Anda di halaman 1dari 22

Koperasi Simpan Pinjam: Pengertian dan

Perhitungan Bunga
Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa koperasi simpan pinjam adalah pilihan kedua bagi
masyarakat untuk mendapatkan pinjaman dana. Dengan persyaratan pengajuan pinjaman bank
yang cukup banyak dan ada peluang untuk tidak disetujui, sebagian orang memilih untuk
mendapatkan dana tersebut dari koperasi simpan pinjam. 

Selain mendapatkan dana pinjaman, orang-orang juga bisa menikmati imbal hasil dengan
menyimpan dana yang dimilikinya di koperasi simpan pinjam. Dalam hal ini, koperasi simpan
pinjam memiliki prinsip sama seperti bank, yaitu memberikan imbal hasil berupa bunga
koperasi simpan pinjam setiap bulan.

Dengan adanya koperasi ini, pilihan orang-orang dalam meraih dana pinjaman menjadi lebih
beragam. Namun, hadirnya koperasi simpan pinjam juga perlu diwaspadai. Kenapa? Ada
banyak kasus penipuan berkedok koperasi yang akhir-akhir ini mungkin sering kamu dengar.

Kasus penipuan berkedok koperasi ini biasanya menggunakan modus iming-iming imbal hasil
atau bunga koperasi simpan pinjam tinggi bagi yang mendaftarkan diri sebagai anggota dan
menyetorkan dananya. Biasanya oknum koperasi menyebut setoran dana ini sebagai investasi.

Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud koperasi simpan pinjam tersebut? Apakah konsepnya
sama seperti koperasi lainnya? Atau malah lebih mirip dengan bank atau lembaga keuangan
lainnya? Apakah aman atau malah berbahaya?

Apa yang Dimaksud Koperasi Simpan Pinjam?


Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 menjelaskan mengenai apa yang dimaksud koperasi
simpan pinjam. Berdasarkan undang-undang tersebut, koperasi simpan pinjam adalah
koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha.

Pendirian koperasi simpan pinjam wajib mendapat izin dari Kementerian Koperasi dan UKM.
Izin tersebut bisa diperoleh apabila koperasi sudah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan,
yaitu pengesahan Akta Pendirian Koperasi Simpan Pinjam dan anggaran dasar. Koperasi yang
telah memperoleh izin kemudian dimasukkan ke dalam Data Koperasi oleh pihak Kementerian
Koperasi dan UKM. 

Jadi, koperasi simpan pinjam itu hampir mirip dengan bank, ya? Memang, meskipun koperasi
simpan pinjam terkesan mirip dengan bank, pada dasarnya keduanya memiliki tujuan pendirian
yang berbeda. 

Koperasi simpan pinjam didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya. Sementara bank cenderung punya tujuan untuk mencari keuntungan.
Koperasi simpan pinjam diizinkan untuk memperluas jaringannya. Jaringan layanan yang
dimaksud, yaitu:

 Kantor cabang
 Kantor cabang pembantu
 Kantor kas

Keberadaan koperasi simpan pinjam di Indonesia tentunya tidak lepas dari sejarah lahirnya
koperasi sendiri. Keberadaan koperasi di Indonesia merupakan buah gagasan Wakil Presiden
Mohammad Hatta yang ingin pembangunan ekonomi Indonesia dilaksanakan dengan berasaskan
kekeluargaan. Gagasan koperasi ini muncul setelah Hatta melihat sendiri bagaimana koperasi
bekerja di Denmark.

Pengertian koperasi kemudian dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012.


Menurut Undang-undang tersebut, koperasi adalah badan hukum yang didirikan perseorangan
atau badan hukum dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal buat
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial,
dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip pendirian.

Dalam undang-undang tersebut, pembagian jenis-jenis koperasi juga diatur, yang terbagi
menjadi:

 Koperasi konsumen 
 Koperasi produsen
 Koperasi jasa
 Koperasi Simpan Pinjam

Kegiatan-kegiatan Legal Koperasi Simpan Pinjam 


Dalam pelaksanaannya, koperasi simpan pinjam harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
telah diatur dalam Undang-undang jika ingin kegiatannya disebut legal. 

Kegiatan-kegiatan legal koperasi simpan pinjam adalah:

 Menghimpun dana dari para anggota.


 Menyalurkan pinjaman ke anggota yang mengajukan.
 Menempatkan dana di koperasi sekunder.

Koperasi simpan pinjam sekunder adalah koperasi yang beranggotakan beberapa  koperasi
lainnya. Kegiatan yang dijalankan koperasi simpan pinjam sekunder kurang lebih sama dengan
yang dijalankan koperasi simpan pinjam pada umumnya. Bedanya, koperasi simpan pinjam
sekunder dilarang memberikan dana pinjaman ke perorangan.
Sumber Modal Koperasi Simpan Pinjam
Modal yang dimiliki koperasi simpan pinjam adalah wajib disediakan sendiri dan dapat pula
ditambah dengan modal penyertaan. Jumlah modal yang disediakan ini tidak boleh berkurang
dari jumlah awalnya.

Koperasi juga diperbolehkan menghimpun modal pinjaman yang berasal dari:

 Anggota
 Koperasi lainnya dan atau anggotanya
 Bank dan lembaga keuangan lainnya 
 Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya
 Sumber lain yang sah.

