Syamsu Yusuf L.N. (1998) dalam penelitiannya menemukan bahwa peserta didik
mengharapkan layanan bimbingan:
1. Cara-cara memahami diri
2. Etika pergaulan
3. Belajar yang efektif
4. Pengembangan kemampuan diri
5. Mengatasi masalah
6. Dunia kerja dan perguruan tinggi
7. Nilai-nilai agama (moral)
8. Pengembangan motivasi belajar
9. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif
10. Bahayanya narkoba, minuman keras, dan AIDS
11. Pencegahan timbulnya masalah
12. Cara memilih program studi
13. Cara-cara belajar kelompok
14. Pengembangan rasa percaya diri
Elizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak sekolah menegah atas
(SMA/MA/SMK) sudah mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak
laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak
perempuan. Anak perempuan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Apabila dilihat dari tahapan perkembangan karier dari super dan Jordaan (1963) (John Milton
Dillard, 1985: 20) masa remaja termasuk tahap “eksplorasi” pada tingkat tentatif dan transisi
(usia 15-21 tahun). Pada tahap tentatif (15-17 tahun), factor-faktor yang diperhitungkan atau
dipertimbangkan adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai, dan kesempatan. Pilihan tentatif
ini hendaklah dibuat atau diuji coba dalam fantasi, diskusi, kursus-kursus, bekerja, dan
sebagainya. Sedangkan pada tahap transisi (18-21 tahun), remaja telah memiliki pertimbangan
yang objektif, bisa masuk ke pasaran kerja atau pelatihan professional, dan mencoba untuk
mengimplementasikan konsep dirinya.
Bidang (Ragam) Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan dan Konseling Akademik (Belajar)
Bimbingan dan konseling akademik adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta
didik dalam mengembangkan sikap, pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan
memecahkan masalah-masalah belajar atau akademik. Bimbingan dan konseling akademik
menyangkut: (a) pengenalan kurikulum, (b) pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang
positif, (c) pengembangan motif berprestasi, (d) cara belajar yang efektif, (e) penyelesaian
tugas-tugas dan latihan, (f) pengembangan kesadaran belajar sepanjang hayat, (g) pencarian
dan penggunaan sumber belajar, (h) penyesuaian diri terhadap semua tuntutan program
pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan akademik yang diharapkan. (i) perencanaan
pendidikan lanjutan, dan (j) cara mengatasi kesulitan belajar.
2. Bimbingan dan Konseling Pribadi
Bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk memfasilitasi peserta
didik agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya, kemampuan mengembangkan
potensi dirinya, dan memecahkan masalah-masalah yang dialaminya. Bimbingan dan
konseling pribadi menyangkut pengembangan: (a) komitmen hidup beragama, (b)
pemahaman sifat dan kemampuan diri, (c) bakat dan minat, (d) konsep diri, (e) kemampuan
mengatasi masalah-masalah pribasi (stress, frustasi, dan konflik pribadi). Bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi yang mantap dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh
peserta didik.
3. Bimbingan dan Konseling Sosial
Bimbingan dan konseling social adalah proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik
agar mampu mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi social atau
hubungan insani (human relationship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang
dialaminya. Bimbingan sosial menyangkut pengembangan: (a) pemahaman tentang
keragaman budaya atau adat istiadat, (b) sikap-sikap sosial (sikap empati, altruis, toleransi,
dan kooperasi), dan (c) kemampuan berhubungan sosial secara positif dengan orang tua,
guru, teman, dan staf sekolah.
4. Bimbingan dan Konseling Karier
Bimbingan karier yaitu proses bantuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
perencanaan, pengembangan, dan pemecahan masalah-masalah karier. Masalah karier yang
biasa ditemui seperti: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karier, dan penyesuaian pekerjaan.