Anda di halaman 1dari 21

PT.

EFARHAD
INNOVATION AGRO
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

EXECUTIVE SUMMARY

Pestisida merupakan komoditas yang esensial di bidang pertanian, terutama karena


serangan hama yang tidak pernah berhenti dan berubah-ubah tiap waktunya. Indonesia sendiri
memiliki iklim tropis yang sangat cocok untuk perkembangbiakkan hama. Para petani
Indonesia harus mengeluarkan uang terus-menerus untuk pestisida karena jenis hama yang
cukup beragam, curah hujan tinggi yang dapat merontokkan pestisida dari tanaman, dan
efektivitas pestisida yang menurun dengan cepat seiring waktu. Pencemaran lingkungan juga
menjadi persoalan yang serius, sehingga terdapat tren untuk menggunakan pestisida organik
baik dari kalangan petani kebun dan petani skala rumahan. Produk pestisida ECOSIDE mampu
menjawab semua persoalan ini.
ECOSIDE merupakan kepanjangan dari Eugenol Citral Organic Pesticide. ECOSIDE
memiliki kemampuan insektisida dan fungisida berkat dua bahan aktifnya, yaitu eugenol dan
citral. Keduanya diperoleh dari tanaman yang mudah ditemukan di Indonesia, sereh dan
cengkih yang diekstrak dengan metode destilasi. Nilai tahan hujan ECOSIDE didapatkan dari
saponin yang berasal dari berbagai tumbuhan. Efektivitas pestisida seiring waktu ditingkatkan
dengan metode slow-release dari enkapsulasi kitosan. Kitosan didapatkan dari kulit krustasea
(udang, kepiting, lobster, dll) yang jumlahnya melimpah di Indonesia. Gabungan bahan-bahan
alam tersebut membentuk pestisida yang memberantas hama dengan cakupan yang luas, tahan
hujan, dan tahan lama.
Proses pembuatan ECOSIDE cukup mudah dan dapat dibentuk dalam skala industri.
Proses skala industri ECOSIDE terdiri atas tiga tahap: pencampuran komponen aktif,
pembuatan matriks, dan finalisasi campuran pestisida. Tahap pertama merupakan
pencampuran minyak cengkih, minyak sereh, dan saponin, kemudian pembuatan matriks
dengan mencampurkan air dengan kitosan. Tahapan terakhir adalah mencampurkan campuran
komponen aktif dengan matriks. Alat yang dibutuhkan hanya tangki penyimpanan, mixer, belt
conveyor, dan pompa.
Target utama dari ECOSIDE adalah petani kebun lokal (D.I, Yogyakarta dan
sekitarnya) dan petani skala rumahan. Distribusi pada daerah ini dilakukan dengan bantuan
agen-agen distributor yang nantinya diedarkan ke toko eceran, retail, dan koperasi. Pabrik
ECOSIDE akan dibangun di Kulon Progo, Yogyakarta karena terletak di tengah-tengah sumber
bahan baku dan memiliki akses ke berbagai jalur distribusi seperti Jalur Lingkar Selatan dan
Terminal Wates.
ECOSIDE diproduksi oleh pabrik dari PT. Efarhad Innovation Agro yang berlokasi di
Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Pabrik dengan kapasitas 193 ton/tahun diharapkan dapat
memenuhi 75% kebutuhan pestisida D.I. Yogyakarta yang memiliki 55.425 hektar lahan
produktif dengan asumsi penggunaan pestisida 300 liter/hektar per bulan. Pabrik memiliki ROI
25,43% before tax atau 15,26% after tax, serta POT 2,9 tahun before tax atau 4,84 tahun after
tax. Selain itu pabrik memiliki BEP (Break Even Point) sebesar 46,61% dan Shut Down Point
sebesar 18,38%.
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