Kewajiban-kewajiban Koperasi Simpan Pinjam


Dalam menjalankan kegiatannya, koperasi simpan pinjam juga perlu memperhatikan beberapa
hal yang menjadi kewajibannya. Kewajiban koperasi simpan pinjam adalah: 

 Wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.


 Harus benar-benar yakin dengan kemampuan anggotanya dalam melunasi pinjaman
sesuai perjanjian.
 Harus menjalankan cara yang gak merugikan dalam urusan pemberian pinjaman.
 Harus memberi informasi kemungkinan risiko kerugian penyimpanan.
 Tidak boleh melakukan investasi usaha ke sektor riil.
 Dana yang dihimpun koperasi simpan pinjam dari anggota harus disalurkan dalam bentuk
pinjaman ke anggota.
 Wajib menjamin simpanan para anggotanya.

Deputi Bidang Pengawasan di Kementerian Koperasi dan UKM adalah pihak yang berwenang
dalam mengawasi kegiatan koperasi simpan pinjam. Deputi ini juga yang menjamin kegiatan
yang dilakukan koperasi simpan pinjam berjalan sesuai dengan peraturan.

Contoh Koperasi Simpan Pinjam


Ada banyak sekali contoh koperasi simpan pinjam dalam kehidupan kita sehari-hari, antara
lain:

KUD (Koperasi Simpan Pinjam Unit Desa)

KUD adalah jenis koperasi yang dikelola oleh pedesaan yang mempunyai fungsi untuk
memenuhi kebutuhan anggota masyarakat di pedesaan tersebut.

KSU (Koperasi Serba Usaha)


KSU adalah contoh koperasi simpan pinjam yang dikelola oleh siapa saja yang sangat utama
yaitu di kota-kota besar. Kehadiran KSU ini sangat penting sekali untuk menunjang
perekonomian perkotaan karena kebutuhan usaha dan hidup di kota semakin tinggi.

KPS (Koperasi Pasar)

KPS adalah bentuk koperasi yang dikelola oleh pasar yang perannya sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan pedagang. KPS juga sangat berpengaruh dalam menyatukan anggota pasar
dan juga lainnya seperti tukang parkir, tukang becak, kuli panggul dan lainnya.

KKD (Koperasi Kredit)

KKD merupakan contoh koperasi simpan pinjam yang perannya ternyata sangat penting dalam
kehidupan masyarakat. Tujuannya untuk memudahkan dan membantu para anggota di dalamnya.
Biasanya KKD ini berbentuk kelompok kecil seperti yang sering kita ikuti yaitu arisan dan
sifatnya tidak tetap.

Bunga Koperasi Simpan Pinjam


Bunga koperasi simpan pinjam pada dasarnya bisa dibedakan menjadi bunga pinjaman dan
bunga simpanan. 

Bunga Pinjaman

Besaran bunga koperasi simpan pinjam untuk pinjaman ternyata cukup bervariasi, ada yang
mematok bunga sebesar 7% per tahun, 8,5% per tahun, ataupun 20% per tahun. Umumnya
besaran bunga ini tergantung dari jenis pinjaman yang diambil.

Ada beberapa tipe bunga koperasi simpan pinjam yang diterapkan pada pinjaman jangka pendek,
yaitu:

1. Bunga Flat

Bunga flat sering digunakan dalam pinjaman jangka pendek. Dalam bunga flat, besaran bunga
koperasi simpan pinjam yang harus kamu bayarkan akan selalu sama setiap bulannya.

2. Bunga Menurun (RC)

Bunga menurun (RC) adalah tipe bunga yang dipengaruhi oleh besaran pinjaman pokok. Makin
kecil pinjamanmu, maka makin kecil pula bunga yang harus kamu bayarkan. Bunga menurun
menggunakan rumus sebagai berikut:

RC = ((Sisa Pokok x Suku Bunga) / 30 hari) x Jumlah Hari


Jika kamu meminjam dengan suku bunga menurun, artinya kamu harus rutin membayar pokok
dan bunganya setiap bulan. Jika di akhir bulan kamu tidak mengangsur bunganya, bunga yang
belum dibayar tadi akan dikalikan untuk perhitungan di bulan berikutnya.

3. Bunga Menurun Efektif (sliding rate)

Bunga menurun efektif adalah tipe bunga yang dihitung dari saldo akhir di setiap bulannya,
sehingga bunga yang kamu bayarkan setiap bulan akan terus menurun. Untuk mengetahui
besaran bunga menurun efektif, kamu bisa menggunakan rumus berikut:

Angsuran Bunga = Saldo x (Suku Bunga / 12 Bulan)

menghitung bunga pinjaman koperasi, kalian harus simak penjelasan berikut ini:

1. Bunga Flat

Cara menghitung bunga pinjaman koperasi bunga flat adalah sebagai berikut:

Cicilan Pokok per bulan = Pokok pinjaman / lama pinjaman dalam bulan

Bunga per bulan = Pokok pinjaman x Suku bunga per tahun / 12

Total bunga wajib bayar = Pokok pinjaman x suku bunga per tahun / 12x tenor kredit dalam
bulan.

