Anda di halaman 1dari 2

Pentas Terakhir

Hujan yang turun ke bumi dari tadi malam masih tersisa hingga pagi hari. angin dingin
menusuk-nusuk kulit ku. Dulu, malas untuk sekolah.
Sekarang pemandangan menggetarkan hatiku, baju seragam rapih tergantung dilemari, tas
membisu diujung meja belajar, sepatu tak pernah tersentuh, Uh ….
Pagi cerah semburat mentari membelai bumi, diiringi angin sepoi-sepoi. Aku melangkah
ke sekolah SMP Tutwuri Handayani dengan semangat, riang hati tergambar diwajahku.
Menapaki halaman sekolah, teman-teman menyapa dengan ramahnya. Diruang perpustakaan aku
berkumpul dengan tim silat, Pusaka Sembilan Domas.
“Selamat pagi,” Tiba-tiba kang Asep berdiri tegak didalam ruangan.
“Pagi.” Sontak kami menjawab bersamaan.
“Pagi ini, kita akan menuju ke SMP BPK Penabur, Lili atur posisi. Jika ada yang kurang
hapal silahkan berdiri dibelakang.”
Aku mengangguk tanda mengerti, yang lainnya setuju. Setelah kang Asep memberi
pengarahan, beliau meninggalkan kami.
Aku, Shifa, Maulin dan yang lainnya bergegas menuju sekolah yang mengundang kami
pentas.
Setelah tiba disekolah yang dituju, kami diarahkan menuju aula. Suasana ramai, tahun ini
pentas seni diadakan disini.
“Kita akan bersiap-siap.” Kang Asep mulai bicara.
“Siap.” Kami menjawab serentak.
“Marilah kita berdoa sebelum pentas. Berdoa mulai.” Kang Asep melanjutkan bicara.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, panitia memanggil grup ku
“Ini lah grup pencak silat dari SMP Tutwuri Handayani, kami persilahkan naik ke atas
panggung,” Tepuk tangan menggema mengiringi langkah kami.
Dengan semangat, kami menuju panggung untuk membuat formasi. Aku paling depan,
Shifa dan Maulin berada ditengah. Sedangkan dibaris ketiga Revi, Ayang dan Raka.
Suara kendang dan terompet mulai mengalun. Anak-anak yang tadinya ribut berubah
menjadi hening. Mereka memperhatikan kami yang berada diatas panggung.
Enam belas menit akhirnya berlalu, pertunjukan kami selesai. Alhamdulillah.
Tepuk tangan mengiringi kami turun dari atas panggung. Hatiku membara, sukses.
Setelah mengambil foto bersama siswa sekolah lain, kamipun pulang. Raut ceria tergambar
diwajah teman-temanku. Hilang sudah rasa lelah.
Hujan deras disertai angin kencang menampar kaca jendela kamarku, suara berisik
menyadarkanku dari lamunan. Disini, dikamar ini aku sendiri. Pentas telah lama berlalu. Kini
hampir delapan bulan aku belajar dirumah, tidak ada teman-teman, tidak pernah berjumpa lagi,
tidak ada ekskul termasuk pencak silat.
Aku rindu bertemu dengan teman-teman dan guruku.
Kapan?
Covid 19 merenggut segalanya, merenggut keceriaan kami.
Ya Allah biarkanlah kami hidup normal kembali. Kepada-Mu aku meminta. Hilangkanlah
virus ini dari muka bumi ini. Engkau yang Maha Kuasa. Aamiin..
Cemara tersapu angin, diam membisu
Helai demi helai berguguran
Pandangan nya tersaput air bening, redup
Tak ada gelak tawa anak-anak
Sepi …..
Mencekam ….
Hanya angin yang menemani.

Karya : Laili Arrahmah


Kelas : IX A
SMP : SMP Tutwuri Handayani

Anda mungkin juga menyukai