Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III

“Hunian Vertikal”

Disusun Oleh:
CAMING WAHYU DIAN KARYA
E1B119004

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Seringkali orang mempertanyakan tentang pengertian hunian vertikal. Memang hunian


vertikal ini masih asing di telinga masyarakat awam. Sebab yang mereka ketahui hanya sebatas
perumahan saja. Tidak hanya hunian vertikal saja, namun kadang saat mendengar hunian
horizontal pun banyak masyarakat awam yang tidak tahu menahu tentang kedua hunian tersebut.
Hunian vertikal saat ini mulai dibangun di kota-kota besar yang minim lahan. Berbeda halnya
dengan pedesaan dimana harga tanah sedikit miring dibandingkan dengan harga tanah di
perkotaan. Bidang tanah pun masih luas sehingga lebih banyak ditemukan rumah horizontal
dibandingkan dengan rumah vertikal. 

Apartemen merupakan hunian vertikal yang pertama. Istilah apartemen pertama kali
dipakai oleh negara Amerika Serikat sehingga kata apartemen berasal dari Amerika Serikat. Lalu
apa itu hunian vertikal dengan jenis apartemen?. Apartemen merupakan sebuah bangunan yang
dijadikan tempat tinggal dengan mengambil sebagian kecil dari bangunan. Sehingga satu buah
gedung bangunan, bisa terdiri dari ratusan unit apartemen. Di Inggris, apartemen disebut dengan
flat bukan apartemen.  Memang dulunya apartemen berbeda dengan saat ini, dimana apartemen
hanya bisa disewakan. Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan apartemen,
membuat fungsi apartemen menjadi berubah. Apartemen tidak hanya disewakan saja, namun kini
apartemen bisa juga dibeli beserta dengan tanahnya sehingga kepemilikan apartemen bisa di
klaim. 

Hunian vertikal yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah rumah susun. Rumah
susun sendiri merupakan bangunan yang sedang dibangun pemerintah sehingga nantinya
harganya lebih murah dibandingkan dengan hunian vertikal lainnya. Sayangnya tidak semua
warga Negara Indonesia bisa mendapatkan rumah susun tersebut. Orang yang belum pernah
memiliki tempat tinggal berhak mendapatkan hak untuk tinggal di rumah susun tersebut. Rumah
susun sendiri merupakan bangunan vertikal dan juga horizontal sehingga selain meninggi,
bangunan ini memanjang. Jumlah tingkatan di rumah susun tidak sebanyak di apartemen dan
kondominium. Sama seperti apartemen dan kondominium, rumah susun ini disekat-sekat dan
setiap unit nya dipisahkan sehingga setiap unit dimiliki oleh orang yang berbeda. Sedangkan
untuk status kepemilikannya bisa secara pribadi maupun secara bersama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas adalah

1. Apakah pengertian hunian vertikal.

2. Apa saja jenis-jenis hunian vertikal.

3. Apa saja syarat hunian vertikal.

4. Apa saja fungsi hunian vertikal.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian hunian vertikal.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis hunian vertikal.

3. Untuk mengetahui syarat hunian vertikal.

4. Untuk mengetahui fungsi vertikal.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hunian Vertikal

Hunian vertikal apabila ditinjau dari segi etimologisnya terdiri dari 2 kata yakni hunian
dan vertikal. Menurut Kamus Besa Bahasa ndonesia “hunian” berarti tempa tingga atau
kediaman, sedangkan “ve tikal” be arti tegak lurus dari bawah ke atas atau kebalikannya. Dari 2
arti kata tersebut, maka hunian vertikal adalah suatu tempat tinggal yang dikonfigurasikan
secara tegak lurus dari permukaan bumi. Perkembangan hunian vertikal mulai muncul untuk
menjawab keterbatasan lahan dan sebagai pemenuhan kebutuhan ruang. Hunian vertikal
(Vertical Dwellings) te golong dalam arsitektur vertika bersifa ‘parasit’ yang mana tidak
hanya sekedar berbicara soal bentuk, ketinggian, ataupun tipologi namun lebih ke konteks

dimana arsitektur tersebut tumbuh. Hunian vertical biasanya bersifat mandiri dan intim, yang
menggabungkan keuntungan dari rumah pinggiran kota dan apartemen perkotaan.
Pengertian hunian vertikal yang lebih sederhana adalah sebuah tempat yang dapat dihuni
yang mempunyai bentuk memanjang ke atas. Hunian ini biasanya dibangun di wilayah yang
mempunyai problema dengan namanya keterbatasan lahan.