Contoh: Pinjaman = Rp. 20.000.000, Bunga = 5% Tenor = 24 bulan.

Cicilan pokok per bulan = Rp. 20.000.000 / 24 =Rp. 8.333.333

Bunga per bulan = Rp. 20.000.000 x 5%/12 = Rp.83.333,33

Total bunga yang harus dibayar Sobat Pintar adalah = Rp. 20.000.000 x 5% / 12 x 24 bulan = Rp.
2.000.000. 

2. Bunga Menurun

Bunga Menurun = ((Sisa pokok x Suku Bunga) / 30 hari) x Jumlah Hari

Tanggal Sisa Pokok Jumlah Hari Bunga Menurun


1 April Rp. 20.000.000 6 ((Rp. 20.000.000×1%)/30)x6 = Rp. 40.000
5 April Rp. 5.000.000 12  ((Rp. 5.000.000×1%)/30)x12 = Rp. 20.000
25 April Rp. 3.000.000 5 ((Rp. 3.000.000×1%)/30)x5 = Rp. 5.000

3. Bunga Menurun Efektif


Angsuran Bunga = Saldo x (Suku Bunga / 12 bulan)

Bulan Saldo Angsuran Pokok Angsuran Bunga


1 Rp. 20.000.000 Rp. 2.00.000 Rp. 20.000.000 x (12%/12) = Rp. 20.000
2 Rp. 15.000.000 Rp. 1.500.000 Rp. 15.000.000 x (12%/12) = Rp. 15.000
3 Rp. 10.000.000 Rp. 1.000.000 Rp. 10.000.000 x (12%/12) = Rp. 10.000

Daftar Koperasi Simpan Pinjam yang Terdaftar di OJK


KSP memang sangat membantu kita semua untuk mendapatkan pinjaman dana dengan bunga
yang rendah. Namun, ternyata tidak semua KSP adalah lembaga resmi yang sudah terdaftar di
OJK.

Untuk itulah, kali ini Kredit Pintar akan memberikan daftar Koperasi yang terdaftar di OJK.
Berikut adalah daftarnya:

Koperasi Simpan Pinjam Bandung

1. Koperasi Serba Usaha Mika Bonaviela


2. Koperasi Pegawai Inspeksi Pajak Bdg Brt mekar Jaya
3. Koperasi Serba Usaha Al-Wahyu
4. Koperasi Serba Usaha Karya Utama
5. Koperasi Konsumen Mitra Bina Jaya Berdikari

Koperasi Simpan Pinjam Semarang

1. Koperasi LKM Mitra Mina Bina Sejahtera Mandiri


2. Koperasi Karyawan Pelangi Mandiri
3. Koperasi Pegawai Negeri Dewi Sri (KPRI Dewi Sri)
4. Koperasi Konsumen Nelayan Wilayah Timur
5. BMT Maslakhatul Ummat

Koperasi Simpan Pinjam Surabaya

1. Koperasi Karyawan Mitra Usaha Sejahtera


2. Koperasi Amin
3. Koperasi Wanita Harum Melati
4. Koperasi Amanah Baru
5. Koperasi Kedurus Sejahtera Abadi

Koperasi Simpan Pinjam Makassar

1. Koperasi Karyawan Bina Sejahtera


2. KSP Purnama Abadi
3. Koperasi Simpan Pinjam Bakti Syariah
4. Koperasi Simpan Pinjam Gemilang
5. Koperasi Serba Usaha Tunas Muda Berkarya

Bunga Simpanan

Seperti yang sudah disinggung di atas, jika kamu ingin mengajukan pinjaman di koperasi
simpan pinjam, kamu harus terlebih dahulu terdaftar sebagai anggota koperasi. Dengan kata
lain, seorang yang mau ajukan pinjaman menyetor dana sesuai ketentuan sebagai bentuk
simpanan atau investasi.

Besaran bunga simpanan di koperasi simpan pinjam juga beragam. Rata-rata koperasi simpan
pinjam menawarkan bunga simpanan mulai dari 2% hingga 8% per tahun, tergantung dari tenor
penyimpanannya.

Keuntungan Mengambil Pinjaman di Koperasi Simpan


Pinjam
Ada beberapa alasan mengapa kamu lebih baik meminjam uang di koperasi simpan pinjam
daripada di bank, yaitu:

 Persyaratan pengajuan pinjaman yang lebih mudah.


 Proses pengajuan dan pencairan pinjaman yang lebih cepat.
 Suku bunga koperasi simpan pinjam yang rendah dan flat, bahkan bisa menurun.
 Pajak yang dikenakan kepada peminjam lebih ringan.
 Bunga pinjaman koperasi simpan pinjam yang lebih rendah dan terjangkau.
 Memperoleh sisa hasil usaha (SHU) setiap tahunnya.
 Mengurangi praktik rentenir dengan sistem bagi hasil.

Bahkan ada beberapa koperasi simpan pinjam yang memberikan pinjaman tanpa jaminan atau
agunan dengan nominal tertentu. Hal ini dapat menjadi pilihan bagi calon peminjam yang tidak
memiliki barang berharga untuk dijaminkan.

