Anda di halaman 1dari 228

POTENSI BAHAYA

LIMBAH INDUSTRI
Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Bab 1 Pasal 1, termasuk tempat
kerja dimana
• dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan,
diangkut atau disimpan bahan atau barang yang : dapat
meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
• dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau
limbah
• terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran,
api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara atau getaran;
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
(UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 101 tahun 2014)

Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat


B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain. (UU No. 32 Tahun 2009, PP
No. 101 tahun 2014).

Limbah bahan berbahaya dan beracun , yang selanjutnya


disebut Limbah B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung B3. (UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 101
tahun 2014).
Kategori Limbah B3
1. Limbah B3 kategori 1
berdampak akut dan langsung tergadap manusia dan dapat
dipastikan akan berdampak negatif terhadap lingkungan
hidup
2. Limbah B3 kategori 2
mengandung B3, memiliki efek tunda (delayed effect), dan
berdampak tidak langsung terhadap manusia dan lingkungan
hidup serta memiliki toksisitas sub-kronis atau kronis.

Sumber-sumber pembentukan limbah B3


1. limbah B3 sumber spesifik
2. limbah B3 sumber tidak spesifik : bukan berasal dari proses
utaanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi atau inhibitor korosi, pelarutan
kerak, dan pengemasan
Karakteristik Limbah B3
a. mudah meledak;
b. mudah menyala;
c. reaktif
d. infeksius;
e. korosif ; dan/atau
f. beracun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya


a. Daya racun satuan LD50 atau LC50
b. Cara masuk bahan kimia ke dalam tubuh (Route of
entry)
c. Konsentrasi dan lama paparan
d. Efek kombinasi bahan kimia
Jangka waktu dan frekuensi paparan
1. Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam

2. Sub-akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan


kimia untuk jangka waktu 1 bulan atau kurang

3. Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan


kimia untuk jangka waktu 3 bulan

4. Kronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia


untuk jangka waktu lebih dari 3 bulan
Uji Toksikologi Lethal Dose-50 (LD50) adalah uji hayati untuk
mengetahui hubungan dosis-respon antara limbah B3 dengan
kematian hewan uji yang menghasilkan 50% respon kematian pada
populasi hewan uji

Ada 3 jalur utama bahan toksik masuk kedalam tubuh manusia yaitu
melalui
1. saluran pencernaan atau makanan (gastro intestinal),
2. jalur pernapasan (inhalasi) dan
3. melalui kulit (topikal).

Material safety data sheet (MSDS) atau dalam SK Menteri


Perindustrian No 87/M-IND/PER/9/2009 dinamakan Lembar Data
Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar petunjuk yang berisi
informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang
ditimbulkan, cara penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan
darurat, pembuangan dan informasi lain yang diperlukan.
MSDS
Metanol
MSDS
Sodium
hydroxide
1. Gas Irritant yaitu gas-gas yang bersifat irritant dihasilkan oleh
pencemar udara seperti : Ozon (O3), NO, NO2, N2O, SO2). Bahan-
bahan berbahaya tersebut apabila dihirup atau masuk ke dalam
tubuh akan menyebabkan kerusakan paru, mulai dari iritasi ringan
sampai fibrosis.
2. Gas Asphyxiant yaitu gas-gas yang menggantikan posisi oksigen di
dalam tubuh dalam kandungan udara yang rendah.seperti CH4,
CO2, CO, H2S. Bahan-bahan berbahaya tersebut apabila dihirup
atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang melebihi kadar
standar akan menyebabkan sesak napas sampai kematian
3. Partikel asbes yang terhirup melalui pernapasan akan terdeposit
dalam paru-paru yang akan dapat menyebabkan kanker paru.
4. Debu yang mengandung bahan silika dan batubara jika dihirup
akan berdampak terhadap kesehatan yaitu dapat mengakibatkan
silicosis dan anthracosis. Kandungan Pb di udara dapat
meningkatkan kandungan Pb darah : 50 – 70%. Dampak dari
menghirup timbal (Pb) ini adalah dapat merusak ginjal dan sistem
syaraf pusat.
5. Arsen (As) dan menyebabkan Keracunan akut yang
menimbulkan gejala muntaber disertai darah, disusul dengan
koma dan dapat menyebabkan kematian. Keracunan kronis
dapat menimbulkan ikterus, pendarahan pada ginjal, dan kanker
kulit
6. Keracunan akut kadmium biasanya terjadi karena menghirup
debu dan asap yang mengandung kadmium. Secara akut,
kadmium lebih toksik bila dihirup. Toksisitas kadmium bisa
berkembang menjadi udem paru.
Bahan Kimia Beracun

Logam metaloid Pb (PbCO3) Saraf, ginjal dan darah


Hg Saraf dan ginjal
Cd Hati, ginjal dan darah
Krom Kanker
Arsen Iritasi kanker
Phospor Gangguan metabolisme
Hidrokarbon alifatik bensin, minyak tanah pusing, koma
alkohol (etanol, metanol) saraf pusat, leukimia, saluran
pencernaan
glikol ginjal, hati, tumor
gas beracun aspiksian sederhana (N2, sesak nafas, kekurangan oksigen
argon, helium)
HCN, H2SO4, CO, NOx pusing, sesak nafas, kejang, pingsan
karsinogenik benzene leukimia
arsen paru-paru
krom paru-paru
TERIMA KASIH
Ergonomi dan K3
• ERGONOMI adalah studi tentang hubungan antara
pekerjaan dan tubuh manusia
• ERGONOMI adalah suatu cabang ilmu yang secara
sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai
sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman, dan nyaman.
• PRINSIP ERGONOMI : mencocokkan pekerjaan untuk
pekerja
ERGONOMI DAN FAKTOR MANUSIA
Potensi Bahaya
PAK yang disebabkan oleh
Faktor Ergonomi

Kondisi PAK
Beban Angkat HNP, LBP, hernia
Cara mengangkat Trauma otot dan sendi
Posisi tidak ergonomis Mosculekeletal disorder
Gerakan repetitif Carpal tunel syndrome
Konstraksi statis Kelelahan, nyeri otot
Risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat:
• dengan tugas monoton, berulang atau kecepatan
tinggi
• dengan postur tidak netral atau canggung
• bila terdapat pendukung yang kurang sesuai
• bila kurang istirahat yang cukup
Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan
bahaya organisasi kerja dan ergonomis?
• Menyediakan posisi kerja atau duduk yang sesuai, meliputi
sandaran, kursi/bangku dan/atau tikar bantalan untuk berdiri
• Desain workstation sehingga alat-alat mudah dijangkau dan
bahu pada posisi netral, rileks dan lengan lurus ke depan ketia
bekerja
• jika memungkinkan, pertimbangkan rotasi pekerjaan dan
memberikan istirahat yang teratur dari pekerjaan intensif. hal
ini dapat mengurangi risiko kram berulang dan tingkat
kecelakaan dan kesalahan.
Perhatikan sikap tubuh
1. Berdiri
2. Duduk
Pilihlah kursi yang dapat mendukung bagian belakang tubuh Anda
pada posisi yang benar dan nyaman. Sesuaikan posisi kursi agar kaki
Anda dapat menapak di lantai.
3. Mengangkat dan Membawa benda
Hindari membungkuk setinggi pinggang ketika mengambil
sesuatu. Hal ini dapat menciptakan ketegangan pada
punggung dan memperbesar resiko cedera .
TERIMA KASIH
Tujuan Instruksional Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai ventilasi
industri
DEFINISI VENTILASI
(menurut SNI 03-6572-2001 tentang tata cara perancangan
sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan
gedung)

Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke


dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan.
PENGERTIAN VENTILASI INDUSTRI
• Ventilasi industri merupakan salah satu terapan
teknologi higiene perusahaan yang bertujuan
menciptakan lingkungan kerja yang memenuhi
persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja.

• Ventilasi industri salah satu alternatif untuk


mengendalikan kondisi lingkungan kerja atau alat kontrol
engineering (kerekayasaan) dengan menyuplai aliran
udara bersih, ke area ruang tempat kerja guna
menghilangkan kontaminan, atau proses pertukaran
udara dengan cara pengeluaran udara terkontaminasi
dari ruang tempat kerja, melalui saluran buang, dan
pemasukan udara segar melalui saluran masuk
Tujuan Ventilasi (SNI 03-6572-2001)

• Menghilangkan gas-gas yang tidak


menyenangkan yang ditimbulkanoleh keringat
dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2)
yang ditimbulkan oleh pernapasan dan proses-
proses pembakaran
• menghilangkanuap air yang timbul sewaktu
memasak, mandi dan sebagainya
• menghilangkan kalor yang berlebihan
• membantu mendapatkan kenyamanan termal
Tujuan Sistem Ventilasi Industri
Tujuan dari sebuah sistem ventilasi industri adalah
• Menyediakan pasokan udara segar di luar secara
kontinu.
• Mempertahankan suhu dan kelembaban di tingkat yang
nyaman.
• Mengurangi potensi bahaya kebakaran atau ledakan.
• Mencairkan konsentrasi kontaminan dalam udara di
lingkungan tempat kerja
• Mengontrol kontaminan meliputi:menghilangkan
penggunaan bahan kimia berbahaya atau
material,pengganti dengan bahan kimia yang kurang
beracun, atau perubahan proses
Penerapan sistem ventilasi berkaitan
dengan
• sistem pabrik
• perbedaan pemakaian bahan baku
• perbedaan proses
• perbedaan senyawa kimia karena
penggunaan bahan kimia
Ventilasi terbagi menjadi beberapa bahasan

Ventilasi menurut PROSES


1. Ventilasi alam (natural), menggunakan jendela atau pintu
yang terbuka
2. Ventilasi buatan (mekanikal), biasanya menggunakan kipas
angin, blower dkk

Ventilasi menurut KEBERADAANNYA


1. Ventilasi permanen
2. Ventilasi tidak permanen

Ventilasi menurut CARA KERJA


1. Sistem suplai (Supply System)
2. Sistem buangan keluar (Exhaust System)
Jenis Ventilasi di tempat kerja

1. ventilasi sistem pengenceran


2. ventilasi pengeluaran setempat
3. ventilasi sistem tertutup
4. ventilasi kenyamanan
jenis ventilasi di tempat kerja
1.Genera Ventilasi atau Dilusi Ventilasi atau Ventilasi Pengenceran
Udara, Sistim

Ventilasi Pengenceran Udara, adalah pengenceran terhadap udara


yang terkontaminasi di dalam bangunan atau ruangan, dengan meniup
udara bersih (tidak tercemar). Tujuannya untuk mengendalikan bahaya
di tempat kerja.

