PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN KLINIK DAN KONSELING TMAL
Penuntun belajar keterampilan klinik dan konseling tubektomi pada pelatihan ini, dirancang untuk
membantu peserta mempelajari langkah-langkah atau kegiatan yang meliputi :
Konseling umum
Konseling sebelum dan pascapelayanan
Penuntun praktek merupakan kegiatan atau langkah klinik pokok dalam prosedur tubektomi:
o Penuntun Praktek TMAL masa Interval
o Penuntun Praktek TMAL Pascapersalinan
o Penuntun Praktek TMAL teknik “R”
Setiap penuntun belajar berisi langkah-langkah atau kegiatan yang dilakukan oleh konselor dan
klinisi pada waktu memberikan pelayanan tubektomi. Kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan
informasi yang terdapat dalam buku rujukan dan slide / video pelatihan. Penuntun ini memudahkan
peserta untuk mempelajari informasi yang penting.
Peserta tidak diharapkan dapat melakukan semua langkah atau kegiatan dengan benar pada pertama
kali mereka mempraktek- kannya. Penuntun belajar ini ditujukan untuk :
Membantu peserta mempelajari langkah-langkah dengan benar dan berurutan sesuai dengan apa
yang akan dilakukan (skill acquisition)
Menilai kemajuan peserta secara bertahap sampai peserta memperoleh kepercayaan diri dan
keterampilan (skill competency)
Sebelum menggunakan Penuntun Belajar Keterampilan Klinik dan Konseling, pelatih akan
membahas langkah tersebut bersama seluruh peserta tentang kegiatan konseling dan langkah klinik
tubektomi dengan menggunakan video dan slide. Setelah itu setiap peserta akan mendapat
kesempatan untuk memperhatikan peragaan konseling dan langkah klinik tubektomi dengan
menggunakan model anatomi atau mengamati prosedur yang dilakukan pada klien di klinik.
Selanjutnya peserta akan dibagi dalam kelompok kecil untuk mulai praktek dan saling menilai
kinerja masing-masing sehingga setiap peserta akan menjadi akrab dengan kegiatan konseling dan
langkah klinik tubektomi.
Penggunaan penuntun belajar dan praktek secara terus menerus memungkinkan setiap peserta
untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki.
Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi
antara peserta dan pelatih (bimbingan dan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini,
adalah penting bagi peserta dan pelatih untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai
contoh, sebelum peserta melakukan langkah klinik tubektomi pertama-tama pelatih atau salah satu
peserta harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan
membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan dalam alih keterampilan, segera setelah
langkah klinik selesai, pelatih harus membahasnya kembali dengan peserta. Tujuan pembahasan
ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai
dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap dan keterampilan) pada
pelatihan selanjutnya.
Penuntun belajar dan praktek, digunakan untuk akuisisi dan alih keterampilan klinik, oleh karena
itu penilaian kinerja harus dilakukan secara cermat dan obyektif.
Kinerja peserta pada setiap langkah klinik, akan dinilai oleh pelatih berdasarkan tiga kriteria
sebagai berikut:
Selanjutnya, kegiatan praktek dalam kelas akan menggunakan penuntun praktek pada model
anatomi (penguasaan langkah pokok dan kinerja, dapat dirujuk ke penuntun belajar yang rinci).
Pada tahap ini peserta dibagi dalam kelompok, dimana seorang peserta melakukan praktek prosedur
klinik dan peserta lain melakukan penilaian pada setiap langkah yang dilakukan pasangannya.
Pelatih kemudian berkeliling untuk melihat kemajuan belajar dan menilai apakah peserta dapat
mengikuti tiap langkah berdasarkan penuntun dalam pengembangan keterampilan yang ada.
Setelah peserta menguasai langkah rinci, kemudian mereka mulai menggunakan Penuntun
Praktek Keterampilan Klinik dan Konseling Tubektomi. Penuntun ini ditekankan hanya pada
langkah-langkah penting dari seluruh langkah yang ada (Penuntun belajar praktek ini sama dengan
Daftar Tilik Keterampilan Klinik dan Konseling yang akan digunakan oleh pelatih untuk menilai
kinerja setiap peserta pada akhir pelatihan).
