensif melaluinya.
Pada akhirnya, arus dan tegangan turun menjadi nol. Temperatur turun dengan cepat,
tabrakan gelembung dan menyebabkan logam yang telah dicairkan lepas dari benda kerja.
Cairan dielektrik baru masuk di antara elektrode dan benda kerja, menyingkirkan
kotoran-kotoran dan mendinginkan dengan cepat permukaan benda kerja. Logam cair yang tidak
terlepas membeku dan membentuk lapisan baru hasil pembekuan (recast layer) .
Logam yang terlepas membeku dalam bentuk bola-bola kecil menyebar di cairan
dielektrik bersama-sama dengan karbon dari elektrode. Uap yang masih ada naik menuju ke
permukaan. Tanpa waktu putus yang cukup, kotoran-kotoran yang terbentuk akan terkumpul
membentuk percikan api yang tidak stabil. Situasi tersebut dapat membentuk DC arc, yang mana
dapat merusak elektrode dan benda kerja. Urutan waktu ON/OFF adalah satu siklus EDM yang
dapat diulang sampai ribuan kali per detik. Penjelasan di atas hanyalah satu siklus yang muncul
pada satu waktu tertentu. Apabila siklus tersebut dipahami maka akan dapat dikendalikan jangka
waktu dan intensitas dari pulsa ON/OFF yang membuat EDM bekerja dengan baik.
Pelepasan muatan listrik terjadi pada dua permukaan yang terdekat. Ionisasi fluida
dielektrik pada lokasi tersebut merupakan penghantar untuk pelepasan muatan. Pada daerah
tempat terjadinya pelepasan muatan listrik tersebut akan timbul panas dengan temperatur sangat
tinggi sehingga bagian kecil permukaan benda kerja secara tiba-tiba menjadi lebur dan terlepas.
Aliran fluida kemudian membersihkan partikel kecil (serpihan) tersebut. Melepasnya bagian
kecil dari permukaan benda kerja menyebabkan jarak dari elektrode perkakas menjadi lebih jauh,
sehingga bagian lain yang lebih dekat akan mengalami proses yang sama dengan sebelumnya.
Demikian seterusnya sampai semua daerah mengalami pengurangan yang sama. Walupun
pelepasan muatan listrik secara individual melepaskan bagian demi bagian dari bendakerja, tetapi
hal ini terjadi ratusan bahkan ribuan kali per detik sehingga pengikisan secara bertahap akan
terjadi pada semua bagian permukaan dalam daerah celah tersebut.
Dua variabel proses utama dalam EDM adalah arus dan frekuensi pelepasan muatan
listrik. Bila salah satu parameter ini meningkat, maka laju pelepasan material juga akan
meningkat. Kekasaran permukaan juga dipengaruhi oleh arus dan frekuensi. Permukaan akhir
yang paling baik dihasilkan dalam EDM dengan pengoperasian pada frekuensi yang tinggi dan
arus pelepasan muatan listrik yang rendah.
Karena perkakas memberikan penetrasi pada benda kerja, maka ini berarti telah terjadi
proses pemesinan lubang pada benda kerja diluar ukuran perkakas (perkakas tidak menyentuh
benda kerja). Jarak antara perkakas dengan bendakerja pada saat pemesinan lubang terjadi
disebut overcut.
Perlu dicatat bahwa temperatur bunga api yang tinggi tidak hanya menyebabkan
meleburnya bendakerja tetapi juga melebur perkakas, sehingga akan terjadi rongga kecil pada
permukaan yang berhadapan dengan rongga yang dihasilkan pada bendakerja. Keausan perkakas
biasanya diukur sebagai rasio antara material yang dilepaskan pada bendakerja dengan material
yang dilepaskan pada perkakas. Rasio ini berkisar antara 1,0 sampai 100 atau sedikit di atasnya,
tergantung pada kombinasi material bendakerja dengan material elektrode perkakas.