Dilusi ventilasi dicapai dengan cara mengencerkan udara yang


terkontaminasi atau mengandung gas yang mudah terbakar dengan
meniupkan udara ke tempat kerja dan mengeluarkan kembali lewat
saluran buang.

ventilasi pengenceran udaa dapat lebih efektif jika exhaust fan terletak
dekat dengan pekerja yang terpapar dan udara yang di makeup
terletak di belakang pekerja sehingga udara yang tercemar akan jauh
dari zona pernapasan pekerja
Tipe sistim ventilasi pengenceran udara, yang direkomendasikan oleh
ACGIH (American Conference Of Goveremental Industrial Hygienist)
2.Lokal Exhaust Ventilasi
atau Ventilasi Pengeluaran
Setempat,
Sistim Ventilasi Lokal, adalah
proses pengisapan dan
pengeluaran udara
terkontaminasi secara
serentak dari sumber
pencemaran sebelum udara
berkontaminasi berada pada
ketinggian zona pernapasan
tenaga kerja, dan menyebar
keseluruh ruang kerja,
umummnya ventilasi jenis ini di
tempatkan sangat dekat
dengan sumber emisi .
Komponen Dasar Sistem Ventilasi Lokal
3.Exhausted Enclosure atau Ventilasi sistem tertutup,
dimana kontaminan yang beracun yang dipancarkan dari
suatu sumber dengan kecepatan yang tinggi harus
dikendalikan dengan isolasi sempurna, atau menutup
proses (khususnya pada pekerjaan blasting). Pekerjaan
balasting adalah suatu proses yang tertutup, misalnya
disebabkan oleh emisi debu silica bebas yang sangat
besar.)

4.Comfort ventilation atau Ventilasi kenyamanan.


Pertukaran udara didalam industri merupakan bagian dari ‘Air
Conditiong/AC, sering digunakan bersama –sama degan alat pemanas
atau alat pendingin dan alat pengatur kelembaban udara.
jenis ventilasi di tempat kerja

5.Sistem Ventilasi Area


Terbatas atau Confined
Spaces adalah penerapan
ventilasi di area terbatas pada
pekerjaan tertentu yang
fugsinya untuk menimalisasi
polutan akibat pekerjaan yang
dilksanakan didalam suatu
ruangan atau area terbatas .
Misalnya pekerjaan
pengelasan (Welding in
Confined
Pedoman Praktis
Penilaian dan Pengendalian Potensi
Bahaya

SV IPB
Mengapa Penilaian Risiko diperlukan?

■ Kecelakaan kerja di tempat kerja berpeluang


dapat terjadi, merupakan Risiko yang harus
dikendalikan
■ Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3
yang terintegrasi dengan Manajemen dalam
Perusahaan
■ Dalam rangka penerapan SMK3 diperlukan
proses pengelolaan risiko secara aktif dan
komprehensif
Apakah Penilaian Risiko
Adalah suatu proses untuk
1. Mengidentifikasi dan mengukur setiap potensi
bahaya dari setiap tahapan pekerjaan yang
berdampak pada K3 dan Lingkungan
2. Mengukur Besaran Risiko
3. Mengendalikan risiko (Preventif & Mitigasi)
sampai pada level yang dapat diterima atas
dasar prioritas
Bagaimana melakukan Penilaian Risiko

Penilaian risiko diawali dengan


■ kegiatan persiapan mengevaluasi,
■ mengidentifikasi kegiatan dan potensi
bahaya,
■ pengukuran peluang dan konsekuensi,
■ perhitungan risiko dan skala, kemudian
■ diakhiri dengan penentuan rating risiko untuk
pengendalian risiko
Sifat Bahan Kimia

▪ Beracun
▪ Iritasi
▪ Infeksi
Pedoman Praktis
Pengendalian Potensi Bahaya

Identifikasi Evaluasi Pengendalian


Bahaya Risiko Risiko
1 2 3
Prosedur Kerja Aman

Adalah melalui proses identifikasi potensi


bahaya setiap jenis pekerjaan, menilai risiko
dan mengendalikan risiko, maka diharapkan
dapat dirumuskan langkah-langkah kerja
yang Aman, yang kemudian dibakukan
sebagai SOP Kerja Aman
Pengendalian Potensi Bahaya
(Prosedur Kerja Aman)

SETIAP PEKERJAAN

RUTIN NON RUTIN

Tidak
Ada SOP

Buat JSA Surat Ijin


Ya Kerja

Buat SOP
JSO

Lakukan sesuai SOP


Pengendalian Potensi Bahaya
Dalam penerapan K3 yang terpenting adalah mengenali
sumber bahaya, selanjutnya adalah bagaimana
mengendalikannya
⚫ Sebelum memulai suatu pekerjaan,harus dilakukan
Identifikasi Bahaya guna mengetahui potensi bahaya
dalam setiap pekerjaan.
⚫ Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas
pekerjaan dan Safety Departement.
⚫ Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah
baku seperti Check List, JSA, JSO,What If, Hazops,
dsb.
⚫ Semua hasil identifikasi Bahaya harus
didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
PP 50 Th 2012 SMK3

Gambaran

Diskusi – Konsultasi (Validasi)

Evaluasi Efektifitas Kinerja K3


Umum Proses kegiatan

Identifikasi potensi
bahaya di lingkungan
tempat kerja

Analisa Potensi
Kejadian Berbahaya

Penilaian
Tingkat Risiko Bahaya

Pengedalian Risiko

Pengendalian Risiko
kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja 10
Hazard Identification Risk
Assessment and Determining
Control (HIRADC)
HAZARD
Bahaya

Adalah sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan

kerusakan , kecelakaan, kematian ,


kerusakan lingkungan (harm) ,
berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk
energi,
metode kerja atau situasi kerja
Identificatio
HAZARDS
Bahaya n
Identifikasi

Identify Hazards (mengidentifikasi bahaya semua Potensi bahaya yang ada)

Sumber informasi yang relevan meliputi :


■ peraturan lokal dan dokumen pendukung (Code of Practice, standar,
pedoman, dll) yang memberikan panduan praktis
■ Industri atau distributor perdagangan;
■ Saran para ahli dan penelitian yang relevan;
■ Informasi proses, buku manual mesin;
■ Informasi produk / MSDS , instruksi manufaktur.;
■ Lingkungan kerja, suhu, kebisingan, cahaya, ventilasi terbatas, getaran,
ruang terbatas, dll .;
■ Pengetahuan / pengalaman manajer dan operatornya
■ Kecelakaan, sakit, data insiden, data dari tempat produksi .
HAZARDS Identification
RISK
Bahaya Identifikasi Risiko

RISK / Resiko :
adalah kemungkinan kerugian yang akan timbul dari
sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi .
Untuk menentukan resiko membutuhkan perhitungan
antara konsekuensi/ dampak yang mungkin timbul dan
probabilitas, yang biasanya disebut sebagai
Tingkat resiko (level of risk).
ASSESS
HAZARDS Identi RISK MENT
Bahaya fication Risiko
Penilaian
Identifikasi

5 langkah Penilaian Risiko adalah:


1. Mengidentifikasi bahaya
2. Mengidentifikasi orang2. yang bisa dirugikan .
3. Menilai risiko;
4. Lakukan langkah-langkah pengendalian
untuk mengurangi risiko;
5. Catatan, review dan merevisi jika diperlukan

Pendekatan ini dilakukan untuk risiko


Terhadap Keselamatan dan risiko kesehatan.
sugiri4Life 15 15
4

Langkah langkah Evaluasi Risiko


1. Menilai sekala peluang terjadinya
Konsekuensi

insiden
5
3

2. Menilai sekala konsekuensi insiden


3. Risiko = P x K
2
1

1 2 3 4 5 Peluang
Analisa/Penilaian Risiko

Ada 3 cara dalam analisa risiko yaitu :

• Kualitatif
• Semi kuantitatif
• Kuantitatif
Analisa Kualitatif

Metode ini menganalisa dan menilai suatu risiko


dengan cara membandingkan terhadap suatu
deskripsi/uraian dari parameter (peluang dan
akibat) yang digunakan. Umumnya metode matriks
dipakai.
Kesempatan untuk terjadinya cedera/kerugian dari
suatu bahaya, atau kombinasi dari kemungkinan dan
akibat.
Risiko akan mempunyai 2 dimensi/parameter yaitu

Kemungkinan Akibat
Risiko = Peluang x Akibat
Likelihood/Peluang/Kemungkinan Terjadi
yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan/kerugian ketika
terpapar dengan suatu bahaya.

Akibat (Consequences)
yaitu tingkat keparahan/kerugian yang mungkin terjadi dari suatu
kecelakaan/loss akibat bahaya yang ada. Hal ini bisa terkait
dengan manusia, properti, lingkungan,dll.
Contoh;
- Fatality atau kematian
- Cacat
- Perawatan medis
- P3K
Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif
Skala Peluang dan Konsekuensi
Likelihood/
Peluang
Analisis Kualitatif

Keterangan:

E = Extrem Risk/Risiko Ekstrim, perlu penanganan segera


atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen
puncak.

H = High Risk/Risiko Tinggi, memerlukan perhatian pihak


manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya.

M = Moderate Risk/Risiko Sedang, penanganan oleh


manajemen area terkait, penjadwalan sesuai prosedur.