LATAR BELAKANG

Pertanian di Indonesia umumnya menggunakan pestisida buatan untuk meningkatkan


produktivitas dan produksi hasil pertanian. Namun, penggunaan pestisida tersebut memiliki
dampak buruk bagi lingkungan seperti penurunan kualitas tanah hingga 33% di Bengkulu.
Dampak lain yang ditimbulkan berkaitan dengan kesehatan petani yang dalam jangka panjang
dapat mengakibatkan kerusakan sistem saraf seperti yang ditemukan pada 62,7% petani di
Solok. Residu pestisida yang tersisa di tubuh dan pakaian petani juga sangat mungkin terbawa
sehingga dapat mempengaruhi kesehatan anggota keluarganya. Dampak yang telah disebutkan
dapat terjadi dalam jangka panjang sehingga sering diabaikan oleh khalayak. Pestisida
memiliki sifat mudah larut pada air. Hal ini menyebabkan pestisida mudah tersapu saat terjadi
hujan dan mengakibatkan frekuensi penggunaan pestisida semakin meningkat dan kuantitas
produksi lebih rendah selama musim hujan terjadi. Pada curah hujan 2,5 cm, pestisida
konvensional dilaporkan kehilangan efektifitasnya sebesar 50%. Kelemahan tersebut menjadi
permasalahan utama bagi negara bagian tropis seperti Indonesia yang memiliki curah hujan
rata-rata yang sangat tinggi hingga 610 cm di daerah tertentu dan musim hujan terjadi hingga
setengah tahun.
Ekstraksi minyak cengkih konvensional yang umum dilakukan oleh petani Indonesia
menggunakan bunga dan daun cengkih. Minyak yang dihasilkan memiliki kemurnian yang
rendah sehingga tidak memenuhi syarat untuk perdagangan internasional. Oleh karena itu,
minyak tersebut dibeli dengan harga yang rendah dengan volume yang besar. Kandungan
minyak pada cengkih diketahui memiliki sifat yang sama dengan pestisida sehingga dapat
dijadikan pestisida alami. Sereh sangat berlimpah di Indonesia dan umumnya dikategorikan
sebagai gulma. Kombinasi minyak cengkih dan sereh telah dipelajari dan dilaporkan efektif
untuk mengusir hama.
Dalam beberapa tahun ini, pestisida alami telah mendapatkan perhatian khusus
sehubungan dengan meningkatnya kesadaran global akan pentingnya kesehatan dan hidup
ramah lingkungan, sehingga meningkatkan permintaan produk pertanian yang organik.
Fenomena ini membuka peluang baru untuk mempromosikan pertanian organik secara inklusif
bagi petani Indonesia. Promosi tersebut akan lebih efektif jika petani dapat diyakinkan dengan
pestisida alami yang lebih tahan terhadap hujan dibanding produk yang digunakan sebelumnya.

A. Senyawa
Pestisida sintetis konvensional diketahui memiliki efek samping yang berbahaya,
beberapa di antaranya adalah: mencemari atmosfer, tanah, dan irigasi; dan menghasilkan
akumulasi senyawa beracun yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Minyak
atsiri diketahui menunjukkan aktivitas pestisida, serta dapat diperoleh secara alami dari
ekstraksi daun cengkih, sereh, dan tanaman lainnya. Cengkih (Syzygium aromaticum L.)
adalah tanaman yang berasal dari famuly Myrtaceae dan biasa ditanam di Indonesia.
Minyak cengkih dapat diperoleh dari daun cengkih melalui proses ekstraksi atau distilasi.
Eugenol (4-allyl-2-ethoxyphenol) adalah komponen utama minyak daun cengkih dan
menunjukkan potensi antibakteri dan antijamur. Meskipun pestisida, eugenol memiliki
tingkat toksisitas yang lebih rendah daripada pestisida lainnya. Minyak cengkih dengan
90% eugenol lebih aman dibandingkan dengan pestisida :
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

 1.500 kali lipat dari pestisida botani phyrethrum;


 15.000 kali dari pestisida azinphos (metil organofosfat);
 4 kali dari minyak thyme (90%), dan
 15 kali dari pestisida daun mimba (3% azadirachtin)

Gambar 1. Struktur Kimia Eugenol


Cymbopogon citratus atau sereh adalah tanaman medis yang mengandung 1-2%
minyak atsiri dengan berbagai komposisi kimia tergantung pada varietas gen dan habitat.
Minyak ini dapat diperoleh melalui proses destilasi uap daun sereh. Citral adalah komponen
utama minyak sereh dengan konsentrasi 65-85%. Citral (3,7-dimetil-octadienal) adalah
nama yang diberikan untuk campuran 2 isomer acyclic monoterpene aldehyde: geranial
(trans-citral, citral A) dan neral (cis-citral, citral B). Citral telah terbukti menunda
pertumbuhan jamur patogen (fungisida), seperti Colletotrichum coccodes, Botrytis cinerea,
Cladosporium herbarum, dan Rhizopus stolonifer.