Kekurangan Mengambil Pinjaman di Koperasi Simpan


Pinjam
Meski banyak kelebihannya, peminjaman dana di koperasi simpan pinjam ternyata juga memiliki
kekurangan. Kekurangan mengambil pinjaman di koperasi simpan pinjam adalah: 

 Sebagian besar koperasi simpan pinjam belum memanfaatkan teknologi secara optimal.
Ini yang menjadikan calon peminjam agak kesulitan untuk mendapatkan informasi
mengenai peminjaman dana. Selain itu, untuk menjadi anggota dan mengajukan
pinjaman, kamu harus datang langsung ke kantor koperasi tersebut.
 Anggota koperasi harus membayar simpanan wajib dan simpanan pokok sesuai yang
ditetapkan oleh koperasi. Kedua simpanan ini tidak bisa diambil, kecuali yang
bersangkutan telah keluar dari keanggotaan koperasi.
 Konflik kepentingan dan tindak penyalahgunaan dana yang rentan terjadi di dalam
koperasi, akibat tumpang tindih peran manajemen, pengurus dan pengawas.
 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang tidak menentu. Hal ini bisa diakibatkan
perselisihan yang rentan terjadi pada saat rapat anggota koperasi.
 Plafon pinjaman yang terbatas. Ini disebabkan karena sumber dana pinjaman berasal dari
iuran para anggotanya.

 MENTERI KEUANGAN
 REPUBLIK INDONESIA
SALINAN

 PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 221/PMK.05/2008
  
  TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
34/PMK.05/2008
TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM LEMBAGA
PENGELOLA
DANA BERGULIR KOPERASI DAN LISAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH
PADA KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN
MENENGAH
 
 MENTERI KEUANGAN,
  
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
34/PMK.05/2008, telah diatur tarif layanan Badan Layanan Umum
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah pada Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah;
    b. bahwa Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
melalui Surat Nomor 26/M.KUKM.1/IX/2008 tanggal 11 September
2008 dan Nomor 29/M.KUKM.1/X/2008 tanggal 16 Oktober 2008
perihal Usulan Tarif Layanan Program Penyaluran Dana Bergulir,
telah mengajukan usulan perubahan terhadap, tarif layanan Badan
Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada Kementerian Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
34/PMK.05/2008;
    c. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Lembaga
Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah pada Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah sebagaimana dimaksud pada huruf b, telah dibahas dan
dikaji oleh Tim Penilai Usulan Tarif dan Remunerasi Instansi
Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum;
    d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 34/PMK.05/2008 tentang Tarif Layanan Badan Layanan
Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah pada Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah;
Mengingat  : 1. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;
    2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.05/2008 tentang Tarif
Layanan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada Kementerian
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
    MEMUTUSKAN:
Menetapka : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
n ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
34/PMK.05/2008 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN
UMUM LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PADA KEMENTERIAN
NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH.
    Pasal I
    Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.05/2008
tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana
Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada
Kementerian  Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah diubah,
sehingga menjadi sebagai berikut:
           

  

    Strata 1 Strata 2  
(UMK penerima (KUKM penerima Strata 3
 
pinjaman/ program (KUKM bankable)
PROGRAM pembiayaan pinjaman/  
dana bergulir) pembiayaan)
   

  Khusus Pola Konvensional    


  a. Tingkat suku bunga dari    
LPDB-KUMKM ke
LKB/ LKBB adalah
sebesar SBI dibagi 3
(SBI/3) dari suku bunga
SBI 3 (tiga) bulan.
  b. Tingkat suku bunga dari    
LKB/ LKBB ke Koperasi
Primer adalah sebesar
tingkat bunga pada butir
a ditambah maksimal
10% (sepuluh persen).
  c. Tingkat suku bunga dari    
Koperasi Primer ke
anggota mengikuti
ketentuan yang berlaku
di KSP/USP yang
bersangkutan.
  Pola Syariah    
  a. Nisbah antara LPDB-    
KUMKM dengan
LKB/LKBB sebesar 40%
(empat puluh persen)
dibanding 60% (enam
puluh persen) dari
pendapatan kotor.
  b. Nisbah antara    
LKB/LKBB dengan
Koperasi Primer sebesar
40% (empat puluh
persen) dibanding 60%
(enam puluh persen)
dari pendapatan kotor.
  c. Nisbah antara Koperasi    
Primer dengan anggota
adalah sebesar 40%
(empat puluh persen)
dibanding 60% (enam 
puluh persen) dari
pendapatan kotor.
A.1 Pola Konvensional   Pola Konvensional
  1. LPDB-KUMKM ke   1. LPDB-KUMKM ke
KSP/USP Koperasi KSP /USP Koperasi
Primer primer
    a. Tingkat suku bunga     a. Tingkat suku
dari LPDB-KUMKM bunga dari LPDB-
ke KSP/ USP- KUMKM
Koperasi Primer ke KSP/ USP
adalah sebesar Koperasi Primer
maksimal tingkat adalah sebesar
suku bunga SBI 3 maksimal tingkat
(tiga) bulan ditambah suku bunga SBI 3
4% (empat persen) (tiga) bulan
per tahun.  ditambah 4%
(empat persen) per
tahun.
    b. Tingkat suku bunga     b. Tingkat suku
dari Koperasi Primer bunga dari
ke .anggota Koperasi Primer ke
mengikuti ketentuan anggota mengikuti
yang berlaku di ketentuan yang
KSP/USP yang berlaku di
bersangkutan. KSP/USP yang
bersangkutan.
 
