Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI SEBAGAI SARANA UNTUK MEWUJUDKAN


TUJUAN DAN CITA-CITA INDONESIA

Disusun Oleh :
Nama : Ackri Yurico
NIM : 19036170
Prodi : Kimia NK

Dosen Pengampu : Dr. Damri, M.Pd

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah tentang “Demokrasi Sebagai Sarana Untuk Mewujudkan Tujuan dan
Cita-Cita Indonesia” dapat tersusun hingga selesai . Penulis juga berterima kasih pada
Bapak Dr. Damri, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang
telah membimbing dalam penyelesaian tugas ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi semua pihak
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan khususnya tentang
upaya memperkuat Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga independen
penyelenggara pemilu di Indonesia.

Padang, 10 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi 6
B. Hakikat Demokrasi 7
C. Tipe-Tipe Demokrasi 8
D. Ciri-Ciri Negara Demokrasi 10
E. Sejarah Perkembangan Demokrasi 13
F. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia 14
G. Demokrasi Pancasila 16
H. Pandangan Hidup Demokratis Bangsa Indonesia 17
I. Demokrasi Sebagai Sarana Tujuan dan Cita-Cita Indonesia 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, hampir seluruh warga di dunia mengaku menjadi penganut paham
demokrasi. Demokrasi dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu
negara ke negara lain. Konsep demokrasi diterima oleh hampir seluruh negara di dunia.
Diterimanya konsep demokrasi disebabkan oleh keyakinan mereka bahwa konsep ini
merupakan tata pemerintahan yang paling unggul menganut sistem demokrasi,
demokrasi harus berdasarkan pada suatu kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara
itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha
untuk membangun sistem politik demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan
kedaulatannya pada tahun 1945. Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya sudah
banyak dibahas atau bahkan dicoba diterapkan di Indonesia. Pada awal kemerdekaan
Indonesia berbagai hal dengan negaramasyarakat telah diatur dalam UUD 1945.
Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya pemerintahan yang melindungi
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Semua itu
merupakan gagasan-gagasan dasar yang melandasi kehidupan negara yang demokratis.
Sebagai bentuk kesungguhan negara Indonesia, landasan tentang demokrasi
telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 maupun Batang Tubuh UUD 1945. Seluruh
pernyataan dalam UUD 1945 dilandasi oleh jiwa dan semangat demokrasi. Penyusunan
naskah UUD 1945 itu sendiri juga dilakukan secara demokratis. UUD 1945 merangkum
semua golongan dan kepentingan dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian,
demokrasi bagi bangsa Indonesia adalah konsep yang tidak dapat dipisahkan.Budaya
demokrasi di Indonesia perlu dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta hendaknya mengacu kepada akar budaya nasionalisme
yang memiliki nilai gotong royong atau kebersamaan dan mementingkan kepentingan
umum. Namun, budaya individualisme dan budaya liberal yang masuk melanda
masyarakat dengan melalui arus globalisasi tidak mungkin bisa dibendung karena
kemajuan teknologi.  

4
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian demokrasi ?
2) Apa hakikat dari demokrasi ?
3) Apa saja tipe-tipe demokrasi ?
4) Apa saja ciri-ciri negara demokrasi ?
5) Bagaimana sejarah perkembangan demokrasi ?
6) Bagaimana sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia ?
7) Apa pengertian demokrasi Pancasila ?
8) Bagaiamana pandangan hidup demokratis bangsa Indonesia ?
9) Bagaimana demokrasi sebagai sarana tujuan dan cita-cita Indonesia ?

C. Tujuan
1) Mengetahui pengertian demokrasi.
2) Mengetahui hakikat dari demokrasi.
3) Mengetahui tipe-tipe demokrasi.
4) Mengetahui ciri-ciri negara demokrasi.
5) Mengetahui sejarah perkembangan demokrasi.
6) Mengetahui sejarah perkembangan demokrasi di Indonesia.
7) Mengetahui pengertian demokrasi Pancasila.
8) Mengetahui pandangan hidup demokratis bangsa Indonesia.
9) Mengetahui demokrasi sebagai sarana tujuan dan cita-cita Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Kata “Demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada
intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu
kebenaran.
Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos. Artinya, pola pemerintahan yang
berasal dari rakyat. Bisa juga pemerintah (Presiden) dipilih oleh para wakil rakyat.
Maknanya, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Demokrasi dikembangkan untuk menumbuhkan partisipasi rakyat, bukan
partisipasi seseorang atau kelompok. Peran rakyat lebih dihargai karena berperan
penting dalam mengambil keputusan untuk kepentingan publik. Sebut saja, dalam
menentukan seorang Kepala Daerah, Bupati, Gubernur, dan Presiden sebagai kepala
negara dalam sistem demokrasi harus dipilih oleh rakyat.
Kekuasaan itu tidak didapat atas dasar kekuasan belaka, atau karena ditunjuk
orang atau kelompok elite tertentu. Kekuasaan hanya didapat oleh seseorang setelah ia
dinilai oleh publik mempunyai kompetensi dan kejujuran dalam kepemimpinan.
Kekuasaan didapat harus melalui pemilihan dengan suara terbanyak. Inilah esensi
demokrasi dan adanya peran penting dari publik. Tak peduli, apakah seseorang miskin,
buta huruf atau taat beragama atau tidak, nilai suara tetap sama dengan orang kaya,
pandai, dan orang yang dinilai saleh.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat
yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol
berdasarkan prinsip checks and balances.

