Anda di halaman 1dari 3

1.

Sistem Upah merupakan kebijakan dan strategi yang menentukan kompensasi yang
diterima pekerja. Upah adalah hak yang diterima atau pembalasan atas suatu hal dalam
bentuk uang sebagai imbalan terhadap jasa pekerjaan yang telah dilakukan. Upah yang
berlaku di Indonesia beragam. seperti menurut waktu, satuan hasil, borongan, bonus,
dan mitra usaha. Namun, sistern pembayaran upah tergantung pada kondisi permintaan
dan penawaran tenaga kerja, hubungan pemberi kerja dan penerima kerja, serta upah
minimum.

2. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja yang secara umum, tingkat upah bisa
dianalisis dengan hukum penawaran dan permintaan tenaga kerja. Jika penawaran lebih
besar daripada permintaannya, tingkat upah cenderung turun. Begitu pula sebaliknya.
Ceteris paribus adalah istilah dalam bahasa Latin, yang secara harfiah dalam bahasa
Indonesia dapat diterjemahkan sebagai "dengan hal-hal lainnya tetap sama". Di Indonesia,
jumlah pencari kerja begitu banyak.

Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa pencari kerja adalah orang yang menawarkan
jasa untuk bekerja, sedangkan pemberi kerja adalah pihak yang meminta jasa dari
pencari kerja. Karena penawaran tenaga kerja berbanding terbalik dari permintaan akan
jasa. maka, para pencari kerja rela menerima upah lebih kecil asalkan mereka dapat
bekerja. Sebaliknya apabila permintaan pencari kerja lebih besar dari permintaan jasa,
maka upah yang diterima cenderung lebih tinggi, yang mana has seperti ini lebih sering
terjadi di kota kota besar.

3. Kesepakatan Pemberi Kerja dan Penerima Kerja Permintaan dan penawaran tenaga
kerja bertemu pada saat wawancara seleksi kerja. Dalam wawancara ini, pemberi kerja
dan pencari kerja lazimnya melakukan tawar-menawar tentang jam kerja dan upahnya.
Pada umumnya, pekerja di Indonesia memiliki posisi tawar yang rendah dalam
kesepakatan tentang upah dan jam kerja

berikut adalah beberapa upah yang dikenal di indonesia seperti menurut waktu, satuan
hasil, borongan, bonus, dan mitra usaha
1) Upah menurut waktu, sistem upah dimana besarnya upah didasarkan pada
lama bekerja seseorang. Satuan waktu dihitung per jam, per hari, per minggu
atau per bulan.
Misalnya pekerja bangunan dibayar per hari / minggu.
2) Upah menurut satuan hasil
Menurut sistem ini, besarnya upah didasarkan pada jumlah barang yang
dihasilkan oleh seseorang.
Satuan hasil dihitung per potong barang, per satuan panjang, atau per satuan
berat.
Misal upah pemetik daun teh dihitung per kilo.
3) Upah borongan
Menurut sistem ini pembayaran upah berdasarkan atas kesepakatan bersama
antara pemberi dan penerima pekerjaan.
Misalnya upah untuk memperbaiki mobil yang rusak, membangun rumah dll.
4) Sistem bonus
Sistem bonus adalah pembayaran tambahan diluar upah atau gaji yang
ditujukan untuk merangsang (memberi insentif) agar pekerja dapat
menjalankan tugasnya lebih
baik dan penuh tanggungjawab, dengan harapan keuntungan lebih tinggi.
Makin tinggi keuntungan yang diperoleh makin besar bonus yang diberikan
pada pekerja.
5) Sistem mitra usaha
Dalam sistem ini pembayaran upah sebagian diberikan dalam bentuk saham
perusahaan, tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada perorangan
melainkan pada organisasi pekerja di perusahaan tersebut. Dengan demikian
hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja dapat ditingkatkan
menjadi hubungan antara perusahaan dan mitra kerja.
Nah dalam ilmu ekonomi, dikenal sebuah konsep kelangkaan. Semakin langka suatu
sumber daya, semakin tinggi nilainya. Jadi, jika kalian memiliki keahlian atau ilmu yang
jarang dimiliki oleh orang lain, kalian bisa menawar dan mendapatkan tingkat upah yang
tinggi.

4. Upah Minimum, Sebelum tahun 2000, Indonesia menganut sistem pengupahan


berdasarkan kawasan (regional). Artinya, untuk kawasan yang berbeda, upah minimum
yang harus diterima oleh pekerja juga berbeda. Ini didasarkan pada perbedaan biaya
hidup pekerja di setiap daerah. Akan tetapi, pemerintah melakukan perubahan peraturan
karena dirasakan masih belum cukup mewakili biaya hidup sebenarnya di tiap daerah.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 Tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, pemberlakuan upah
minimum regional (UMR) berubah menjadi upah minimum provinsi (UMP) atau upah
minimum kabupaten/kota (UMK). Dengan adanya peraturan baru ini, provinsi-provinsi di
Indonesia mulai menyesuaikan upah minimum regional di daerah mereka. UMP dan
UMK diatur melalui Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja Sampai Dengan Sebesar UMP atau UMK.
Peraturan ini dibuat berdasarkan kenyataan bahwa masih banyak pekerja yang
memperoleh penghasilan dalam sebulan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak, namun
masih di bawah atau sebesar UMP atau UMK. Akibatnya, pekerja tersebut dikenakan
PPh pasal 21 atas penghasilannya, sehingga mungkin mengurangi kesejahteraan
pekerja yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk penghasilan pekerja sampai dengan
sebesar UMP atau upah minimum, pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan
tersebut ditanggung oleh pemerintah. Selain itu, pemerintah juga menetapkan Upah
Minimum Sektoral (UMS). Upah ini diberlakukan karena adanya perbedaan tingkat
keahlian dan risiko pekerjaan pada berbagai sektor pekerjaan, meskipun ada pada
provinsi atau kabupaten/kota yg sama. Sebagai tindak lanjut pemberlakuan otonomi
daerah, pemerintah memberlakukan Upah Minimum Provinsi (UMP). Dari tabel, dapat
dilihat daftar Upah Minimum Provinsi pada Tahun 2016 yang dimana UMP tertinggi
berlaku di DKI Jakarta dengan UMP sebesar Rp3.100.000,00 (3 juta 100 ribu rupiah)
dan yang terendah berlaku di Yogyakarta dengan UMP sebesar Rp.1.235.700,00 (1 juta
235 ribu 700 rupiah).

Anda mungkin juga menyukai