Gambar 2. Struktur dari Citral (Geranial (Kiri) dan Neral (Kanan))


Kitosan adalah zat yang tidak larut dalam air, larutan basa kuat, sedikit larut dalam
HCl, HNO3 dan H3PO4. Salah satu keunggulan kitosan adalah sifatnya yang antibakteri dan
antijamur. Selain itu, kitosan tidak beracun, biodegradable, dan biokompatibel, sehingga
banyak industri memanfaatkannya, seperti industri makanan, industri farmasi, dan industri
pertanian.

Gambar 3. Struktur Kimia Kitosan


Indonesia merupakan negara hutan hujan, sehingga curah hujan tiap tahun cukup
tinggi. Nilai tahan hujan adalah kemampuan pestisida untuk bertahan di permukaan daun
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

pada kondisi hujan. Pestisida diketahui memiliki peningkatan ketahanan terhadap hujan
jika pada jangka waktu tertentu, pestisida tersebut diserap ke dalam jaringan tanaman,
sehingga tetap efektif meskipun terkena hujan atau aliran air. Nilai tahan hujan bervariasi
tergantung pada beberapa faktor, seperti curah hujan. Curah hujan 2,5 cm dapat
menurunkan efektivitas pestisida hingga 50%, sedangkan curah hujan 5 cm dapat
menghapus semua pestisida, sehingga perlu disemprot kembali. Penghematan pestisida
dapat dilakukan dengan menaikkan nilai tahan hujannya, salah satunya dengan senyawa
saponin. Saponin adalah glikosida rantai panjang yang mengandung satu atau lebih rantai
gula yang melekat pada triterpen atau aglikon steroid. Karena aglikon yang larut dalam
lemak dan rantai gula yang larut dalam air pada strukturnya (amfifilik), saponin menjadi
senyawa aktif permukaan dengan karakteristik seperti deterjen.

Gambar 4. Struktur Kimia Surfaktan Saponin


PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

PRODUK

A. Spesifikasi Produk
Pestisida ECOSIDE dijual dalam bentuk cairan yang ditampung ke dalam
wadah plastic LDPE 5 Liter. Ini untuk mempertimbangkan kesamaan penempaan
produk di pasar pestisida, menyebabkan petani membeli dalam wadah yang lebih kecil
daripada satu, wadah besar untuk mengurangi risiko mendapatkan produk palsu. Hal
ini menjadi pertimbangan atas banyaknya produk pestisida dengan beragam merk,
menyebabkan para petani (perkebunan dan skala rumah) membeli pestisida dalam
wadah kecil agar meminimalisir kerugian apabila produknya kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil perhitungan ekonomi, harga yang ditetapkan untuk ECOSIDE adalah
Rp. 42.500,00.
ECOSIDE adalah campuran minyak cengkih, minyak sereh, saponin, dan
kitosan. Minyak cengkih dan sereh adalah dua komponen aktif utama, saponin
bertindak sebagai surfaktan: untuk memudahkan kohesi antara campuran dengan
tanaman dan untuk menciptakan kondisi viskoelastisitas dalam campuran, membuat
cairan keseluruhan lebih sulit untuk dihanyutkan oleh hujan. Kitosan bertindak sebagai
matriks yang memerangkap semua komponen lainnya. Rasio minyak cengkih, minyak
sereh, saponin dan kitosan adalah 2: 4: 1: 7 berbasis massa. Campuran tersebut
kemudian dilarutkan dalam air dengan komposisi 1:50 basis massa.

B. Desain Produk

Gambar 5. Konsep Packaging ECOSIDE 5 L dan 2,5 L


Gambar di atas menunjukkan konsep packaging untuk kapasitas 5 liter dan 2,5
liter. Target utama dari pestisida tersebut adalah kepada petani perkebunan. Terdapat
paket alternatif sebesar 2,5 liter untuk gardener skala rumahan seharga Rp.
22.000,00/pcs.
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