L = Low Risk/Risiko Rendah, kendalikan dengan prosedur


rutin
Ident RISK
ASSESS DETER
HAZARDS
ification Risiko
MENT MINING CONTROL
Bahaya Penilaian Menentukan
Identifikasi Pengendalian

Determining Control
■ Analisis dilakukan untuk mengevaluasi Meminimasi
Potensi Bahaya yang dilakukan pada setiap urutan
pekerjaan berdasarkan mesin.
■ Evaluasi ini dilakukan pada tingkat risiko yang tidak dapat
ditolerir dimulai dari tingkat nilai risiko Extreme, High,
Medium, sedangkan tingkat Risiko Low masih dapat untuk
ditolerir oleh perusahaan.
Determining Control
Analisis evaluasi usulan perbaikan dengan Menentukan Pengendalian
perlu pertimbangan untuk mengurangi risiko menurut Hirarki sbb :

1. ELIMINASI : Teknik pengendalian dengan


menghilangkan sumber bahaya Menghilangkan
risiko melalui kontrol rekayasa dengan
menghilangkan bahaya atau mengganti dengan
alternatif yang lebih aman,
Contoh: mendesain ulang fasilitas, mesin/ proses,
material , memasang tutup pengaman, isolasi
bahaya, penjaga mesin, perisai ledakan, las tirai,
memasang ventilasi .
2. SUBSTITUSI : Teknik pengendalian bahaya
dengan mengganti alat / bahan/ sistem atau
prosedur yang berbahaya dengan yang lebih
aman
2. PENGENDALIAN TEKNIS (ENGINEERING) :
Pengendalaian bahaya pada peralatan dengan
teknik perbaikan/ modifikasi / penambahan
peralatan pengaman dll.
Determining Control
4. ADMINISTRATIF :
Secara administratif dengan mengatur :
✔ jadwal kerja, istirahat, rotasi,
✔prosedur kerja (SOP),
✔Izin Kerja (Pernit To Work) sistem
✔Sistem Aman Kerja (Safe System of Work / SSW)
✔pemeriksaan kesehatan, pasang rambu-rambu,
peringatan, aturan
✔Pemantauan penggunaan zat yang sangat berbahaya
(monitoring)
✔Alarm, tanda-tanda peringatan, tanda-tanda
informasi, rambu-2 ,
✔Peraturan keselamatan
✔Pelatihan, mengevaluasi kompetensi
Determining Control

5. ALAT PELINDUNG DIRI :


Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya dengan
memakai APD misalnya respirator, perlindungan
pendengaran, safety shoes, kacamata keselamatan, dll

APD diterima sebagai metode kontrol hanya dalam


situasi berikut:
✔ Ketika teknik kontrol yang tidak layak.
✔ Ketika teknik kontrol belum menghilangkan bahaya,
misalnya tingkat kebisingan.
✔ Sementara kontrol rekayasa sedang dikembangkan.
✔ Ketika praktek kerja yang aman tidak memberikan
perlindungan tambahan yang cukup.
✔ penyediaan fasilitas alat cuci mata dan P3K
Tabel Analisa Pengendalian Potensi Bahaya
NO. POTENSI PELUANG AKIBAT RISIKO PENGENDALIAN
BAHAYA

1. Merokok di tempat Moderate atau Catastophi E = Extreme Risk Administrasi:


kerja sedang ( C ) atau atau risiko tinggi: 1.Pembuatan
bencana (5) Kebakaran. Peraturan tentang
merokok di tempat
kerja
2.Penerapan dan
pengawasan yang
ketat.
3.Pemberian sanksi
bagi yang melanggar.

2. Permukaan lantai Likely atau Moderate H = High 1. Subtitusi:


licin kemungkinan atau sedang Risk/Risiko Mengganti lantai.
terjadi (B) (3) Tinggi: Jatuh. Atau:
2. Administrasi:
Tanda peringatan
3.
Safety is Everybody’s
Responsibility
PENANGANAN KECELAKAAN
KERJA DI TEMPAT KERJA
SAFETY RULES

INGAT !!

Siapkan diri sebagai penolong


jangan sampai akhirnya ditolong
Pengertian Pertolongan Pertama

Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau


cedera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis
dasar sebelum di tangani oleh tenaga medis
(dokter/perawat)

Tujuan Pertolongan Pertama

1. Menyelamatkan jiwa penderita


2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses
penyembuhan
Alat Perlindungan Diri

“Alat perlindungan diri harus selalu dipakai


pada saat melakukan tugas.”

Darah dan semua cairan tubuh adalah media


penularan penyakit
Sarung Tangan
Pertolongan Kepada Orang Tidak Sadar
Diri
Langkah-langkah Tindakan Pertolongan Pertama
:

K : Keselamatan
R : periksa Respon
P : Panggil Bantuan
A : open Airway = buka Jalan napas
B : check Breathing = periksa Pernapasan
C : check Circulation = periksa Peredaran darah
&
perdarahan berat

ABC termasuk dalam pemeriksaan primer (awal)


PEMERIKSAAN AWAL (PRIMER) :

Tujuan :
Memeriksa kondisi yang mengancam kehidupan dan untuk
memberikan perawatan Tindakan Pertolongan Pertama.

Sewaktu meminta bantuan, teruskan pemeriksaan awal


dengan
• Membuka jalan napas (open Airway)
• Memeriksa Pernapasan (check Breathing)
• Memeriksa Sirkulasi ( denyut nadi dan perdarahan berat)
(check Circulation & Control of Bleeding)

• Ini dikenal sebagai ABC


K = KESELAMATAN

Keselamatan :
Diri sendiri,
Lingkungan,
Korban

Jangan Panik !!! Jangan Panik !!!

Perkenalkan diri dan meminta


persetujuan !!
R = Response

Respon :
Panggil (Shout)
Sentuh (Shake)

Apabila tidak ada respon?

Shout for Help..!!!


B = Check BREATHING (Pernapasan)

LIHAT, gerakan naik turun dada

DENGARKAN, suara napas

Rasakan, udara keluar dari jalan napas


Head Tilt Chin
L
Anatomi Jalan Napas

Jalan napas tertutup Jalan napas terbuka


MEMINTA BANTUAN PELAYANAN
MEDIK DARURAT (PMD)
Informasikan :
• Lokasi kejadian (gambaran detail)
• Nomor telepon pemanggil
• Nama pemanggil
• Apa yang terjadi
• Jumlah korban, termasuk umur & jenis kelamin
• Kondisi korban
• Bantuan yang sudah diberikan.
PEMERIKSAAN LANJUTAN (SEKUNDER) :

Tujuan :
Memeriksa korban secara hati-hati cedera dan
masalah lain yang tidak segera mengancam
kehidupan tetapi dapat menyebabkan masalah bila
tidak diperbaiki.
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN SEKUNDER

• Tanya jawab, dengan korban atau penolong pertama


• Periksa tanda vital (:suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan,
warna kulit, kelembaban, tingkat kesadaran)
• Periksa dari ujung kepala sampai kaki, cari PLN BT
P :Perubahan bentuk
L :Luka terbuka
N :Nyeri
B :Bengkak
T :Tanda khusus
Nilai normal pernapasan
• Bayi : 25 - 50 x/ menit
• Anak : 15 - 30 x/ menit
• Dewasa : 12 - 20 x/ menit

Denyut Nadi Normal


Nilai Normal Denyut Nadi
• Tentukan jumlah, irama dan kualitas
• Hitung selama 15 detik, hasilnya dikalikan 4
• Bayi : 120 - 150 x/menit
• Anak : 80 - 150 x/menit
• Dewasa : 60 - 90 x/menit
pada keadaan istirahat
Kulit
Tentukan warna, suhu dan kondisi
PINK = Normal
PUCAT / PUTIH, ABU-ABU = Shock
MERAH = CO, TD↑, Demam
BIRU = Hipoksia ( ↓ O2,)
KUNING = Cedera/gagal hati, Hepatitis, Sirosis
POSISI STABIL (PEMULIHAN)

Kapan ?
• Tidak sadar - bernapas, tanpa trauma
Mengapa ?
• Mencegah lidah jatuh ke belakang & menyumbat
jalan napas
• Mencegah sumbatan jalan napas & aspirasi muntah
• Memperlancar keluar cairan asing dari mulut
POSISI STABIL (PEMULIHAN)
LUKA DAN
SYOK
SISTEM PEREDARAN DARAH
Fungsi :
- Transportasi oksigen
- Transportasi nutrisi
- Menjaga suhu tubuh
- Sistem hormonal
- Pertahanan tubuh/melawan penyakit
- Pembekuan darah

Terdiri dari :
- Jantung
- Pembuluh darah : arteri, vena, kapiler
- Darah : eritrosit, leukosit, trombosit
Keluar
Kaya oksigen perlahan,
Keseluruh tubuh
sedikit
Memancar,
Mirip dengan
mengikuti nadi perd. vena
Merah segar

Banyak
mengandung
karbon dioksida
Keluar merata
Merah tua/gelap
LUKA PERDARAHAN

Adalah hilangnya darah dari tubuh


Terbagi menjadi 2 jenis perdarahan :
- Luka perdarahan terbuka

- Luka perdarahan tertutup/dalam


LUKA TERBUKA
Gejala dan tanda :
•Kulit rusak
•Tampak perdarahan
Tindakan Pertolongan Pertama luka terbuka
bertujuan :
•Menghentikan perdarahan
•Mencegah infeksi
•Mencegah syok
PERTOLONGAN PERTAMA LUKA TERBUKA

Mengendalikan (menghentikan) perdarahan :


•R = Rest = Istirahatkan
•E = Elevation = Tinggikan
•D = Direct Pressure = Tekan langsung diatas luka
Pertolongan Pertama Luka Terbuka

Tekan Langsung Tutup Luka


Tinggikan
Balut luka
PERTOLONGAN PERTAMA LUKA TERTUTUP (MEMAR)
R = REST = Istirahatkan
I = Ice Compression = Kompres Es
C = COMPRESSION = Balut Tekan
E = Elevation = Tinggikan
Pertolongan Pertama Benda Asing Menancap

•Jangan pernah mencabut benda asing yang menancap.