  2. LPDB-KUMKM ke   2. Melalui Koperasi
KSP/USP Koperasi Sekunder
Primer melalui
LKB/LKBB (chanelling).
    a. Tingkat suku bunga     a. Tingkat suku
dari LPDB-KUMKM bunga dari LPDB-
ke KSP/USP- KUMKM ke
Koperasi Primer Koperasi Sekunder
adalah sebesar adalah sebesar SBI
maksimal tingkat 3 (tiga) bulan
suku bunga SBI minus 2% (dua
3 (tiga) bulan persen) per tahun.
ditambah 4% (empat
persen) per tahun.
    b. Tingkat suku bunga     b. Tingkat suku
dari Koperasi Primer bunga dari
ke anggota mengikuti Koperasi Sekunder
ketentuan yang ke Koperasi Primer
berlaku di KSP/USP adalah sebesar
yang bersangkutan. tingkat  suku
bunga pada butir a
ditambah 6%
(enam persen) per
tahun.
            c. Tingkat suku
bunga dari
Koperasi Primer ke
anggota mengikuti
ketentuan yang
berlaku di KSP/
USP yang
bersangkutan.
  3.  Melalui Koperasi   3. Melalui LKB/LKBB
Sekunder
    a. Tingkat suku bunga     a. Tingkat suku
dari LPDB-KUMKM bunga dari LPDB-
ke koperasi sekunder KUMKM ke
adalah sebesar SBI 3 LKB/LKBB adalah
(tiga) bulan minus sebesar SBI 3 (tiga)
2% (dua persen) per minus 2% (dua
tahun. persen) per tahun.
    b. Tingkat suku bunga     b. Tingkat suku
dari Koperasi bunga dari
Sekunder ke LKB/LKBB ke
Koperasi Primer Koperasi Primer
adalah sebesar adalah sebesar
tingkat suku bunga tingkat suku bunga
pada butir a pada butir a
ditambah 6% (enam ditambah 6%
persen) per tahun. (enam persen) per
tahun.
    c. Tingkat suku bunga     c. Tingkat suku
dari Koperasi Primer bunga dari
ke  anggota Koperasi Primer ke
mengikuti ketentuan anggota mengikuti
yang berlaku di ketentuan yang
KSP/USP yang berlaku di KSP/
bersangkutan. USP yang
bersangkutan.
  4. Melalui LKB/LKBB      
    a. Tingkat suku bunga    
dari LPDB-KUMKM
ke LKB/LKBB adalah
sebesar SBI 3 (tiga)
bulan minus 2% (dua
persen) per tahun.
b. Tingkat suku bunga
dari LKB/LKBB ke
Koperasi Primer
adalah sebesar 
tingkat suku bunga
pada butir a
ditambah 6% (enam
persen) per tahun.
    c. Tingkat suku bunga    
dari Koperasi Primer
ke anggota mengikuti
ketentuan yang
berlaku di KSP/USP
yang bersangkutan.
  Pola Syariah    
  a. Nisbah antara LPDB-    
KUMKM dengan
LKB/LKBB Syariah
sebesar 40% (empat
puluh persen) dibanding
60% (enam puluh
persen) dari pendapatan
kotor.
  b. Nisbah antara    
LKB/LKBB Syariah
dengan UMK sebesar
40% (empat puluh
persen) dibanding 60%
(enam puluh persen)
dari pendapatan kotor.
A2. a. Nisbah antara LPDB-   a. Nisbah antara LPDB-
KUMKM dengan KUMKM dengan
KJKS/UJKS sebesar 40% KJKS/UJKS sebesar
(empat puluh persen) 40% (empat puluh
dibanding  60% (enam persen) dibanding
puluh persen) dari 60% (enam puluh
pendapatan kotor. persen) dari
pendapatan kotor.
 
  b. Nisbah antara   b. Nisbah antara
KJKS/UJKS dengan KJKS/UJKS dengan
UMK 40% (empat puluh UMK 40% (empat
persen) dibanding 60% puluh persen)
(enam puluh persen) dibanding 60% (enam
dari pendapatan kotor. puluh persen) dari
pendapatan kotor.
B.   a. Tingkat suku  
bunga dari
LPDB-
KUMKM ke
LMV adalah
sebesar SBI 3
(tiga) bulan
ditambah 3%
(tiga persen)
per tahun
(untuk LMV
yang bekerja
sama dengan
inkubator
dapat
diberikan lebih
rendah
minimal
sebesar SBI per
tahun).
    b. Bagi hasil  
antara LMV
dengan KUKM
setara dengan
tingkat suku
bunga pada
butir a
ditambah 6%
(enam  persen)
per tahun.