6
B. Hakikat Demokrasi
Makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan bernegara
mengandung pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-
masalah mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena
kebijakan Negara tersebut akan menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian
Negara yang menganut sistem demokrasi adalah Negara yang diselenggarakan
berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Dari sudut organisasi, demokrasi berarti
pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan
rakyat karena kedaulatan ditangan rakyat.
Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat
baik dalam penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal,
yaitu:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah yang sah dan
diakui (ligimate government) dimata rakyat. Sebaliknya ada pemerintahan yang
tidak sah dan tidak diakui (unligimate government). Pemerintahan yang diakui
adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan rakyat.
Pentingnya legimintasi bagi suatu pemerintahan adalah pemerintah dapat
menjalankan roda birokrasi dan programprogramnya.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan
kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri. Pengawasan yang
dilakukan oleh rakyat (sosial control) dapat dilakukan secara langsung oleh
rakyat maupun tidak langsung ( melalui DPR).
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah diharuskan
menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya
Hakikat demokrasi adalah menempatkan kekuasan politik tertinggi di tangan
rakyat. Implikasi dari penerapan sistem demokrasi adalah penyelenggaraan
negara/daerah dilandasi oleh perwakilan dari rakyat yang terpilih.

7
C. Tipe-Tipe Demokrasi
Demokrasi memiliki makna yang variatif, karena bersifat interpretatif. Setiap
penguasa negara berhak mengklaim negaranya sebagai demokratis meskipun nilai yang
dianut atau praktik politik kekuasaannya amat jauh dari prinsip-prinsip dasar
demokrasi. Karena sifatnya yang interpretatif itu, dikenal berbagai tipologi demokrasi,
yaitu: Demokrasi Langsung, Demokrasi Konstitusional, Demokrasi Borjuis, Demokrasi
Rakyat (Proletar), Demokrasi Perwakilan Liberal.
 Demokrasi Langsung
Demokrasi langsung adalah suatu kondisi ketika keseluruhan warga negara
dengan nyata ikut serta dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan
umum atau undang-undang, seperti yang dilaksanakan di zaman Yunani kuno.
Demokrasi tidak langsung dilaksanakan dengan sistem perwakilan. Tipe demokrasi
ideal diwujudkan dalam derajat yang berbeda-beda melalui konstitusi yang berbeda-
beda pula. Demokrasi langsung adalah demokrasi dengan derajat relatif paling tinggi.
Demokrasi langsung ditandai dengan fakta pembuatan Undang-Undang (UU), dan juga
fungsi eksekutif dan yudikatif yang utama, dijalankan oleh rakyat di dalam pertemuan
akbar atau rapat umum. Pengorganisasian semacam ini hanya dapat dilakukan dalam
masyarakat- masyarakat kecil dan di bawah kondisi-kondisi sosial yang sederhana.
 Demokrasi Konstitusional
Demokrasi konstitusional merupakan demokrasi yang terbatasi oleh aturan atau
konstitusi. Pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatasi
kekuasaannya dan tidak dibenarkan untuk bertindak sewenang-wenang terhadap
warga negaranya. Konstitusi memberikan batasan-batasan terhadap posisi dan peran
atau wewenang pemerintah. Oleh karenanya, sering dinamakan pula sebagai
“pemerintahan yang berdasarkan konstitusi”. Jadi, constitutional government sama
dengan limited government atau restrained government. Kewibawaan demokrasi
konstitusional tergantung pada bagaimana konstitusi dihormati, terutama oleh
pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintahan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif).
Jika pemerintahan tak mematuhi hukum, demokrasi akan dilanggar dan terancam akan
dilecehkan oleh masyarakat karena pemerintah tak mampu member contoh. Ketika
konstitusi tidak ditegakkan oleh pemerintah, masyarakat juga tidak patuh pada aturan
hukum sehingga demokrasi ditegakkan tanpa aturan di kalangan rakyat dengan cara
menyalurkan tuntutan melalui tindakan-tindakan anarkis.

