Anda di halaman 1dari 4

2.

APA SAJA KONSEP ADMINISTRASI


NEGARA ?

A. Umum
Pembahasan dalam buku ini lebih banyak menekankan "Teori Administrasi
Publik", karena empat alasan penting yaitu:
1. Pertama, pergeseran orientasi Administrasi Negara yang menekankan aktivitas
negara menjadi oleh, dan untuk publik, dalam artian bahwa pendekatan tidak
lagi kepada negara tetapi lebih kepada publik ;
2. Kedua, pertimbangan sejarah Administrasi Publik dalam berbagai literatur
selalu digunakan Administrasi Publik (Public Administration) bukan
Administrasi Negara (Administration State) ;
3. Ketiga, pertimbangan akademis itu sendiri yaitu jangan sampai berkembang
bahwa interpretasi akademik yang hanya didasarkan oleh makna gabungan kata
"Administrasi" dan "publik", tetapi pengertian yang lebih mendalam tentang
Administrasi Publik itu sendiri ;
4. Keempat, pertimbangan bahwa pembahasannya lebih menekankan kepada
kepentingan publik, bukan kepada negara.
Administrasi Publik dimaksudkan untuk lebih memahami hubungan
pemerintah dengan publik serta meningkatkan responsibilitas kebijakan terhadap
berbagai kebutuhan publik, dan juga melembagakan praktik-praktik manajerial agar
terbiasa melaksanakan suatu kegiatan dengan efektif, efisien dan rasional. Oleh
Karena itu, untuk menyamakan persepsi dan interpretasi tentang Administrasi Publik,
maka perlu diberi pembatasan atau definisi sebagai berikut.
Secara etimologi Administrasi berasal dari bahasa Latin (Yunani) yang terdiri
atas dua kata, yaitu “ad” dan “ministrate” yang berarti “to serve” yang dalam bahasa
Indonesia berarti melayani dan atau memenuhi. Selanjutnya, menurut Dimock &
Dimock (1978:15), kata Administrasi itu berasal dari kata "ad" dan "minister" yang
berarti juga "to serve". Jadi, dapat dipahami bahwa yang dimaksud Administrasi
adalah suatu proses pelayanan atau pengaturan.
Permasalahan pokoknya ialah “siapa" yang harus "melayani" dan "dilayani"?
dan "siapa" yang harus “mengatur dan diatur"? Jawaban yang pasti, tidak lain dan
tidak bukan ialah “manusia” itu sendiri. Dalam hal ini, ialah manusia sebagai subjek
untuk melayani dan manusia pulalah yang menjadi objek untuk dilayani. Manusialah
yang harus menjaga keteraturan kehidupan sosialnya dan manusia itu sendiri yang
harus memecahkan seluruh permasalahan kehidupan sosialnya. Jelasnya adalah
manusia berperilaku melayani dan mengatur dirinya sendiri untuk eksistensi dan
tujuan hidupnya, mulai tingkat individual sampai pada tingkat sosial umumnya.
Bahan baku Administrasi ialah “manusia” karena manusia merupakan sumber
adanya Administrasi. Oleh karena itu, tujuan Administrasi ialah semata-mata untuk
kepentingan manusia, khususnya keberadaannya sebagai makhluk sosial yang
bermasyarakat. Konsekuensinya ialah Administrasi bertanggung jawab terhadap
kelangsungan organisasi dengan segala kegiatan mulai merencanakan sampai pada
evaluasi demi tujuan yang telah ditentukan sebelumnya secara efisien dan efektif.
Administrasi ialah suatu fenomena sosial, dan hidup subur di dalam kehidupan
sosial bermasyarakat. Pada tingkat kehidupan demikian individu mempunyai peranan
penting karena sebenarnya publik ialah bentuk kehidupan antar individu dalam suatu
sistem, untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap individu berfungsi sebagai
sumber daya publik, sekaligus sumber daya Administrasi.

