Anda di halaman 1dari 11

HASIL RESUME

SHALAT ‘IDAIN (SHALAT DUA HARI RAYA)


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Fikih Ibadah
Dosen Pengampu : IMAM SYAFI’I, M. Pd.

1. SHALAT IDUL FITRI


a. Pengertian Shalat Idul Fitri
Pada dasarnya Hari raya adalah semua hari yang didalamnya terdapat sekumpulan orang yang
merayakannya, khususnya untuk agama-agama yang mempunyai perayaan-perayaan hari
besar ataupun kecil.
Mayoritas umat Islam mengartikan idul Fitri dengan arti “kembali menjadi suci”. Apabila
ditinjau kembali dengan “kembali suci” tidak sepenuhnya benar, sebab kata “suci” dalam
bahsa arabnya adalah al-Qudss atau Subhana
b. Hukum Melakasanakan Shalat Idul Fitri
Para ahli ilmu berbeda pendapat tentang hukum shalat ied. Ada tiga pendapat:
Pendapat Pertama:
Hukumnya adalah fardhu a’in (wajib bagi setiap muslim). Pendapat ini dipilih oleh Syaikhul
Islam. Dalil mereka adalah:
1. Firman Allah dalam Surahb al-Kautsar ayat 2.
2. Firman Allah surah al-Baqarah ayar 185.
3. Nabi selalu mengerjakan shalat ini setiap hari raya.
4. Beliau memerintahkan semua manusia keluar untuk shalat ied, hingga para wanita,
perawan, wanita haid- beliau memerintahklan mereka untuk menjauhi tempat shlat sampai
orang tidak mengenakan jilbab hendaknya memakai jilbab temanya.
5. Sesungguhnya shalat ied termasuk syiar Islam paling agung, maka ia adalah wajib
sebagimana shalat Jum’at.
Pendapat kedua:
Shalat id fardhu kifayah yaitu jika telah dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin maka gugur
kewajiban bagi yang lain. Ini adalah Madzhab Hanbali dan sebagian pengikut Syafi’I. hujjah
mereka adalah dalil-dalil pendapat pertama.
Pendapat ketiga:
Seseungguhnya shalat ied Sunnah Muakkad dan bukan wajib. Ini adalah Madzhab Malik,
asy-Syafi’I dan kebnaykan sahabat mereka, hujjah mereka adalah :
1. Sabda Nabi SAW kepada Arab badui ketika menyebutkan shalat lima waktu. Dia
berkata “ Adakah kewajiban shalat yang lain atasku?” beliau bersabda, “tidak, kecuali
shalat tathawu’(sunnah)”.
2. Shalat id terdapat ruku’ dan sujud, tidak disyariatkan adzan padanya, maka shalat
tersebaut tidak wajib sebagaimana shalat dhuha.
Adapun pendapat yang mengatakan sunnah muakkad sangat lemah. Sedangkan hadist tentang
orang Arab badui tiodak dapat dijadikan hujjah, karena beliau mengkhususkan shalat lima
waktu sebagai penegas kewajibannya secara terus menerus, diulang setiap hari dan malam.
Sedangkan pendapat yang mengatakan fardhu kifayah juga tidak kuat. Karena fardu kifayah
adalh amal ibadah yang mendatangkan kemaslahatan telah diarain walaupun hanya
dikerjakan sebagian kaum, muslimin, seperti mengubur mayit dan memerangi musuh.
Semenatara hari ied tidak terdpaat maslahat kepada setiap orang jika hanya dikerjakna
sebagian.

c. Waktu dan Tempat Melaksanaan Shalat Idul Fitri


a. Waktu pelaksanaannya shalat Idul Fitri
Pada ahli fiqh sepakat bahwa waktu pelasanaan shalat hari raya adalah setelah terbitnya
matahari seukuran satu atau dua tombak atau kira-kira setengah jam setelah terbit sampai
sesaat sebelum tergelincirnys matahari, yaitu sebelum masuk waktu dzuhur. Sama dengan
waktu dhuha.

b. Tempat pelaksanaan Shalat Idul Fitri


Para ahli fiqh memiliki dua pendapat yang hamper sama. Mayoritas ulama selain asy-Syafi’I
mengatakan tempatnya selain Makkah, yaitu tempat shalat (padang sahara diluar daerah,
tetapi harus dekat dengan daerah tradisi, menurut Hambali) bukan masji, kecuali karena
darurat dan adanya uzur, dimakruhkan bila dilakukan bertentangan dengan perbuatan Beliau.
Jika memang ada uzur maka tidak dimakruhkan.
Adapun di Makkah, lebih baik dilakukannya di dalam Masjidil Haram, karena mulianya
temapat dan dapat melihat Ka’bah. Itu merupakan diantara syiar agama paling besar.
Imam Syafi’I berpendapar “ jika masjid itu luat tetap dipadang pasar maka tidak mengapa.
Namun, jika masjid itu sempit tetap melakukan shalat didalamnya dan tidak keluar menuju
tempat terbuka maka hukumnnya makruh.”
Hanafi berpendapat, tidak perlu sampai memabawa keluar podium ke tempat shalat pada hari
raya, karena tidak perlu mengapa bila membuat podiaum diluar sehingga tidak perlu
membawanya keluar masjid.