8
 Demokrasi Borjuis
Demokrasi Borjuis sebagaimana demokrasi rakyat merupakan bentuk demokrasi
yang memuat cara pandang kelas. Demokrasi borjuis didasarkan pada kepemilikan
pribadi atas alat-alat produksi, yang terkonsentrasi di tangan sedikit orang saja.
Sehingga terjadi ketimpangan sosial di masyarakat. Demokrasi model ini menyelubungi
karakter kelas masyarakat kapitalis. Artinya secara formal, semua orang diakui
mempunyai hak yang sama, sedangkan rakyat secara nyata tidak memiliki. Dampaknya,
krisis sosial pun makin tajam dan demokrasi borjuis dikecam. Kekuasaan kapital
monopoli sangat kuat dan selalu tegar menghadapi tuntutan kelas buruh. Bahkan, hak-
hak yang telah diperjuangkan dengan susah payah (misalnya, kenaikan upah minimum)
malah diinjak-injak lagi. Dari situasi seperti ini melahirkan sistem kediktatoran (fasis).
Namun, hal ini tidak terjadi di negara-negara penganut demokrasi borjuis, karena kelas
bekerja dapat mengorganisasi serta mewakili kepentingan (interest) mereka.
 Demokrasi Rakyat (Proletar)
Demokrasi rakyat ini disebut juga demokrasi proletar, marxis-komunis, atau
demokrasi Soviet. Tokoh aliran ini adalah Karl Marx. Masyarakat yang dicita-citakan
adalah komunis, masyarakat yang tidak memiliki kelas sosial. Manusia dibebaskan dari
keterikatan kepada kepemilikan pribadi. Negara dalam hal ini bukanlah lembaga di atas
masyarakat yang mengatur masyarakat tanpa pamrih, melainkan alat dalam tangan
kelas-kelas atas untuk mengamankan kekuasaan mereka. Untuk mencapai masyarakat
itu, perlu jalan paksaan dari jalan kekuasaan. Dalam demokrasi Soviet ini terdapat
perilaku mendewa-dewakan pimpinan. Komunis tidak hanya merupakan sistem politik,
tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu, seperti
gagasan monoisme menolak adanya golongan-golongan; gagasan persatuan berakibat
adanya kesadaran mau dipaksa dan oposisi ditindas; gagasan menjadikan negara
sebagai alat untuk mencapai komunisme; kekerasan dipandang sebagai alat yang sah.
Akan tetapi, ada perbedaan antara demokrasi sosialis dan demokrasi komunis.
Kaum sosialis (sosialisme demokrasi) tidak menginginkan demokrasi satu partai seperti
kaum komunis. Namun, kesamaannya adalah bahwa kaum sosialis juga menegaskan
pentingnya demokrasi ekonomi, ketika alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi
tak boleh dikuasai sedikit orang dan negara juga harus berperan dalam mengatur
ekonomi rakyatnya, mengontrol, dan membatasi peran swasta (kapitalis) dalam
perekonomian.

9
 Demokrasi Perwakilan Liberal
Ciri demokrasi tidak langsung atau perwakilan adalah suatu demokrasi ketika
fungsi legislatif dijalankan oleh sebuah parlemen yang dipilih oleh rakyat, dan fungsi
eksekutif dan yudikatif dijalankan oleh pejabat-pejabat yang juga dipilih melalui
pemilihan umum (pemilu). Banyak konstitusi demokratis secara tegas menetapkan
kebebasan para wakil dan para pemilihnya. Kebebasan para wakil dari pemilihnya ini
adalah ciri khas demokrasi modern.
Kebebasan hukum yang dimiliki orang yang dipilih dari pemilihnya tidak sama
dengan perwakilan hukum. Pernyataan bahwa rakyat diwakili oleh parlemen berarti
rakyat tidak dapat melaksanakan kekuasaan legislatif secara langsung atau kekuasaan
dijalankan melalui wakilnya.

D. Ciri-Ciri Negara Demokrasi


1) Kebebasan Individu
Salah satu faktor yang menjadikan sistem demokrasi sebagai sistem yang
menghargai hak hidup seseorang adalah dengan diberlakukannya kebebasan untuk
masing-masing individu sebagai warga negara. Setiap warga negara diberi hak dan
kewajiban yang sama antara yang satu dengan yang lainnya.
Setiap warga negara diakui kebebasannya untuk menyuarakan pendapatnya
terhadap pemerintahan ataupun pada musyawarah publik. Warga negara juga
mendapat kesempatan untuk berkreasi dan mengembangkan dirinya sesuai dengan
keinginannya.
2) Jaminan Terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
Mendapatkan jaminan hak asasi manusia (HAM), merupakan ciri negara
demokrasi, setiap manusia yang hidup dibawah naungan negara dengan sistem
demokrasi akan mendapat hak dan kewajiban yang sama sebagai warna negara. Seperti
kesemaan pembelaan hukum, perlindungan dari negara dan dapat berkehidupan
bermasyarakat dengan bebas tanpa adanya diskriminasi untuk masing-masing individu.
Landasan hukum persamaan setiap warga negara ditentukan dan diatur oleh
lembaga penegak hukum yang dimilik oleh negara dengan sistem demokrasi. Beberapa
jaminan yang diberikan oleh negara atas berlakunya HAM di negara demokrasi adalah
sebagai berikut :

10
 Hak untuk hidup.
 Hak untuk mengembangkan diri.
 Hak atas hukum, mendapat pekerjaan, hak atas pemerintahan dan hak mendapat
status kewarganegaraan.
 Hak beragama sesuai kepercayaan dan keyakinan.
 Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
 Hak atas perlindungan pribadi dan keluarga.
 Hak atas kesejahteraan lahir batin.
 Hak pemenuhan atau tidak dapat dikurangi hak asasi manusia dalam keadaan
apapun (yaitu hak hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak diakui sebagai pribadi di depan hukum, dan hak tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut.
 Hak bebas dari perlakuan diskriminatif.
 Hak atas identitas budaya.
 Hak atas masyarakat tradisional. (Baca : Hubungan Demokrasi dan HAM di
Indonesia)
3) Kebebasan Pers
Kebebasan pers merupakan salah satu hak yang diberikan dalam negara
bersistem demokrasi. Media masa mempunyai hak untuk menyebarluaskan informasi
kepada masyarakat dengan aturan yang wajar-wajar saja. Seperti informasi dikalangan
pemerintahan dan seputar kehidupan berbangsa dan bernegara, buka isu sara atau
informasi tidak bertuan.
Di Indonesia sendiri, pemberlakukan pada kebebasan pers sempat tidak
diberlakukan, tepatnya pada masa pemerintahan residen Soeharto. Kebebasan pers
pada masa itu sangat dibatasi, pers hanya menginformasikan kebaikan-kebaikan dari
program kerja pemerintah saja. Seharusnya pers bersifat netral, tidak memihak pada
pihak manapun. Dan dapat dijadikan sebagai wadah aspirasi rakyat untuk penyampaian
kepada pejabat pemerintahan.
4) Kebebasan Mengenyam Pendidikan
Hidup di negara demokrasi sangat leluasa untuk mengenyam pendidikan secara
penuh, seperti sudah disebutkan diatas dalam hak asasi manusia, bahwa setiap warga
negara diberi kebebasan untuk merasakan pendidikn setinggi mungkin tanpa adanya
batasan. Bahkan setiap individu diperbolehkan mengenyam pendidikan keluar negeri

11
sekalipun dengan tetap mendapatkan perlindungan sebagai warga negara melalui duta
besar atau perwakilan negara.
5) Berkonsep Hukum Secara Nyata
Negara bersistem demokrasi sangatlah memiliki konsep hukum yang tegas dan
nyata. Negara tidak menghendaki adanya konflik yang dapat menyebabkan kekerasan
dikalangan masyarakat dan menghendaki adanya perdamaian. Negara sangat didsarkan
pada hukum, tidak condong dengan keberadaan pemimpin negara yang diktator ,
membatasi gerak warga negara ataupun kehendak rakyat. (Baca : Landasan Hukum
Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia).
6) Pemerintahan Secara Nyata Berada di Tangan Rakyat
Salah satu faktor utama yang menjadi ciri khas dari negara demokrasi adalah
pemerintahannya murni berada ditangan rakyat. Kita pasti sudah tahu konsep utama
demokrasi, yaitu pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka, dalam
pemerintahan negara demokrasi, rakyat mempunyai hak untuk turut serta memantau
jalannya sistem pemerintahan. Rakyat dapat memilih perwakilannya untuk duduk
dikursi pemerintahan melalui lembaga perwakilan rakyat, seperti DPR atau MPR.
7) Berlakukan Pemilihan Umum
Pemilihan umum di negara demokrasi bukanlah hal yang asing lagi. Karena
pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat, maka rakyat diberi kebebasan untuk
memilih emimpinnya berdasarkan mayoritas suara terbanyak. Biasanya melalui jalur
pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan setiap 5tahun sekali atau periode
tertentu. (Baca : Jenis-Jenis Pemilu di Indonesia)
8) Mayoritas Suara Terbanyak Jadi Keputusan
Karena musyawarah dan berpendapat adalah metode utama yang dijadikan oleh
negara demokrasi sebagai langkah pengambilan keputusan, maka mayoritas suara atau
suara terbanyak yang dihasilkan dari musyawarah akan jadi keputusan yang tidak bisa
diganggu gugat. Seperti halnya berlaku pada saat melakukan pemilu, calon yang
mendapatkan pilihan terbanyak dari rakyatlah yang akan menjadi pemimin negara.
9) Kebebasan Beorganisasi dan Berkoloni
Masyarakat yang hidup di negara demokrasi memiliki hak penuh untuk
mendirikan ataupun mengikuti organisasi tertentu. Hal ini terbukti dengan adanya
banyak partai politik atauun organisasi masyarakat yang muncul ditengah-tengah
masyarakat pada negara demokrasi. (Baca : Fungsi Partai Politik di Indonesia)

12
Melalui keberadaan partai politik dan organisasi masyarakat, warga negara
dapat menyatukan visi dan misi yang sama antara satu dengan yang lainnya. Selain itu
juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk penyampaian aspirasi, kritik dan saran
kepada pemerintahan.

E. Sejarah Perkembangan Demokrasi


Pada dasarnya munculnya ide tentang demokrasi sebagai sistem
penyelenggaraan kekuasaan untuk mengatur kepentingan bersama beriringan dengan
munculnya jaman logos di kawasan Yunani. Sebagaimana diketahui jaman logos yang
muncul pada abad ke lima sebelum Masehi menggeser jaman mitos. Jaman logos
ditandai dengan adanya tradisi kritis dalam menerima kebenaran pengetahuan dan
tradisi kreatif dalam mencari solusi mengatasi permasalahan pragmatis. Lengsernya
jaman mitos yang menerima kebenaran secara dogmatis telah memunculkan ide kreatif
tentang adanya sistem penyenggaraan kekuasaan dalam rangka mengatur kepentingan
bersama. Demokrasi pada dasarnya bergerak pada dua tataran, yang pertama tataran
epistemologis (sebagai suatu pengetahuan yang dipelajari), yang ke dua pada tataran
praktis yaitu suatu tatanan untuk mengatur kepentingan manusia dalam kehidupan
bersama. Ide demokrasi dalam tataran epistemologis muncul pada abad ke lima
sebelum Masehi di Athena Yunani. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani dari kata
demos yang artinya rakyat dan kratos kekuasaan. Dalam waktu yang hampir bersamaan
di wilayah lain (Romawi) diperkenalkan istilah Republic yang berasal dari kata res:
kakuasaan dan publica: rakyat banyak. Pada hakekatnya antara demokrasi dan republic
secara terminologis adalah sama. Sementara itu di wilayah lain prinsip ajaran
demokrasi telah dipraktekkan di Mesir jauh sebelum gelombang demokrasi muncul di
Yunani. Demokrasi sebenarnya sudah ada sejak jaman Mesir Kuno dan Mesopotamia
Kuno. Saat itu telah dibentuk dewan kota dan majelis yang jauh lebih demokratis dari
pada model “polis” Yunani. Para anggota dewan lebih bebas berbicara, selain itu wanita
juga diperkenankan menjadi anggota. Aturan seperti ini tidak dapat dijumpai pada
praktek demokrasi di Yunani dimana wanita tidak diaggap sebagai warga (citizen)
sehingga tidak bisa menjadi anggota dewan. Kelebihan lain adalah adanya aturan yang
bisa mengakomodasi pluralisme dan sudah mengenal sistem delegasi yang bisa
menggambarkan representasi atas konstituennya.

13
F. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945
(yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya disebut NKRI) menganut paham atau ajaran
demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan
demikian berarti juga NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham Demokrasi
Perwakilan (Representative Democracy).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara rakyat
disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara Indonesia yang duduk
di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa sebahagian
terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik mengikutinya secara langsung di
negara-negara Eropah Barat (khususnya Belanda), maupun mengikutinya melalui
pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh
pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia sejak beberapa dasawarsa sebelumnya,
sehingga telah cukup akrab dengan ajaran demokrasi yang berkembang di negara-
negara Eropah Barat dan Amerika Serikat. Tambahan lagi suasana pada saat itu
(Agustus 1945) negara-negara penganut ajaran demokrasi telah keluar sebagai
pemenang Perang Dunia-II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga
saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari
beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.
Sejalan dengan diberlakukannya UUD Sementara 1950 (UUDS 1950) Indonesia
mempraktekkan model Demokrasi Parlemeter Murni (atau dinamakan juga Demokrasi
Liberal), yang diwarnai dengan cerita sedih yang panjang tentang instabilitas
pemerintahan (eksekutif = Kabinet) dan nyaris berujung pada konflik ideologi di
Konstituante pada bulan Juni-Juli 1959.
Guna mengatasi konflik yang berpotensi mencerai-beraikan NKRI tersebut di
atas, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Ir.Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden yang memberlakukan kembali UUD 1945, dan sejak itu pula diterapkan model
Demokrasi Terpimpin yang diklaim sesuai dengan ideologi Negara Pancasila dan paham
Integralistik yang mengajarkan tentang kesatuan antara rakyat dan negara.

14
Namun belum berlangsung lama, yaitu hanya sekitar 6 s/d 8 tahun dilaksanakan-
nya Demokrasi Terpimpin, kehidupan kenegaraan kembali terancam akibat konflik
politik dan ideologi yang berujung pada peristiwa G.30.S/PKI pada tanggal 30
September 1965, dan turunnya Ir. Soekarno dari jabatan Presiden RI pada tanggal 11
Maret 1968.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi Pancasila
(Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila.
Demokrasi Pancasila (Orba) berhasil bertahan relatif cukup lama dibandingkan
dengan model-model demokrasi lainnya yang pernah diterapkan sebelumnya, yaitu
sekitar 30 tahun, tetapi akhirnyapun ditutup dengan cerita sedih dengan lengsernya
Jenderal Soeharto dari jabatan Presiden pada tanggal 23 Mei 1998, dan meninggalkan
kehidupan kenegaraan yang tidak stabil dan krisis disegala aspeknya.
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya
Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru,
sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek
kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini
berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batang tubuhnya) karena
dianggap sebagai sumber utama kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di era Orde
Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,
khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat
hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan
terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksanakan dibandingkan
dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru.
Model Demokrasi pasca Reformasi yang telah dilaksanakan sejak beberapa
tahun terakhir ini, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda kemampuannya untuk
mengarahkan tatanan kehidupan kenegaraan yang stabil (ajeq), sekalipun lembaga-
lembaga negara yang utama, yaitu lembaga eksekutif (Presiden/Wakil Presiden) dan
lembaga-lembaga legislatif (DPR dan DPD) telah terbentuk melalui pemilihan umum
langsung yang memenuhi persyaratan sebagai mekanisme demokrasi.

15
G. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang didasarkan pada asas
kekeluargaan dan kegotong royongan yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
Dalam demokrasi Pancasila, system pengorganisasian negara dilakukan oleh
rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. Kebebasan individu dalam demokrasi
pancasila tidak bersifat mutlak, tetapi harus diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
Keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup bangsa Indonesia
yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada dominasi mayoritas atau
minoritas.
Demokrasi Pancasila pada hakikatnya merupakan norma yang mengatur
penyelenggaraan kedaulatan rakyat dan penyelenggaraan pemerintahan negara, dalam
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, bagi setiap
warga negara Republik Indonesia, organisasi kekuatan social politik, organisasi
kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya serta lembaga-lembaga negara
baik di pusat maupun di daerah.
Demokasi Pancasila memiliki prinsip-prinsip yang berlaku, seperti:
1) Kebebasan atau persamaan (Freedom/Equality)
Kebebasan/persamaan adalah dasar demokrasi. Kebebasan dianggap sebagai
sarana mencapai kemajuan dan memberikan hasil maksimal dari usaha orang
tanpa pembatasan dari penguasa. Dengan prinsip persamaan semua orang
dianggap sama, tanpa dibedabedakan dan memperoleh akses dan kesempatan
bersama untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensinya. Kebebasan yang
dikandung dalam demokrasi Pancasila ini tidak berarti Free Fight Liberalism
yang tumbuh di Barat, tapi kebebasan yang tidak mengganggu hak dan
kebebasan orang lain.
2) Kedaulatan Rakyat (people’s Sovereignty)
Dengan konsep kedaulatan rakyat, hakikat kebijakan yang dibuat adalah
kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Mekanisme semacam ini akan
mencapai dua hal; yaitu, kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan
sangatlah kecil, dan kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan lebih
terjamin. Perwujudan lain dari konsep kedaulatan adalah adanya pengawasan

16
oleh rakyat. Pengawasan dilakukan karena demokrasi tidak mempercayai
kebaikan hati penguasa.
3) Pemerintahan yang terbuka dan bertanggung jawab yang memiliki prinsip-
prinsip :
 Dewan Perwakilan Rakyat yang representatif
 Badan kehakiman/peradilan yang bebas dan merdeka
 Pers yang bebas
 Prinsip Negara hokum
 Sistem dwi partai atau multi partai
 Pemilihan umum yang demokratis
 Prinsip mayoritas
 Jaminan akan hak-hak dasar dan hak-hak minoritas
Di Indonesia, prinsip-prinsip demokrasi telah disusun sesuai dengan nilai-nilai
yang tumbuh dalam masyarakat, meski harus dikatakan baru sebatas demokrasi
prosedural, dalam proses pengambilan keputusan lebih mengedepankan voting
ketimbang musyawarah untuk mufakat, yang sejatinya merupakan azas asli demokrasi
Indonesia. (bukankah voting itu asas asli demokrasi liberal, jadi apa tidak
berkebalikan). Praktek demokrasi ini tanpa dilandasi mental state yang berakar dari
nilai-nilai luhur bangsa merupakan gerakan omong kosong belaka.

H. Pandangan Hidup Demokratis Bangsa Indonesia


Demokasi adalah proses menuju dan menjaga civil society yang menghormati
dan berupaya merealisasikan nilai- nilai demokrasi .
Beberapa pandangan hidup demokratis bangsa Indonesia adalah sebagai
berikut:
 Pentingnya kesadaran akan pluralisme
Hal ini tidak sekedar pengakuan (pasif) akan kenyataan masyarakat yang
majemuk. Lebih dari itu, kesadaran akan kemajemukan menghendaki tanggapan
yang positif terhadap kemajemukan itu sendiri secara aktif.
Kesadaran akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai
bangsa yang sangat beragam dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi
alamnya.

17
 Musyawarah
Internaliasasi makna dan semangat musyawarah mengehendaki atau
mengharuskan keinsyafan dan kedewasaan untuk dengan tulus menerima
kemungkinan terjadinya “partial finctioning of ideals”, yaitu pandangan dasar
belum tentu, dan tidak harus, seluruh keinginan sepenuhnya.
 Pertimbangan moral
Pandangan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara
haruslah sejalan dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim atas suatu tujuan
yang baik harus diabsahkan oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk meraihnya.
Demokrasi tidak terbayang terwujud tanpa ahklak yang tinggi. Dengan demikian
pertimbangan moral (keseluruhan akhlak) menjadi acuan dalam berbuta dan
mencapai tujuan.
 Permufakatan yang jujur dan sehat
Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan
seni permusyawaratan yang jujur dan sehat itu guna mencapai permufaakatan
yang juga jujur dan sehat. Permufakatan yang dicapi melalui ”engineering”,
manipulasi atau merupakan permufakatan yang curang, cacat atau sakit, malah
dapat disebut sebagai penghianatan pada nilai dan semangat musyawarah.
Musyawarah yang benar dan baik hanya akan berlangsung jika masing- masing
pribadi atau kelompok yang bersangkutan memiliki kesediaan psikologis untuk
melihat kemungkinan orang lain benar dan diri sendiri salah, dan bahwa setiap
orang pada dasarnya baik, berkecenderungan baik, dan beriktikad baik.
 Pemenuhan segi-segi ekonomi
Masalah pemenuhan segi-segi ekonomi yang dalam pemenuhannya tidak lepas
dari perencanaan sosial-budaya. Warga dengan pemenuhan kebutuhan secara
berencana, dan harus memiliki kepastian bahwa rencana-rencana itu benar-
benar sejalan dengan tujuan dan praktik demokrasi. Dengan demikian rencana
pemenuhan kebutuhan ekonomi harus mempertimbangkan aspek keharmosian
dan keteraturan sosial.
 Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing
Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing,
kemudian jalinan dukung- mendukung secara fungsional antara berbagai unsure
kelembagaan kemasyarakatan yang ada, merupakan segi penunjang efisiensi

18
untuk demokrasi. Pengakuan akan kebebasan nurani (freedom of conscience),
persamaan percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain (trust attitude)
mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusiaan yang positif dan
optimis.
 Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan
pendidikan demokrasi
Pandangan hidup demokrasi terlaksana dalam abad kesadaran universal
sekarang ini, maka nilai- nilai dan pengertian – pengertiannya harus dijadikan
unsur yang menyatu dengan sistem pendidikan kita. Perlu dipikirkan dengan
sungguh-sungguh memikirkan untuk membiasakan anak didik dan masyarakat
umumnya siap menghadapi perbedaan dan pendapat dan tradisi pemilihan
terbuka untuk mentukan pemimpin atau kebijakan. Jadi pendidikan demokrasi
tidak saja dalam kajian konsep verbalistik , melainkan telah membumi dalam
interaksi dan pergaulan sosial baik dikelas maupun diluar kelas.

I. Demokrasi Sebagai Sarana Tujuan dan Cita-Cita Indonesia


Tujuan Negara Indonesia ini tercantum didalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Indonesia 1945 alinea keempat yang berbunyi, “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan, Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan Mewujudkan
suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat tersebut juga
telah disebutkan mengenai dasar dan landasan Negara Indonesia yakni Pancasila.
Melalui Pembukaan Undang-Undang tahun 1945 tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan Negara Indonesia adalah melindungi seluruh Warga Negara Indonesia,
mengusahakan kesejahteraan bagi masyarakat, mengutamakan pendidikan bagi

19
generasi penerus bangsa, serta ikut serta dalam nilai-nilai luhur yang selalu ditanamkan
tidak hanya di Indonesia melainkan juga di beberapa negara lain yaitu mengupayakan
perdamaian dunia, dan keadilan sosial bagi seluruh warga negara.
Tujuan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ini secara yuridis terdapat
dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (1) yang berbunyi, “Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Sebagai negara republik, Indonesia
memiliki banyak kewajiban kepada rakyatnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar
1945 pasal 31 yang berbunyi, “(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan,
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya, (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang, (4)
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional, (5) Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia”. Dari UUD 1945 pasal 31 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu hak dan kewajiban pemerintah dan rakyat
mengenai pendidikan serta kebudayaan.
Demokrasi Pancasila mengandung tiga karakter utama, yaitu:
 Kerakyatan
 Permusyawaratan
 Hikmat kebijaksanaan
Ketiga karakter tersebut sekaligus berkedudukan sebagai cita-cita luhur
penerapan demokrasi di Indonesia.
 Cita-cita kerakyatan
Cita-cita kerakyatan merupakan bentuk penghormatan kepada rakyat Indonesia
dengan memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk berperan atau terlibat
dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah.
 Cita-cita permusyawaratan
Cita-cita permusyawaratan memancarkan keinginan untuk mewujudkan negara
persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan atau golongan.

20
 Cita-cita hikmat kebijaksanaan
Cita-cita hikmat kebijaksanaan merupakan keinginan bangsa Indonesia bahwa
demokrasi yang diterapkan di Indonesia adalah demokrasi yang didasarkan pada nilai-
nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan.
Selain itu, Demokrasi Pancasila mendasarkan diri pada paham kekeluargaan dan
kegotong royongan yang ditujukan untuk:
 Kesejahteraan rakyat
 Mendukung unsur-unsur kesadaran berKetuhanan Yang Maha Esa
 Menolak atheisme
 Menegakkan kebenaran yang berdasarkan budi pekerti yang luhur
Mengembangkan kepribadian Indonesia
 Menciptakan keseimbangan perikehidupan individu dan masyarakat, jasmani
dan rohani, lahir dan batin, hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan
manusia Tuhannya.
Pemahaman yang benar dari sebuah perjalanan politik bukanlah demokrasi
sebagai sebuah tujuan, melainkan demokrasi merupakan cara untuk mencapai tujuan
itu sendiri. Tujuan dari partai politik di Indonesia adalah bagaimana memberikan
kemakmuran dan kesejahteraan untuk masyarakat Indonesia yang bisa dicapai
menggunakan demokrasi.
Demokrasi memang memiliki dasar yang universal tapi bukan berarti demokrasi
bisa disamakan di semua kawasan. Demokrasi dirancang dengan cara berbeda sesuai
dengan kebiasaan di negara masing-masing.
Tak hanya kebiasaan, faktor budaya hingga situasi masyarakat di negara masing-
masing pun akan merancang demokrasi yang berbeda-beda. Demokrasi tak bisa
dicontoh bulat-bulat di semua negara, yang penting adalah prinsipnya bagaimana
menuju kesejahteraan dan bagaimana mencapainya.
Demokrasi bisa berjalan karena pondasinya diperkuat oleh partai politik. Maka
dari itu, untuk menggunakan demokrasi sebagai alat menggapai tujuan maka partai
politik harus kuat.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara
untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut
Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat
baik dalam penyelenggaraan berada di tangan rakyat.
Tipe-tipe demokrasi :
 Demokrasi Langsung
 Demokrasi Konstitusional
 Demokrasi Borjuis
 Demokrasi Rakyat
 Demokrasi Perwakilan Liberal
Ciri-ciri negara demokrasi :
a) Kebebasan individu
b) Jaminan Terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
c) Kebebasan Pers
d) Kebebasan Mengenyam Pendidikan
e) Berkonsep Hukum Secara Nyata
f) Pemerintahan Secara Nyata Berada di Tangan Rakyat
g) Berlakukan Pemilihan Umum
h) Mayoritas Suara Terbanyak Jadi Keputusan
i) Kebebasan Beorganisasi dan Berkoloni
Pada dasarnya munculnya ide tentang demokrasi sebagai sistem
penyelenggaraan kekuasaan untuk mengatur kepentingan bersama beriringan dengan
munculnya jaman logos di kawasan Yunani. Sebagaimana diketahui jaman logos yang
muncul pada abad ke lima sebelum Masehi menggeser jaman mitos. Jaman logos
ditandai dengan adanya tradisi kritis dalam menerima kebenaran pengetahuan dan
tradisi kreatif dalam mencari solusi mengatasi permasalahan pragmatis.

22
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945 menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut
paham atau ajaran demokrasi, yaitu kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan
Rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi yang didasarkan pada asas
kekeluargaan dan kegotong royongan yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat,
yang mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, kebenaran, kecintaan dan budi
pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
Beberapa pandangan hidup demokratis bangsa Indonesia sebagai berikut:
 Pentingnya kesadaran akan pluralisme
 Musyawarah
 Pertimbangan moral
 Permufakatan yang jujur dan sehat
 Pemenuhan segi-segi ekonomi
 Kerjasama antar warga untuk mempercayai iktikad baik masing- masing
 Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur yang menyatu dengan
pendidikan demokrasi
Demokrasi sebagai sarana tujuan dan cita-cita Indonesia sebagai termuat dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat Dan sebagai sarana
perwujudan cita-cita luhur penerapan demokrasi di Indonesia, yaitu :
 Cita-cita kerakyatan
 Cita-cita permusyawaratan
 Cita-cita hikmat kebijaksanaan

B. Saran
Penulis hanya bisa menyarankan semoga kita semua dapat menjalankan
demokrasi sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila sehingga dapat mewujudkan tujuan
dan cita-cita bangsa Indonesia. Demokrasi di indonesia harus dipahami agar semua
masyarakat Indonesia bisa melaksanakan demokrasi dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka  penulis
mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Affan Sulaeman. 2015. Demokrasi, Partai Politik, Dan Pemilihan Kepala Daerah. Bandung
: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Universitas Padjadjaran.
Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, Dikdik Baegaqi Arif. 2012. Bahan Ajar “Demokrasi”,
Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional. Yogyakarta : Universitas Ahmad
Dahlan.
Lasiyo, dkk. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan (MKDU411102). Banten : Universitas
Terbuka.
Nur Rohim Yunus. 2015. Aktualisasi Demokrasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa
Dan Bernegara. Jakarta : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Nurus Shalihin Djamra. 2012. Demokrasi dan Anarkhi: Kebebasan yang Terdistorsi.
Padang : Jurnal Analisis Politik, Volume 1 Nomor 2, Maret 2012 Universitas
Andalas.
Muhammad Rakhmat. 2015. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan. Bandung : CV.
Warta Bagja.
Sri Rahayu Wilujeng. 2014. Meningkatkan Kualitas Kehidupan Berbangsa Melalui Budaya
Demokrasi. Semarang : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

24

Anda mungkin juga menyukai