B. Definisi Administrasi
Selanjutnya, untuk menyamakan persepsi dan interpretasi tentang apa
sesungguhnya yang dimaksud Administrasi, maka dikutip beberapa pendapat pakar
Administrasi, baik dari pakar luar negeri maupun pakar dalam negeri sendiri.
1. Herbert A. Simon (1999:3), mendefinisikan Administrasi sebagai kegiatan-
kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama ;
2. Leonard D. White dalam Inu Kencana Syafiie dkk. (1999), mendefinisikan
Administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada usaha kelompok–
kelompok, baik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik
dalam ukuran besar maupun kecil ;
3. Dwight Waldo (1971), mendefinisikan Administrasi adalah suatu daya upaya
yang kooperatif, yang mempunyai tingkat rasionalitas yang tinggi ;
4. Dimock & Dimock (1992:20), mengatakan bahwa suatu ilmu yang
mempelajari apa yang dikehendaki rakyat melalui pemerintah, dan cara mereka
memperolehnya. Administrasi juga mementingkan aspek-aspek konkrit dari
metode-metode dan prosedur-prosedur Manajemen ;
5. S.P. Siagian (2004:2), mendefinisikan Administrasi sebagai keseluruhan proses
kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya ;
6. The Liang Gie (1993:9), mendefinisikan Administrasi adalah rangkaian
kegiatan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang di dalam
kerjasama mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka “Administrasi adalah pekerjaan
terencana yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencapai
tujuan atas dasar efektif, efisien dan rasional".
Administrasi mempunyai dua dimensi yaitu
1. Dimensi karakteristik, terdiri atas:
a. Efisien berarti bahwa tujuan (motive) dari Administrasi adalah untuk
mencapai hasil secara efektif (berhasil guna) dan efisien (berdaya guna) ;
1) James L. Gibson dkk. (1996:51), mengatakan bahwa efisien adalah
Perbandingan rasio keluaran dengan masukan ;
2) Tjokroamidjojo (1991:5), efisien adalah pelaksanaan Administrasi Publik
dilakukan dengan perbandingan yang terbaik antara hasil dan pengeluaran,
”perbandingan yang terbaik antara input dan output atau perbandingan
antara pengeluaran dan keuntungan”, hasil maksimum yang dicapai
dengan penggunaan sumberdaya yang terbatas, perbandingan antara apa
yang telah dihasilkan dengan apa yang seharusnya diselesaikan.
b. Efektifitas pada dasarnya berasal dari kata "efek" dan digunakan dalam
istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang
sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran
tercapai karena adanya proses kegiatan ;
1) James L. Gibson dkk. (1996:38), mengatakan bahwa efektivitas adalah
pencapaian sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran
menunjukkan derajat efektivitas ;
2) Tjokroamidjojo (1987:3), mengatakan bahwa efektivitas, agar pelaksanaan
Administrasi lebih mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai sasaran
tujuan yang ingin dicapai dan lebih berdaya hasil ;
3) Sedangkan Keban (2004:140), mengatakan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana
ditetapkan dalam visi tercapai. Nilai-nilai yang telah disepakati bersama
antara para stakeholder dari organisasi yang bersangkutan.
c. Rasional berarti bahwa tujuan yang telah dicapai bermanfaat untuk maksud
yang berguna, dilakukan dengan sadar atau disengaja ;
1) Herbert A. Simon (2004:135), rasional secara objektif, jika tujuan yang
hendak dicapai untuk kepentingan organisasi, rasional bersifat subjektif,
jika tujuan yang hendak dicapai untuk kepentingan pribadi ;
2) Dwight Waldo (1986), tindakan rasional adalah suatu tindakan yang telah
diperhitungkan secara tepat untuk merealisasikan tujuan tertentu yang
diinginkan dengan pengorbanan yang sedikit-dikitnya bagi realisasi tujuan
yang lain. Tindakan rasional adalah tindakan yang dapat diterima oleh
logika praktis ;
3) Sedangkan Ritzer (2005:37), rasionalisasi terbaik saat ini ialah restoran
cepat saji, yaitu sistem rasional formal di mana seorang pekerja dan
pelanggan digiring untuk mencari cara paling rasional dalam mencapai
tujuan. Mendorong makanan melalui jendela misalnya ialah cara rasional
karena dengan demikian pelayanan pelanggan efektif dan efisien.
Oleh karena itu, tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan Administrasi
adalah menerapkan kemampuan dan keterampilan kerja sehingga tercapai tujuan
secara "efektif" dan "efisien" melalui tindakan rasional. Tujuan secara efektif dan
efisien melalui tindakan rasional dapat terwujud bila ada perencanaan yang realistik
dan benar-benar tepat, logis dan dapat dikerjakan. Jadi perencanaan berfungsi sebagai
landasan kebijakan Administrasi, dan merupakan wujud konkrit dari tujuan. Untuk
membuat perencanaan yang tepat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas
dan sumber daya non-manusia yang cukup memadai. Adapun kualitas SDM yang
dimaksud seharusnya memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan dan moral
yang tinggi. Berdasarkan kompetensi tersebut dapat disusun pengorganisasian
(organizing) secara benar dan objektif yang sesuai "prinsip the right man on the right
place".