d. Hikmah Shalat Idul Fitri


a. Kegembiraan dan Kesyukuran
Pada saat momen ini kita bergembira menyambut Idul Fitri.
b. Ketauhidan, Keimanan, dan Ketakwaan
Dalam menyambut Idul Fitri disunnahkan bagi kita untuk memperbanyak
mengumandangkan takbir,tahlil,tasbih dan tahmid sebagi bentukpenegas dan pembaharuan
deklarasi imandan tauhid.
c. Kefitrahan
Dengan hadirnya Idul Fitri berarti kamum muslimin kembali kepada fitrah, kembali
kepada kesucian.
d. Kepedulian
Islam adalah agama peduli. Oleh karena ummatnyapun adalah ummat peduli.
e. Kebersamaan dan Persatuan
Suasana dan nuansa kebersamaan serta persatuan ummat begitu kental, begitu terasa dan
begitu indah.

2. SHALAT IDUL ADHA


a. Pengertian Shalat Idul Adha
Kata ied berasal dari aada yauwdu awdan wa iyaadatan yang artinya kembali sedangkan
jamak dari lafad ied yaitu a’yaadun yang artinya hari raya contohnya Idul Fitri dan Idul
Adha.
Adha berasal dari kata Dhakhiyyat wa hiya udhkhiyat dinamakan demikian karena
penyembelihan hewan kurban tidak dilakukan kecuali di waktu terbitnya matahari.
Idul Adha adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu
Nabi Ibrahim, yang bersedia untuk mengorbankan putranya untuk Allah, kemudian
sembelihlah itu digantikan oleh-Nya dengan domba.
idul adha jatuh pada tanggal 10 Dzuulhijjah, hari jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul
Fitri. Hari ini juga bese4rta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
b. Hukum Melakasanakan Shalat Idul Adha
Para ahli ilmu berbeda pendapat tentang hukum shalat ied. Ada tiga pendapat:
Pendapat Pertama:
Hukumnya adalah fardhu a’in (wajib bagi setiap muslim). Ini adalah pendapat Abu Hanifah,
Ahmad dan salah satu pendapat asy-Syafi’I saerta satu riwayat dari Ahmad.
Pendapat kedua:
Shalat id fardhu kifayah yaitu jika telah dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin maka gugur
kewajiban bagi yang lain. Ini adalah Madzhab Hanbali dan sebagian pengikut Syafi’I.
Pendapat ketiga:
Seseungguhnya shalat ied Sunnah Muakkad dan bukan wajib. Ini adalah Madzhab Malik,
asy-Syafi’I dan kebnaykan sahabat mereka,
c. Waktu Melaksanaan Shalat Idul Adha
Menurut Syakh Kamil Muhammad pelaksanaan sholat ied dimuali sejak mulai terbit matahari
sampai tergelincir secara sempurna. Untuk sholat Idul Adha dianjurkan untuk mengerjakan
diawal waktu sehingga memungkinkan jamaah untuk menyegerakan menyembelih hewan
kurban setelah melaksakan sholat.
d. Hikmah Shalat Idul Adha
Beberapa hikmah dan keutamaan yang dapat kita ambil atas kedatangan hari raya Idul Adha.
1. Saling berbagi Rizki
Hari raya idul Adha menjadi hari kebahagiaan bagi seluruh umat Islam dunia. Karena
disini kita saling membagi rezeki, yakni berupa daging hasil sembelihan hewan kurban
secara merata.
2. Berkurban Jadi Jalan Ketakwaan
Hari raya memebri keutamaan untuk menghadapi permasalhan tersebut.
3. Mendapat Pahala Berlipat Ganda
Sungguh betapa besarnya ganjaran yang dierikan oleh Allah SWT kepada orang yang mau
meluangkan untuk berkurban.
Bahkan dalam sesuatu dari hewan yang dikurbankan itu, tidaklah terbuang karena akan
digantikan dengan pahala besar disisi-Nya.
4. Dijauhkan Dari Neraka
Tiada hentinya Allah SWT memberi keutamaan, terlebih bagi siapa saja orang yang
berkurban dengan penuh keikhlasan.
5. Pintu Penyelamat Dunia Akhirat
Mempersiapkan hewan penyembelihan pada hari raya idul Adha, ternyata terdapat pula
hikam yang didapatkan.
6. Mengenang Kepatuhan Nabi Ibrahim A.S
Pada hari raya Idul Adha, pastinya terkenang kembali betapa besar ketaan dan kepatuhan
Nabi Ibrahim as atas perintah-perintah Allah SWT. Sdehingga ia telah berhasil
menjalankannya dengan baik.
7. Berkurban Menjadi Kendaraan Akhirat
Hari raya Idul Adha mampu mendatangkan keutamaan khususnya bagi Shahibul kurban,
yaitu sebuah kendaraan diakhirat kelak.
Penanya:

Nisa Setiyaningsih26 Nov


Nama:Nisa Setiyaningsih Nim:2120246 Izin bertanya,Apakah diperbolehkan sholat Idul
Fitri Sendiri?

