Anda di halaman 1dari 2

Inception report.

Evaluasi Program Pengendalian Demam Berdarah di Kecamatan Citeureup


Efektivitas dalam melaksanakan suatu program merupakai tujuan yang ingin dicapai dan juga
sasaran dari program tersebut. Adapun tujuan dari program pengendalian penyakit demam
berdarah (DBD) di desa citeureup adalah mampu menekan angka kesakitan akibat penyakit
demam berdarah sebanyak 50 kasus/tahun sedangkan sasaran dari program ini adalah seluruh
masyarakat di kecamatan citeureup. Dalam hal pencapaian tujuan ini Dinas Kesehatan sebagai
instansi yang bertugas melaksanakan pengembangan media promosi dan informasi tentang
penyakit demam berdarah, melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit
demam berdarah, melakukan penyelidikan epidemiologi, pemberantasan sarang nyamuk, fogging
dan abatase. Dengan adanya program tersebut diharapkan masyarakat di kecamatan citeureup
menjadi masyarakat yang sehat.
Program pengendalian penyakit demam berdarah di kecamatan citeureup oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor merupakan serangkaian usaha mulai dari sosialisasi, pencegahan, dan
pemberantasan wabah penyebab penyakit. Pelaksanaan program pengendalian demam berdarah
pada masyarakat secara garis besar dapat dikelompokan menjadi upaya pengendalian sebelum
terjadinya kasus (preventif) dan setelah terjadinya kasus (represif).
Sosialisasi pengendalian penyakit demam berdarah melalui usaha dengan menggunakan media
masa dan komunikasi kelompok sebagai upaya preventif, beberapa hambatan yang menjadi
faktor permasalahan di sebabkan faktor perilaku masyarakat yang berkaitan dengan tingkat
pengetahuan Pendidikan, usia, tingkat hidup, dan kebiasaan sosial serta lingkungan hidup.
Kebiasaan membiarkan genangan air dirumah dan kebiasaan menggantungkan pakaian kotor di
dinding dirumah mengakibatkan berkembang biaknya nyamuk dengan mudah. Sedangkan upaya
represif adalah dengan pencegahan pemberantasan setelah terjadinya kasus demam berdarah oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yaitu penggerakkan masyarakat untuk pemberantasan sarang
nyamuk (PNS) dengan menguras tempat penampungan air, menutup rapat-rapat temapat
penampungan air, dan mengubur serta menyingkirkan barang-barang bekas. Selain itu juga
dilakukan fogging (pengasapan) dan abate yaitu pemberantas jentik nyamuk dengan
menggunakan bahan kimia.
Usaha preventif dan represif dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit demam
berdarah oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor di Kecamatan Citeureup dilihat dari
efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan belum terpenuhi sesuai
tujuan atau target program itu sendiri.
Pertanyaan tentang evaluasi :
1. Apakah program penyakit demam berdarah jelas, mulai dari terjadwalnya pelaksanaan,
efektifnya metode yang digunakanan, terminator pelaksaannya, tereview dengan baik
segala pelaksaannya, sehingga dapat memperbaiki program pelaksanaan ditahun
berikutnya.
2. Ditempat mana saja titik-titik program tersebut dilaksanakan.
3. Mengapa kita perlu membenahi kinerja program pengendalian penyakit demam berdarah.
Karena hal tersebut akan menjadi penentu tingkat keberhasilan program.
4. Siapa saja orang-orang yang terlibat dalam membantu pelaksaan program.
5. Bagaimana cara melaksanakan dan mengelola program tersebut.
Metodologi Penelitian
1. Sumber data ;
Objek yang di evaluasi adalah program pengendalian penyakit demam berdarah yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor (divisi bagian promosi Kesehatan)
yang belum tercapai/terpenuhi sesuai target yang di tetapkan. Hal tersebut berdasarkan
laporan yang dibuat oleh tim pelaksana dimana target menekan angka kesakitan sebanyak
50 kasus/tahun belum tercapai. Target capaian hanya mencapai 30 kasus/tahun dengan
capaian berikut :
No Nama Desa Capaian Target Penanggung Jawab
Program
1 Citeureup 5 kasus TR, SKM
2 Gunung Sari 0 kasus AB, SKM
3 Hambalang 1 kasus CD, SKM
4 Karang Asem Barat 3 kasus EF, SKM
5 Karang Asem Timur 6 kasus GH, SKM
6 Leuwinutug 0 kasus IJ, SKM
7 Pasir Mukti 2 kasus KL, SKM
8 Puspanegara 3 kasus MN, SKM
9 Puspasari 1 kasus OP, SKM
10 Sanja 2 kasus QR, SKM
11 Sukahati 2 kasus PW, SKM
12 Tajur 2 kasus XY, SKM
13 Tangkil 2 kasus ZA, SKM
14 Tarikolot 1 kasus BA, SKM
Informasi tersebut diperoleh dari data kader setempat, data desa, dan data puskesmas.
2. Metode pengumpulan data ;
a. Kuisioner; sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden ( pemegang program kerja, masyarakat yang pernah
mendapatkan program preventif maupun represif)
b. Wawancara : dilakukan kepada responden
c. Dokumentasi : berupa informasi tertulis yaitu dokumen-dokumen yang
diperlukan.
3. Instrument pengumpulan data;
Instrumen pengumpulan data menggunakan daftar kuisioner, pedoman wawancara, dan
pedoman pengamatan/observasi.
4. Analisa data

Anda mungkin juga menyukai