METODE PRODUKSI

A. Flow Diagram Plant


Produksi pestisida ECOSIDE dalam skala industri dilakukan melalui tiga tahap :
pencampuran komponen aktif, tahap pembuatan matriks, dan finalisasi campuran
pestisida. Pada tahap pertama, pencampuran komponen aktif dilakukan dengan
mencampur minyak cengkih dari tangki penyimpanan (ST-101), minyak sereh (ST-
102), saponin (ST-103), dan polysorbate 80 (ST-104) dalam tangki pengaduk MX-101
selama dua jam. Kemudian, matriks dibuat dengan mencampurkan air dari tangki
penyimpan (ST-201), chitosan (ST-202), dan asam asetat (ST-203) ke dalam tagki
pengaduk MX-201 selama enam jam. Dua campuran dari masing-masing tangki
pengaduk (MX-101 dan MX-201) dicampur pada tangki pengaduk MX-301 untuk
proses finalisasi campuran pestisida selama dua jam. Setelah itu produk akhir
(ECOSIDE) disimpan di dalam tangki penyimpanan ST-301 untuk dilakukan
pengepakan sebelum pendistribusian.

Gambar 6. ECOSIDE’s Industrial Flow Diagram Plant

B. Kapasitas dan Bahan Baku.


Berikut adalah perhitungan dasar dari kapasitas produksi ECOSIDE pada skala
industri.
Data fisis ECOSIDE
Densitas ECOSIDE = 1.0 g/cm3
Volume ECOSIDE = 5 L/pcs
Tempo produksi
1 bulan = 25 hari
1 tahun = 6 bulan
= 150 hari
= 3600 jam
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Untuk kapasitas produksi 965.69 kg/batch, total bahan baku dibutuhkan untuk setiap
batch adalah

Komposisi = Minyak daun cengkih : Minyak daun sereh : Saponin


1 : 2 : 0.5
Minyak daun cengkih = 3.14 kg/batch
Minyak daun sereh = 6.29 kg/batch
Saponin = 1.57 kg/batch
Polysorbate 80 = 2.75 kg/batch
Chitosan = 9.42 kg/batch
Asam Asetat = 9.33 kg/batch
Air = 923.76 kg/batch

ANALISIS KONSUMEN DAN EKONOMI

A. Target Pemasaran
ECOSIDE memilih petani dan pemilik lahan dengan tanaman yang sensitif
tehadap hujan sebagai target strategis dan para petani dengan teknik bercocok tanam
semi-organik sebagai target utama. Petani semi-organik adalah petani yang masih
menggunakan pupuk organik namun masih bergantung pada pestisida sintetis. Dengan
mengklasifikasi melon, mentimun, bawang, dan cabai sebagai tanaman sensitif hujan,
menurut Badan Pusat Statistik Yogyakarta (2014), terdapat 25,911 petani dengan
tanaman sensitif hujan dan 12,855 petani semi-organik.
Para petani semi-organik memilki kemungkinan besar sebagai pengguna
pertama dari ECOSIDE dikarenakan pengalaman mereka dengan konsep bercocok
tanam organik. Penggunaan pupuk organik oleh para petani semi-organik merupakan
indikasi bahwa para petani semi-organik terus-menerus meningkatkan mutu panen
mereka. Dengan demikian, sangat mungkin para petani semi-organik lebih mudah
menerima ECOSIDE sebagai alternatif pestisida dikarenakan memiliki karakteristik
organik dengan biaya yang terjangkau. Sementara itu, petani dengan tanaman sensitif
hujan akan tertarik dengan properti ECOSIDE yang tahan hujan.

B. Kapasitas Pasar
Pada proses penyemprotan tanaman dengan pestisida, terdapat tiga metode
berbasis dosis volume yang digunakan secara umum pada lahan satu hektar per bulan.
Metode tersebut antara lain adalah 200 L per hektar per bulan, 300 L per hektar per
bulan, dan 500 L per hektar per bulan. Kami mengambil dosis 300 L/ha per bulan untuk
menghitung kapasitas pasar produk kami. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki
55,425 hektar lahan dengan permintaan akan pestisida yang tumbuh 4.1% tiap
tahunnya. Dapat diestimasi bahwa kapasitas pasar anual untuk pestisida di DIY berkisar
258.23 ton/tahun. ECOSIDE bertujuan untuk memenuhi sebanyak 75% dari
permintaan tersebut, sebanyak 193,68 ton/tahun.
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