Kuniy Saadatiy26 Nov


Nama : Kuniy Sa'adatiy Nim : 2120225 Izin bertanya bagaimana hukum nya meninggalkan
sholat iedul adha maupun iedul fitri ketika dalam keadaan shafar atau bepergian?

Laelatul Mahdiyah26 Nov


Assalamualaikum wr.wb Saya Laelatul Mahdiyah_2120218 Izin bertanya. Apabila kita
ikut sholat idul Fitri berjamaah dimasjid. Pada rakaat pertama jumlah ada 7 takbir tapi
terlambat 3 takbir. Apakah tetap dilanjut mengikuti imam atau melakukan takbir sendiri?

Adib Raihan26 Nov


Adib raihan majid 2120219 Izin bertanya, jika kita ketinggalan rakaat saat sholat iedul fitri
maupun iedul adha bagaimana?

Nurafatul Khasanah26 Nov


Nama : nur afatul khasanah Nim : 2120222 Pertanyaan : Jika melakukan sholat idul fitri
berjamaah di rumah, apakah disyariatkan untuk khutbah?

Ayu Tazkiya Dini26 Nov


Nama: Ayu Tazkiya Dini Nim: 2120237 Apa Saja Rukun, Syarat, Dan Sunnah Shalat ‘Ied?

Indana Luziyatulf26 Nov


Nama : Indana Luziyatul Fitri Nim : 2120223 Izin bertanya Jika melakukan sholat idul fitri
berjamaah di rumah, apakah disyariatkan untuk khutbah?

Firda Rahma Elhaq26 Nov


Nama: Firda Rahmah Elhaq NIM: 2120231 Izin bertanya. Mengingat adanya pandemi
covid, apakah sholat ied bisa dilaksanakan di rumah masing²? Lalu bagaimana rukun
khutbahnya? Terimakasih

Farah Zahro'Nia26 Nov


Nama : Farah Zahro'nia Nim : 2120244 Pertanyaan : Bagaimana hukumnya semisal kita
datang terlambat sehingga kita tertinggal satu rakaat dalam melaksanakan shalat id? dan
bagaimana cara menyempurnakan nya? Jelaskan
Novi Andriani26 Nov
Nama: Novi Andriani Nim: 2120238 Izin bertanya, bagaimana tata cara sholat idain
sendiri di rumah karena pandemi covid-19? Dan apa hukumnya?

Zahrotus Syifa26 Nov


Nama : Zahrotus syifa Nim : 2120234 izin bertanya , Benarkah kita disunahkan untuk
mengambil jalan yang berbeda , sepulang dari shalat ied ?

sunariyah esty26 Nov


Nama : Sunariyah Esty Barokah Nim 2120232 Izin bertanya Dikampung saya ada dua
penyelenggaraan sholat ied. Manakah temoat sholat idul firti yang disunahkan?dilapangan
atau dimasjid? Jelaskan alasannya

Husna Naila26 Nov


Nama: Na'ilah Husna_2120211 Izin bertannya, Adakah surat yang Dianjurkan Dibaca saat
Salat Idul fitri maupun idul Adha?

Ubaidilah Faizah26 Nov


nama ubaidilah faizah mukti 2120252 izin bertanya Bolehkah wanita yg sedang haidh
duduk didalam shof jama'ah sholat hari raya?

Putik Intan26 Nov


Nama : Putik Intan setiyani NIM :2120248 Izin bertanya,terkadang ada sholat ied yang
dilakukan di masjid dan dilapangan,lebih baik dilakukan dimana,berikan alasannya?

Uzmatul Fakhizati26 Nov


Nama: Uzmatul Fakhizati NIM: 2120251 Izin bertanya, Apa keutamaan dari melaksanakan
sholat Idul Fitri?

Jawaban:

Adelia Lutfiana26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dr Nisa boleh, akan tetapi disunnahkan untuk berjamaah.
sholat² Sunnah di sunahkan (lebih disunnahkan/ dianjurkan) dilakukan sendirian, kecuali
sholat sunah idain dan tarawih