Bila peserta telah yakin dapat melakukan tindakan dengan menggunakan model, mereka dapat
menggunakan penuntun praktek untuk menilai (sebagaimana dalam langkah rinci) peserta lainnya.
Pengalaman praktek merupakan bahan diskusi pada pertemuan pasca praktek, sebagai persiapan
sebelum praktek klinik.
Pada praktek klinik dengan klien, peserta kembali berpasangan. Disini seorang peserta melakukan
prosedur klinik Tubektomi, peserta lain menilai dan mencocokkan dengan langkah (mengingatkan
tahapan penting) di dalam penuntun praktek. Selama kegiatan praktek klinik, pelatih harus
mendampingi peserta yang baru pertama kali melakukan praktek klinik dengan klien. Setelah
berjalan dengan baik dan aman, pelatih mengamati kinerja setiap kelompok, untuk menilai kinerja
dan kelancaran prosedur klini.
Ingat: Tujuan pelatihan ini adalah bahwa pada akhir pelatihan setiap peserta dapat melakukan
setiap langkah klinik dengan benar dan aman pada klien
-o-
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN KONSELING TUBEKTOMI
(Digunakan oleh Peserta)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1 - Perlu perbaikan Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dilaksanakan
2 - Mampu Langkah-langkah telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya, tetapi penggunaan waktunya belum efisien
3 - Mahir Langkah-langkah telah dilakukan dengan benar, sesuai dengan
urutannya dan waktunya sangat efisien
-o-
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN KLINIK TMAL MASA INTERVAL
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1 - Perlu perbaikan Langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya atau ada langkah yang tidak dilaksanakan
2 - Mampu Langkah-langkah telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya, tetapi penggunaan waktunya belum efisien
3 - Mahir Langkah-langkah telah dilakukan dengan benar, sesuai dengan
urutannya dan waktunya sangat efisien
c. Operator
1. Pakai atribut kamar operasi, kemudian periksa ulang tanda vital klien
2. Cuci tangan hingga siku dengan sabun dan air mengalir, kemudian
bilas dengan alkohol-gliserin
3. Keringkan tangan dengan handuk steril, pakai gaun operasi dan sarung
tangan steril
B. Aseptik-Antiseptik
1. Oleskan larutan antiseptik (povidon iodin) dengan cunam dan kasa
steril secara rotasi (searah jarum jam) mulai dari titik tengah (3 sm dari
tepi atas simfisis) meluas ke tepi lateral perut bawah, lipat paha dan
genitalia eksterna (ulangi sekali lagi)
2. Buang kasa bekas pakai pada tempat yang telah disediakan
3. Persempit lapangan operasi dengan kain penutup steril (berlobang).
Pasang sarung kaki, tautkan kain penutup dengan sarung kaki dan
pakaian operasi klien
C. Anestesi Lokal Dan Membuka Dinding Perut
1. Minta semprit 10 ml berisi lidokain 1%, beritahu klien akan dilakukan
anestesi lokal (lakukan komunikasi alih nyeri/verbokain)
2. Tusukkan jarum pada kulit di titik yang telah ditentukan dan suntikkan
0,5 ml lidokain 1% hingga timbul benjolan pada kulit
3. Regangkan kulit ke kiri dan kanan, tusukkan jarum ke sepanjang
subkutis kanan hingga seluruh panjang jarum. Sambil ditarik ke arah
operator, infiltrasikan 2 ml lidokain 1%
4. Perhatikan agar ujung jarum tidak tercabut, kemudian rubah posisi
jarum (balikkan) ke arah kiri dan tusukkan ke sepanjang subkutis kiri
(ke arah operator) hingga seluruh panjang jarum. Sambil menarik
jarum, infiltrasikan 2 ml lidokain 1%
-o-