C. Distribusi dan Lokasi.


Distribusi ECOSIDE ditargetkan ke beberapa daerah di DIY dan sekitarnya,
antara lain Yogyakarta, Sleman, gunung Kidul, Bantul dan Kulon Progo. Distribusi
dilakukan dengan bantuan dari agen-agen distributor. Untuk mencapai konsumen, agen
distributor mendistribusikan produk ke toko eceran, toko retail dan koperasi yang
tersebar di Yogyakarta dan sekitarnya. Banyaknya ECOSIDE yang disediakan tiap
daerah disesuaikan terhadap permintaan masing-masing daerah. Untuk
memaksimalkan proses distribusi, pabrik ECOSIDE dibangun di Kulon Progo,
Yogyakarta, Indonesia. Pertimbangan lain dikarenakan Kulon Progo terletak di tengah-
tengah sumber bahan baku ECOSIDE dan Kulon Progo memiliki akses pada berbagai
jalur distribusi dan fasilitas transportasi, seperti Jalur Lingkar Selatan dan Terminal
Wates. Kulon Progo juga memiliki lahan kosong yang cukup untuk dijadikan pabrik
ECOSIDE. Terakhir, Kulon Progo memiliki tingkat upah pekerja yang relatif lebih
rendah dari daerah Yogyakarta lainnya.

D. Ketersediaan Bahan Baku


a. Minyak cengkih.
Minyak cengkih dapat diperoleh dari dusun-dusun di Samigaluh dengan harga
kisaran USD 5/kg untuk memenuhi kebutuhan 3991,98 kg/tahun. Terdapat 22
dusun di Samigaluh yang dapat menyediakan daun cengkih kering yang dipanen
setiap musim kering.
b. Minyak Sereh
Walaupun daun sereh dapat mudah ditanam dan dipanen tanpa perawatan yang
rumit, Minyak sereh ECOSIDE diperoleh secara komersial dari dusun-dusun
Samigaluh. ECOSIDE memerlukan 3991,98 kg/tahun dengan harga berkisar USD
5/kg.
c. Polysorbate 80
Polysorbate 80 atau Tween 80 digunakan sebagai emulsifier larutan. Senyawa ini
diperoleh dari Gudang Kimia Jogja di bantul dengan harga berkisar USD 10/kg
untuk memenuhi kebutuhan berkisar 2494,99 kg/tahun.
d. Kitosan
Chitosan digunakan untuk membentuk matriks pengontrol minyak sereh dan
minyak cengkih. Banyaknya Chitosan yang dibutuhkan berkisar 1580,2 kg/tahun
dan dapat diperoleh dar CV ChiMultiguna di Indramayu dengan harga USD 5/kg.
e. Saponin
Saponin digunakan untuk pelemah tegangan permukaan pestisida pada ECOSIDE.
Saponin diperoleh dengan mudah dari toko daring. Pada situs Alibaba.com,
saponin berkisar USD 3/kg dengan pemesanan minimal 1 kg (diakses Maret 2020).
Saponin dibutuhkan sebanyak 1995,99 kg/tahun.
f. Asam Asetat
Asam asetat digunakan untuk mengubah bubuk chitosan menjadi larutan chitosan.
Sebanyak 1659,21 kg/tahun kebutuhan chitosan terpenuhi dari PT Indo Acidatama
Tbk di Solo, Provinsi Jawa Tengah. Kapasitas produksi PT Indo Acidatama Tbk
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

berkisar 33,000 ton/tahun asam asetat (2014), dengan harga per kilogram berkisar 5
USD.
g. Air
Kulonprogo memiliki sumber air yang melimapah, seperti sungai progo dan waduk
sermo. Kebutuhan air ECOSIDE berkisar 156,44 meter kubik per tahun.

E. Analisis Ekonomi
Berikut adalah analisis ekonomi ECOSIDE
Tabel 1. Ringkasan Analisis Ekonomi
No Component Price

1 Physical Equipment Cost $3900.27

2 Fixed Capital $27,972.22

3 Salvage Value $2797.22

4 Working Capital $21,554.44

5 Manufacturing Cost $92,617.43/year

6 General Expense $10,651/year

7 Sales $5,557.05/year

8 Profit Before Tax $7,114/year

9 Profit After Tax $4,269/year

Dengan asumsi pabrik mampu berjalan dengan kapasitas maksimum selama 10 tahun,
dapat diperkirakan cash flow plant ECOSIDE sebagai berikut

Gambar 7. Cash Flow Tahunan ECOSIDE


PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Analisis keuntungan dilakukan dengan menghitung Return of Investment (ROI),


Payout Time (POT), Break Even Point (BEP), dan Shutdown Point (SDP). Berikut adalah
ringkasan analisis keuntungan ECOSIDE.
Return on Investment Before Tax : 25.43%
Return on Investment After Tax : 15.26%
Pay Out Time Before Tax : 2.9 years
Pay Out Time After Tax : 4.84 years
Break Even Point : 46.61%
Shut Down Point : 18.38%
Nilai ROI minimal yang dapat ditoleransi sebesar 11% dan Nilai maksimal POT yang
dapat ditoleransi selama 5 tahun. Kisaran BEP dan SDP yang dapat diterima masing-masing
sebesar 60-40% dan 20-10%. Berdasarkan parameter tersebut, dapat dikatakan bahwa
ECOSIDE memiliki profitabilitaas yang relatif bagus dan memungkinkan untuk dibangun.