•Balut dengan balutan cincin untuk menahan benda yang
menancap.
•Segera rujuk ke RS
•Jangan beri makan dan minum
•Kemungkinan dilakukan tindakan operasi
Benda menancap

Paparkan
luka
Penutup tebal untuk
menstabilkan benda

Mengistirahatkan
lengan
PINGSAN
Kehilangan kesadaran sesaat karena
kurangnya aliran darah ke otak
sementara

Gejala tanda :
- Pucat
- Kulit dingin
- Nadi normal atau lambat
SYOK
“Kegagalan sistem peredaran darah untuk
memberikan darah yang mengandung
oksigen ke seluruh tubuh”

Penyebab syok
•Kegagalan jantung memompa darah
•Kehilangan darah dalam jumlah besar
•Pelebaran pembuluh darah yang luas
Tanda syok
⮚Pernapasan : dangkal dan cepat
⮚Nadi : cepat dan lemah
⮚Kulit : pucat, dingin dan lembab
⮚Wajah : pucat, mungkin sianosis
⮚Mata : menerawang, pupil dilatasi
Gejala syok

⮚Mual, mungkin muntah

⮚Haus

⮚Lemah

⮚Vertigo

⮚Gelisah dan takut


Penanganan syok

•Awasi jalan napas penderita, beri oksigen bila ada


•Hentikan perdarahan bila ada
•Tinggikan tungkai sekitar 20 – 30 cm, kecuali curiga
cedera tulang punggung
•Pertahankan suhu tubuh senyaman mugkin. Selimuti!
•Rawat luka lainnya
CARDIOPULMONARY RESUSCITATION
(CPR)
Penyebab Henti Jantung

Listrik
Tenggelam
Serangan Jantung
Kecelakaan
Keracunan
Pemeriksaan awal

D : Danger
R : Respon
s : Shout for help
A : Airway
B : Breathing
C : Circulation
Kapan CPR dilakukan ?

“Tidak bernapas”
atau
“Bernapas agonal”
Pernapasan Agonal

Napas lambat (jarang), bersuara kasar,


berat,
irreguler dan dangkal

Terjadi sesaat setelah jantung berhenti.

Terjadi pada 40 % kasus henti jantung

Merupakan Tanda dari henti jantung


tidak ada respon

minta bantuan

buka jalan napas

periksa napas

tidak bernapas / agonal

30 Pijatan Dada
2 bantuan napas
Lakukan 30 kali pijatan dada

Letakkan tumit tangan di


tengah tulang dada

Letakkan tangan lainnya


diatas

Kunci jari-jarinya

Tekan dada
• Kecepatan 100x/menit
• Kedalaman 4-5 cm
Lakukan 2 Kali Bantuan Napas

Buka jalan napas

Tutup hidung penderita

Cakup mulut penderita

Tiup sampai dada


mengembang

Lakukan tiupan selama


1 detik
Lakukan Berulang - ulang

30 kali 2 kali
Lakukan Resusitasi sampai :

Penderita terlihat sadar, bergerak,


batuk, muntah atau tanda pulih lainnya

Digantikan oleh yang lebih ahli

Jika kelelahan
Posisi
Pemulihan
Keracuna
n
Pengertian Keracunan
⚫Gejala yang ditimbulkan oleh bahan
makanan, obat-obatan zat kimia, gas
beracun dalam jumlah tertentu masuk
kedalam tubuh menimbulkan gejala
keracunan.
⚫Gejala: Mual, muntah, keringatan dingin
dan wajah pucat/kebiruan.
Tindakan umum bila mengalami atau menemukan
orang keracunan

⚫ Bawa ke tempat teduh dan segar


⚫ Korban diminta muntah
⚫ Diberi Norit
⚫ Istirahatkan
⚫ Jangan diberikan air minum sampai kondisinya lebih baik.
⚫ Segera bawa ke RS.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menolong
orang keracunan

Bila penderita tidak sadar:


⚫Tidak boleh memberikan apapun kedalam
mulutnya
⚫Tidak boleh memaksa korban untuk
mengeluarkan muntah.
⚫Biarkan korban muntah dengan
sendirinya.
⚫Bila korban mengeluarkan muntahan,
baringkan dia dalam posisi stabil.
Bila penderita sadar
⚫Minta kepada penderita atau orang lain
untuk menemukan jenis racun.
⚫Periksa bibir, lidah, dan tenggorokan
untuk mencari apakah terdapat luka bakar
oleh bahan kimia. Bila ada berarti
keracunan bahan bersifat korosif.
Keracunan lewat mulut
Penyebab:
obat-obatan terutama obat tidur/penenang, makanan yang
mengandung racun (misal: singkong, tempe bongkrek, dll), zat
pembunuh serangga, minyak tanah, alkohol.
Tindakan:
⚫untuk menurunkan kadar racun yang tertelan dilakukan
pengenceran dengan dengan memberikan minum susu atau air
sebanyak-banyaknya atau diberikan anti racun umum (norit).
⚫Bawa ke RS
⚫Mengeluarkan racun melalui muntah, efektif jika dilakukan 4
jam pertama setelah keracunan.
⚫Rangsangan muntah tidak boleh dilakukan bila diindikasikan:
a. Menelan asam/basah kuat
b. Menelan minyak
c. Korban kejang atau ada bakat kejang
d. Korban tidak sadar
Bila korban keracunan bahan korosif (misalnya
asam, ammonia, pemutih, cairan rumah tangga).
⚫Kumur dengan baik. Jangan mencoba untuk
muntah, karena bahaya, lambung dapat rusak.
⚫Tentukan jenis racun: bila jenis asam, berikan
1 – 2 gelas susu atau air (bila susu tidak ada).
Bila ammonia/cairan pembersih, berikan 1 – 2
gelas air. Bila alkali/pemutih, jangan berikan
apapun lewat mulut.
Bila korban keracunan bahan produk minyak
(misalnya bensin, pelarut cat, minyak tanah)
⚫Jangan berikan apapun lewat mulut
⚫Jangan mencoba supaya muntah, karena
bahaya menghisap dari produk minyak ke
dalam paru-paru.
Keracunan lewat pernafasan
Gejala: nafas sesak atau pendek, batuk-batuk, sakit
kepala, kulit berwarna kebiruan.
Tindakan:
⚫Pindakan korban ke udara segar.
⚫Beri nafas buatan bila perlu.
⚫Beri Oksigen bila korban bernafas.
⚫Obati syok yang terjadi.
⚫Penolong bila memasuki daerah beracun harus
mengunakan alat perlindung (masker)
⚫Bila keracunan oleh gas, hati-hati dalam
memberikan pernafasan dari mulut ke mulut,
karena bisa menyebabkan keracunan bagi
penolong.
Keracunan melalui kulit
Penyebab: zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui
permukaan kulit dan dapat meresap ke dalam kulit.
Gejala: gatal, bengkak, rasa terbakar, kemaerahan.
Tindakan:
⚫ Lepaskan pakaian atau bahan yang terkena.
⚫ Siram dengan air yang mengalir sebanyak-banyaknya.
⚫ Bila kena mata, cuci dengan air sebanyak-banyaknya.
⚫ Perhatikan tanda-tanda syok atau gangguan pernafasan.
⚫ Pasta tepung terigu dengan air dapat mengurangi gatal.
⚫ Bawa ke RS.
Pengenalan
Sistem Manajemen Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Dasar Hukum SMK3
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
● Pasal 86:
“pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja”.
● Pasal 87:
“setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan”.

2. UU No. 1 Tahun1970 tentang Keselamatan Kerja

3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang


Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN
● K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
● Kecalakaan kerja yang terjadi masih tinggi
● Pelaksanaan pengawasan masih bersifat parsial dan belum menyentuh aspek manajemen
● Relatif rendahnya komitment pimpinan perusahaan dalam hal K3
● Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
● Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh komunitas
perlindungan hak buruh internasional
● Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan
perlindungan
DEFINISI SISTEM MANAJEMEN K3

▪ Bagian dari sistem manajamen secara keseluruhan


yang dibutuhkan bagi :

⮚ pengembangan, penerapan, pencapaian,


pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3
⮚ dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja
⮚ guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif
TUJUAN PENERAPAN SMK3
● Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (pasal
27 ayat 2 UUD 1945)
● Meningkatkan komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja
● Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan
global
● Proteksi terhadap industri dalam negeri
● Meningkatkan daya saing dalam perdagangan internasional
● Mengeliminir boikot LSM internasional terhadap produk ekspor nasional
● Pelaksanaan pencegahan kec. masih bersifat parsial
● Perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang tekait dengan
penerapan K3
KRITERIA PERUSAHAAN

● Perusahaan dengan :
- tenaga kerja 100 orang atau lebih dan atau
- potensi bahaya peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja
AZAS SMK3

⮚ Peningkatan K3 secara terus menerus dengan pola mandiri


⮚ Bagian dari sistem pengawasan K3
⮚ Bersifat wajib
⮚ Sejalan dengan kaidah internasional
• Diaudit oleh Badan Audit Independen (eksternal)
• Dilakukan oleh Auditor
W
a
j
i
dilaksanakan oleh perusahaan disemua sektor
b
dan terintegrasi dgn sistem Manajemen
Perusahaan
Harus Memenuhi Persyaratan Minimum :
- 5 prinsip dasar
- 12 elemen

Untuk perusahaan-2 di sektor kegiatan usaha tertentu dapat


menambah sesuai jenis dan tingkat resiko bahaya yg ada
atas persetujuan Menteri
Prinsip Dasar Pedoman Penerapan Elemen Audit