C.   a. Tingkat suku  
bunga dari
LPDB-
KUMKM ke
perusahaan
pembiayaan
maksimal
sebesar SBI 3
(tiga) bulan
ditambah 3 %
(tiga persen)
per tahun.
    b. Tingkat suku  
bunga dari
perusahaan
pembiayaan ke
KUKM adalah
sebesar tingkat
suku bunga
pada butir a
ditambah 6%
(enam persen)
per tahun.
D.   Pola Konvensional  
    a. Tingkat suku  
bunga dari
LPDB-
KUMKM ke
LKB minimal
sebesar SBI 3
(tiga) bulan
minus 2% (dua
persen) per
tahun dan
maksimal
sebesar SBI per
tahun.
    b. Tingkat suku  
bunga dari
LKB ke KUKM
adalah sebesar
tingkat suku
bunga pada
butir a
ditambah 6 %
(enam persen)
per tahun.
    Pola Syariah  
    a. Nisbah antara  
LPDB-
KUMKM
dengan
LKB/LKBB
Syariah sebesar
40% (empat
puluh persen)
dibanding 60%
(enam puluh
persen) dari
pendapatan
kotor.
    b. Nisbah antara  
LKB/LKBB
Syariah dengan
KJKS/UJKS
sebesar 40%
(empat puluh
persen)
dibanding 60%
(enam  puluh
persen) dari
pendapatan
kotor.
E.   Tingkat suku  
bunga dari LPDB-
  KUMKM ke
KUKM minimal
sebesar suku
bunga SBI 3 (tiga)
bulan per tahun
ditambah
channelling fee
kepada
LKB/LKBB
sebesar 1,75%
(satu koma tujuh
puluh lima
persen) per tahun.

 
F.   Tingkat suku  
bunga mengikuti
ketentuan yang
ditetapkan oleh
pemerintah atau
pemberi hibah
terikat.
G.   Pola Konvensional  
    Tingkat bunga  
dari LPDB-
KUMKM ke
Koperasi Primer
(Non Simpan
Pinjam) adalah
sebesar maksimal
tingkat suku
bunga SBI 3 (tiga)
bulan di tambah
4% (empat
persen).
    Pola Syariah  
    Nisbah antara  
LPDB- KUMKM
dengan Koperasi
Primer (Non
Simpan Pinjam)
sebesar 40%
(empat puluh
persen) dibanding
60% (enam puluh
persen) dari
pendapatan kotor.
                        
  Catatan         : untuk dasar perhitungan bunga kepada LKB/LKBB,
digunakan tingkat suku bunga SBI
    3 bulan
  Keterangan  :
  a. Program Khusus
  
    Program pinjaman/pembiayaan kepada Koperasi Simpan
Pinjam/Usaha Simpan Pinjam (KSP/USP)-Koperasi Primer adalah
program khusus dari dana APBN - berupa pemberian
pinjaman/pembiayaan dari LPDB-KUMKM kepada Koperasi
Simpan Pinjam/Usaha Simpan Pinjam (KSP/USP)-Koperasi Primer
yang disalurkan melalui Lembaga Keuangan Bank/Lembaga
Keuangan Bukan Bank (LKB/LKBB) sebagai executing untuk
kegiatan usahanya dengan menggunakan pola konvensional (sistem
bunga).
    Program pembiayaan kepada Koperasi Jasa Keuangan
Syariah/Usaha Jasa Keuangan Syariah (KJKS/UJKS)-Koperasi
Primer adalah program khusus dari dana APBN berupa pemberian
pembiayaan dari LPDB-KUMKM kepada KJKS/UJKS-Koperasi
Primer yang disalurkan melalui LKB/LKBB sebagai executing untuk
kegiatan usahanya dengan menggunakan pola syariah (sistem
nisbah).
  b. Program A.1.
    1. Program pembiayaan kepada KSP/USP-Koperasi Primer adalah
program pemberian pinjaman dari LPDB-KUMKM kepada
KSP/USP-Koperasi primer untuk pemberian pinjaman kepada
Usaha Mikro dan Kecil anggotanya yang belum memenuhi
kriteria kelayakan perbankan umum (belum bankable) dengan
menggunakan pola konvensional (sistem bunga).
    2. Program pembiayaan kepada KSP/USP-Koperasi Primer adalah
program pemberian pinjaman dari LPDB-KUMKM kepada
KSP/USP-Koperasi Primer untuk pemberian pinjaman kepada
Usaha Mikro dan Kecil anggotanya yang belum memenuhi
kriteria kelayakan perbankan umum (belum bankable) dengan
menggunakan pola konvensional (sistem bunga), yang
disalurkan melalui LKB/LKBB sebagai channeling.
  c. Program A.2.
    Program pembiayaan kepada Koperasi Jasa Keuangan
Syariah/Usaha Jasa Keuangan Syariah (KJKS/UJKS) adalah
program pemberian pinjaman dari LPDB-KUMKM kepada
(Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Usaha Jasa Keuangan Syariah
(KJKS/UJKS) untuk pemberian pinjaman kepada Usaha Mikro dan
Kecil anggotanya yang belum memenuhi kriteria kelayakan
perbankan umum (belum bankable) dengan menggunakan pola
syariah.
  d. Program B
    Program pembiayaan pada KUKM melalui lembaga modal ventura
adalah pembiayaan modal kerja dan atau investasi dari LPDB-
KUMKM kepada KUKM yang disalurkan melalui lembaga modal
ventura atau LMV sebagai eksekuting.
  e. Program C
    Program pembiayaan pada KUKM melalui perusahaan pembiayaan
(sewa guna usaha/ leasing dan anjak piutang atau factoring) adalah
pembiayaan modal kerja (factoring/ anjak piutang) dan atau
investasi (sewa guna usaha/ leasing) dari LPDB-KUMKM kepada
KUKM yang disalurkan melalui perusahaan pembiayaan sebagai
eksekuting.
  f. Program D
    Program pembiayaan kepada KUKM adalah program pemberian
kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi dari LPDB
KUMKM kepada KUKM yang disalurkan melalui LKB dengan pola
syariah.
  g. Program E
    Program pembiayaan pada KUKM strategi melalui LKB/LKBB
adalah program pembiayaan atau pinjaman yang diberikan kepada
KUKM yang mempunyai potensi penyerapan tenaga kerja dan atau
komoditi unggulan dan atau terkait dengan ekspor melalui
LKB/LKBB sebagai channelling.
  h. Program F
    Program pembiayaan pada KUKM yang sumber dananya berasal
dari hibah terikat adalah program pembiayaan dari LPDB-KUMKM
kepada KUKM yang persyaratannya ditetapkan oleh pemberi hibah
terikat, sedangkan penyalurannya bekerja sama dengan LKB/LKBB.
  i. Program G
    Program pembiayaan kepada Koperasi Primer (Non Simpan
Pinjam) adalah program pembiayaan dari LPDB KUMKM kepada
Koperasi Primer (Non Simpan Pinjam) untuk kegiatan usahanya
dengan pola konvensional dan pola syariah.
  j. Strata 1
    Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menerima pinjaman dana
bergulir, melalui KSP/USP Koperasi dan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah/Usaha Jasa Keuangan Syariah Koperasi.
  k. Strata 2
    Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) yang menerima
program pembiayaan melalui Lernbaga Keuangan Bank (LKB) dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB).
  l. Strata 3
    Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) yang sudah bisa
mengakses permodalan melalui mekanisme pasar (bagi KSP/USP-
Koperasi dan KJKS/UJKS Koperasi walaupun sudah bankable tetapi
masih dapat diberikan pembiayaan dari LPDB-KUMKM).
    Pasal II
    Peraturan Menteri Keuangan ini, mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
       