B. jenis-jenis Hunian Vertikal


Ada beberapa jenis hunian vertikal yaitu:
1. Apartemen
a. Pengertian
Jenis hunian vertikal ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat. Apartemen
merupakan suatu hunian vertikal yang menggunakan sebagian kecil dari bangunan sehingga
dalam satu buah bangunan dapat terdiri dari ratusan unit apartemen. Sistem apartemen
awalnya hanya dapat dapat disewakan, namun sekarang apartemen dapat dibeli beserta
dengan tanahnya. Apartemen saat ini dikelola oleh pengusaha properti baik secara individual
maupun korporasi. Jenis apartemen pun beragam seperti Garden Apartment, Walked-Up
Apartment, Low-Rise Apartment, Medium-Rise Apartment, dan High- Rise Apartment. Saat ini
apartemen banyak berkembang di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang mana
kepemilikannya dapat diklaim.
b. Fungsi
Apartemen memiliki beberapa fungsi yang dibagi dalam 3 fungsi, yakni fungsi utama:
sebagai tempat tinggal, fungsi pendukung: hiburan, fungsi pelengkap: penyediaan ruang publik.

c. Standarisasi
Hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sebuah apartemen yakni, kehidupan
individual dan kolektif yang terdiri dari aktivitas rutin dan aktifitas yang tidak direncanakan.
Berdasarkan buku Time-Saver Standards for Building Types, Joseph De Chiara and John
Hanclock Callender, perencanaan apartemen yang baik membutuhkan ruang-ruang dengan skala
manusiawi dalam aspek-aspek berikut.
1) Keamanan
Keamanan yang dimaksudkan disini terdiri dari dua, yakni, keamanan sehari-hari dan
keamanan saat bencana. Keamanan sehari-hari mencakup kenyamanan tinggal bagi pemakai,
sedangkan keamanan saat bencana mencakup kesalamatan bagi pemakai.
Keamanan sehari-hari terdiri dari susunan bangunan mejemuk yang terdiri dari ruang-
ruang yang bersifat publik dan yang bersifat pribadi sehingga menuntut adanya keterpisahan
antara yang satu dengan yang lainnya. dimana, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah
bagaimana mengatur hak pribadi agar tidak ada kemungkinan benda milik pribadi terjamah oleh
orang lain yang bukan kelompoknya, dan pengamanan kelancaran kegiatan agar orang yang
bukan kelompoknya tidak atau tanpa sengaja, terpaksa atau seenaknya memasuki/melewati
daerah pribadi.
a) Pintu masuk/enterance. Pembatasan pintu masuk manusia bertujuan agar setiap manusia
yang masuk dan keluar dikontrol oleh petuga keamanan, hal-hal yang perlu diperhatikan,
seperti:
- Mencegah siapa yang tidak boleh memasuki daerah privasi penghuni
- Kontrol terhadap pencuri
- Fleksibilitas terhadap pintu masuk
b) Faktor keamanan lain, dimana hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
-
- Komunikasi pos-pos keamanan dengan keamanan pusat
- Pengawasan penerimaan barang
- Pemakaian sarana fasilitas proyek
- Perbaikan kerusakan utilitas bangunan
- Bahaya kebakaran
- Keruntuhan akibat gempa

2) Privasi
Privasi adalah suatu kondisi kehidupan yang memberikan kebebasan bagi seseorang tanpa
terganggu atau tanpa campur tangan pihak lain, baik berupa pandangan maupun suara. Gangguan
terhadap privasi dapat berasal dari luar bangunan dan dapat membentuk pandangan visual yang
langsung, suara kebisingan, polusi getaran.