Fajar triyanto26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dari kuniy saadatiy, dalam Shahih Al-Bukhari
dicantumkan satu bab tentang orang yang terlewat dari Shalat Id secara berjamaah, baik
karena tidak hadir di masjid, lokasi shalat terlalu jauh, atau sedang dalam perjalanan.
Waktu shalat Id adalah sejak matahari terbit, sampai waktu Zhuhur. Khusus untuk shalat
Idul Fitri, dianjurkan untuk diakhirkan sedikit sampai matahari sudah agak tinggi, agar
orang-orang yang belum membayar zakat fitrah tidak telat menunaikannya. Bagaimana
jika seseorang terlewat dari shalat Idul Fitri berjamaah? Ulama menyebutkan bahwa shalat
Id ini boleh dilakukan di lain waktu baik secara berjamaah atau sendiri, dengan tata cara
shalat Id yang lengkap yaitu dua rakaat dengan tujuh takbir di rakaat pertama dan lima
takbir di rakaat kedua. Pendapat ini sebagaimana disebutkan Imam an-Nawawi dalam Al-
Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab. Ada pula pendapat ulama lain yang menyebutkan boleh
dengan shalat dua rakaat saja. Dalam Fathul Qarib al Mujib, disebutkan bahwa shalat hari
raya itu hukumnya sunnah muakkad, dan memang disyariatkan untuk berjamaah. Namun
juga boleh dilakukan sendiri, maupun dalam kondisi perjalanan/musafir. Dengan
demikian, shalat Id di perjalanan itu bisa dilakukan. Pelaksanaannya pun dengan cara
shalat Id sebagaimana biasa, menimbang kondisi kendaraan yang dinaiki. Jika tidak dapat
menghadap kiblat, maka sesuai dengan arah kendaraan. Shalat Id ini bisa dilakukan sambil
duduk jika tidak memungkinkan berdiri, dengan ruku’ dan sujud yang disesuaikan. Atau
alternatifnya jika kurang nyaman dilakukan dalam perjalanan, shalat Id bisa dilakukan
setiba di tujuan. Jika tak ada jamaah yang diajak, shalat Id bisa dilakukan sendiri.
Beberapa ulama dari kalangan mazhab Syafii, seperti disebutkan oleh Imam an-Nawawi
dalam Al Majmu’ Syarh al Muhadzdzab bahwa shalat ‘Id boleh di-qadla’ di waktu lain,
jika memang telah terlewat momennya. Qadla’ shalat ‘Id ini boleh dilakukan pada hari
yang sama, esok hari, atau sekiranya ada kesempatan di lain waktu. Selagi sempat
dianjurkan hendaknya segera dilakukan, meskipun dilakukan sendiri.

Fajar triyanto26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dari laelatul Mahdiyah, Tentang orang yang ketinggalan
takbir zawaid bersama imam ketika shalat id, ketika dia datang dan imam sudah membaca
Al-Fatihah, maka hendaknya dia melakukan takbiratul ihram kemudian melakukan takbir
zawaid (sendirian). Ini adalah pendapat Mazhab Hanafiyah, Malikiyah, dan pendapat awal
Imam Syafi’i (qaul qadim: pendapat beliau ketika masih tinggal di Baghdad). Keterangan
tentang hal ini bisa dilihat di Al-Majmu’, karya An-Nawawi. Sementara pendapat Imam
Syafi’i yang baru dan pendapat yang dipegangi Mazhab Hanbali, tentang makmum yang
ketinggalan, dan imam telah melakukan beberapa takbir zawaid, maka makmum tidak
perlu mengganti takbir yang ketinggalan karena takbir ini hanya dilakukan di waktu
tertentu, sementara dia sudah ketinggalan.

Fajar triyanto26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dari adib, Jika seseorang tertinggal melaksanakan sholat
Ied bisa disambung sebagaimana sholat biasa. Itu namanya makmum yang masbuq,
masbuq satu rakaat ya harus ditambah. Kalau ia datang kemudian sholatnya sudah tahiyat
akhir, ia harus tetap naik lagi salat meneruskan dua rakaat karena belum dapat satu
rakaatpun

FARIZA YOGI PRATAMA26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dari ayu tazkiya dini. Sebelum Anda melaksanakan sholat
Ied ada baiknya Anda mengetahui syaratnya sebagai berikut: Sholat Idul Adha dilakukan
setelah terbit matahari. Didirikan di tempat terbuka atau tanah lapang bila tidak hujan.
Namun menurut Mazhab Syafi’I solat Idul Adha lebih baik dilaksanakan di masjid jika
masjid nya besar dan mampu menampung jumlah jamaah yang hadir. Sebaiknya sholat
berjamaah secara berjamaah. Jika berhalanagan untuk sholat berjamaah, boleh
dilaksanakan sendirian. Abu Hasan Ali Al- Bagdadi dalam kitab Al- Iqna “fiqh Asy-syafi’I
mengatakan “dan hendaklah melaksanakan sholat dua hari raya dalam keadaan hadir
maupun berpergian, baik dengan berjamaah maupun sendiri-sendiri”. Namun sangat
dianjurkan dan diharuskan bagi yang benar-benar tidak berhalangan untuk melakukan
sholat berjamaah di masjid atau di lapang terbuka. Rukun dalam melaksanakan solat Ied
ini tentunya sama dengan rukun dalam sholat wajib lainnya diantaranya ialah: Melakukan
niat sholat terlebih dahulu Berdiri bagi Anda yang kuat Takbiratul ihram Membaca surat
Al Fatihah Melaksanakan ruku dengan tumaninah I’tidal dengan tumaninah Sujud dengan
tumaninah Duduk diantara dua sujud Duduk pada tahiyat akhir Baca tahiyat Solawat
Salam Tartib

