Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Dasar hukum qurban
c. Maksud dan tujuan kegiatan qurban
BAB II ISI LAPORAN
a. Susunan panitia
b. Program kerja tiap bagian
c. Anggaran biaya kegiatan
d. Proses pelaksanaan
e. Pendistribusian
f. Dokumentasi
g. Jumlah hewan qurban dan berat daging qurban yang akan
dibagikan
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Ibadah berqurban adalah antara amalan mulia dan penting dalam Islam karena amat besar
fadhilatnya, tetapi sayangnya masih banyak orang yang samar-samar atau kabur kefahaman
menerka mengenainya, sehingga ada yang memandang ringan walaupun mempunyai
kemampuan tetapi tidak mahu melakukan penyembelihan qorban dan aqiqah ini.
Begitulah masalah berqurban yang akan coba kita jelaskan. Semoga dengan penjelasan
yang serba sedikit ini dapat membantu kefahaman kita semua tentang ibadah Qurban serta
keinginan untuk sama-sama mencari pahala kedua ibadah ini akan meningkat. Dan semoga
memberi kefahaman yang jelas hingga kita dapat menghayatinya dengan penuh keimanan kerana
menjunjung perintah Allah s.w.t. dan mendapat fadhilat daripada amalan yang akan kita lakukan
ini.
B. Dasar Hukum Qurban
Qurban hukumnya sunnah, tidak wajib. Imam Malik, Asy Syafi’i, Abu Yusuf, Ishak bin
Rahawaih, Ibnul Mundzir, Ibnu Hazm dan lainnya berkata, “Qurban itu hukumnya sunnah bagi
orang yang mampu (kaya), bukan wajib, baik orang itu berada di kampung halamannya (muqim),
dalam perjalanan (musafir), maupun dalam mengerjakan haji.” (Matdawam, 1984)
Sebagian mujtahidin –seperti Abu Hanifah, Al Laits, Al Auza’i, dan sebagian pengikut
Imam Malik— mengatakan qurban hukumnya wajib. Tapi pendapat ini dhaif (lemah)
(Matdawam, 1984).
Ukuran “mampu” berqurban, hakikatnya sama dengan ukuran kemampuan shadaqah, yaitu
mempunyai kelebihan harta (uang) setelah terpenuhinya kebutuhan pokok ( al hajat al asasiyah)
–yaitu sandang, pangan, dan papan– dan kebutuhan penyempurna (al hajat al kamaliyah) yang
lazim bagi seseorang. Jika seseorang masih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut, maka dia terbebas dari menjalankan sunnah qurban (Al Jabari, 1994)
Dasar kesunnahan qurban antara lain, firman Allah SWT :
“Maka dirikan (kerjakan) shalat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. ” (TQS Al Kautsar :
2)
“Aku diperintahkan (diwajibkan) untuk menyembelih qurban, sedang qurban itu bagi kamu
adalah sunnah.” (HR. At Tirmidzi)
“Telah diwajibkan atasku (Nabi SAW) qurban dan ia tidak wajib atas kalian.” (HR. Ad
Daruquthni)
Dua hadits di atas merupakan qarinah (indikasi/petunjuk) bahwa qurban adalah sunnah.
Firman Allah SWT yang berbunyi “wanhar” (dan berqurbanlah kamu) dalam surat Al Kautas
ayat 2 adalah tuntutan untuk melakukan qurban (thalabul fi’li). Sedang hadits At Tirmidzi,
“umirtu bi an nahri wa huwa sunnatun lakum ” (aku diperintahkan untuk menyembelih qurban,
sedang qurban itu bagi kamu adalah sunnah), juga hadits Ad Daruquthni ” kutiba ‘alayya an
nahru wa laysa biwaajibin ‘alaykum” (telah diwajibkan atasku qurban dan ia tidak wajib atas
kalian); merupakan qarinah bahwa thalabul fi’li yang ada tidak bersifat jazim (keharusan), tetapi
bersifat ghairu jazim (bukan keharusan). Jadi, qurban itu sunnah, tidak wajib. Namun benar,
qurban adalah wajib atas Nabi SAW, dan itu adalah salah satu khususiyat beliau (lihat Rifa’i
et.al., Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, hal. 422).
Orang yang mampu berqurban tapi tidak berqurban, hukumnya makruh. Sabda Nabi SAW :
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah
sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al Hakim, dari
Abu Hurairah RA. Menurut Imam Al Hakim, hadits ini shahih. Lihat Subulus Salam IV/91)
Perkataan Nabi “fa laa yaqrabanna musholaanaa” (janganlah sekali-kali ia menghampiri
tempat shalat kami) adalah suatu celaan (dzamm), yaitu tidak layaknya seseorang –yang tak
berqurban padahal mampu– untuk mendekati tempat sholat Idul Adh-ha. Namun ini bukan
celaan yang sangat/berat (dzamm syanii’ ) seperti halnya predikat fahisyah (keji), atau min
‘amalisy syaithan (termasuk perbuatan syetan), atau miitatan jaahiliyatan (mati jahiliyah) dan
sebagainya. Lagi pula meninggalkan sholat Idul Adh-ha tidaklah berdosa, sebab hukumnya
sunnah, tidak wajib. Maka, celaan tersebut mengandung hukum makruh, bukan haram (lihat
‘Atha` ibn Khalil, Taysir Al Wushul Ila Al Ushul, hal. 24; Al Jabari, 1994).
Namun hukum qurban dapat menjadi wajib, jika menjadi nadzar seseorang, sebab
memenuhi nadzar adalah wajib sesuai hadits Nabi SAW :
“Barangsiapa yang bernadzar untuk ketaatan (bukan maksiat) kepada Allah, maka
hendaklah ia melaksanakannya. ” (lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah XIII/157).
Qurban juga menjadi wajib, jika seseorang (ketika membeli kambing, misalnya)
berkata,”Ini milik Allah, ” atau “Ini binatang qurban.” (Sayyid Sabiq, 1987; Al Jabari, 1994).

C. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN QURBAN


1. meningkatkan ketakwaan
Pengertian takwa terkait dengan ketaatan seorang hamba kepada yang Kholik untuk
menjalankan perintah-Nya.Tingkat ketakwaan seseorang dapat di ukur dari kepedulian terhadap
sesamanya.
2.Meningkatlan Kesabaran
Nabi Ibrahim dan Ismail adalah hasil dari sebuah pemahaman atas keyakinan dan keimanan
yang mutlak kepada Allah,keyakinan dan keimanan bahwa sesungguhnya segala yang datang
dari Allah adalah sebuah kebenaran.Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah bagaimana
kita mampu memahami hakikat sabar itu,sabar bukan sekedar menahan marah,emosi tapi lebih
dari itu sebuah kesadaran harus lah datang dari jiwa yg dipenuhi keyakinan dan keimanan atas
kebenaran yang datang dari Allah.
3.Meningkatkan Keikhlasan
Mencoba bercermin dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail sekedar mengambil pelajaran bahwa
ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk menyembelih anaknya dan setelah melalui
pengolakan batin yang luar biasa akhirnya beliau memantapkan hati untuk melaksanakan
perintah tersebut ikhlas dalam hal ini beliau menyadari bahwa Allah telah memberinya anugerah
keturunan yang sangat didambakannya dan Allah pun yang akan mengambilnya
kembali.Harta,kerkuasaan,jabatan,hidup dan mati,keturunan san segala anugerah kenikmatan
yang kita rasakan pada hakikatnya adalah milik Allah dan setiap saat atau apapun Allah
menghendaki maka dia berhak untuk mengambilnya kembali.Pada saat itulah kita diuji apakah
kita sanggup merelakan apa yang menurut kita adalah milik kita sendiri untuk diambil kembali
oleh pemiliknya yang hakiki.
4. Meningkatkan solidaritas social dan ukhuwah islamiah
Kita sering beranggapan bahwa apa yang kita raih adalah hasil jerih payah sendiri dan
melupakan ALLAH yang maha memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan saat ini.Dengan
membagikan kepada kalangan tidak mampu merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial
seorang muslim kepada sesamanya yang tidak mampu.Selain menumbuhkan rasa solidaritas
sosial,juga dapat merekatkan ukhuwah islamiah antara tetangga,bahwasanya tidak ada perbedaan
suku,rasa ataupun agama.dihari raya idul adha ini pula jalan pemersatu antara muslim dan non
muslim itu bisa saling menghormati dan menghargai.
BAB II
ISI LAPORAN

SUSUNAN PANITIA HARI RAYA ‘IDUL ADHA 1442 H/2021 M

KETUA : 1.TSANIA TAZKIYATUL UYUN

2. SHERLY SYAILA KHOIRUNNISA’

SEKRETARIS : 1. IIN FASHA NIHAYATI

2. NUR HAMIDAH (sekretaris lapangan)

BENDAHARA :1. CHUDAIFIATUL LUTFIANA

2. NUR LAILATUL KHOIRIYAH

DOKUMENTASI : 1.SAJJIDA RAHMA RAMADHONA

2.SAJJIDA RAHMA RAMADHANI

3. INDRI SALMA VANNESA

PERLENGKAPAN :1. ZUSMIA KHIKMATUL ‘ABIDAH

2. RUHMA SILVI WARDANI

3. NINA ARROSYIDAH

4 .DEVI NUR AUDIA

Divisi-Divisi:
1. Divisi Masak Pecel
 Ekah
 Uyun
 Jihan
 Nina
 Lu’lu’
2. Divisi Masak Asem-Asem
 Mbk erny
 Maya
 Azmi
 Alfi
 Nabila 2
3. Divisi Masak Tongseng
 Dhani
 Falen
 Mbk Tina
 Nadin
 Fira
4. Divisi Masak Kikil
 Mbk Lutfi
 Mbk Devy
 Audia
 Shofia
 Sherly
5. Divisi Masak Nasi
 Arina
 Ella
 Rafida
 Mia
 Nia
6. Divisi Masak Air
 Arina
 Puput
 Aishy
 Mbk Iin
 Sabrina
7. Divisi Cuci Piring
 Salma
 Via
 Kharir
 Elya
 Lubna
 Fidila
 Nabila 1
8. Divisi Cuci Isi Perut Hewan Qurban
 Mbk Cudaifi
 Mbk Lia
 Mbk Reza
 Fatimah
 Dewi
9. Divisi Bantu-Bantu
 Aisyah 1
 Mbk Qori’
 Lintang
 Binti
 Mbk Nisak
 Mbk Chilma
10. Divisi masak sate
 Mbk reza(pj)
 Silvi
 Ekah
 Fina
 Ely
 Jihan
11. Divisi potong daging sapi
 Mbk chudaifi(pj)
 Muna
 Fitri
 Dewi
 Hilma 2
 Zahra
 Nina
 Uyun
12. Divisi potong daging kambing
 Fatimah(pj)
 Ella
 Arina
 Lu’lu’
PROGRAM KERJA TIAP DIVISI

DIVISI KETUA

    Mengontrol bagian lain


    Membagi tugas kepada setiap bagian
 Membuat teming yang akan di persiapkan
 Mengarahkan saran kepadabagian yang belummengerti
 Mengadakan rapat terkait persiapan acara qurban
  Menyampaikan Informasi terkait

    Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan

DIVISI SEKRETARIS

 Membuat surat undangan


 Membuat surat izin
  Menindak lanjutkan info dari ketua

  Membuat spanduk acara

DIVISI SEKRETARIS LAPANGAN

 Membuat daftar nama penerima daging


 Memberikan daging sesuai nama yang tertera

DIVISI BENDAHARA

 Merencanakan Anggaran biaya pelaksanaan acara qurban


  Melaporkan keuangan

 Menindak lanjutkan info dari ketua


 Mengumpulkan iuran santri
 Menulis setiap santri yang sudah membayar

DIVISI PUBLIKASI

 Siap siaga dalam mengambil gambar


 Menata posisi saat foto bersama
DIVISI KONSUMSI

 Menyiapkan konsumsi

DIVISI PERLENGKAPAN

 Melengkapi bagian yang kurang


 Menyediakan benner bekas untuk memotong daging
 Menyiapkan peralatan memasak
 Menyiapkan peralatan makan dan minum
 Menyiapkan bahan bahan membuat sate
 Mengembalikan peralatan

DIVISI MASAK

 Memasak nasi
 Memasak pecel
 Memasak tongseng
 Memasak kikil
 Memasak asem asem
 Memasak sate
 Memasak air(kopi,teh,es squash timun)

DIVISI MEMOTONG DAGING

 Memotong daging sapi


 Memotong daging kambing
 Menimbang daging seberat

DIVISI KESEHATAN

 Menyiapkan p3k
 Mengobati yang terluka

Anda mungkin juga menyukai