1. Komitmen dan kebijakan


1.1 Kepemimpinan dan
komitmen 1. Pembangunan dan Pemeliharaan
1. Penetapan Kebijakan K3 1.2 Initial Review Komitmen
2. Perencanaan Penerapan K3 1.3 Kebijakan K3 2. Pendokumentasian Strategi
3. Penerapan K3 2. Perencanaan 3. Peninjauan Ulang Desain dan
2.1 Perenc ident bhy, penilaian Kontrak
4. Pengukuran, Pemantauan, dan resk dan pengend resk 4. Pengendalian Dokumen
Evaluasi Kinerja K3 2.2 Per. per uu dan persyart lainnya 5. Pembelian
5. Peninjauan secara teratur untuk 2.3 Tujuan dan sasaran 6. Keamanan Bekerja Berdasarkan
meningkatkan kinerja K3 secara 2.4 Indikator kinerja SiMK3
berkesinambungan 2.5 Perenc awal dan perenc 7. Standar Pemantauan
kegiatan yg berlangsung 8. Pelaporan dan Perbaikan
3. Penerapan 9. Pengelolaan material dan
3.1 Jaminan kemampuan perpindahannya
3.2 Kegiatan pendukung 10. Pengumpulan dan penggunaan
3.3 Ident SB, penilaian dan data
pengendalian resiko 11. Audit SiMK3
4.Pengukuran dan evaluasi 12. Pengembangan Ketrampilan dan
4.1 Inspeksi dan pengujian Kemampuan
4.2 Audit SiMK3
4.3 Tindakan perbaikan dan
pencegahan
5. Tinjauan ulang dan peningkatan pihak mgt
Pedoman Penerapan SMK3

Peningkatan
Berkelanjutan
Komitmen dan
Kebijakan

Peninjauan
Ulang Dan
Peningkatan
Perencanaan
oleh Manajemen
SMK3

Pengukuran dan
Evaluasi
Penerapan SMK3

ts@utps-k3
1. KOMITMEN DAN KEBIJAKAN

1.1 KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN


* organisasi K3
* menyediakan anggaran, SDM dan sarana
* penetapan tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban
* perencanaan K3
* melakukan penilaian
1.2. TINJAUAN AWAL K3
* identifikasi kondisi dan sumber bahaya
* pengetahuan dan peraturan perundangan K3
* membandingkan penerapan
* meninjau sebab dan akibat
* efisiensi dan efektifitas
2. PERENCANAAN

2.1. MANAJEMEN RESIKO


2.2. PERATURAN PERUNDANGAN
2.3. TUJUAN DAN SASARAN
* dapat diukur
* satuan/indikator pengukuran
* sasaran pencapaian
* jangka waktu pencapaian
2.4. INDIKATOR KINERJA
2.5. PERENCANAAN AWAL DAN PERNCANAAN
KEGIATAN YANG SEDANG BERLANGSUNG
3. PENERAPAN

3.1 JAMINAN KEMAMPUAN


* SDM, saran dan dana
* integrasi
* tanggung jawab dan tanggung gugat
* konsultansi, motivasi dan kesadaran
* pelatihan dan kompetensi kerja

3.2 KEGIATAN PENDUKUNG


● Komunikasi
● Pelaporan
● Pendokmentasian
● Pengendalian dokumen
● Pemcatatan dan manajemen informasi
3.3 IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN, DAN
PENGENDALIAN RESIKO
▪ Manajemen resiko
▪ Perencanaan (design) dan rekayasa
▪ Pengendalian administratif
▪ Tinjauan kontrak
▪ Pembelian
▪ Prosedur menghadapi keadaan darurat atau rencana
▪ Prosedur menghadapi insiden
▪ Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
4. PENGUKURAN DAN EVALUASI

4.1 INSPEKSI DAN PENGUJIAN


● Personel berpengalaman dan berkeahlian
● Catatan terpelihara dan tersedia
● Peralatan dan metode yang memadai
● Tindakan perbaikan dan ketidak sesuaian
● Penyelidikan atas insiden
● Temuan dianalisa dan ditinjau ulang

4.2 AUDIT SiMK3


● Dilakuan secara berkala
● Personel berkompeten
● Tinjauan ulang dari hasil audit
4.3 TINDAKAN PERBAIKAN DAN PENCEGAHAN

hasil temuan pemantauan, audit dan tinjauan ulang SMK3 digunakan untuk perbaikan
dan pencegahan
PERBEDAAN AUDIT DAN INSPEKSI
AUDIT SMK3 INSPEKSI K3
• Upaya menemukan • Upaya menemukan
ketidaksesuaian dlm ketidaksesuaian dlm
penerapan sistem obyek
manajemen
• Mengukur
• Mengukur kesesuaian
kesesuaian obyek
pelaksaanaan sistem
terhadap standar
manajemen terhadap
standar
• Berfokus pada obyek
• Berfokus pada
sistem manajemen
Lanjutan...
5. PENINJAUAN ULANG DAN
PENINGKATAN OLEH PIHAK
MANAJEMEN

1. Evaluasi penerapan kebijakan K3


2. Tujuan,sasaran dan kinerja K3
3. Hasil temuan audit SMK3
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3
dan kebutuhan untuk mengubahnya
Sasaran Sistem Manajemen K3
Sumbe
r
daya
Manusi
a

Organi Sistem
sasi Sasaran prosed
ur
penerapan
K3
Sarana
Lingku Fasilita
ngan s
Kondisi tanpa SMK3
HOT
WORK
MANUAL
PERMIT
FIRE K3
INSPEKSI DOKUME DRILL
NTASI DOKUME
K3 NTASI
OKD
AUDIT K3 IJIN
KOMUNIK KERJA
PSM
ASI

PELAPOR
IDENTIFIK STATISTI
AN PELATIH
ASI K
AN K3
PERUNDA BAHAYA
NGAN
K3 PENGAD
SAFETY SAFETY
P2K3 PROMOTI AAN
TALK
ON
KEBIJAK
AN
K3
Kondisi dengan SMK3
TINJAUA
PELAPOR
N
AN
MANAJE
KINERJA
MEN
PENGENDA
PELATIH KOMUNIK
LIAN
DOKUMEN AN ASI

SASARAN TINJAU
K3 AWAL

SMK3
DOKUME
NTASI

PENGUJI
AN
KALIBRA
SI
PROGRA
M K3
KEBIJAK
AN
K3

IDENTIFIK
ASI
BAHAYA
PERUNDAN
GAN
STANDARD
K3
PENGAD
AAN

INSPEKSI
K3
TANGGA
PENGENDA
P
LIAAN
OPERASI DARURAT
AUDIT K3
AUDIT SMK3
DIFINISI AUDIT SMK3

● Alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SiMK3 di


tempat kerja
● Pemeriksaan secara sistimatik
● Audit dilakukan secara independen
● Audit SiMK3 dilakukan oleh Badan Audit independen
AUDIT SMK3 Di
b
u
kt
Pengawasan oleh ik
Instansi Ketenagakerjaan a
pd Pem.Prop, n
d
Pem.Kab/Kot g
n

Ekternal A
(3 th sekali) u Internal
d Pengusaha
Badan Audit /
W
(Auditor) it Pengurus
a
j
i
Bagi perusahaan :
b
- Mempekerjakan Pekerja/buruh lebih dari 100 org
- < 100 org dgn tingkat resiko bahaya tinggi
Tahapan Audit Eksternal
1. Pemeriksaan dokumen
Tahap 2. Wawancara utk klarifikasi
Persiapan
3. Pengamatan aktivitas Prsh
Pertemuan 4. Pengamatan kondisi dan
Awal ling.kerja
5. Penilaian kriteria berdasarkan
Pemerik-
saan temuan
Tingkat Penilaian
Penilaian
1. Tidak berlaku Kriteria
2. Terpenuhi
Pertemuan
3. Tdk terpenuhi Akhir
minor
4. Tdk terpenuhi
Badan Audit SMK3
Badan Audit :
1. Status Perusahaan BUMN atau Swasta Nasional
2. Memiliki jaringan minimal 10 Kacab di Tk Propinsi
3. Memiliki bukti Wajib Lapor Ke-TK-an
4. Memiliki minimal 10 Auditor eksternal senior dan 20 Auditor junior
5. Pengalaman dalam audit sistem

Permohona SKP
n (berlaku 3 th)
Tertulis SKP

Menteri
Evaluasi
Direktur (1 kali dlm 1 th)
Auditor
Persyaratan Auditor Eksternal Senior
1. Pengalaman sbg Auditor Eksternal SMK3 minimal 1 th
2. Tlh melaksanakan Audit kesesuaian dari Audit Eksternal SMK3 minimal 10 kali
3. Tlh menjadi ketua tim audit dari Audit Eksternal SMK3 minimal 3 kali
4. Tlh melakukan verifikasi laporan Audit Eksternal minimal 3 kali

Permohona SKP
n (berlaku 3 th)
Tertulis SKP

Menteri
Evaluasi
Direktur (1 kali dlm 1 th)
TINGKAT PENERAPAN DAN KEBERHASILAN
Tabel I

Kecil Sedang Besar


% 64 kriteria 122 kriteria 166 kriteria

0 –59 % Tindakan hukum Tindakan hukum Tindakan hukum

60 – 84 % Bendera perak sertifikat Bendera perak sertifikat Bendera perak sertifikat

Bendera emas
85 – 100 % Bendera emas sertifikat Bendera emas sertifikat
sertifikat
Temuan Audit SMK3

▪ Kritikal
Perbaikan 1 x 24 jam

▪ Mayor
Perbaikan 1 (satu) bulan

▪ Minor
Tabel II : PEMBAGIAN KRITERIA TIAP TINGKAT PENCAPAIAN PENERAPAN

No ELEMEN TINGKA T AWAL TINGKA T TRANSISI TINGKA T LANJUTA N

1 Pembangunan dan pemeliharaan 1.1.1; 1.2.2; 1.2.4; 1.1.3; 1.1.5; 1.2.1; 1.2.7; 1.1.2; 1.1.4; 1.1.6; 1.2.3;
komitmen 1.2.5; 1.3.3; 1.4.1; 1.2.8; 1.2.9; 1.4.2; 1.4.9; 1.2.6; 1.3.1; 1.3.2;
1.4.3; 1.4.4; 1.4.5; 1.4.10
1.4.6; 1.4.7; 1.4.8;