KESIMPULAN

ECOSIDE memiliki memiliki keunggulan sebagai pestisida organik yang efektif dan
murah. Produk ini memiliki cakupan sebagai insektisida dan fungisida yang tahan hujan
sehingga dapat digunakan oleh hampir setiap tanaman perkebunan di Indonesia, khususnya
D.I. Yogyakarta. Gabungan fitur organik, cakupan hama yang luas, ketahanan hujan, dan slow-
release menjadikan ECOSIDE jenis pestisida baru yang pertama kali terdapat di Indonesia.
Hasil perancangan pabrik, evaluasi ekonomi, dan analisis supply chain menunjukkan bahwa
pabrik ECOSIDE milik PT. Efarhad Innovation Agro memiliki model bisnis yang feasible dan
sustainable.
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Mass Balance Calculation


1. MIXING TANK-01 (MX-101)
Input :
Clove Leaf Oil = 9,43 kg/batch
Lemongrass Oil = 18,86 kg/batch
Saponin = 4,71 kg/batch
Tween 80 = 8,25 kg/batch
Output :
Clove Leaf Oil = 9,43 kg/batch
Lemongrass Oil = 18,86 kg/batch
Saponin = 4,71 kg/batch
Tween 80 = 8,25 kg/batch
Table 2. Mass Balance of Mixing Tank 01

COMPONENT INPUT (kg/batch) OUTPUT (kg/batch)

Clove Leaf Oil 9,43 9,43

Lemongrass Oil 18,86 18,86

Saponin 4,71 4,71

Tween 80 8,25 8,25

Total 41,25 41,25

2. MIXING TANK-02 (MX-201)


Input :
Acetic Acid = 29,39 kg/batch
Chitosan = 27,99 kg/batch
Water = 2771,31 kg/batch
Output :
Acetic Acid = 29,39 kg/batch
Chitosan = 27,99 kg/batch
Water = 2771,31 kg/batch
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Table 3. Mass Balance of Mixing Tank 02

COMPONENT INPUT (kg/batch) OUTPUT (kg/batch)

Acetic Acid 29,39 29,39

Chitosan 27,99 27,99

Water 2771,31 2771,31

Total 2828,70 2828,70

3. MIXING TANK-03 (MX-202)


Input :
Clove Leaf Oil = 9,43 kg/batch
Lemongrass Oil = 18,86 kg/batch
Saponin = 4,71 kg/batch
Tween 80 = 8,25 kg/batch
Acetic Acid = 29,39 kg/batch
Chitosan = 27,99 kg/batch
Water = 2771,31 kg/batch
Output :
Clove Leaf Oil = 9,43 kg/batch
Lemongrass Oil = 18,86 kg/batch
Saponin = 4,71 kg/batch
Tween 80 = 8,25 kg/batch
Acetic Acid = 29,39 kg/batch
Chitosan = 27,99 kg/batch
Water = 2771,31 kg/batch
Table 4. Mass Balance of Mixing Tank 03

COMPONENT INPUT (kg/batch) OUTPUT (kg/batch)

Clove Leaf Oil 9,43 9,43

Lemongrass Oil 18,86 18,86

Saponin 4,71 4,71


PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Tween 80 8,25 8,25

Acetic Acid 29,39 29,39

Chitosan 27,99 27,99

Water 2771,31 2771,31

Total 2869,95 2869,95

A. Chemical Engineering Plant Cost Index


Table X. Chemical Engineering Plant Cost Index

B. Physical Equipment Cost (PEC)


Equipment cost is calculated by the six tenth equation as follows:
𝑈𝑠𝑒𝑑 𝐶𝐸𝑃 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑈𝑠𝑒𝑑 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦
𝐶𝑜𝑠𝑡 = 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒 𝐶𝑜𝑠𝑡 × ×( )0.6
𝑅𝑒𝑓𝑒𝑛𝑐𝑒 𝐶𝐸𝑃 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑒 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦
Reference Year = 2016
Used Year = 2020
Table 5. Physical Equipment Cost