Adelia Lutfiana26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dr Novi Andriani Fatwa MUI Nomor 28 Tahun 2020
menyatakan shalat Idul Fitri yang dilaksanakan di rumah dapat dilakukan secara berjamaah
dan dapat dilakukan secara sendiri. Apabila shalat Idul fitri di rumah dilaksanakan secara
berjamaah maka ketentuannya ialah: Jumlah jamaah shalat Ied minimal 4 orang (satu
imam dan 3 makmum). Kaifiat (tata cara) shalat idul fitri berjamaah di rumah sama dengan
saat di masjid/lapangan Usai shalat Id, khatib melaksanakan khutbah Jika jumlah jamaah
kurang dari empat orang atau jika dalam pelaksanaan shalat Id berjamaah di rumah tidak
ada yang berkemampuan untuk khutbah maka sholat Idul Fitri boleh dilakukan berjamaah
tanpa khutbah. Sementara apabila shalat Idul Fitri dilaksanakan secara sendiri maka
ketentuannya adalah: Berniat niat shalat Idul Fitri secara sendiri. Dilaksanakan dengan
bacaan pelan (sirr). Tata cara pelaksanaan seperti shalat ied berjamaah Tidak ada khutbah.
Untuk melaksanakan salat ied di rumah, berikut tata cara yang bisa dilakukan: Disunahkan
untuk membaca takbir sejak malam Idul Fitri hingga sebelum melangsungkannya.
Disunahkan mandi, sarapan, dan memakai pakaian yang bagus serta wewangian Tidak ada
adzan dan iqomah Dua hal tersebut bisa diganti dengan bacaan ‫َص ُّلْو ا ُس َّنَة ِلِع ْيِد الِفْط ِر َر ْك َع َتْي ِن‬
‫ َج اِمَع َة َر ِح َم ُك ُم اللُه‬Salat Ied dilakukan dengan dua rakaat melalui bacan niat ‫ُاَص ِّلى ُس َّنًة ِلِع ْيِد الِفْط ِر‬
‫ ِإَم اًم ا للِه َتَع اَلى‬/‫ َر ْك َع َتْي ِن ُم ْسَتْقِبَل اْل ِقْب َلِة َأَداًء َم ْأُم ْو ًم ا‬Pada rakaat pertama, membaca takbiratul ihram dan
takbir sebanyak 7 kali dengan mengangkat ke dua tangan pada tiap takbirnya Kemudian
membaca surah Al-Fatihah dan salah satu surah atau ayat dalam Al-Qur'an Rukuk Itidal
Sujud pertama Duduk di antara dua sujud Sujud kedua Berdiri kembali pada rakaat kedua
Untuk rakaat kedua, membaca takbir sebanyak 5 kali, dilanjutkan seperti rakaat pertama
hingga mencapai sujud yang kedua Duduk tasyahud akhir di rakaat kedua Salam pada
akhir rakaat kedua
Idul Fitri?