3) Kenyamanan
Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dengan harmonis
dengan penggunaan suatu ruang, baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk,
tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara, bunyi atau apapun juga.

d. Karakteristik
Berikut ini merupakan beberapa karakteristik dari apartemen.
1) Apartemen biasaynya dibangu lebih dari dua lantai dan berbentuk menjulang tinggi ke
atas;
2) Setiap lantai apartemen terdiri dari beberapa unit hunian;
3) Fasilitas yang tersedia di dalam kawasan apartemen milik bersama, serta khusus
diperuntukkan bagi para penghuni apartemen saja.
4) Apartemen biasanya dibangun di lokasi strategis, dekat dengan fasilitas umum dan
infrastruktur; dan
5) Huniann apartemen bersifat eksklusif karena tak sembarang orang bisa masuk ke dalam
gedung.
e. Contoh Apartemen

Nama : Chayan Tower


Lokasi : Dubai, Uni Emirat Arab
Jumlah lantai : 72 Lantai
Arsitek : Skidmore, Owings and Merrill

2. Kondominium
a. Pengertian
Saat apartemen belum berubah sistemnya, kondominium dan apartemen adalah jenis
hunian vertikal yang berbeda. Kondominium pertama kali diperkenalkan di Italia. Dari segi
etimologisnya, kondominium berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari 2 kata yakni “con” --
sama-sama dan “dominium” – kepemilikan atau pengendalian sehingga kondominium adalah
hunian vertikal yang kepemilikannya dapat bersama-sama. Kondominium sebenarnya leih
mengarah ke hal kepemilikan sedangkan apartemen adalah bentuk fisik dari sebuah tempat
tinggal vertikal. Menurut kalangan pegiat properti, kondominium merupakan apartemen
yang kepemilikannya dapat diklaim secara individual oleh penghuni. Penghuni dapat
memakai, menyewa, hingga menjual kepada orang lain sedangkan penghuni apartemen tidak
demikian. Seiring berjalannya waktu, 2 jenis hunian vertikal ini mulai sulit untuk dibedakan
karena apartemen sekarang sudah dapat diklaim kepemilikannya. Sistem penggunaan fasilitas di
apartemen dan kondominium tidak jauh berbeda dimana penghuni menggunakan dan mengelola
fasilitas tersebut secara bersama-sama.

b. Fungsi
Kondominium memiliki fungsi yang sama dengan apartemen yaitu sebagai tempat tinggal
pribadi yang berada di dalam sebuah bangunann vertikal. Kondominium ibaratkan seperti tinggal
di rumah karena memiliki hak penuh atas hunian tersebut namun tidak terhadap fasilitas
bersama. Fasilitas yang dimiliki pun tak berbeda jauh seperti kolam renang, ruang kumpul,
tamann, gym, dan lainnya. fungsi lainnya adalah menjadi investasi properti baik sewa menyewa
maupun jual-beli properti.

c. Standarisasi
Hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sebuah apartemen yakni, kehidupan
individual dan kolektif yang terdiri dari aktivitas rutin dan aktifitas yang tidak direncanakan.
Berdasarkan buku Time-Saver Standards for Building Types, Joseph De Chiara and John
Hanclock Callender, perencanaan apartemen yang baik membutuhkan ruang-ruang dengan skala
manusiawi dalam aspek-aspek berikut.

1) Keamanan
Keamanan yang dimaksudkan disini terdiri dari dua, yakni, keamanan sehari-hari dan
keamanan saat bencana. Keamanan sehari-hari mencakup kenyamanan tinggal bagi pemakai,
sedangkan keamanan saat bencana mencakup kesalamatan bagi pemakai.
Keamanan sehari-hari terdiri dari susunan bangunan mejemuk yang terdiri dari ruang-ruang
yang bersifat publik dan yang bersifat pribadi sehingga menuntut adanya keterpisahan antara
yang satu dengan yang lainnya. dimana, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana
mengatur hak pribadi agar tidak ada kemungkinan benda milik pribadi terjamah oleh orang lain
yang bukan kelompoknya, dan pengamanan kelancaran kegiatan agar orang yang bukan
kelompoknya tidak atau tanpa sengaja, terpaksa atau seenaknya memasuki/melewati daerah
pribadi.
a) Pintu masuk/enterance. Pembatasan pintu masuk manusia bertujuan agar setiap manusia
yang masuk dan keluar dikontrol oleh petuga keamanan, hal-hal yang perlu diperhatikan,
seperti:
- Mencegah siapa yang tidak boleh memasuki daerah privasi penghuni
- Kontrol terhadap pencuri
- Fleksibilitas terhadap pintu masuk
b) Faktor keamanan lain, dimana hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
- Komunikasi pos-pos keamanan dengan keamanan pusat
- Pengawasan penerimaan barang
- Pemakaian sarana fasilitas proyek
- Perbaikan kerusakan utilitas bangunan
- Bahaya kebakaran
- Keruntuhan akibat gempa