Equipment Reference Used Reference Used Reference Used Cost


Capacity Capacity CEPCI CEPCI Cost Cost

Mixing Tank 0.5685 0.0525 556.8 590.2 500 530 127


Active
Ingredients

Mixing Tank 0.5685 3.534 556.8 590.2 500 530 1,586


Matrix

Mixing Tank 0.5685 3.587 556.8 590.2 500 530 1,600


Final

Storage 21,165 0.009 576.1 590.2 95,000 97,325 15


Clove Oil

Storage 21,165 0.021 576.1 590.2 95,000 97,325 24


Lemongrass
Oil

Storage 21,165 0.005 576.1 590.2 95,000 97,325 10


Chitosan
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Storage 21,165 0.924 576.1 590.2 95,000 97,325 236


Water

Storage 21,165 0.028 576.1 590.2 95,000 97,325 29


Acetic Acid

Storage 21,165 0.005 576.1 590.2 95,000 97,325 10


Saponin

Storage 21,165 0.008 576.1 590.2 95,000 97,325 13


Tween 80

Storage 21,165 1.087 576.1 590.2 95,000 97,325 260


ECOSIDE

TOTAL 3,900

C. Raw Material Cost


Table 6. Raw Material Cost
No Material Needs (kg/year) Price ($/kg) Price ($/year)

1 Clove Oil 628.60 5 3143.00

2 Lemongrass Oil 1257.20 5 6285.99

3 Saponin 314.30 2 9331.02

4 Tween 80 550.02 10 5500.24

5 Chitosan 1866.20 5 628.60

6 Acetic Acid 1959.51 0.5 979.76

Total 25,868.61

D. Fixed Capital and Working Capital


Table 6. Fixed Capital and Working Capital
No Type of Expenses Price

1 Delivered Equipment $ 4,680.32

2 Installation $ 1,677.11

3 Piping $ 546.04

4 Instrumentation $ 1,170.08

5 Isolation $ 312.02
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

6 Electric Tools $ 585.04

7 Building $ 3,315.23

8 Land and Improvement Cost $ 1,170.08

9 Utility $ 3,120.21

Physical Plant Cost $ 16,576.13

10 Engineering and Construction $ 4,144.03

Direct Plant Cost $ 20,720.16

11 Contrator Payment $ 2,072.02

12 Contigency $ 5,180.04

Fixed Capital $ 27,972.22

Working Capital $ 21,554.44

E. Manufacturing Cost and General Expense

Table 7. Manufacturing Cost and General Expense


No Type of Expense Price

1 Raw Material $ 25,868.61

2 Operating Labor $ 12,923.08

3 Operating Supervision $ 3,230.77

4 Maintenance $ 1,678.33

5 Plant Supplies $ 251.75

6 Royalties and Patent $3,311.48

7 Utilities $ 3,120.21

Direct Manufacturing Cost $ 50,384.23

8 Payroll Overhead $ 2,584.62

9 Laboratory $ 2,584.62

10 General Plant Overhead $ 11,630.77

11 Packaging and Shipping $ 22,076.53

Indirect Manufacturing Cost $ 38,876.53


PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

12 Depreciation $ 2,517.50

13 Property Taxes $ 559.44

14 Insurance $ 279.72

Fixed Manufacturing Cost $ 3,356.67

Manufactuirng Cost $ 92,617.43

15 Administration $ 2,778.52

16 Sales $ 5,557.05

17 Research $ 2,315.44

General Expense $ 10,651.00

F. Fixed Capital and Working Capital Breakdown


Table 8. Fixed Capital and Working
No Type of Expenses Percent from PEC

1 Delivered Equipment 120

2 Installation 43

3 Piping 14

4 Instrumentation 30

5 Isolation 8

6 Electric Tools 15

7 Building 85

8 Land and Improvement Cost 30

9 Utility 80

Physical Plant Cost 425

10 Engineering and Construction 25

Direct Plant Cost 450

11 Contrator Payment 10

12 Contigency 25

Fixed Capital 485

Working Capital 553


PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

G. Manufacturing Cost and General Expenses Breakdown


Table 9. Manufacturing Cost and General Expense Breakdown
No Type of Expense Values