2 Strategi pendokumentasian 2.3.1 2.1.1; 2.1.2; 2.2.1 2.1.3; 2.1.4; 2.1.5; 2.2.2;
2.2.3; 2.3.2;
3 Peninjauan ulang desain dan kontrak 3.1.1; 3.1.2; 3.1.3; 3.2.1; 3.1.4; 3.2.3; 3.2.4
3.2.2
4 Pengendalian dokumen 4.1.1; 4.1.2; 4.2.1 4.1.3; 4.1.4; 4.2.2; 4.2.3;

5 Pembelian 5.1.1; 5.2.1 5.1.2; 5.1.3 5.1.4; 5.3.1; 5.3.2

6 Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 6.1.1; 6.1.2; 6.1.3; 6.1.5; 6.1.4; 6.1.6; 6.2.2; 6.1.9; 6.7.4
6.1.7; 6.1.8; 6.2.1; 6.3.2; 6.2.3; 6.2.4; 6.2.5; 6.3.1;
6.4.1; 6.4.2; 6.4.3; 6.4.4; 6.5.1; 6.5.5; 6.5.9; 6.6.1;
6.5.2; 6.5.3; 6.5.4; 6.5.6; 6.6.2; 6.7.2; 6.7.6; 6.7.7;
6.5.7; 6.5.8; 6.7.1; 6.7.3;
6.7.5; 6.8.1; 6.8.2
7 Standar pemantauan 7.1.1; 7.2.1; 7.2.2; 7.4.3; 71.2; 7.1.3; 7.1.4; 7.1.5; 7.1.6; 7.3.1; 7.3.2;
7.4.4; 7.4.5 7.4.1; 7.4.2

8 Pelaporan dan perbaikan 8.1.1; 8.2.2; 8.3.1; 8.4.1; 8.2.1; 8.3.2; 8.3.5 8.3.3; 8.3.4; 8.3.6;
8.4.2;
9 Pengelolaan material dan perpindahannya 9.1.1; 9.1.2; 9.2.1; 9.2.3; 9.1.3; 9.3.5; 9.3.6; 9.1.4; 9.2.2;
9.3.1; 9.3.2; 9.3.3; 9.3.4;
10 Pengumpulan dan penggunaan data 10.1.1; 10.1.2 10.1.3; 10.1.5; 10.1.4; 10.2.2
10.2.1

11 Audit SMK3 11.1.1; 11.1.2;


11.1.13; 11.1.4;

12 Pengembangan ketrampilan dan 12.2.1; 12.2.2; 12.1.2; 12.1.3; 12.1.4; 12.1.1; 12.1.7;
kemampuan 12.3.1; 12.4.1; 12.1.5; 12.1.8; 12.3.3;
SERTIFIKASI SMK3

▪ Sertifikasi SMK3 adalah bukti pengakuan tingkat pemenuhan penerapan peraturan


perundangan SMK3

▪ Proses sertifikasi SMK3 suatu perusahaan dilakukan oleh Badan Audit


Independen melalui proses audit SMK3

▪ Sertifikat SMK3 diberikan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Kesimpulan :
✔ Penerapan SMK3 wajib berdasarkan UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
✔ SMK3 merupakan pendekatan partisipatif pelaksanaan K3 dalam merubah
perilaku K3
✔ SMK3 merupakan aspek penting dalam pelaksanaan manajemen resiko,
khususnya dalam mengendalikan resiko
✔ Hasil audit menunjukan tingkat penerapan SMK3 dan pelaksanaan peraturan
K3
BAB V.
HUBUNGAN INDUSTRIAL
DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:


MAHASISWA DAPAT MENJELASKAN
MENGENAI HUBUNGAN INDUSTRIAL
DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA.
1. Pendahuluan

a. Dalam pelaksanaan hubungan industrial, Pemerintah


mempunyai fungsi: menetapkan kebijakan,
memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan,
dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran
peraturan perundang-undang ketenagakerjaan.
b. Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja
dan serikat pekerja mempunyai fungsi: menjalankan
pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga
ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan
aspirasi secara demokrasi, mengembangkan
keterampilan dan keahlian, serta ikut memajukan
perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan
anggota beserta keluarganya.
c. Dalam pelaksanaan hubungan industrial, pengusaha
dan organisasi pengusaha mempunyai fungsi:
menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha,
memperluas lapangan kerja, dan memberikan
kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis
dan berkeadilan.
d. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah
pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan
kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.
e. Pengusaha, pekerja / buruh, serikat pekerja / serikat
buruh dan pemerintah dengan segala upaya harus
mengusahakan agar tidak terjadi pemutusan
hubungan kerja (PHK).
f. Hubungan industrial dilaksanakan melalui sarana:
1. Serikat pekerja/serikat buruh
2. Organisasi pengusaha
3. Lembaga kerjasama bipartit
4. Lembaga kerjasama tripartit
5. Peraturan perusahaan
6. Perjanjian kerja bersama
7. Peraturan perundang-undangan
8. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial
2. Serikat Pekerja/Serikat
Buruh
a. Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruk, hal
tersebut merupakan hak dasar pekerja.
b. Fungsi dari serikat pekerja/serikat buruh: (lihat
pada pendahuluan huruf b).
c. Serikat pekerja / serikat buruh berhak
menghimpun, mengelola dan mempertanggung
- jawabkan keuangan organisasi.
3. Organisasi Pengusaha

a. Setiap pengusaha berhak membentuk dan


menjadi anggota organisasi pengusaha.
b. Fungsi dari organisasi pengusaha: (lihat pada
pendahuluan huruf c).
3. Lembaga Kerja Sama Bipartit
a. Setiap pengusaha yang memiliki tenaga kerja
sebesar 50 orang atau lebih wajib membentuk
lembaga kerja sama bipartit.
b. Fungsinya: sebagai forum komunikasi dan
konsultasi mengenai ketenagakerjaan di
perusahaan.
c. Susunan keanggotaan lembaga kerja sama
bipartit terdiri dari unsur pengusaha dan
pekerja
4. Lembaga Kerja Sama Tripartit
a. Lembaga kerja sama tripartit berfungsi memberikan
pertimbangan, saran dan pendapat kepada
pemerintah dan pihak terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan.
b. Lembaga kerja sama tripartit terdiri dari:
- Lembaga kerja sama tripartit nasional,
propinsi, dan kabupaten/kota.
- Lembaga kerja sama tripartit Sektoral nasional,
propinsi, dan kabupaten/kota.
c. Keanggotaan lembaga kerja sama tripartit terdiri dari
unsur pemerintah, organisasi pengusaha, dan serikat
pekerja.
5. Peraturan Perusahaan
a. Pengusaha wajib membuat peraturan
perusahaan, yang mulai berlaku setelah
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi
tanggung jawab pengusaha dengan
memperhatikan saran dan pertimbangan dari
wakil pekerja.
c. Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat:
- hak dan kewajiban pengusaha
- hak dan kewajiban pekerja
- syarat kerja
- tata tertib perusahaan
- jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
d. Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi
serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau
perubahannya kepada pekerja.
6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

a. PKB dibuat oleh serikat pekerja/buruh atau


beberapa serikat pekerja/buruh yang telah
tercatat di Instansi yang membidangi
ketenagakerjaan dengan pengusaha atau
beberapa pengusaha.
b. Penyusunan PKB dilakukan secara musyawarah
dan dibuat secara tertulis dengan huruf latin
serta menggunakan bahasa Indonesia.
c. Perjanjian Kerja Bersama paling sekurang-
kurangnya memuat:
- hak dan kewajiban pengusaha
- hak dan kewajiban serikat pekerja/buruh serta
pekerja/buruh.
- jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
- tanda tangan para pihak pembuat perjanjian
kerja sama.
d. Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undang yang berlaku.
7. Lembaga Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
a. Perselisihan hubungan industrial adalah
perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh
atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh dalam
satu perusahaan.
b. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena
tidak terpenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
c. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang
timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama.
d. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah
perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak.
e. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah
perselisihan antara serikat pekerja/ serikat buruh
dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam
satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian
paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan
kewajiban keserikatpekerjaan.
f. Perundingan bipartit adalah perundingan antara
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan
pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial.
g. Mediasi hubungan industrial adalah penyelesaian
perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih mediator yang netral.
h. Mediator hubungan industrial yang
selanjutnya disebut mediator adalah pegawai
instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan yang memenuhi
syarat-syarat sebagai mediator yang
ditetapkan oleh menteri yang bertugas
melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban
memberikan anjuran tertulis kepada para pihak
yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan
i. Konsiliasi hubungan industrial yang selanjutnya disebut
konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
seorang atau lebih konsiliator yang netral.
j. Konsiliator hubungan industrial yang selanjutnya
disebut konsiliator adalah seorang atau lebih yang
memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan
menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib
memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang
berselisih untuk menyelesaikan perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja
dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh
dalam satu perusahaan.
k. Arbitrase hubungan industrial yang selanjutnya
disebut arbitrase adalah penyelesaian suatu
perselisihan kepentingan dan perselisihan antar
serikat pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan, diluar pengadilan hubungan
industrial melalui kesepakatan tertulis dari para
pihak yang berselisih untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang
putusannya mengikat para pihak yang dan
bersifat final.
l. Arbiter hubungan industrial yang selanjutnya disebut
arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para
pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan
oleh Menteri untuk memberikan putusan mengenai
perselisihan kepentingan dan perselisahan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
m. Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan
khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan negeri
yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi
putusan terhadap perselisihan hubungan industrial.
MATRIK PENYELESAIAN PHI