Pemotongan kabel pelepasan muatan listrik (EDWC) sering disebut EDM kabel, adalah
bentuk khusus pemesinan pelepasan muatan listrik yang menggunakan kabel berdiameter kecil
sebagai elektrode untuk memotong benda kerja. Proses pemotongan dalam EDM kabel dilakukan
dengan energi termal dari pelepasan muatan listrik antara kabel elektrode dan bendakerja.
Kendali numerik digunakan untuk mengendalikan gerakan bendakerja selama pemotongan. Pada
saat pemotongan, kabel secara kontinu digerakkan dari satu penggulung ke penggulung yang lain
agar elektrode ke benda kerja selalu dalam keadaan baru dengan diameter konstan, sehingga
celah pemotongan yang dihasilkan tetap sama selama proses berlangsung. Seperti pada EDM,
EDM kabel harus dilakukan dalam media dielektrik. Hal ini dilakukan dengan nosel yang
diarahkan pada antarmuka (interface) perkakas dan bendakerja, atau dengan memendam
bendakerja dalam bak dielektrik.
Diameter kabel berkisar dari 0,003 hingga 0,012 in. (0,076 hingga 0,30 mm),
tergantung pada lebar potongan yang diinginkan. Material yang digunakan untuk kabel adalah
kuningan, tembaga, tungsten, dan molibdenum. Fluida dielektrik yang digunakan adalah air atau
oli yang telah dideionisasi. Seperti pada EDM, pada EDM kabel juga terjadi overcut yang
membuat celah potong (kerf) lebih lebar daripada diameter kabel, seperti ditunjukkan dalam
gambar 11. Overcut ini berkisar dari 0,0008 hingga 0,002 in. (0,020 hingga 0,051 mm).
Untuk mengetahui kecepatan pemakanan material atau Material Removal Rate (MRR),
maka perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
Volume = panjang x lebar x tinggi (mm3)
Waktu = Waktu proses EDM (min)
Untuk mengetahui keausan pahat, dengan mengukur massa elektroda yang hilang selama
proses, yang merupakan selisih massa sebelum dan setelah digunakan. Perhitungan dilakukan
dengan rumus berikut:
Keterangan:
M1 = Massa elektroda sebelum proses
M2 = Massa elektroda setelah proses
M aus = Massa elektroda yang hilang selama proses
T = Waktu selama proses EDM (min)
α = {(d2/2)-(d1/1)}/h = (r2-r1)/h
α = arc tan (r2-r1) / h Keterangan:
d1 = diameter minimum dari tapering yang terjadi d2
= diameter maksimum dari tapering yang terjadi
h = ketebalan lubang pada tapering yang terjadi pada benda kerja
J. Perkembangan Penggunaan EDM
EDM telah berkembang bersama dengan Mesin Bubut, Mesin Frais, dan Mesin Gerinda
sebagai teknologi yang terdepan. EDM terkenal dalam hal kemampuannya untuk membuat
bentuk kompleks pada logam-logam yang sangat keras. Penggunaan yang umum untuk Mesin
EDM adalah dalam pemesinan dies, perkakas potong, dan cetakan (molds) yang terbuat dari baja
yang telah dikeraskan, tungsten carbide, high speed steel, dan material yang lain yang tidak
mungkin dikerjakan dengan cara tradisional (penyayatan). Proses ini juga telah memecahkan
banyak masalah pada pembuatan bahan ”exotic”, seperti Hastelloy, Nitralloy, Waspaloy and
Nimonic, yang digunakan secara luas pada industri-industri pesawat ruang angkasa.
Bagian mesin yang mengandung ukuran-ukuran kompleks dan dinding tipis. Komponen
satelit ini dikerjakan menggunakan Wire Cut EDM dari bentuk solid CAL-4V Titanium,
dikerjakan oleh Numerical Precision, Inc., Wheeling, Illinois
Dengan telah ditemukannya teknologi yang maju tentang keausan elektrode, ketelitian
dan kecepatan, EDM telah mengganti proses pemotongan logam yang lama pada beberapa
aplikasi. Faktor lain yang menyebabkan berkembangnya penggunaan EDM adalah
kemampuannya mengerjakan bentuk tipis, khususnya dalam pengerjaan ketinggian dan
ketirusan. EDM yang menggunakan kawat (Wire EDM) dapat membelah dengan ketinggian 16
inchi (sekitar 400 mm), dengan kelurusan ± 0,0005 inchi (± 0,0125 mm) tiap sisi. Pada waktu
yang lalu, EDM digunakan terutama untuk membuat bagian-bagian mesin yang sulit dikerjakan
dengan proses konvensional. Pertumbuhan penggunaan EDM pada sepuluh tahun terakhir
menempatkan proses pembuatan komponen dirancang menggunakan EDM terlebih dahulu,
sehingga EDM bukanlah pilihan terakhir, tetapi pilihan yang pertama.
Proses EDM telah berubah. Perusahaan-perusahaan yang menggunaan EDM juga sudah
berubah. Perubahan yang sangat berarti adalah:
1. Lebih cepat.
2. Lebih otomatis.
3. Mesin lebih mudah diprogram dan dirawat.
4. Lebih akurat ukurannya.
5. Dapat menggunakan kawat dengan diameter yang lebih kecil pada mesin Wire EDM.
6. Menurunkan biaya operasional. Harga mesin menjadi lebih murah.
7. Dapat menghasilkan permukaan yang lebih halus.
8. Dapat menyayat karbida tanpa ada cacat ketika menggunakan Wire EDM dan Ram EDM.
9. Gerakan kawat EDM dan putaran benda kerja dapat dilakukan secara simultan.
10. Ram EDM tidak memerlukan pembersih benda kerja lain.
11. EDM lebih efektif pada kondisi pembersihan benda kerja dengan tingkat kesulitan tinggi.
12. EDM lebih mudah digunakan. Waktu untuk pelatihan dan pemrograman lebih singkat.
K. Penggunaan EDM
Penjelasan berikut merupakan ringkasan dari karakteristik yang mengharuskan
penggunaan EDM. Disarankan menggunakan EDM jika bentuk benda kerja sebagai berikut.
1. Dinding yang sangat tipis.
2. Lubang dengan diameter sangat kecil.
3. Rasio ketinggian dan diameter sangat besar.
4. Benda kerja sangat kecil.
5. Sulit dicekam.
Disarankan menggunakan EDM jika material benda kerja:
1. Keras.
2. Liat.
3. Meninggalkan sisa penyayatan.
4. Harus mendapat perlakuan panas.
Disarankan menggunakan EDM untuk mengganti proses meliputi:
1. Pengaturan/setup berulang, bermacam-macam pengerjaan, bermacam-macam proses
pencekaman benda.
2. Broaching.
3. Stamping yang prosesnya cepat, (lihat Gambar 22.)
Gambar 22. Proses Stamping
L. Pemilihan Elektrode
Fungsi elektrode adalah menghantarkan tegangan listrik dan mengerosi benda kerja
menjadi bentuk yang diinginkan. Bahan elektrode yang berbeda memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap proses pemesinan. Beberapa akan menghilangkan benda kerja secara
efisien tetapi keausannya tinggi, elektrode yang lain memiliki keausan rendah tetapi kemampuan
menghilangkan material benda kerja sangat lambat. Ketika memilih bahan elektrode dan
merencanakan cara pembuatannya, faktor-faktor berikut harus diperhitungkan:
1. Harga bahan elektrode.
2. Kemudahan pembuatan/membentuk elektrode.
3. Jenis dari hasil yang diinginkan (misalnya kehalusan).
4. Besaran keausan elektrode.
5. Jumlah elektrode yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah benda kerja.
6. Kecocokan jenis elektrode dengan jenis pengerjaan.
7. Jumlah lubang penyemprot (flushing holes), jika diperlukan.
Bahan elektrode dibagi menjadi dua macam, yaitu: logam dan graphite. Pada saat ini ada
lima macam elektrode, yaitu: kuningan (brass), Tembaga (copper), Tungsten, Seng (zinc), dan
Graphite. Selain itu, beberapa elektrode dikombinasikan dengan logam yang lain agar dapat
digunakan secara efisien, yaitu:
1. kuningan dan seng,
2. tembaga dan tellurium,
3. tembaga, tungsten dan perak, serta
4. graphite dan tembaga.
Pada awalnya, kuningan digunakan sebagai elektrode walaupun keausannya tinggi.
Akhirnya, pengguna EDM menggunakan tembaga dan paduannya untuk meningkatkan rasio
keausan. Masalah yang muncul dengan tembaga adalah karena titik cairnya sekitar 1.085° C,
padahal temperatur percikan api pada celah elektrode dan benda kerja mencapai 3.800° C. Titik
lebur tembaga yang rendah menyebabkan keausan yang terlalu tinggi dibandingkan dengan
bagian benda kerja yang bisa dihilangkan. Penelitian menunjukan bahwa elektrode graphite
memiliki laju yang lebih besar dalam menghilangkan bagian benda kerja dibandingkan dengan
keausannya sendiri. Graphite tidak mencair di celah elektrode, pada sekitar temperatur 3.350° C
berubah dari bentuk padat menjadi gas. Karena graphite lebih tahan panas di celah elektrode
dibandingkan dengan tembaga, untuk sebagian besar pengerjaan EDM lebih efisien
menggunakannya. Tungsten memiliki titik lebur setara dengan graphite, akan tetapi tungsten
sangat sulit dibentuk/dikerjakan dengan mesin. Tungsten digunakan sebagai pengerjaan awal,
biasanya berbentuk tabung atau ruji untuk lubang-lubang dan lubang kecil proses gurdi.
Elektrode logam biasanya yang terbaik untuk pengerjaan EDM bagi material yang
memiliki titik lebur rendah seperti: aluminum, copper dan brass. Untuk pengerjaan baja dan
paduannya, elektrode graphite lebih disarankan. Prinsip umum dalam pemilihan elektrode
adalah: elektrode logam untuk benda kerja atau paduan yang memiliki titik lebur rendah, dan
elektrode graphite untuk yang memiliki titik lebur tinggi. Hal tersebut dengan pengecualian
untuk pengerjaan tungsten, cobalt, and molybdenum. Elektrode logam seperti tembaga sangat
direkomendasi karena frekuensi yang lebih tinggi diperlukan untuk mengerjakan benda kerja
tersebut.
Tembaga sebagai elektrode memiliki keuntungan lebih dibandingkan graphite, karena
bentuk keausan ketika digunakan (discharge-dressing) lebih baik. Elektrode ini setelah
digunakan mengerjakan satu benda kerja, sesudahnya dapat digunakan lagi untuk proses
pengerjaan finishing atau digunakan untuk mengerjakan benda kerja yang lain. Gambar 23
adalah gambaran skematik pengerjaan EDM, elektrode yang mendekati benda kerja. Arus yang
tinggi akan menghasilkan percikan yang besar, sehingga menghasilkan bekas berbentuk kawah
yang besar pula (benda kerja kasar).
Gambaran skematik pengerjaan EDM, elektrode yang mendekati benda kerja. Arus yang
tinggi akan menghasilkan percikan yang besar, sehingga menghasilkan bekas berbentuk kawah
yang besar pula (benda kerja kasar).
M. Pembuatan Elektrode
1. Proses Galvano
Kadang-kadang elektrode berbentuk pejal yang besar terlalu berat bagi motor servo, dan
proses pembuatannya terlalu mahal. Pada kasus ini proses Galvano dapat digunakan untuk
membuat cetakan. Cetakan tersebut dilapisi dengan tembaga dengan ketebalan sampai 5 mm.