        Ditetapkan di Jakarta
        pada tanggal 16 Desember
2008
        MENTERI KEUANGAN
         
         
        SRI MULYANI
INDRAWATI
Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report 6
KEMENTERIAN KEUANGAN
BADAN KEBIJAKAN FISKAL
dapat dipastikan lembaga tersebut akan mengalami kelumpuhan.
Selain itu, jika dilihat dari aktivitas usaha, skala usaha, jumlah aset, dan
pihak yang dilayani, banyak koperasi usaha simpan pinjam yang
berskala menengah dan besar dengan aset lebih dari Rp1 milar
sampai sekitar Rp10 triliun, melayani ratusan sampai ratusan ribu
anggota dan calon anggota, telah menjalankan aktivitas
quasi-bank.
Selanjutnya timbul pertanyaan siapa yang paling tepat untuk
melakukan pengaturan dan pengawasan pada kegiatan KSP dan Unit
Simpan Pinjam (USP)?
Meskipun Pemerintah melalui Kemenkop UKM telah membentuk
Satuan Tugas Penanganan Koperasi Bermasalah (Kompas, tanggal 12
Januari 2022 halaman 10), dirasakan sulit untuk menumbuhkan rasa
aman dan ketenangan bagi masyarakat atau anggota yang tergabung
dalam koperasi apabila tidak dibarengi dengan tindakan penegakan
hukum (
law enforcement) maupun perlindungan konsumen
(
consumer protection).
Apabila pengawasan dan pengaturan non pembinaan dialihkan dari
Kemenkop UKM kepada OJK, terdapat beberapa keunggulan antara
lain OJK memahami karakteristik jasa keuangan dan memiliki DNA
pengawasan, kewenangan OJK bersifat menyeluruh dari memberikan
izin, memonitor, memeriksa, sampai mencabut izin usaha. OJK juga
memiliki fleksibilitas dalam mengatur
budget dan melakukan
rekruitmen tenaga pengawas, OJK dapat melihat secara komprehensif
keseluruhan sektor jasa keuangan dan interkoneksitasnya,
pengawasan dan pengaturan koperasi oleh lembaga independen atau
bank sentral telah sesuai dengan
best practices (beberapa kajian Bank
Dunia), isu pembinaan dan pengawasan koperasi usaha simpan pinjam
seharusnya bukan pada isu lembaga/badan hukum namun lebih fokus
pada perlindungan konsumen dan membangun industri jasa
keuangan yang profesional sehingga seluruh usaha keuangan
seharusnya masuk pengaturan dan pengawasan OJK.
Namun demikian, terdapat beberapa hal yang dapat mengganjal
pengalihan pengaturan dan pengawasan koperasi usaha simpan
pinjam dari Kemenkop UKM kepada OJK yaitu Kemenkop UKM dan
OJK berpendapat karena koperasi usaha simpan pinjam adalah
kumpulan orang bukan kumpulan modal maka tidak masuk ranah
pengaturan dan pengawasan OJK, pegawai OJK tidak tersebar sampai
daerah-daerah terpencil, serta OJK melihat penugasan ini sebagai
tambahan beban.
Sebagai penutup, mempertimbangkan berbagai
pros dan
cons di atas,
pengalihan pengaturan dan pengawasan koperasi usaha simpan
pinjam sebaiknya dimasukkan ke dalam ekosistem jasa keuangan dan
dibawah pengaturan dan pengawasan OJK. Adapun peran Pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM, adalah tetap melakukan
pembinaan dan menyusun desain kebijakan nasional bagi
pengembangan dan pemberdayaan seluruh jenis koperasi termasuk
koperasi usaha simpan pinjam.
Pemisahan tugas dan fungsi yang jelas antara peran regulasi dan
pengawasan koperasi usaha simpan pinjam di OJK di satu sisi, dan
peran pembinaan oleh Kemenkop UKM di sisi yang lain akan
meminimalkan potensi risiko terjadinya
conflict of interest serta
mengoptimalkan perlindungan masyarakat dan mendorong
terciptanya
fair level of playing field antar seluruh lembaga penyedia
jasa pembiayaan. (BS&NAW)