1 Raw Material 100% Raw Material Cost

2 Operating Labor 2 shift x 20 persons x


$123/month

3 Operating Supervision 25% Labor Cost

4 Maintenance 6% Fixed Capital

5 Plant Supplies 15% Maintenance Cost

6 Royalties and Patent 3% Sales

7 Utilities 100% Utilities

Direct Manufacturing Cost

8 Payroll Overhead 20% Labor Cost

9 Laboratory 20% Labor Cost

10 General Plant Overhead 90% Labor Cost

11 Packaging and Shipping 30% Sales

Indirect Manufacturing Cost

12 Depreciation 9% Fixed Capital

13 Property Taxes 2% Fixed Capital

14 Insurance 1% Fixed Capital

Fixed Manufacturing Cost

Manufactuirng Cost Direct + Indirect + Fixed


Manufacturing Cost

15 Administration 3% Manufacturing Cost

16 Sales 6% Manufacturing Cost

17 Research 2.5% Manufacturing Cost

General Expense
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

H. Profitability Analysis
ECOSIDE will be sold at Rp per pcs and annual production is X pcs. Therefore, annual sales
of ECOSIDE will be Rp or $ if $1 is equal with Rp13,000.00. Profitability analysis was done
by calculating Return of Investment (ROI), Payout Time (POT), Break Even Point (BEP), and
Shutdown Point (SDP). Equations that was used in calculating are:
1. Payout Time (POT) Before Tax
𝐹𝐶
𝑃𝑂𝑇𝑏 =
𝑃+𝐷
with, POTb = Payout Time before tax (year)
FC = Fixed Capital ($)
P = Total annual saving ($/year)
D = Depreciation ($/year)
2. Payout Time (POT) After Tax
𝑃𝑂𝑇𝑏
𝑃𝑂𝑇𝑎 =
(1 − 0,4)
with, POTa = Payout Time after tax (year)
POTb = Payout Time before tax (year)
3. Return of Investment (ROI) Before Tax
𝑃𝑏
𝑅𝑂𝐼𝑏 = × 100
𝐹𝐶
with, ROIb = Return of Investment before tax (%)
Pb = Profit before tax ($/year)
FC = Fixed capital ($)
4. Return of Investment (ROI) After Tax
𝑃𝑎
𝑅𝑂𝐼𝑎 = × 100
𝐹𝐶
with, ROIa = Return of Investment after tax (%)
Pa = Profit after tax ($/year)
FC = Fixed capital ($)
The calculation of POT and ROI are shown below
Table 10. Calculation of POT and ROI
No Component Value

1 ROI Before Tax 25,43 %

2 ROI After Tax 15,26 %

3 POT Before Tax 2,90 years

4 POT After Tax 4,84 years

5. Break Even Point


(𝐹𝑎 + 0.3 𝑅𝑎) × 𝑟𝑎
𝐵𝐸𝑃 =
𝑆𝑎 − 𝑉𝑎 − 0.7 𝑅𝑎
with, BEP = Break Even Point (pcs)
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Fa = Fixed Cost
Ra = Regulated Cost
Va = Variable Cost
ra = Annual maximum production rate (pcs)
6. Shutdown Point
0.3 𝑅𝑎 × 𝑟𝑎
𝑆𝐷𝑃 =
𝑆𝑎 − 𝑉𝑎 − 0.7 𝑅𝑎
with, SDP = Shutdown Point (pcs)
Fa = Fixed Cost
Ra = Regulated Cost
Va = Variable Cost
ra = Annual maximum production rate (pcs)
The calculation of BEP and SDP are shown below
Table 11. Calculation of BEP and SDP
No Component Value

1 Depreciation $ 2,517

2 Taxes $ 559

3 Insurance $ 280

Fixed Cost (Fa) $ ,3357

4 Raw Material $ 25,869

5 Packaging and Shipping $ 22,076.53

6 Utilities $ 3,120.21

7 Royalties $ 3,311.48

Variable Cost (Va) $ 54,377

8 Labor $ 12,923

9 Overhead $ 2,585

10 Supervision $ 3,231

11 General Expense $ 10,651.00

12 Maintenance $ 1,678

13 Plant Supplies $ 252

Regulated Cost (Ra) $ 31,320

14 BEP $ 46.61

15 SDP $ 18.38
PT. EFARHAD
INNOVATION AGRO

Anda mungkin juga menyukai