Bermula dari keprihatinan kondisi saat ini, banyak sekali karyawan yang di
PHK bahkan dirumahkan akibat pandemi corona. Banyak diantara mereka adalah
wanita. Kembali ke rumah bagi seorang wanita bisa menjadi salah satu anugerah,
karena memang selama ini pada saat wanita bekerja meninggalkan rumah, yang
merupakan medan jihadnya, namun juga bisa menjadi musibah karena ternyata
selama ini wanita yang terpaksa bekerja menjadi tulang punggung keluarga atau
membantu menopang ekonomi keluarga.
Saat ini saya sudah di rumah saja, ya sudah satu tahun ini menjalankan bisnis
di rumah. Flashback, sebelum resign yang terencana seperti yang saya lakukan dulu,
segala sesuatunya dipersiapkan dengan matang, termasuk fisik, mental dan juga
persiapan finansial. Walaupun awal-awal berubah kondisi dan keadaan, namun saya
akan lebih bisa menerima karena ini adalah pilihan. Enggak kebayang jika kondisi
kembali ke rumah ini tidak direncanakan, bahkan diluar dugaan. Stop semuanya,
bahkan belum ada persiapan sebelumnya. Pasti tidak mudah menjalaninya. Resign
terencana saja sedikit banyak ada efeknya apalagi ini bisa dibilang terpaksa
berhenti bekerja tanpa ada persiapan sebelumnya. Sekali lagi pasti tidaklah mudah.
Pada kondisi tertentu bahkan bisa masuk juga dalam keadaan marah
menyalahkan keadaan, bahkan bisa marah pada Tuhan, merasa tidak adil kenapa
ujian ini menimpa diri kita.
Lalu setelah itu mungkin kita akan ada perasaan ingin sekali menerima
kenyataan namun masih sulit, mulai berandai-andai kita akan berubah dan menjalani
hidup lebih baik lagi, asalkan kita tidak kehilangan orang yang kita sayangi.
Setelah itu kita bisa saja masuk dalam kondisi kesedihan yang mendalam,
mungkin akan sering merenung, menutup hati, lalu pada akhirnya sadar bahwa
kesedihan berlarut-larut tidak ada gunanya dan kita akan memutuskan untuk
melanjutkan hidup. Dan pada akhirnya menerima kenyataan bahwa rasa kehilangan
yang dirasakan tidak menyakitkan lagi seperti dahulu namun menjadi pemicu
pendewasaan hidup kita.
Bukankah kita akan sedikit diuji dengan kondisi lapar, kekurangan harta,
ketakutan dll. "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar." (Q.S Al Baqarah: 155).
Semua ujian itu ternyata sedikit saja. Saatnya ikhlas, sabar dalam kondisi
ujian ini maka janji Allah pasti ada kabar gembira. Sabar dengan penuh keikhlasan
menerima semua ini seraya berkata, “Innalillahi wainna ilaihi rojiuun”. Sesungguhnya
kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.
Selain kabar gembira, saat hati tenang dan lapang, ikhlas dan sabar maka
Allah berikan petunjuk dan jalan keluar. Bukan hanya satu jalan tapi banyak jalan.
Masih belum yakin? Bukankah saat langit di sini berawan tebal ada bagian langit lain
yang terang benderang? Bukankah saat satu pintu tertutup atau rusak, kita
terjebak tidak bisa keluar lalu kita cari solusi mencari pintu yang lain atau bahkan
bisa mendobrak jendela untuk bisa keluar.
“Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan". (Q.S Al Insyirah:6).
Bahkan diulang sampai dua kali pengulangan. Menguatkan kita, bila kesulitan dihadapi
dengan tekad yang sungguh-sungguh dan sekuat tenaga melepaskan diri darinya,
tekun dan sabar serta tidak mengeluh pasti kemudahan demi kemudahan akan tiba.
Pertolongan dan petunjuk dari Allah pasti akan datang.
Bersedih, terluka adalah hal yang wajar dan normal pada umumnya, namun
bagaimana caranya kita melewatinya dengan cepat menuju penerimaan dengan ikhlas
lalu berfokus pada solusi inilah yang menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Ya
mempercepat proses adaptasi. Yang bertahan bukanlah mereka yang kuat tapi
mereka yang cepat beradaptasi. Sampai akhirnya kita bisa melewati tahapan
berduka ini. Menerima krisis ini bagian dari kenyataan, bagian dari proses hidup
yang harus dilewati, nikmati prosesnya lalu cepat move on.
Saat ini mencari pekerjaan baru mungkin tidak mudah bahkan semakin banyak
perusahaan, pabrik atau outlet bangkrut dan tutup. Ada pintu lain, ada cara dan
alternatif lain, yang ini sudah sejak dahulu Nabi ajarkan. Dan semua orang bisa
melakukan. Lha emang yakin semua orang bisa? 100% yakin bisa. Banyak juga contoh
suksesnya. Mungkin ini saat yang tepat kita kembali pada sunnah. Mentauladani
Rasulullah. Mungkin ini saat terbaik dan momentum terbaik untuk menjadi
entrepreneur. Menjadi pedagang. Ya jualan.