Tabung tembaga yang telah terbentuk di dalamnya diisi dengan epoxy dan kawat tembaga
dihubungkan dengan elektrode. Elektrode yang telah dibuat kemudian dipasang di mesin EDM.
2. Pembuatan Elektrode pada Umumnya
Ketika elektrode campuran selalu digunakan, campuran 70/30 tungsten dan tembaga
dalam bentuk serbuk dibuat dengan cetakan bertekanan, kemudian disinter di dapur pemanas.
Proses ini dapat menghasilkan elektrode dengan ukuran yang teliti.
3. Pembuatan Elektrode Graphite
Di Amerika, sekitar 85 persen elektrode yang digunakan adalah graphite. Graphite
dikerjakan dengan mesin dan digerinda lebih mudah daripada elektrode logam. Masalah yang
timbul pada waktu mengerjakan graphite adalah kotoran yang dihasilkan. Bahan ini tidak
menghasilkan geram, tetapi menghasilkan debu hitam, apabila debu ini tidak dibersihkan akan
mengotori seluruh ruangan bengkel. Elektrode graphite adalah bahan sintetis dan bersifat abrasif.
Sehingga apabila mengerjakannya di mesin disarankan menggunakan pahat karbida. Ketika
menggerinda elektrode ini, harus menggunakan penyedot debu (vacuum system).
Hal yang sama diterapkan juga ketika dikerjakan di Mesin Frais. Mesin Frais yang
digunakan harus tertutup rapat. Graphite adalah bahan yang berpori, sehingga cairan dapat
masuk ke dalamnya yang menyebabkan menjadi tidak murni. Untuk memurnikannya dilakukan
dengan cara memanaskan elektrode tersebut ke dalam dapur pemanas selama satu jam pada
temperatur 250 F (121°C). Dapat juga elektrode tersebut dikeringkan pada udara panas.
Elektrode tidak boleh dikeringkan menggunakan pemanas microwave. Apabila elektrode yang
berpori digunakan, seharusnya dalam keadaan yang tidak lembab (basah). Kelembaban yang
terjebak di dalam elektrode akan menimbulkan uap ketika proses pengerjaan EDM dan merusak
elektrode.
Penyayatan finishing menggunakan arus kecil, sehingga permukaan benda kerja halus.
Ketika arus yang digunakan relatif kecil, percikan api (sparks) yang dihasilkan kecil, sehingga
kawah pada benda kerja kecil, sehingga permukaan yang dihasilkan halus. Menggunakan arus
yang kecil pada proses finishing akan memperlama proses pemesinan, tetapi menghasilkan
permukaan yang halus, (Gambar 24).
Pada waktu menggunakan arus yang sangat kecil (dengan waktu yang pendek dan arus
rendah) ke pemukaan benda kerja, mesin EDM dapat menghasilkan permukaan benda kerja
seperti cermin. Mesin yang memiliki kemampuan mengorbitkan elektrode dapat membantu
membuat produk yang sangat halus permukaannya dengan memutar elektrode. Beberapa mesin
yang dapat memutar elektrode (dengan jalur orbit) dapat diprogram, sehingga arus akan menurun
secara bertahap sampai memproduksi permukaan seperti cermin tercapai. Benda kerja yang
dihasilkan pada proses EDM adalah gambaran/cerminan dari elektrode yang digunakan. Apabila
elektrodenya tidak bagus misalnya ada cacat di permukaannya, maka benda kerja yang
dihasilkan juga akan ada cacatnya. Elektrode yang kasar permukaannya akan menghasilkan
permukaan benda kerja yang kasar pula. Semakin halus struktur butiran bahan elektrode, akan
menghasilkan permukaan benda kerja yang lebih halus.
3. Penyelesaian Setara Cermin (Mirror finishing)
Pengontrolan cairan dielektrik dapat memperbaiki kehalusan permukaan hasil proses
EDM secara nyata. Beberapa mesin EDM menggunakan cairan dielektrik khusus untuk proses
finishing sehingga menghasilkan permukaan seperti cermin dengan kehalusan permukaan kurang
dari Rmax l7 μm. Beberapa mesin memiliki dua tangki cairan dielektrik, satu untuk proses
pengasaran (roughing) dan semi finishing dan yang satu untuk proses finishing sampai
permukaan benda kerja seperti cermin hasilnya.