Uraian Perselisihan Perselisihan Perselisihan Perselisihan


Hak Kepentingan PHK antar SP/SB
Mediasi √ √ √ √
Konsiliasi √ √ √
Arbitrase √ √
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
1. Pengusaha dilarang melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan:
⮚ sakit berkepanjangan tidak melebihi 12 bulan
berturut-turut.
⮚ memenuhi kewajiban terhadap negera.
⮚ menjalankan ibadah menurut perintah agama.
⮚ menikah.
⮚ perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan,
atau menyusui bayi.
⮚ mempunyai petalian darah atau ikatan
perkawinan dengan pekerja/buruh lain di dalam
satu perusahaan kecuali diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
⮚ mendirikan, menjadi anggota dan atau pengurus
serikat pekerja/serikat buruh, melakukan kegiatan
serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja atau
dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha atau
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
⮚ Mengadukan pihak perusahaan kepada pihak
berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang
melakukan tindak pidana kejahatan.
⮚ Perbeda paham, agama, aliran politik, suku, warna
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik, atau
status perkawinan.
2. Bila terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK),
pengusaha wajib membayar uang pesangon
dan atau uang penghargaan masa kerja dan
uang penggantian hak.
3. Perhitungan pesangon paling sedikit sebagai
berikut:

No. Masa Kerja Pesangon


1. < 1 tahun 1 bulan upah
2. 1 tahun s/d < 2 tahun 2 bulan upah
3. 2 tahun s/d < 3 tahun 3 bulan upah
Lanjutan Perhitungan Pesangon

No. Masa Kerja Pesangon


4. 3 tahun s/d < 4 tahun 4 bulan upah
5. 4 tahun s/d < 5 tahun 5 bulan upah
6. 5 tahun s/d < 6 tahun 6 bulan upah
7. 6 tahun s/d < 7 tahun 7 bulan upah
8. 7 tahun s/d < 8 tahun 8 bulan upah
9. 8 tahun atau lebih 9 bulan upah
4. Perhitungan uang penghargaan masa kerja
adalah sebagai berikut:
No. Masa Kerja Penghargaan
Masa Kerja
1. 3 tahun s/d < 6 tahun 2 bulan upah
2. 6 tahun s/d < 9 tahun 3 bulan upah
3. 9 tahun s/d < 12 tahun 4 bulan upah
4. 12 tahun s/d < 15 tahun 5 bulan upah
5. 15 tahun s/d < 18 tahun 6 bulan upah
6. 18 tahun s/d < 21 tahun 7 bulan upah
7. 21 tahun s/d < 24 tahun 8 bulan upah
8. 24 tahun atau lebih 10 bulan upah
5. Perhitungan uang penganti hak meliputi:
a. Cuti tahunan yang belum diambil/gugur.
b. Ongkos pulang pekerja/buruh beserta
keluarganya ke tempat dimana pekerja/buruh
diterima.
c. Pengganti perumahan serta pengobatan dan
perawatan ditetapkan 15 % dari uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa
kerja.
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama
6. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan uang pesangon, uang penghargaan
masa kerja, dan uang pengganti hak terdiri atas:
a. upah pokok.
b. tunjang tetap.
7. Dasar perhitungan upah bagi :
⮚pekerja harian = 30 x upah sehari
⮚pekerja berdasarkan satuan hasil, maka upah sehari
adalah sama dengan pendapatan rata-rata sehari
dalam 12 bulan terakhir, dengan ketentuan tidak
boleh lebih kecil dari upah minimum yang berlaku.
⮚Apabila pekerjaan tergantung cuaca dan upahnya
didasarkan pada upah borongan, maka upah sebulan
= upah rata-rata 12 bulan terakhir.
Jenis-jenis PHK
a. Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan:
1) Kesalahan berat.
PHK dapat dijalankan apabila ada putusan
berkekuatan hukum tetap dari pengadilan.
1) Pekerja ditahan pihak berwajib karena diduga
melakukan tindak pidana bukan atas aduan
pengusaha.
▪ PHK dapat dilakukan setelah 6 bulan tidak dapat
melakukan pekerjaan.
▪ Sebelum masa 6 bulan berakhir telah ada
pemutusan dinyatakan tidak bersalah
pengusaha wajib mempekerjakan kembali.
▪ Sebelum masa 6 bulan berakhir telah ada
pemutusan dinyatakan bersalah pengusaha
dapat melakukan PHK.
▪ Pengusaha tidak wajib membayar upah bagi
pekerja selama masa penahanan.
▪ Wajib memberikan bantuan kepada keluarga
pekerja paling lama 6 bulan, dengan ketentuan:
a. Untuk 1 orang tanggungan : 25 % dari upah
b. Untuk 2 orang tanggungan : 35 % dari upah
c. Untuk 3 orang tanggungan : 45 % dari upah
d. Untuk 4 orang tanggungan : 50 % dari upah
3) Pekerja melanggar ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama, setelah pekerja diberikan
surat peringatan pertama, kedua dan ketiga.
4) Pekerja mengundurkan diri.
Pengunduran diri dapat dilakukan dengan syarat:
• Mengajukan permohonan tertulis selambat-
lambatnya 30 sebelum tanggal mulai
pengunduran diri.
• tidak terikat dalam ikatan dinas.
• tetap melaksanakan kewajibannya sampai
tanggal mulai pengunduran diri.
5) Adanya perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan
dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja.
6) Adanya perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan perusahaan
dan pengusaha tidak bersedia menerima
pekerja/buruh di perusahaannya.
7) Perusahaan tutup disebabkan perusahaan
mengalami kerugian secara terus menerus selama 2
tahun atau keadaan memaksa (force majeur).
Kerugian perusahaan harus dibuktikan dengan
laporan keuangan 2 tahun terakhir yang telah
diaudit akuntan publik.
8) Perusahaan melakukan efisiensi
9) Perusahaan pailit
10) Pekerja meninggal dunia
11) Usia pensiun
12) Pekerja mangkir 5 hari atau lebih berturut-turut,
dianggap mengundurkan diri dan telah dipanggil
secara tertulis sebanyak 2 kali oleh perusahaan.
13) Pekerja dapat mengajukan PHK karena pengusaha
melakukan perbuatan, karena:
• menganiaya, menghina, atau mengancam.
• membujuk pekerja/buruh melakukan tindakan
melanggar hukum.
• tidak membayar upah tepat pada waktu yang
telah ditentukan selama 3 bulan berturut-turut.
• tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan
kepada pekerja.
• memerintahkan pekerja/buruh untuk melakukan
pekerjaan diluar yang diperjanjikan.
• memberikan pekerja yang membahayakan jiwa,
keselamatan, kesehatan, dan kesusilaan.
14) Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan,
mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak
dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui
batas 12 bulan.
Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja
Kompensasi
No Jenis PHK Uang Uang Uang Uang Pisah
Pesggon Pghargaan Pggantian
M Kerja Hak
1. Kesalahan berat -- -- V V*)

2. ditahan pihak -- 1x V --
berwajib
3. Pekerja 1x 1x V --
melanggar PK,
PP, atau PKB
4. Pekerja -- -- V V*)
mengundurkan
diri.
Kompensasi
No Jenis PHK
Uang Uang Uang Uang Pisah
Pesggon Pghargaan Pggantian
M Kerja Hak
5. Prbhan sttus,
gabng, prbhan
kepmlikan, pkerja 1x 1x V --
tdk bersedia
mljutkan hub kerja
6. Prbhan sttus,
gabng, prbhan
kepmlikan, prhaan 2x 1x V --
tdk menerima
pekerja utk bkrja.
7. Prhaan tutup 1x 1x V --
8. Prhaan mlakukan
2x 1x V --
efisiensi
9. Perusahaan pailit 1x 1x V --
Kompensasi
No Jenis PHK Uang Uang Uang Uang Pisah
Pesggon Pghargaan Pggantian
M Kerja Hak

10. Pekerja meninggal


2x 1x V --
dunia
11. Usia pensiun**) 2x 1x V --
12. Pekerja mengajukan
PHK karena Dibahas lebih lanjut
pengusaha
melakukan
kesalahan**)
13. Sakit
berkepanjangan 2x 1x V --

**) dibahas lebih lanjut


PHK Karena Usia Pensiun dan Peserta Program
Pensiun
- Jika pengusaha mengikutsertakan pekerja/
buruh dalam program pensiun yang iurannya dibayar
penuh oleh pengusaha, maka pekerja/buruh tidak
berhak mendapat uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, tetapi tetap berhak atas
uang penggantian hak.
- Apabila dana jaminan pensiun yang diterima
pekerja lebih kecil dari (2 x uang pesangon + uang
penghargaan masa kerja + uang pengantian hak)
maka selisihnya dibayar oleh pengusaha
- Dalam hal pengusaha mengikutsertakan dalam
program pensiun yang preminya dibayar
bersama oleh pengusaha dan pekerja/buruh,
maka yang diperhitungkan uang pesangon yaitu
uang pensiun yang preminya dibayar pengusaha.
❖ Pekerja/buruh dapat mengajukan PHK karena
perbuatan / kesalahkan pengusaha

- Apabila pengusaha terbukti bersalah maka pekerja


berhak 2 x uang pesangon, uang penghargaan masa
kerja dan uang pengantian hak.
- Apabila pengusaha tidak terbukti bersalah maka
pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja
dan pekerja tidak berhak atas uang pesangon dan
uang penghargaan masa kerja, tetapi berhak atas
uang pengantian hak.
TERIMA KASI
H
BAB II
HUBUNGAN KERJA

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa
akan dapat menjelaskan mengenai
hubungan kerja.

PK Manajemen Industri
Diploma IPB - 2017
1. Hubungan Kerja adalah:
“Hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian
A. Pengertian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan,
Hubungan upah, dan perintah”.

Kerja
2. Hubungan kerja terjadi karena adanya
perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh.
1. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
Perjanjian Kerja

pekerja/buruh dengan pengusaha atau


pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak.