Alasan lainnya sulit untuk memulai, tidak mau keluar dari zona nyaman. Banyak
yang beranggapan pula menjadi pengusaha hidup akan tidak stabil. Kondisi pekerjaan
saat ini cukup dirasakan stabil untuk kehidupan. Ya memang hidup itu adalah pilihan,
menjadi pengusaha pun pilihan. Setiap pilihan ada konsekuensinya tho... Apapun itu,
untuk menjadi entrepreneur saya enggak bilang 100% mudah lancar. Di Indonesia
saja 2-3% saja yang menjadi pengusaha, artinya mayoritas memilih jadi karyawan.
Padahal 9 dari 10 pintu rezeki dari berdagang, mayoritas kita masih senang
memperebutkan 1 pintu rezeki menjadi karyawan itu.
Namun kondisi saat ini berbeda, para karyawan banyak yang PHK dan
dirumahkan. Enggak main-main jutaan orang jumlahnya. Kebayang kan tanpa mencari
jalan keluar lain selain bekerja, hidup lebih tidak pasti dan tidak stabil.
Ah saya masih bisa bertahan kok. Masih ada tabungan, mantab alias makan
tabungan dulu. Masih ada aset, manset alias jual aset dulu, dll. Itu adalah pilihan.
Namun bukankah cadangan tabungan dan aset bisa habis, sementara kita sampai
saat ini belum tau kapan pastinya pandemi segera berakhir.
Banyak pengalaman juga saat mau memulai bilang, boro-boro untuk modal
usaha Mbak, untuk makan aja pas-pasan. Ya sering banget alasan enggak ada modal
ini jadi pilihan. Sejenak mari kita merenung, kadang terlalu banyak nikmat yang
kurang kita syukuri.
Kembali pada cara pikir kita. Mindset kita dalam memulai. Jika kita berpikir
positif bisa, maka kita akan bisa. Jika kita berpikir kita tidak bisa begitu pun
adanya. Jika ragu akan kemampuan diri dan malu jika gagal, yakinlah bahwa
kegagalan demi kegagalan adalah pelajaran untuk lebih baik ke depan, lebih mahir
dan lebih ahli, tambah pengalaman pula. Bukankah pengalaman adalah guru yang
paling berharga?
Saya tidak malu, saya tidak takut, sedikit banyak saya memiliki modal, tapi
saya bingung memulai, enggak ada pengalaman, keluarga pun enggak ada yang jualan,
teman dan sahabat saya enggak ada yang jualan juga. Enggak punya ilmunya, enggak
punya pengalamannya. Gimana dong?
Gunakan cara kanan. Mulai saja dari sekarang. Mulai saat ini. Mulai saat Anda
terbesit untuk memulai. Mulai tanpa ada penundaan lagi. Mulai tanpa tapi, tanpa
nanti. Sebelum pikiran berubah. Dalam hitungan 5 detik saat terbesit dalam hati
dan pikiran untuk mencoba usaha, bismillah mulai saja. Mungkin saat ini sudah
terpikirkan untuk memulai. Saya hitung satu sampai lima. Go action... satu, dua, tiga,
empat, lima. Sudah memulai? Sudah action menghubungi nomor kontak yang
menawarkan peluang usaha pada Anda? Jika sudah selamat ya. Anda sudah
menghancurkan mental blok pada diri Anda sendiri. Jika belum, mau kapan lagi
memulai?
Gimana caranya orang lain bisa sukses, pola sukses seperti apa? Strategi
jualannya yang jitu seperti apa? dsb. Tak hanya belajar tapi juga teachable, mau
diajar. Bahkan rela dihajar untuk kebaikan. Eit jangan salah ya ini perumpamaan
saja. Dihajar untuk kebaikan. Pantang menyerah dan berani menyelesaikan sampai
sukses. Dengan ilmu yang dipraktekkan maka pengalaman akan bertambah. Jam
terbang pun bertambah. Lama-kelamaan kita akan menjadi ahli dan ekspert dalam
menjual dan menawarkan.
Saya pun melakukan hal itu, setelah berani memulai bukan serta-merta pasrah
begitu saja, namun kejar terus ilmu dengan belajar. Bermula dari merasa awam
dalam berbisnis, kesempatan ilmu dimanapun dikejar, termasuk kesempatan
bertemu dengan guru langsung, dari mulai terdekat Jakarta, Depok, Bekasi dan
sekitarnya, Karawang sampai ke Sorong Papua. Semua pasti berbalas. Semua pasti
ada fadhilahnya apalagi ilmunya langsung dipraktekkan, pasti ngefek.
Lebih bagus lagi cari bisnis yang ada mentornya. Mentor ini ibarat navigator
yang akan mengarahkan kita untuk sampai tujuan lebih efisien, lebih efektif tanpa
kesasar jadi lebih cepat sampainya. Sampai kemana? Sampai sukses. Mentor itu
adalah orang yang bolak-balik sudah melakukan duluan. Kita tinggal ikuti saja, kita
tinggal manut saja. Tentunya pilih mentor yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi,
alhamdulillah ijin Allah saya dipertemukan dengan mentor yang sangat fokus, dengan
ilmu bisnisnya sudah banyak mencetak banyak pengusaha sukses, dengan ilmu
bisnisnya sudah diundang ke berbagai negara di dunia. Alhamdulillah. Temukan dan
belajarlah dengan mentor yang terbukti. Terbukti suksesnya dan banyak
menyukseskan pengusaha lainnya, termasuk kita didalamnya.
Saat dulu jadi karyawan, enggak ada ilmu bisnis, pengalaman di bisnis pun bisa
dibilang minim, pernah jualan tapi ikut-ikutan ngejualin dagangan suami, jadi hasilnya
enggak karuan. Kalaupun ada hasil profit tapi menguap begitu saja. Ya karena enggak
ada yang mengarahkan.
Jualannya setahun sekali, itulah jualan musiman. Bisa untung banyak saat
musimnya, setelah musim lewat penjualan menurun. Itulah jualan suami saya saat
Ramadhan menjual baju kemeja koko. Kendala size menjadi tantangan juga, stok
ukuran kecil dan yang sangat besar banyak tersisa dan kalau dihitung ternyata
keuntungan ada dibarang yang tidak terjual tersebut, tahun berikutnya jika dijual
kembali biasanya belum terjual juga karena model sudah enggak update lagi.
Hal lain yang kami alami saat itu, selain size dan ukuran juga ongkir. Saat ada
orderan dengan volume yang banyak dan dikirim ke luar kota atau lintas pulau. Biaya
ongkir jadi membengkak pernah juga sampai jutaan. Padahal margin tipis. Berat bagi
kami pengusaha pemula saat itu.
Kok bisa sih Mbak? Mencapai semuanya lebih cepat dibandingkan saat
bekerja. Memang saya pernah 15 tahun bekerja sebagai ASN, namun betul-betul
saya rasakan sendiri, jika ingin terjadi percepatan maka jalan menjadi pengusaha
inilah bisa menjadi pilihan. Saya tidak mengatakan
memilih dunia kerja itu tidak baik lho ya, semua
adalah pilihan. Namun di sini saya berbagi
pengalaman terjadinya percepatan itu bisa melalui
wasilah bisnis.
Sekarang ini kondisi sedang tidak bersahabat Mbak? Produk dengan ciri yang
tadi disebutkan pasti mahal. Boro-boro buat modal, apa-apa sekarang mah sulit. Ini
sering menjadi pertanyaan. Bagi pemula yang belum banyak pengalaman, bahkan ilmu
pun kadang belum mumpuni, iya setuju banget, gimana caranya cari bisnis yang modal
ringan.
Sekiranya ada bisnis dengan modal Rp 1 jutaan atau kurang seperti pada
bisnis yang saya jalani ternyata ringan banget. Bahkan saya bisa menjalankannya di
rumah, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga, tentunya tanpa juga kena panas
dan hujan karena di rumah aja. Yang enaknya lagi enggak perlu ditungguin seharian,
posting-posting, promosi tetap jalan, pemilik bisnisnya bahkan bisa sambil rebahan
atau dasteran, urus anak dan keluarga pun jalan. Ternyata memang bisa dan ada lho
bisnis yang seperti ini, dan ini alhamdulillah sudah saya jalani selama ini.
Selanjutnya dari bisnis dengan ekosistem yang positif dan menunjang. Karena
kita pemula masih sering jatuh dalam kebimbangan. Dalam komunitas bisa saling
support dan menguatkan. Saling belajar dan mengajarkan. Lihat visi dan tujuan dari
komunitas bisnisnya. Pilihlah yang tak hanya sekedar sukses di dunia tapi juga
membawa kita pada perubahan yang positif dan sukses sampai akhirat. Yang
menghantarkan kita untuk dapat semakin kaya, semakin takwa. Alhamdulillah di
bisnis yang saya jalani sekarang, selain mentor bisnis ada juga dewan pembina yang
mendampingi dalam kajian-kajian rutin di komunitas.
Apa Kelebihannya?
Alhamdulillah dari hasil bisnis bisa meraih impian umroh sekeluarga, melunasi
hutang, membantu melunasi hutang orang tua, renovasi rumah orang tua, kurban
sapi limosin terbaik, mempersembahkan 2 berlian untuk Ibu dan Ibu Mertua,
menjelajahi bumi Allah bersama mitra sampai ke Raja Ampat Papua, Thailand,
Hainan, Turki, Korea dan Jepang. Penulis bisa dihubungi di No WA 0859-3910-9255
atau follow instagramnya di akun @iin.muthmainah