Beberapa perusahaan pembuat EDM telah menemukan bahwa menambah bubuk silicon,
graphite, atau aluminum pada cairan dielektrik, dapat menghasilkan kehalusan permukaan yang
sempurna.
M. Aplikasi EDM
1. Prototipe produksi
Proses EDM ini paling banyak digunakan oleh alat pembuatan cetakan dan industri, tetapi
menjadi metode umum untuk pembuatan dan produksi prototipe bagian atau spare part terutama
di kedirgantaraan, mobil dan industri elektronik di mana jumlah produksi relatif rendah. Dalam
EDM setempel, sebuah grafit, tungsten atau murni tembaga, tembaga elektroda mesin yang
diinginkan (negatif) bentuk dan dimasukkan ke dalam benda kerja di ujung ram vertikal.
2. Membuat Koin Mati
Membuat koin mati. Untuk penciptaan koin misalnya untuk memproduksi perhiasan dan
lencana oleh uang logam (stamping) proses, master positif dapat dibuat dari perak murni, karena
(dengan mesin yang sesuai pengaturan) master tidak secara signifikan terkikis dan hanya
digunakan sekali. Mati negatif yang dihasilkan kemudian dikeraskan dan digunakan dalam
sebuah drop palu untuk memproduksi dicap flat dari guntingan kertas kosong dari perunggu,
perak, atau emas bukti paduan rendah.
Untuk lencana flat ini dapat dibentuk lebih lanjut ke permukaan melengkung mati lain. Jenis
ini biasanya dilakukan EDM terendam dalam minyak berbasis dielektrik. Objek yang sudah
selesai dapat lebih disempurnakan oleh keras (gelas) atau lunak (cat) enameling dan electroplated
dengan emas murni atau nikel. Bahan lembut seperti tangan perak dapat diukir sebagai perbaikan
lencana benda mati di bawah, di sebelah kiri jet minyak (minyak telah dikeringkan). Awal
stamping datar akan “dapped” untuk memberikan permukaan melengkung.
3. Lubang Pengeboran Kecil
Lubang pengeboran kecil EDM untuk pengeboran lubang kecil yang digunakan untuk
membuat lubang pada benda kerja di benang yang akan digunakan untuk kawat di EDM
Wirepotong mesin. Pengeboran lubang kecil kepala sudah terpasang pada mesin potong kawat
dan memungkinkan piring mengeras besar sudah selesai mengikis bagian dari mereka yang
diperlukan dan tanpa pra-pengeboran. Ada juga yang berdiri sendiri pengeboran lubang kecil
dengan mesin EDM x – y sumbu juga dikenal sebagai seorang super lubang bor atau mesin dapat
Popper yang buta atau melalui lubang.
EDM Drills membuat lubang dengan panjang tabung kuningan atau tembaga elektrode
yang berputar pada chuck dengan aliran konstan suling atau air deionized yang mengalir melalui
elektroda sebagai agen pembilasan dan dielektrik. Tabung elektroda beroperasi seperti
kawatkawat di potong mesin EDM, memiliki celah elektroda dan mengenakan tarif.
Beberapa lubang kecil pengeboran EDM mampu mengebor melalui 100 mm yang lembut
atau melalui baja dikeraskan dalam waktu kurang dari 10 detik, rata-rata 50% sampai 80%
memakai angka. Lubang 0,3 mm menjadi 6,1 mm dapat dicapai dalam operasi pengeboran ini.