Adelia Lutfiana26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dr Na'ilah Husna Saat shalat idul fitri dan idul adha , pada
raka'at pertama kita disunnahkan atau lebih utama membaca Surah Al-A'la atau Surah Qaf.
Sedangkan pada raka'at kedua disunnahkan atau lebih utama membaca Surah Al-Ghasyiah.
Adelia Lutfiana26 Nov
Saya akan menjawab pertanyaan dr Ubaidilah Faizah Lebih utama bagi wanita untuk
keluar rumah untuk mengerjakan shalat id, berdasarkan perintah yang disampaikan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‫) َع ْن ُأِّم َع ِط َّيَة َر ِض َي الَّلُه َع ْن ها َقاَلْت‬890( ‫) ومسلم‬324( ‫روى البخاري‬
‫ َفَأَّم ا‬، ‫ َأَم َر َنا َر ُسوُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن ُنْخ ِر َج ُهَّن ِفي اْل ِفْط ِر َو اَألْض َح ى اْلَع َو اِتَق َو اْل ُحَّيَض َو َذ َو اِت اْل ُخ ُدوِر‬:
: ‫ َقاَل‬. ‫ ِإْح َداَنا ال َيُك وُن َلَها ِج ْلَباٌب‬، ‫ َيا َر ُسوَل الَّلِه‬: ‫ ُقْلُت‬. ‫اْلُح َّيُض َفَيْع َتِز ْلَن الَّصالَة َو َيْش َهْد َن اْل َخ ْي َر َو َد ْع َو َة اْلُم ْس ِلِم يَن‬
‫ ِلُتْلِبْس َها ُأْخ ُتَها ِم ْن ِج ْلَباِبَها‬Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (no. 324) dan Muslim (no. 890) dari
Ummu Athiyah radhiallahu ‘anha; beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kami untuk keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, baik
‘awatiq(wanita yang baru baligh), wanita haid, maupun gadis yang dipingit. Adapun
wanita haid, mereka memisahkan diri dari tempat pelaksanaan shalat dan mereka
menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah,
salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab.’ Beliau menanggapi, ‘Hendaklah saudarinya
(maksudnya: sesama muslimah, pent.) meminjamkan jilbab kepadanya. – Al-‘awatiq:
bentuk jamak dari ‘atiq; maknanya: wanita yang baru baligh atau hampir baligh, atau yang
telah layak untuk menikah. – Dzawatul hudzur: para gadis dalam pingitan. Al-Hafizh
berkomentar, “Pada hadits tersebut terdapat anjuran bagi wanita untuk keluar menyaksikan
dua hari raya, baik mereka itu wanita muda atau bukan, wanita yang berpenampilan
menarik atau tidak. Asy-Syaukani menguraikan, “Hadits tersebut dan juga berbagai hadits
lain yang semakna dengannya menunjukkan disyariatkannya bagi wanita untuk keluar
menuju lapangan shalat pada dua hari raya, tanpa ada perbedaan antara gadis, janda,
wanita yang masih muda, wanita yang sudah tua, wanita yang sedang haid, dan yang
lainnya. Itu berlaku selama mereka tidak menarik perhatian, tidak pula menjadi fitnah
(godaan bagi kaum lelaki, pent.), tidak pula sedang terhalang oleh suatu uzur.” Syekh Ibnu
Utsaimin ditanya, “Manakah yang lebih utama bagi wanita: keluar mengikuti shalat id atau
tetap berdiam diri di rumahnya?” Syekh Utsaimin menjawab, “Yang lebih utama baginya
adalah keluar rumah menuju lapangan pelaksanaan shalat id, karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan para wanita untuk mendirikan shalat id, sampai-sampai
para wanita yang baru baligh dan gadis pingitan. Artinya, para wanita yang tidak biasanya
keluar rumah pun, beliau perintahkan untuk keluar, kecuali wanita haid. Beliau
perintahkan wanita haid keluar rumah, namun memisahkan diri dari tempat pelaksanaan
shalat id. Dengan demikian, wanita haid boleh berangkat bersama para wanita lainnya
untuk menghadiri pelaksanaan shalat id, namun mereka tidak masuk ke tempat
pelaksanaan shalat id. Karena tempat pelaksanaan shalat id seperti masjid dan wanita haid
tidak boleh berdiam di dalam masjid. Mereka boleh sebatas lewat atau melakukan suatu
keperluan di dalamnya. Namun, bukan untuk berdiam diri di dalamnnya. Berdasarkan
keterangan ini, kami katakan bahwa para wanita juga diperintahkan untuk keluar menuju
shalat id. Mereka mengerjakan shalat sebagaimana para lelaki. Mereka juga mendapatkan
kebaikan, seperti ceramah, dzikir dan doa.” (Majmu’ Fatawa, 16:210) Beliau juga
menjelaskan, “Akan tetapi, wajib bagi mereka (para wanita) untuk keluar dalam keadaan
biasa saja, tidak berdandan dan tidak memakai wewangian, sehingga mereka bisa
mengerjakan amalan sunnah sekaligus menjauhi fitnah (tidak menimbulkan godaan bagi
kaum lelaki, pent.). Adapun yang dilakukan sebagian wanita, seperti berdandan dan
memakai wewangian, maka itu merupakan bentuk ketidak-tahuan mereka dan keteledoran
para pemimpin mereka. Meskipun demikian, hal ini tidaklah menghalangi hukum syariat
yang umum, yaitu perintah agar wanita keluar rumah menghadiri pelaksanaan shalat id.”
FARIZA YOGI PRATAMA26 Nov
Saya akan menjawab pertanyaan putik intan. Tempat pelaksanaan shalat Ied lebih utama
dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada halangan seperti hujan. Abu Sa’id Al Khudri
mengatakan, “Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya Idul
Fithri dan Idul Adha menuju tanah lapang.”

Adelia Lutfiana26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dr Uzmatul Fakhizati 1.Mengagungkan Asma Allah
Apabila kamu melaksanakan shalat Idul Fitri, kamu pasti akan mengucapkan asma Allah
berkali-kali terutama kalimat takbiratul ikhram, atau Memaha Besarkan Allah SWT.
Dengan begitu maka kamu akan mendapatkan pahala sebab telah mengagungkan dan
mengucapkan atau berdzikir atas nama Allah. Tentunya bagi kamu yang jarang untuk
berdzikir dan mengucapkan nama Allah, ini bisa menjadi sebuah kesempatan besar untuk
kita kembali mengingat Allah di hari Raya besar umat Islam di seluruh dunia ini. 2. Shalat
Berjamaah Shalat Idul Fitri juga biasanya dilaksanakan secara berjamaah. Oleh karena itu,
dari pelaksanaan shalat berjamaah ini akan membuat kita mendapatkan pahala shalat
berjamaah yang besar dari Allah SWT. Hal ini juga bisa menjadi sebuah kesempatan besar
bagi kamu sebagai umat islam untuk merapatkan barisan dan mendapatkan kebersamaan
lewat shalat berjamaah. Di saat shalat berjamaah ini tentunya kita tidak akan memandang
bulu, suku, jabatan, rupa, dan hal-hal lain yang bersifat keduniawian. Selagi mereka
bersujud kepada Allah SWT dan membesarkan Allah SWT, melaksanakan shalat Idul Fitri
juga menjadi penanda kita semua bersaudara dan harus saling menjaga. 3. Silaturahmi
Sesama Muslim Dengan melaksanakan shalat Idul Fitri, kamu semua juga bisa
mendapatkan kesempatan untuk bersilaturahmi sesama muslim. Mungkin di bulan-bulan
atau kesempatan lainnya kamu sedikit jarang untuk bersilaturahmi. Namun saat Idul Fitri
tiba, maka itu bisa menjadi kesempatan bagi kamu bertemu dan bermaaf-maafan dengan
kerabat terdekat kita atau tetangga. Momen Idul Fitri ini jugalah dimana semua orang
Islam keluar dari rumahnya dan semuanya menyempatkan untuk bisa ikut shalat berjamaah
idul fitri di masjid atau lapangan lingkungan sekitarnya. Untuk itu, hal ini menjadi salah
satu keutamaan shalat Idul Fitri. Sebab Allah tidak hanya memasukkan unsur ketauhidan
atau hubungan manusia dengan Allah saja, namun juga memiliki dampak terhadap
hubungan manusia dan manusia. 4. Merayakan Bersama Kemenangan Umat Islam Dengan
kamu melaksanakan shalat Idul Fitri, maka kamu juga bisa merayakan hari kemenangan
bersama-sama dengan para umat islam lainnya di seluruh dunia. Kamu bisa merasakan
kebersamaan dan kebahagiaan dari apa yang dilakukan setelah shalat Idul Fitri. Tentunya
kebersamaan dan merasakan kebahagiaan bersama adalah hal yang mahal dan tidak
tertandingi oleh apapun. Maka, alangkah luar biasanya jika kamu bisa merayakan hari
kemenangan tersebut bersama-sama. 5. Menunjukkan Ukhuwah Islamiah dan Kekuataan
Umat Islam Karena hukumnya yang sunnah muakkad atau fardhu kifayah, maka shalat
Idul Fitri pun membuat orang-orang islam menjadi terdorong untuk melaksanakannnya
saat tidak berhalangan. Pengertian Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah dan Wathaniyah
tentunya sangat penting untuk dipahami dan dilakukan oleh seluruh umat islam. Untuk itu,
dengan berkumpulnya umat islam sehabis melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sebulan
penuh, maka akan menimbulkan efek pada ukhuwah islamiah yang terbentuk. Hal ini juga
akan sekaligus menunjukkan bahwa umat islam merupakan sebuah umat yang besar dan
padu. Hendaknya juga menjadi motivasi bagi para umat islam agar saling membantu dalam
kebaikan dan juga memberikan dorongan agar memajukan islam bersama. 6. Mengajarkan
Tentang Kepedulian Shalat Idul Fitri juga mengajarkan kita untuk menjadi peduli. Sebab
Islam memegang adalah agama yang peduli. Oleh karenanya umatnya pun adalah umat-
umay peduli. Sifat serta karakter kepedulian tersebut begitu tampak nyata dan terbukti
secara mencolok selama bulan mulia yang baru saja berlalu dan saat pelaksanaan Shalat
Idul Fitri tersebut

Adelia Lutfiana26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dr Zahrotus Syifa Seseorang dianjurkan pada saat
berangkat dan pulang dari shalat id dengan menggunakan jalan yang berbeda. Hal ini
sebagaimana disebutkan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Ghuniyatul Thalibin. Ia
mengatakan: ‫ويستحب إذا خرج المؤمن إلى صالة العيد في طريق أن يرجع في طريق أخرى لما روى ابن عمر‬
‫ أن النبي صلى الله عليه وسلم أخذ يوم العيد في طريق ورجع في طريق أخرى‬Artinya, “Orang Mukmin
dianjurkan pergi dan pulang dari shalat id dari jalan yang berbeda karena Ibnu Umar
menyatakan bahwa Nabi SAW pergi dan pulang shalat id dari jalan yang berbeda.”Anjuran
pergi dan pulang shalat id dari jalan yang berbeda ini adalah hasil pemahaman terhadap
tindakan Rasulullah. Menurut Syekh Abdul Qadir, ulama berbeda pendapat terkait kenapa
Rasulullah pergi dan pulang shalat id dari jalan yang berbeda. Ada yang mengatakan
tujuan Rasulullah ini adalah untuk mempercepat perjalanan pulang. Maksudnya,
Rasulullah kemungkinan pada saat ke masjid melewati jalan yang panjang karena
pahalanya semakin banyak dan pulang lewat jalan yang dekat supaya cepat sampai. Ada
juga yang mengatakan, melihat wajah Rasulullah merupakan kebahagiaan tersendiri dan
rahmat. Karenanya, ia melewati jalan yang berbeda agar semuanya mendapat rahmat.
Pandangan lain mengatakan, setiap tanah di muka bumi ini senang diinjak Rasulullah.
Supaya tidak cemburu satu sama lainnya, ia melewati jalan yang berbeda. Ada pula yang
mengatakan, Rasulullah melewati jalan berbeda agar bisa bersedekah kepada masyarakat.
Kalau melewati satu jalan, sedekahnya tidak merata. Oleh karena itu, ia melewati jalan
yang berbeda supaya sedekahnya merata. Selain itu, masih ada tafsiran lain terkait anjuran
pergi dan pulang melalui jalan yang berbeda ini. Setiap tafsiran ini tentu tidak bisa diklaim
sebagai kebenaran, karena Rasulullah sendiri tidak menjelaskan alasan mengapa beliau
pulang dan pergi shalat id dari jalan yang berbeda. Meskipun demikian, ulama tetap
menganjurkan untuk melakukan apa yang dilakukan Rasul tersebut, karena memang tidak
semua apa yang dilakukan Rasul bisa dirasionalkan. Wallahu a‘lam.

FARIZA YOGI PRATAMA26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dari indana luziyatul fitri. Saat melaksanakan Sholat ID
di rumah masing- masing tentu rukun dan syaratnya tetap sama seperti melaksanakan
Sholat Ied di masjid atau di lapangan.Mengenai wajib ada khutbah atau tidak saat sholat
Idul Fitri di rumah, jawabnya, sholat Idul Fitri di rumah boleh pakai khutbah, boleh tidak.
Sama-sama sah. Wallahu a'lam

Fajar triyanto26 Nov


Saya akan menjawab pertanyaan dari Firda Rahmah Elhaq, Menurut MUI, shalat Ied dapat
dilakukan di rumah baik secara sendirian/munfarid maupun berjamaah. Bila dilakukan
secara berjamaah, maka jumlah jamaah yang melaksanakan shalat Ied minimal empat
orang. Rinciannya, satu orang menjadi imam dan tiga lainnya makmum. Selain itu, setelah
Ied di rumah, khatib bisa melaksanakan khutbah. Namun, jika jumlah jamaah kurang dari
empat orang, maka shalat Idul Fitri boleh dilakukan berjamaah tanpa khutbah.
FARIZA YOGI PRATAMA26 Nov
Saya akan menjawab pertanyaan dari esty .Shalat Idul Fitri disunnahkan dilakukan di
lapangan, dalilnya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri ‫كان رسول الله صلى الله‬
‫ فأول شيء يبدأ به الصالة‬، ‫“ عليه وسلم يخرج يوم الفطر واألضحي إلى المصلى‬Pada hari raya Idul Fitri dan
Idul Adha, Rasulullah saw keluar menuju tempat shalat (lapangan). Pertama kali yang
dikerjakan adalah melakukan shalat. ” (HR Bukhari dan Muslim). Hadits di atas
meunjukkan bahwa yang disunnahkan adalah melakukan shalat Idul Fitri di lapangan.
Tetapi dibolehkan juga melakukan shalat Idul Fitri di masjid, khususnya jika ada halangan
untuk melaksanakannya di lapangan, seperti hujan, tidak ada lapangan yang bisa
digunakan, atau udara yang sangat dingin, sebagaimana yang terjadi di daerah Eropa dan
Timur Tengah

Menambahkan jawaban :

Novi Kumalasari26 Nov


Novi Kumalasari_2120220 Izin menambahkan jawaban fajar pertanyaan dari kuniy Bagaimana
hukum meninggalkan shalat ‘idul fitri atau ‘idul adha karena sedang safar atau berpergian? Tidak
mengapa bagi orang yang safar meninggalkan shalat ‘ied, sama saja dia menganggap shalat ‘ied
itu hukumnya fardhu ‘ain atau pun dia menganggap fardhu kifayah, ketika keberadaannya sedang
safar maka tidak mengapa baginya meninggalkannya, berkata Asy-Syaikh Ibnul Utsaimin
Rahimahullah: ‫ َﻛ َﻤﺎ َﻻ ُﺗ ْﺸَﺮُﻉ ﺍﻟُﺠْﻤَﻌ ُﺔ ِﻓﻲ َﺣ ِّﻖ ﺍْﻟ ُﻤَﺴﺎِﻓِﺮ َﺃْﻳ ﻀًﺎ‬،‫“ َﻻ ُﺗ ْﺸَﺮْﻉ َﺻ َﻼُﺓ ﺍْﻟ ِﻌ ْﻴِﺪ ِﻓﻲ َﺣ ِّﻖ ﺍْﻟ ُﻤَﺴﺎِﻓِﺮ‬Tidak disyari’atkan
shalat ‘ied bagi orang yang safar, sebagaimana tidak disyari’atkannya juga shalat jum’at bagi
orang yang safar”. Dan apabila orang yang safar berada di suatu tempat atau di suatu pemukiman
yang diadakan padanya shalat ‘ied dan mudah baginya untuk ikut shalat ‘ied bersama penduduk di
tempat pemukiman tersebut maka dia ikut, Insya Allah dia mendapatkan pahala. Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai