Anda di halaman 1dari 8

6

ASBAB AN-NUZUL

Al-Qur’an diturunkan untuk membimbing manusia kepada


tujuan yang terang dan jalan yang lurus,menegakan asas kehidupan
yang didasarkan kepada keimanan kepada Allah dan risalahnya.juga
mengajar merekan dalam menyikapi sejarah masa lalu,kejadian-
kejadian kontemporer dan tentang berita-berita masa depan.

A. Perhatian Para Ulama terhadap Asbabun Nuzul

Para peneliti ilmu-ilmu al-qur’an menaruh perhatian besar


terhadap pengetahuan tentang Asbab An-Nuzul.untuk menafsirkan al-
qur’an ilmu ini sanagat diperlukan sehingga ada yang mengambil
spesialisasi dalam bidang ini,yang terkenal diantaranya:ali bin al
madini,guru al-Bukhori,kemudian al-Wahidi dalam kitabnya Asbab
Nuzul,kemudian al-Jabari yang meringkaskan kitab al-Wahidi dengan
menghilangkan sanad sanad yang ada didalamya,tanpa menambahkan
sesuatu. Kemudian Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang kitab
mengenai asbabun nuzul, satu juz dari naskah kitab didapatkan oleh as-
Suyuti, kitabnya itu dinamakan Lubadul Manqul fi Asbabin Nuzul.

B. Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

Untuk mengetahui asbab an-nuzul secara shahih,para ulama


berpegang kepada riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah atau
dari sahabat, sebab,pemberitaan seorang sahabat mengenai hal ini,bila
jelas,berarti bukan pendapatnya,tetapi ia mempunyai hukum marfu
(disandarkan pada rasulullah). Menurut al-Wahidi “tidak diperbolehkan
main akal-akalan dalam asbab an-nuzul al-qur’an, kecuali berdasarkan
pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang
menyaksikan turunya,mengetahui sebab-sebabnya dan membahas
tentang pengertianya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya”
inilah metodologi ulama salaf,mereka amat berhati-hati mengatakan
sesuatu mengenai asbab an-nuzul,tanpa pengetahuan yang jelas,
Muhammad bin Sirin mengatakan “ketika kutanyakan kepada Ubaidah
mengenai satu ayat al-qur’an,dia menjawab:bertakwalah kepada Allah
dan berkatalah benar,orang orang yang mengetahui mengenai apa Al-
qur’an itu diturunkan telah meninggal semua”.

Maksudnya,para sahabat,apabila seorang tokoh ulama semacam Ibn


Sirin,yang termasuk pemuka tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-
hati dalam meriwayatkan dan cermat dalam menukil,maka hal itu
menunjukan bahwa kita harus benar-benar mengetahui asbab an-nuzul.
Oleh karena itu, yang dapat dijadikan pegangan dalam asababun nuzul
adalah riwayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad.

C. Definisi Asbabun Nuzul

1. Jika terjadi suatu peristiwa,maka turunlah ayat al-Qur’an


mengenai peristiw.

2. Bila Rasulullah ditanya tentang sesuatu hal, maka turunlah ayat


al-Qur’an menerangkan hukumnya.

Namun, tidak semua ayat Qur’an diturunkan karena timbul


suatu peristiwa dan kejadian atau karena sesuatu pertanyaan. Tetapi ada
di antara ayat Qur’an yang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab,
mengenai akidah iman, kewajiban Islam dan syari’at Allah dalam
kehidupan pribadi dan social. Al-Ja’bari menyebutkan: “Qur’an
ditiurunkan dalam dua kategori: yang turun tanpa sebab, dan yang turun
karena suatu peristiwa atau pertanyaan”.

Oleh sebab itu, asbabun nuzul didefinisikan sebagai “Seseuatu


hal yang karena Qur’an diturunkan untuk menerangkan status
(hukumnya), pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun
pertanyaan”.

D. Perlunya Mengetahui Asbabun Nuzul

1. Mengetahui hikamh pemberlakuan suatu hukum,dan perhatian


syariat terhadap kemaslahatan umum dalam menghadapi segala
peristiwa sebagai rahmat bagi umat.

2. Memberi batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang


terjadi jika hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.

3. Apabila lafadz yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil
yang menunjukan pengkhususannya,maka adanya sebab asbab
an-nuzul akan membatasi takhshish (pengkhususan) itu hanya
terhadap yang selain bentuk sebab.

4. Mengetahui sebab turunnya ayat adalah cara terbaik untuk


memahami al-Qur’an dan menyikap kesamaran yang
tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa
penegetahuan sebab turun-Nya.

5. Sebab turunya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa


ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan
kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan.

E. Yang Menjadi Pegangan Adalah Lafal Yang Umum, Bukan


Sebab Yang Khusus

Apabila ayat yang diturunkan sesuai dengan sebab secara


umum, atau sesuai dengan sebab secara khusus, maka yang umum
(‘amm) diturunkan pada keumumannya dan yang khusus (khass)
pada kekhususannya.

Jika sebab itu khusus, sedang ayat yang turun berbentuk umum,
maka para ahli usul berselisih pendapata: yang dijadikan pegangan
itu lafal yang umum ataukah sebab yang khusus?

1. Jumhur ulama berpendapat bahwa yang menjadi pegangan


adalah lafal yang umum bukan sebab yang khusus. Hokum
yang diambil dari lafal yang umum itu melampaui bentuk sebab
yang khusus.

2. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang menjadi pegangan


adalah sebab yang khusus bukan lafal yang umum; karena lafal
yang umum itu menunjukan bentuk sebab yang khusus. Oleh
karena itu, untuk dapat diberlakukan kepada kasus selain sebab
diperlukan dalil yang lain seperti kias dan sebagainya, sehingga
pemindahan riwayat sebab yang khusus itu mengandung
faedah, dan sebab tersebut sesuai dengan musababnya seperti
halnya pertanyaan dengan jawaban.

F. Redaksi Sebab Nuzul

Bentuk redaksi yang menerangkan asbab an-nuzul itu terkadang


berupa pernyataan tegas,jelas mengenai sebab,dan terkadang berupa
pernyataan yang mengandung kemungkinan,bentuk pertama ialah
“asbab an-nuzul ayat ini adalah begini” atau menggunakan fa
ta’qibiyah (kira-kira seperti “maka” yang menunjukan urutan peristiwa)
yang dirangkaikan dengan kata ”turunlah ayat”, sesudah ia
menyebutkan peristiwa atau pertanyaan.misalnya ia mengatakan ”telah
terjadi peristiwa begini” atau “Rasulullah ditanya tentang hal begini
maka turunlah ayat ini” dengan demikian,kedua bentuk diatas
merupakan pernyataan yang jelas tentang sebab,contoh contoh untuk
kedua hal ini.

Bentuk kedua yaitu redaksi yang boleh jadi menerangkan asbab an-
nuzul atau hanya sekedar menjelaskan kandungan hukum ayat ialah jika
misalnya perawi mwnyatakan “ayat ini turun mengenai ini” yang
dimaksud dengan ungkapan seperti ini,bisa jadi tentang asbab an-nuzul
ayat dan mungkin juga tentang kandungan hukum ayat tersebut.

G. Beberapa Riwayat Mengenai Sebab Nuzul

a. Apabila bentuk bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti


“ayat ini turun mengenai urusan ini”atau, “Aku mengira ayat
ini turun mengenai urusan ini”, maka tidak ada yang
kontradiksi di antara riwayat riwayat itu, sebab maksud
riwayat-riwayat tersebut adalah menafsirkan atau menjelaskan
bahwa hal itu termasuk kedalam makna ayat yang disimpulkan
darinya,bukan menyebutkan asbab an-nuzul. Kecuali bila ada
indikasi pada salah satu riwayat yang menunjukan kepada
penjelasan asbab an-nuzul.

b. Jika salah satu redaksi riwayat itu tidak tegas,misalnya ayat ini
turun mengenai urusan ini, sedangkan riwayat lain
menyebutkan asbab an-nuzul dengan tegas yang berbeda
dengan riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah
riwayat yang menyebutkan asbab an-nuzul secara tegas itu, dan
riwayat yang tidak tegas dipandang termasuk didalam hukum
ayat.

c. Jika riwayat itu banyak dan semuanya itu menegaskan sebab


nuzul, salah satu riwayat diantaranya itu shahih,maka yang
dijadikan pegangan adalah riwayat yang shahih.

d. Apabila riwayat-riwayat itu sama-sama shahih namun terdapat


segi yang memperkuat salah satunya, seperti kehadiran perawi
dalam kisah tersebut, atau salah satu dari riwayat-riwayat itu
lebih shahi, maka riwayat yang lebih kuat itulah yang
didahuluan.

e. Jika riwayat-riwayat tersebut sama kuat, maka riwayat-riwayat


itu dipadukan atau dikompromikan jika mungkin, hingga
dinyatakan bahwa ayat itu turun sesudah terjadi dua buah sebab
atau lebih karena jarak waktu diantara sebab itu berdekatan.

f. Bila riwayat-riwayat itu tidak dikompromikan karena jarak


waktu antara sebab-sebab tersebut berjauhan, maka hal yang
demikian dibawa kepada atau dipandang sebagai banyak dan
berulangnya nuzul.

Kesimpulannya, jika asbab an-nuzul suatu ayat itu banyak, maka


terkadang semuanya tidak tegas, terkadang pula semuanya tegas dan
terkadang sebagiannya tidak tegas sedang sebagian lainnya tegas dalam
menunjukan sebab.

a) Apabiala semuanya tidak tegas dalam menunjukan sebab,maka


tidak ada salahnya untuk dipandang sebagai tafsir dan
kandungan ayat.

b) Jika sebagian tidak jelas dan sebagian lain tegas maka yang
menjadi pegangan adalah yang tegas.

c) Jika semuanya tegas,maka tidak terlepas dari kemungkinan


salah satunya atau semuanya shahih.apabila salah satunya
shahih sedang yang lain tidak,maka yang shahih itulah yang
menjadi pegangan.

d) Jika semuanya shahih maka dilakukan pertanjihan jika


mungkin.

e) Tetapi jika tidak mungkin dengan pilihan demikian maka


dipadukan bila mungkin.

f) Jika tetap tidak mungkin dipadukan,maka maka dipandanglah


ayat itu diturunkan beberapa kali dan berulang

H. Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab

Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya


satu,dalam hal ini tidak ada masalah yang cukup penting,karena itu
banyak ayat yang turun didalam berbagai surat berkenaan dengan suatu
peristiwa. Contohnya adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Said
bin Mashur, ‘Abburazzaq, Tirmidzi, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi
Hatim, Thabarani, dan Hakim mengatakan shahih dari Ummu Salamah.
I. Ayat Lebih Dahulu Turun daripada Hukumnya

Az-Zarkasyi menulis satu pembahasan yang berhubungam dengan


asbab an-nuzul,tajuknya “Penurunan ayat lebih dahulu daripada
hukumnnya” ia mengemukakan contoh yang tidak menunjukan bahwa
ayat itu turun mengenai hukum tertentu, kemudian pengalamannya
datang sesudahnya, tetapi hal tersebut menunjukan bahwa ayat itu
diturunkan dengan lafazh mujmal (global) yang mengandung arti lebih
dari satu, kemudian penafsirannya dihubungkan dengan salah satu arti
arti tersebut,sehingga ayat tadi mengacu kepada hukum yang datang
kemudian, didalam al burhan disebutkan “Ketahuilah, turunnya suatu
ayat itu terkadang mendahului hukum. Misalnya firman Allah,
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri” (al-
A’la:14). Ayat tersebut dijadikan dalil untuk zakat fitrah.

J. Beberapa Ayat Turun Mengenai Satu Orang

Terkadang seorang sahabat mengalami beberapa kali peristiwa.


Al-Qur’an juga demikian turun mengiringi setiap peristiwanya. ia
banyak turun sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi.
Misalnya, apa yang diriwayatkan oleh Bukhori dalam kitab “Al-adab
Al-Mufrad” tentang berbakti kepada kedua orang tua.

Dari Sa’d bin Abi Waqqas: “Ada empat ayat Qur’an turun
berkenaan denganku.

Pertama; ketika Ibuku sumpah bahwa ia tidak akan makan sdan minum
sebelum aku meninggalkan Muhammad. Maka turunlah Qs.
Luqman:15.

Kedua; ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya,


maka aku berkata kepada Rasulullah: ‘Rasulullah, berikanlah kepadaku
pedang ini’, maka turunlah Qs. Al-Anfal:1.

Ketiga; ketika aku sedang sakit dan Rasulullah mengunjungiku, aku


bertanya kepanya: ‘Rasulullah aku ingin membagikan hartaku,
bolehkah aku mewasiatkan separuhnya?’ Ia menjawab: ‘Tidak’. Aku
bertanya: ‘Bagaimana kalau sepertiga?’ Rasulullah diam. Maka wasiat
dengan sepertiga harta itu diperbolehkan.

Keempat; ketika aku sedang meminum minuman keras (khamr)


bersama kaum Ansar, seorang dari mereka memukul hidungku dengan
tulang rahang unta. Lalu aku datang kepada Rasulullah, maka Allah
menurunkan larangan minum Khamar.

Kategori tersebut termasuk kedalam muwafaqah atau


kebersesuaian kehendak/sikap dengan wahyu. Dalam hal ini telah turun
wahyu yang sesuai dengan pendapatnya dalam banyak ayat.

K. Faedah Mengetahui Asbabun Nuzul dalam Lapangan


Pendidikan dan Pengajaran

Didalam dunia pendidikan, para pendidik mengalami banyak


kesulitan dalam penggunaan media pendidikan yang dapat
membangkitkan perhatian anak didik supaya jiwa mereka siap dan
minat menerima pelajaran, dan seluruh potensi intelektualnya
terberdayakan untuk mendengarkan dan mengikuti pelajaran, tahap
pendidikan dasar dalam suatu pengajaran memerlukan kecerdasan yang
dapat membantu duru dalam menarik minat anak didik terhadap
pelajarannya dengan berbagai media yang cocok. Juga memerukan
latihan dan pengalaman yang cukup lama dalam memilih metode
pengajaran yang efektif dan sejalan dengan tingkat pengetahuan anak
didik tanpa adanya kekerasan dan paksaa.

Tahap pendidikan dasar itu disamping bertujuan membangkitkan


perhatian dan menarik minat anak didik, juga ditunjukan memberikan
konsepsi menyeluruh mengenai kurikulum pelajaran, agar guru dapat
dengan mudah memmbawa anak didiknya dari hal hal yang bersifat
umum kepada yang khusus, sehingga materi materi pelajaran yang telah
ditargetkan dan dapat dikuasai secara detail sesudah anak didik itu
memahaminya secara garis besarnya.

L. Korelasi antara Ayat dengan Ayat dan Surah dengan Surah

Seperti halnya pengetahuan tentang asbab an-nuzul yang


empunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirakn ayat,
maka pengetahuan mengenai korelasi ayat dengan ayat dan surat
dengan surat juga membantu dalam menakwilkan dan memahami ayat
dengan baik dan cermat.

Munasabah secara bahasa berarti kedekatan/kesesuaian. Dikatakan,


fulan yunasib fulanan, (si anu sesuai dengan si fulan) maknanya ia
mendekati dan menyerupai si fulan itu. Dan diantara pengertian ini
ialah kesesuaian illat hukum dalam bab qiyas, yakni sifat yang
berdekatan dengan hokum, yang dimaksud dengan munasabah disini
ialah sisi-sisi korelasi antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam
satu ayat, antara satu ayat dengan ayat lain, atau antara satu surat
dengan surat yang lain.

Kata Az Zarkasyi “manfaatnya ialah menjadikan sebagian


pembicaraan berkaitan dengan sebagian lainnya, sehingga hubungannya
menjadi kuat, bentuk susunanya kukuh dan bersesuian dengan bagian
bagiannya laksana sebuah bangunan yang unsur unsurnya saling
terkait”. Qadi Abu Bakar Ibnu Arabi, mengetahui sejauh mana
hubungan antara ayat ayat tertentu dengan ayat ayat lain hingga
semuannya menjadi seperti satu kata, yang maknanya serasi dan
susunannya teratur merupakan suatu ilmu yang besar. Pengetahuan
mengenai korelasi hubungan antara ayat ayat itu bukannya hal yang
taufiqi (langsung ditetapkan oleeh rasul) tetapi didasarkan oleh ijtihad
seorang musafir dan pengayatannya terhadap kemukjizatan al qur’an,
rahasia di balik balaghohnya, segi keterangannya yang mandiri dan
sesuai dengan dasar dasar bahasa dalam ilmu bahasa arab.

Sebagian mufasir telah menaruh perhatian besar untuk menaruh


perhatian besar untuk mejelaskan korelasi antara kalimat dengan
kalimat, ayat dengan ayat, surat dengan surat, dan mereka telah
mengumpulkan segi segi kesesuain yang cermat. Hal itu disebabkan
karena sebuah kalimat terkadang merupakan penguat terhadap kalimat
sebelumnya, sebagai penjelasannya, tafsiran atau sebagai komentar
akhir. Setiap ayat mempunyai aspek hubungan dengan ayat sebelumnya
dalam arti hubungan yang menyatukan, seperti perbandingan atau
pengimbangan antara sifat orang musyrik, antara ancaman dengan janji
untuk mereka, penyebutan ayat ayat rahmat sesudah ayat ayat adzab,
ayat-ayat berisi anjuran sesudah ayat-ayat berisi ancaman, ayat-ayat
tauhid dan kemahasucian Tuhan sesudah ayat ayat tentang alam.
Munasabah juga terjadi antara awal surat dengan akhir surat, contoh
ialah apa yang terdapat dalam surat al-Qhasas. Surat ini dimulai dengan
menceritakan kisah musa, menjelaskan langkah awal dan pertolongan
yang diperolehnya kemudian menceritakan tentang tindakannya ketika
ia mendapatkan dua orang laki laki yang sedang berkelahi. Kemudian
surat ini diakhiri dengan menghibur Rasul kita Muhammad, bahwa ia
akan keluar dari Makkah dan dijanjikan akan kembali lagi, serta
melarangnya menjadi penolong bagi orang orang kafir.

Anda mungkin juga menyukai