Tajuk Minggu Ini:


Pengawasan dan Pengaturan Koperasi Usaha Simpan Pinjam Sebaiknya di OJK
Menurut Satuan Tugas Waspada Investasi (SWI), maraknya kasus-
kasus investasi bodong dan pinjaman di Indonesia baik yang
dilakukan oleh pelaku jasa keuangan legal maupun ilegal telah
mengakibatkan kerugian masyarakat sekitar Rp117 triliun dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jumah kerugian sesungguhnya
mungkin jauh di atas angka tersebut mengingat angka yang tercatat
tersebut diperoleh hanya dari pihak yang melaporkan kerugiannya.
Lebih lanjut, SWI mengungkapkan adanya modus baru pinjaman
online (pinjol) ilegal yang memanfaatkan izin Koperasi Simpan
Pinjam (KSP). Penyelenggara pinjol ilegal memilih untuk mengurus
izin KSP karena adanya kemudahan memperoleh izin tersebut dari
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).
Mereka kemudian menyediakan layanan pinjaman
online ilegal, dan
KSP menjadi sarana dalam menjalankan praktik pinjol ilegal.
Beberapa contoh kasus koperasi yang merugikan masyarakat dan
telah menjadi berita nasional antara lain Koperasi Cipaganti Karya
Guna Persada yang berawal dari penggalangan investasi ilegal ke
sektor pertambangan dan memicu gagal bayar karena masalah
likuiditas. Koperasi ini telah merugikan anggota atau calon anggota
sebanyak Rp3,2 triliun. Selain itu, terdapat juga Koperasi Langit Biru
yang merugikan ribuan anggotanya hingga Rp6 triliun, KSP Pandawa
yang berhasil memperdaya ratusan ribu anggota dan calon anggota
dengan nilai kerugian sekitar Rp2 triliun. Bahkan di tahun 2020,
kasus gagal bayar KSP Indosurya mempergunakan dana yang
dihimpun dari masyarakat untuk diinvestasikan ke dalam bisnis
perusahaan
holding-nya dengan rasio yang sangat besar berakhir
dengan gagal bayar. Nilai kerugian dari kasus KSP Indosurya ini
mencapai Rp14 triliun.
Menurut informasi dari salah satu konsultan di USAID
Economic
Growth Support Activity (EGSA), sebetulnya masih banyak kasus-
kasus koperasi yang merugikan masyarakat namun tidak terekspos
oleh media. Sudah menjadi rahasia umum yang telah berkali-kali
dipublikasikan di berbagai media, maraknya kasus penipuan
berkedok koperasi terjadi karena lemahnya pengawasan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM sehingga mengakibatkan terjadinya
celah untuk melakukan penipuan dengan kedok KSP dan/atau
koperasi yang melakukan aktivitas bisnis investasi ilegal.
Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh EGSA pada tahun 2021,
terdapat beberapa kelemahan mendasar atas isu pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan koperasi oleh Kementerian Koperasi
dan UKM yang meliputi antara lain: saat ini belum ada perizinan
produk keuangan Koperasi, belum adanya
fit and proper test pendiri
dan pengawas Koperasi, serta belum adanya pengaturan CAR, LDR,
NPL dan PPAP, BMPK, dan pengaturan portofolio. Dari sisi
pengenaan sanksi, saat ini belum ada pemberian sanksi berupa
denda/pinalti dan belum pernah ada koperasi yang dicabut status
Badan Hukum-nya karena suatu pelanggaran terhadap peraturan,
kecuali terhadap undang-undang.
Lebih lanjut, EGSA menegaskan bahwa syarat minimum untuk
mengoptimalkan fungsi pengawasan adalah adanya wewenang
untuk memberi dan mencabut izin, wewenang membuat peraturan
atau mencabut peraturan sesuai dengan perkembangan
perekonomian, dan wewenang menjatuhkan sanksi bila ada lembaga
keuangan melakukan pelanggaran. Bila salah satu dari ketiga
wewenang tersebut tidak dimiliki oleh lembaga pengawas, maka

Anda mungkin juga menyukai