2) Privasi
Privasi adalah suatu kondisi kehidupan yang memberikan kebebasan bagi seseorang tanpa
terganggu atau tanpa campur tangan pihak lain, baik berupa pandangan maupun suara. Gangguan
terhadap privasi dapat berasal dari luar bangunan dan dapat membentuk pandangan visual yang
langsung, suara kebisingan, polusi getaran.

3) Kenyamanan
Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dengan harmonis
dengan penggunaan suatu ruang, baik dengan ruang itu sendiri maupun dengan berbagai bentuk,
tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara, bunyi atau apapun juga.

d. Karakteristik
Berikut ini merupakan karakteristik dari kondominium.
1) Tinggal di kondominium memiliki biaya perawatan lebih rendah karena pembayaran
dilakukan kepada asosiasi yang mencakup biaya perawatan, fasilitas dan lainnya. Biaya
unit dibebankan kepada penghuni.
2) Mendapatkan rasa aman seperti di rumah karena adanya system keamanan yang bagus.
3) Kesempatan untuk bersosialisasi dengan tetangga lebih banyak.

Selain itu, dalam hal kepemilikan sebuah kondo terdapat beberapa peraturan yang perlu
diperhatikan, yakni:
1) Tisak semua pemilik kondominium boleh melakukan perubahan pada wajah atau bagian
luar dari kondo. Menambahkan aksesoris seperti jeruji pada bagian luar tanpa seizing
pihak bangunan tidak dizinkan. Selain itu, tidak diperbolehkan secara sembarangan
mengganti kusen atau model kaca dari kondo yang telah dimiliki.
2) Terdapat biaya lain yang dibebankan kepada pemilik dan perlu dibayarkan, seperti biaya
kebersihan, hinggabiaya parkir kendaraan.
3) Perhitungan biaya listrik dan air biasanya dibuat sedikit berbeda dari rumah pada
umumnya. Setiap kondo memiliki cara perhitungan biaya yang berbeda sehingga
sebelum membeli sebuah kondo disarankan harus melakukan konsultasi terlebih dahulu
kepada pemilik bangunan.
e. Contoh Kondominium

Nama : Blue Ocean Condotel


Lokasi : Idonesia, Kutai Bali
Jumlah lantai : 6 Lantai
Arsitek :
3. Rumah Susun
a. Pengertian
Jenis hunian vertikal ini adalah yang sedang digalakkan oleh pemerintah sekarang.
Rumah susun diklaim memiliki jangkauan harga yang lebih rendah dibandingkan apartemen
dan kondominium. Sistem kepemilikan di rumah susun juga beragam mulai dari sewa hingga
milik sehingga terdapat 2 jenis rumah susun yakni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)
dan Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami). Jumlah lantai rumah susun tidak setinggi
apartemen dan kondominium dan pengembangannya tidak hanya secara vertikal namun juga
secara horizontal. Rumah susun biasanya memiliki sekat-sekat di tiap unitnya sehingga setiap
unit dapat dimiliki oleh orang yang berbeda-beda.

b. Standarisasi
1) Persyaratan Keselamatan Bangunan
a) Menjamin terwujudnya bengunan rusuna yang dapat mendukung beban yang timbul
akibat perilaku alam dan manusia
b) Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka disebabkan
oleh kegagalan struktur bangunan
c) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur
d) Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh
kegagalan struktur
e) Menjamin terpasangnya instalasi listrik, penangkal petir, komunikasi, transportasi
vertikal dalam gedung, proteksi kebakaran, plambing secara aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan rusuna
f) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan semua instalasi secara
baik
g) Menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang memenuhi persyaratan jalan kelua pada
saat terjadi kebakaran, serta memberikan akses bagi upaya pemadaman dari luar
h) Dalam hal denah bengunan rusuna berbentuk T,L, atau U, maka harus dilakukan
pemisahan struktur atau delatasi untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan akibat
gempa atau penurunan tanah
i) Dalam meminimalisasi terjadinya kerusakan akibat gempa denah bangunan rusuna
sedapat mungkin simetris terhadap dua akses/sumbu dan sederhana. Denah berbentuk
sentris (bujursangkar, segibanyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan
yang berbentuk memanjang
j) Menjamin terwujudnya keselamatan gerak dan aktivitas pengguna bangunan
k) Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau luka saar
evakuasi pada keadaan darurat.

2) Persyaratan Kesehatan Bangunan


a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun buatan
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan rusuna
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara baik.
c) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan rusuna
d) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaann secara baik
e) Menjamin tersedianya sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi yang memadai
dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan rusuna
f) Menjamin upaya beropperasinya peralatan dan perlengkapan sarana dan prasarana air
bersih dan sanitaso secara baik.

c. Karakteristik
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Teknik Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, beberapa kriteria perencanaan
pembangunan rumah susun sederhana (Rusuna) adalah sebagai berikut:
1) Kriteria Umum
a) Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi persyaratan fungsional,
andal, efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan kualitas
lingkungan di sekitarnya dan peningkatan produktivitas kerja.
b) Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material, tetapi pada
kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsional bangunan, dan
mampu mencerminkan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya;
c) Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanjang umurnya diusahakan
serendah mungkin.

2) Kriteria Khusus
a) Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempetimbangkan identitas setempat
pada wujud arsitektur bangunan tersebut.
b) Massa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3, hindari bentuk
denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan.
c) Jika terpaksa denah terlalu panjang (>50 m) atau tidak simetris: pasang dilatasi bila
dianggap perlu.
d) Lantai dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum, antara lain: ruang unit usaha,
ruang pengelola, ruang bersama, ruang penitipan anak, ruang mekanikal-elektrikal,
prasarana dan sarana lainnya, antara lain tempat penampungan sampah/kotoran.
e) Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1 (satu) unit
huniannya terdiri atas: 1 (satu) ruang duduk/keluarga, 2 (dua) ruang tidur, 1 (satu)
KM/WC, dan ruang service (dapur dan cuci) dengan total luas per unit maksimum 30
m2.
f) Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari total luas lantai
bangunan.
g) Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan sedapat mungkin
tidak menggunakan, balok anak, dan memenuhi persyaratan penghawaan dan
pencahayaan.
h) Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geser atau
rangka perimentral) harus kokoh, stabil, dan efisien terhadap beban gempa.
i) Setiap lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan ruang bersama yang
dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni.
j) Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas, kecepatan
dan ekonomis (seperti sistem formwork dan sistem pracetak) disbanding sistem
konvensional.
k) Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak sedangkan dinding
pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban struktur dapat
lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan.
l) Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi keselamatan dan
kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm.
m) Railing/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan faktor privasi
dan keselamatan dengan memperhatika estetika sehingga tidak menimbulkan kesan
massif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railing.
n) Penutup lantai tangga dan selasar menggunakn keramik, sedangkan penutup lantai unit
hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecuali KM/WC.
o) Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggi maksimum
adalah 1.80 meter dai level lantai.
p) Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi maksimum
pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari level meja dapur.
d. Contoh ( Rumah Susun)

Nama : Karl-Marx-Hof
Lokasi : Wein, Austria
Jumlah lantai : 7 Lantai
Arsitek : Karl Ehn
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hunian vertical adalah sebuah tempat yang dapat dihuni yang mempunyai bentuk
memanjang ke atas. Hunian ini biasanya dibangun di wilayah yang mempunyai problema dengan
namanya keterbatasan lahan. Ada beberapa jenis hunian vertikal yaitu: Apartemen,
Kondominium & Rumah Susun. Definisi dari ketiga jenis tersebut hamper sama , namun yang
membedakan yaitu hak kepemilikan dan juga fasilitas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://en-m-wikipedia-org.translate.goog/wiki/Cayan_Tower?_x_tr_sl=en&_x_tr_t
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Karl-Marx-Hof
https://images.search.yahoo.com/search/
images;_ylt=Awr9Ik1lWU5i5NkAaCZXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZAMEc2
VjA3BpdnM-?p=Karl-Marx-Hof&fr2=piv-
web&type=E210US91215G0&fr=mcafee#id=7&iurl=https%3A%2F%2Frandomwhispers.com
%2Fwp-content%2

Anda mungkin juga menyukai