F. Kandungan Teori
Teori dapat digunakan untuk menganalisis, menjelaskan dan menerangkan
suatu fenomena tertentu. Analisis dan penjelasan yang dilakukan bukanlah sekedar
penjelasan yang berdasarkan perasaan, prasangka atau akal sehat, melainkan
penjelasan yang rasional atau bersifat ilmiah. Dalam hal teori Administrasi, yang
diterangkan, dijelaskan dan dianalisis adalah fenomena Administrasi. Teori dapat
dikatakan baik apabila mampu menjelaskan fenomena dengan tegas. Penjelasan yang
diberikan harus sederhana atau tidak berbelit-belit. Kemudian teori harus mempunyai
daya ramal yang tajam.

1. Kandungan Teori
Kandungan Teori, menurut Singarimbun & Effendi, (1995:37), adalah :
a. Teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling
berhubungan.
b. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara
menentukan hubungan antar konsep.
c. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep
mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk
hubungannya.

2. Bentuk Teori
Bentuk Teori menurut Prajudi Atmosudirdjo (2003:29), terbagi tiga yaitu
sebagai berikut:
a. Bentuk Definisi, yaitu merupakan suatu rumusan singkat dan lengkap
tentang sesuatu yang bersifat sederhana atau dapat disederhanakan
menampilkan pokoknya atau intinya saja. Pada umumnya yang dapat
didefinisikan adalah benda atau suatu yang konkrit, yang secara langsung
dapat dijangkau oleh pancaindera. Abstrak bukanlah tidak mungkin
didefinisikan, hanya tidak lengkap atau tidak tuntas.
b. Bentuk Tesis, yaitu suatu teori khusus, suatu pendapat tentang suatu problem
atau hal yang khas atau baru yang telah diperoleh mulai kajian (studi) ilmiah.
Tesis tidak berlaku secara umum.
c. Bentuk Deskriptif, yaitu suatu teori yang merupakan pendapat seorang
sarjana setelah mengadakan studi riset ilmiah yang dirumuskan dengan kata-
kata, sedangkan definisi digambarkan atau dilukis. Deskripsi mengenai suatu
benda, keadaan, kondisi atau situasi disusun dengan mempergunakan
terminologi yang berlaku sehingga dapat dipahami oleh rekan-rekan seilmu.
d. Bentuk Eksplisit, yaitu suatu teori yang menjelaskan hal-ihwal atau duduk
perkara suatu fenomena atau seperangkat fenomena (tatanan, tata kaitan,
perilaku) setelah dikaji atau diteliti secara ilmiah.
e. Bentuk Normasi, adalah suatu teori yang menetapkan syarat-syarat, kriteria
atau standar yang harus dipenuhi oleh sesuatu untuk dapat disebut (diberi
nama atau identitas) sebagaimana yang dikehendaki.
f. Bentuk Prinsip, adalah suatu teori yang menjelaskan, terkadang menentukan,
duduk perkara atau suatu tata hubungan antara orang dan orang, orang dan
benda, orang-benda-orang, orang-benda-hak-orang-kewajiban dan seb

Anda mungkin juga menyukai