Elektroda kuningan lebih mudah untuk mesin tetapi tidak dianjurkan untuk memotong
kawatoperasi karena menyebabkan erosi partikel kuningan “kuningan di kuningan” kawat
kerusakan, karena itu dianjurkan tembaga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Plasma merupakan bentuk ke-4 fase suatu benda selain padat, cair, dan gas yang didapatkan
dari pemanasan lanjut dari suatu uap ke tahap yang lebih superheated dimana pada fase ini
bersifat sangat konduktif terhadap listrik. 2. Prinsip dasar Plasma Arc Cutting adalah adanya
busur wolfram (arc) terbentuk di antara elektroda dan benda kerja dari hasil reaksi ionisasi listrik
terhadap gas potong yang sangat konduktif. 3. Plasma Arc Cutting terbagi menurut jenis
alirannya menjadi Turbulent mode dan Laminar mode; sedang menurut jenis torchnya dibagi
menjadi Transfer Arc dan Non-Transfer Arc, dimana pada Non-Tranfer Arc dibagi lagi menjadi
Air Injection Plasma Torch, Water Injection Plasma Torch, Oksigen Injection Plasma Torch, dan
Dual Injection Plasma Torch. 4. Kelebihan dari Plasma Arc Cutting yaitu; dapat memotong
berbagai logam, mampu memotong logam yang tebalnya 150 mm dan mudah dioperasikan.
Sedang kekurangannya yaitu; memiliki HAZ yang luas, hasil akhirnya disekitar permukaan
pemotongan kasar, susah untuk mendapatkan titik fokus pemotongan yang tajam serta berasap
dan bising. 5. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain; HAZ 0,75-5 mm, tekanan gas yang
dianjurkan 1 – 1,4 MPa, jarak harus konstan antara torch dan benda kerja, peralatan keselamatan
bagi operator (sarung tangan, penutup telingga, kacamata pelindung, jaket, sepatu , dll), operator
harus ditraining dahulu, harus dihindari percikan, panas, bising dari plasma
Secara garis besar melihat dari beberapa faktor yang telah dijelaskan di atas maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. EDM adalah sebuah mesin dengan metode untuk menghilangkan bahan oleh serangkaian cepat
lengkung berulang lucutan listrik di antara elektroda (alat potong) dan bagian pekerjaan, di
hadapan medan listrik.
2. Pada saat ini ada dua macam mesin EDM yaitu: Stempel EDM (Biasanya disebut Sinker EDM
listrik didekatkan ke benda kerja (elektrode positif mendekati benda kerja/turun). Di antara dua
elektrode ada minyak isolasi (tidak menghantarkan arus listrik), yang pada EDM dinamai cairan
dielectric. Walaupun cairan dielektrik adalah sebuah isolator yang bagus, beda potensial listrik
yang cukup besar menyebabkan cairan membentuk partikel yang bermuatan, yang menyebabkan
tegangan listrik melewatinya dari elektrode ke benda kerja. Dengan adanya graphite dan partikel
logam yang tercampur ke cairan dapat membantu transfer tegangan listrik dalam dua cara:
partikel-partikel (konduktor) membantu dalam ionisasi minyak dielektrik dan membawa
tegangan listrik secara langsung, serta partikel-partikel dapat mempercepat pembentukan
tegangan listrik dari cairan. Daerah yang memiliki tegangan listrik paling kuat adalah pada titik
di mana jarak antara elektrode dan benda kerja paling dekat.
B. Saran
1. Sebelum mengoperasikan mesin EDM kita harus mengenalnya terlebih dahulu.
2. Seharusnya kita mengetahui dan memahami komponen-komponen mesin EDM sebelum
menggunakannya.
3. Menaati prosedur-prosedur dalam menggunakan mesin EDM.
DAFTAR PUSTAKA
http://sobronlubis.blogspot.com/2013/05/aplikasi-electrical-dischargemachining.html
(Diakses 12 November 2014)
http://endriagussetyo.blogspot.com/2011/03/teori-pemesinan-edm-electrical.html
Bagiasna, Komang, & Yuwono, Sigit, “Proses – Proses Non Konvensional”, Diktat Kuliah,
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, ITB [2].E. Paul DeGarmo, J.T. Black,