1. Perjanjian kerja dapat dibuat secara lisan


atau tertulis.
3. Dasar pembuatan atau sahnya suatu
perjanjian kerja :
a. Kesepakatan kedua belah pihak
b. Kemampuan atau kecakapan
Perjanjian Kerja

melakukan tindakan hukum


c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak
bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan yang
berlaku.
Catatan:
Perjanjian kerja bertentangan dengan poin a
dan b dapat dibatalkan dan bertentangan
poin c dan d batal demi hukum.
4. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis
sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat
Perjanjian Kerja

pekerja/buruh.
c. Jabatan atau jenis pekerjaan.
d. Tempat pekerjaan.
e. Besarnya upah dan cara pembayarannya.
f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan
kewajiban pengusaha dan pekerja.
g. Mulai dan jangka waktu berlakunya
perjanjian kerja.
h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat,
dan tanda tangan para pihak dalam
perjanjian kerja.
Catatan:
Poin e dan f tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang
berlaku baik kualitas maupun kuantitasnya.
5. Perjanjian kerja dibuat sekurang-
kurangnya rangkap 2 (dua), yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama,
serta pekerja/buruh dan pengusaha
Perjanjian Kerja

masing-masing mendapat 1 (satu)


perjanjian kerja.

5. Segala biaya dan atau biaya yang


diperlukan dalam pembuatan perjanjian
kerja dilaksanakan oleh dan menjadi
tanggung jawab pengusaha.

5. Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali


dan atau diubah kecuali atas persetujuan
para pihak.
8. Unsur-unsur Dalam Perjanjian Kerja
a. Unsur Pekerjaan
1)Kewajiban buruh melakukan pekerjaan yang
Perjanjian Kerja

diperjanjikan, tidak boleh diwakilkan kepada


orang lain.
2)Pengusaha tidak boleh mempekerjakan
pekerja untuk melaksanakan pekerjaan pada
pengusaha lain.
3)Jika bentuk, sifat, dan cakupan pekerjaan
tidak dicantumkan dalam perjanjian, harus
dianggap telah ditentukan menurut kebiasaan.
b. Unsur Upah
Unsur ini dikandung pengertian bahwa
pengusaha wajib membayar upah kepada
Perjanjian Kerja

pekerja/ buruh.
Dibahasan lebih lanjut pada bab Pengupahan.

c. Unsur Perintah
Dengan unsur ini dikandung pengertian bahwa
pekerja/buruh harus bekerja di bawah
perintah pengusaha.
1. Dikenal ada 2 macam jenis hubungan kerja,
yaitu:
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
B. Jenis-jenis b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tentu
Hubungan (PKWTT).
Kerja
2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, dalam
pelaksanaannya didasarkan:
a. Jangka waktu atau
b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu
1. Perjanjian kerja waktu tertentu hanya
dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
Perjanjian Kerja Waktu

menurut jenis dan sifat atau kegiatan


Tertentu (PKWT)
pekerjaan akan selesai dalam waktu
tertentu, meliputi:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau
sementara sifatnya.
b. pekerjaan yang diperkirakan
penyelesaiannya dalam waktu yang
tidak terlalu lama dan paling lama 3
tahun.
c. pekerjaan yang bersifat musiman.
d. pekerjaan yang berhubungan dengan
produk baru.
2. Syarat-syarat pembuatan Perjanjian Kerja Waktu
Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT)
Tertentu (PKWT)
a. Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap.
b. Dibuat secara tertulis dan harus menggunakan
bahasa Indonesia dan huruf latin
c. Jika dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing,
apabila terjadi perbedaan penafsiran maka yang
berlaku perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa
Indonesia.
d. Tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan.
e. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas
jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling
lama 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang untuk
jangka waktu paling lama 1 tahun.
5. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat
diperpanjang atau diperbaharui.
Perjanjian Kerja Waktu

6. Perpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu harus


Tertentu (PKWT)
diberitahukan kepada pekerja secara tertulis dalam
jangka waktu wajar (menurut ketentuan yang berlaku
saat ini adalah 7 hari sebelum berakhir perjanjian).
7. Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya
dapat diadakan setelah berakhirnya perjanjian lama
dalam jangka waktu tertentu (menurut ketentuan
yang berlaku saat ini adalah 30 hari setelah
berakhirnya perjanjian lama), dan pembaruan hanya
berlaku 1 kali dan paling lama 2 tahun.
8. Perjanjian kerja waktu tertentu yang tidak memenuhi
ketentuan yang telah ditetapkan maka demi hukum
menjadi perjanjian kerja waktu tidak tentu.
Syarat-syarat perjanjian kerja waktu tidak tentu
adalah:
Perjanjian Kerja Waktu

a.Perjanjian kerja waktu tidak tentu yang


dilakukan secara lisan maka pengusaha
Tidak Tertentu

wajib membuat surat pengangkatan bagi


(PKWTT)

pekerja yang bersangkutan, yang sekurang-


kurangnya memuat keterangan:
- nama dan alamat pekerja
- tanggal mulai bekerja
- jenis pekerjaan
- besar upah.
b.Dapat mensyaratkan masa percobaan.
c.Selama masa percobaan, pengusaha dilarang
membayar upah dibawah upah minimum yang
berlaku
1. Berakhirnya suatu perjanjian kerja apabila:
a. Pekerja meninggal dunia.
b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian
Perjanjian Kerja
kerja
Berakhirnya

c. Adanya putusan pengadilan atau


penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu
yang tercantum dalam perjanjian kerja
atau peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan terjadi pemutusan
hubungan kerja.
2. Perjanjian kerja tidak berakhir karena
meninggalnya pengusaha atau
beralihnya hak atas perusahaan yang
Perjanjian Kerja
disebabkan penjualan. Pewarisan atau
Berakhirnya

hibah.
3. Bila terjadi pengalihan perusahaan maka
hak-hak pekerja menjadi tanggung jawab
pengusaha baru, kecuali ditentukan lain
dalam perjanjian pengalihan tanpa
mengurangi hak-hak pekerja.
4. Apabila pekerja meninggal dunia maka
ahli waris pekerja berhak mendapatkan
hak-haknya yang telah diatur menurut
perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama.
A. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan
Pekerjaan atau Penyediaan 1.Perusahaan dapat menyerahan sebagian
Perjanjian Pemborongan

Jasa Pekerja/buruh pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui


perjanjian pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja
2.Penyerahan Pekerjaan kepada Pihak Lain
dapat dilakukan dengan ketentuan:
a. Perusahaan dapat menyerahkan
sebagian pekerjaan kepada perusahaan
lain dilaksanakan melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan yang dibuat
secara tertulis.
b. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada
Pekerjaan atau Penyediaan perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat
Perjanjian Pemborongan

Jasa Pekerja/buruh sebagai berikut:


1) dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama.
2) dilakukan dengan perintah langsung atau tidak
langsung dari pemberi kerja.
3) merupakan kegiatan penunjang perusahaan
secara keseluruhan.
4) tidak menghambat proses produksi.

Catatan:
Alur kegiatan proses produksi ditetapkan oleh
asosiasi sektor usaha
Pekerjaan atau Penyediaan c. Perusahaan penerima pekerjaan harus
berbadan hukum.
Perjanjian Pemborongan

Jasa Pekerja/buruh d. Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi


pekerja pada perusahaan penerima pekerjaan
sekurang-kurangnya sama dengan yang
diterapkan oleh perusahaan pemberi pekerjaan.
e. Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis
antara perusahaan penerima pekerjaan dan
pekerja yang dipekerjakan.
f. Apabila syarat-syarat pekerjaan dan status
perusahaan penerima pekerjaan tidak berbadan
hukum maka hubungan kerja antara
perusahaan penerima pekerjaan dengan
pekerja beralih menjadi hubungan kerja antara
perusahaan pemberi kerja dengan pekerja.
Pekerjaan atau Penyediaan
Perjanjian Pemborongan

Jasa Pekerja/buruh Kegiatan jasa penunjang:


1.Usaha Pelayanan Kebersihan (Cleaning
Service)
2.Usaha Penyediaan Makanan Bagi Pekerja
(Catering)
3.Usaha Tenaga Pengaman (Security)
4.Usaha Jasa Di Pertambangan dan
Perminyakan
5.Usaha Penyedia Angkutan Bagi Buruh
Pekerjaan atau Penyediaan B. Penyediaan Jasa Pekerja
Perjanjian Pemborongan

Penyediaan Jasa Pekerja, dapat dilakukan


Jasa Pekerja/buruh
dengan ketentuan:
a.Perusahaan penyedia jasa pekerja harus
berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi
yang membidangi ketenagakerjaan.
b.Pekerja dari perusahaan jasa pekerja tidak
boleh digunakan oleh pemberi pekerjaan untuk
melakukan kegiatan pokok atau kegiatan yang
berhubungan langsung dengan proses
produksi.
Pekerjaan atau Penyediaan c. Pekerja dari perusahaan jasa pekerja hanya
Perjanjian Pemborongan

Jasa Pekerja/buruh boleh digunakan oleh pemberi pekerjaan


untuk kegiatan penunjang atau kegiatan
yang tidak berhubungan dengan proses
produksi, dengan syarat:
1. adanya hubungan kerja antara pekerja dan
perusahaan penyedia jasa pekerja.
2. Adanya perjanjian kerja.
3. Perlindungan upah, kesejahteraan, syarat-
syarat kerja, serta perselisihan yang timbul
menjadi tanggung jawab perusahaan
penyedia jasa pekerja.
Pekerjaan atau Penyediaan d. Adanya perjanjian antara perusahaan
Perjanjian Pemborongan

pengguna jasa pekerja dan perusaaan


penyedia jasa pekerja yang dibuat secara
Jasa Pekerja/buruh
tertulis dan wajib memuat ketentuan-
ketentuan ketenagakerjaan yang
berlaku.
e. Apabila poin a, b, dan c tidak terpenuhi
maka maka hubungan kerja antara
perusahaan penyedia jasa pekerja
dengan pekerja beralih menjadi
hubungan kerja antara perusahaan
pemberi pekerja dengan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai