Anda di halaman 1dari 3

A.

Urgensi Bimbingan dan Konseling bagi Remaja


Remaja, dalam hal ini peserta didik yang sedang menempuh studi di Sekolah Lanjutan
Pertama (SLTP, SMP dan MTs) dan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA: SMP, MA, dan SMK)
adalah fase perkembangan individu sebelum masuk usia dewasa. Mereka sedang berada
dalam proses berkembang kea rah kematangan. Mereka memiliki potensi yang apabila
difasilitasi perkembangannya dalam lingkungan pembelajaran (lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat) yang kondusif maka mereka akan berkembang menjadi sosok
pribadi yang karakteristiknya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Remaja adalah seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (becoming) yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu perubahan perilaku,
meningkatkan keterampilan mengatasi masalah, mengembangkan kemampuan pengambilan
keputusan, meningkatkan hubungan, dan memfasilitasi potensi diri. Bimbingan dan
konseling membantu peserta didik: (1) mengenali dan memahami tentang bakat dan
kemampuan dirinya, (2) mengembangkan pandangan optimis untuk menghilangkan sifat-
sifat yang tidak diinginkan, dan (3) membantu mengembangkan akal dan pengarahan diri
sendiri dalam beradaptasi dengan perubahan dalam masyarakat.

Syamsu Yusuf L.N. (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa peserta didik
mengharapkan layanan bimbingan:
1. Cara-cara memahami diri
2. Etika pergaulan
3. Belajar yang efektif
4. Pengembangan kemampuan diri
5. Mengatasi masalah
6. Dunia kerja dan perguruan tinggi
7. Nilai-nilai agama (moral)
8. Pengembangan motivasi belajar
9. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
10. Bahayanya narkoba, minuman keras, dan AIDS
11. Pencegahan timbulnya masalah
12. Cara memilih program studi
13. Cara-cara belajar kelompok
14. Pengembangan rasa percaya diri
Elizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak sekolah menegah atas
(SMA/MA/SMK) sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak
laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak
perempuan. Anak perempuan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Apabila dilihat dari tahapan perkembangan karier dari super dan Jordaan (1963) (John Milton
Dillard, 1985: 20) masa remaja termasuk tahap “eksplorasi” pada tingkat tentatif dan transisi
(usia 15-21 tahun). Pada tahap tentatif (15-17 tahun), factor-faktor yang diperhitungkan atau
dipertimbangkan adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai, dan kesempatan. Pilihan tentatif
ini hendaklah dibuat atau diuji coba dalam fantasi, diskusi, kursus-kursus, bekerja, dan
sebagainya. Sedangkan pada tahap transisi (18-21 tahun), remaja telah memiliki pertimbangan
yang objektif, bisa masuk ke pasaran kerja atau pelatihan professional, dan mencoba untuk
mengimplementasikan konsep dirinya.
Bidang (Ragam) Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan dan Konseling Akademik (Belajar)
Bimbingan dan konseling akademik adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta
didik dalam mengembangkan sikap, pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan
memecahkan masalah-masalah belajar atau akademik. Bimbingan dan konseling akademik
menyangkut: (a) pengenalan kurikulum, (b) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang
positif, (c) pengembangan motif berprestasi, (d) cara belajar yang efektif, (e) penyelesaian
tugas-tugas dan latihan, (f) pengembangan kesadaran belajar sepanjang hayat, (g) pencarian
dan penggunaan sumber belajar, (h) penyesuaian diri terhadap semua tuntutan program
pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan akademik yang diharapkan. (i) perencanaan
pendidikan lanjutan, dan (j) cara mengatasi kesulitan belajar.
2. Bimbingan dan Konseling Pribadi
Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi peserta
didik agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan
potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Bimbingan dan
konseling pribadi menyangkut pengembangan: (a) komitmen hidup beragama, (b)
pemahaman sifat dan kemampuan diri, (c) bakat dan minat, (d) konsep diri, (e) kemampuan
mengatasi masalah-masalah pribasi (stress, frustasi, dan konflik pribadi). Bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi yang mantap dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh
peserta didik.
3. Bimbingan dan Konseling Sosial
Bimbingan dan konseling social adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik
agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi social atau
hubungan insani (human relationship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang
dialaminya. Bimbingan sosial menyangkut pengembangan: (a) pemahaman tentang
keragaman budaya atau adat istiadat, (b) sikap-sikap sosial (sikap empati, altruis, toleransi,
dan kooperasi), dan (c) kemampuan berhubungan sosial secara positif dengan orang tua,
guru, teman, dan staf sekolah.
4. Bimbingan dan Konseling Karier
Bimbingan karier yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karier. Masalah karier yang
biasa ditemui seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karier, dan penyesuaian pekerjaan.

A. Bimbingan Pengembangan Karakter (Character)


Seiring dengan program pemerintah mengenai pendidikan karakter maka sekolah
memiliki tanggung jawab untuk merealisasikannya melalui pengintegrasian pendidikan
karakter tersebut ke dalam program pendidikan secara keseluruhan. Sebagai lembaga
pendidikan, sekolah diharapkan menjadi “Centre of Nation Character Building”, pusat
pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter ini bukan mata pelajaran, tetapi nilai-
nilai karakter itu harus ditanamkan kepada para peserta didik melalui proses pembelajaran di
kelas maupun di luar kelas.
Karakter yang Dikembangkan
Kemendiknas (2010) menyatakan bahwa nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komunikatif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung Jawab

Anda mungkin juga menyukai