Dikerjakan oleh :
MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA
NIM. 201910301024
Asisten Dosen :
ADITYA SYAHRUL RAMADHAN
NIM. 191910301046
Disusun dan dikerjakan sebagai salah satu syarat guna menempuh dan
menyelesaikan Mata Kuliah Praktikum Uji Material Bangunan pada
Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Jember
Dikerjakan oleh :
MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA
NIM. 201910301024
LEMBAR SOAL
TUGAS PRAKTIKUM MIX DESIGN S-1
SEMESTER GENAP T.A 2020/2021
Nama : Mohammad Tomita Maha Putra
NIM : 201910301024
• Kelembaban Pasir
(ASTM C 55 – 72)
Data A
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat Pasir Asli (W1) 250 250 250 gram
Berat Pasir Oven (W2) 242,8 243,5 243,7 gram
Kelembaban Pasir %
Rata-rata
• Berat Jenis Pasir
(ASTM C 128 – 78)
Data A
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat pasir+picno+air (W1) 164 164,1 161,7 gram
Berat pasir SSD 50 50 50 gram
Berat picno+air (W2) 134 134,2 131,5 gram
Bj= 50/ (50-w1+w2)
Rata-rata
2. Agregat Halus
• Analisa Saringan Kerikil
(ASTM C 136 – 76)
Data B
Saringan Tinggal Pada Saringan % Komulatif
Nomor mm gram % Tinggal Lolos
3* 76,2 0
3/2* 38,1 0
¾* 19 241,8
3/8* 9,5 2743,8
4 4,76 11,9
8 2,38 0,9
16 1,19 0
30 0,59 0
50 0,297 0
100 0,149 0,4
Pan 1,2
Jumlah 3000
• Kelembaban Kerikil
(ASTM C 556 – 72)
Data B
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat Pasir Asli (W1) 500 500 500 Gram
Berat Pasir Oven (W2) 495,5 496,1 494,8 gram
Kelembaban Pasir %
Rata-rata
Rata-rata
Test No 1 2 3
Berat Piknometer (A) gr 25,111 26,052 21,453
Berat Piknometer + Air (B) gr 78,943 73,361 81,432
Berat Piknometer + Aspal (C) gr 50,290 53,728 46,606
Berat Piknometer + Aspal + Air (D) gr 79,730 74,378 82,226
Berat Jenis Bitumen
Rata-rata Berat Jenis Bitumen
5) Agregat Kasar
• Jenis Agregat kasar : Batu Pecah
• Ukuran agregat kasar maksimal : 20 mm
• Berat Jenis SSD : 2.504 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 2.62752 gram
• Kelembaban agregat : 0.91508 %
• Gradasi Agregat : Zona 1
6) Agregat Halus
• Jenis Agregat halus : Pasir Alami
• Asal daerah agregat halus : Jember
• Berat Jenis SSD : 2.504271 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 1.763930 %
• Kelembaban agregat : 2.74 %
• Gradasi agregat : Zona 1
7) Semen Portland
a) Jenis semen : Semen Portland Type I
b) Berat jenis : 3,15
c) Berat isi semen :
Rata-rata 10791.3
8) Jumlah benda uji minimal 18 buah teridiri dari : 15 silinder dan sisanya
kubus
Mengetahui,
Sistematika Penulisan
i. Lembar Cover
ii. Lembar Pengesahan
iii. Lembar Soal
iv. Lembar Asistensi
v. Kata Pengantar
vi. BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
vii. BAB II Studi Pustaka (berisi landasan tori)
2.1 Pengertian Dasar
viii. BAB III Pengujian Semen
3.1 (Judul Uji)
3.1.1 Tujuan Uji
3.1.2 Landasan Teori
3.1.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
3.1.4 Prosedur Pengujian
3.1.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
3.1.6 Kesimpulan
ix. BAB IV Pengujian Agregat Halus
4.1 (Judul Uji)
4.1.1 Tujuan Uji
4.1.2 Landasan Teori
4.1.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
4.1.4 Prosedur Pengujian
4.1.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
4.1.6 Kesimpulan
4.2 (Judul Uji)
4.2.1 Tujuan Uji
4.2.2 Landasan Teori
4.2.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
4.2.4 Prosedur Pengujian
4.2.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
4.2.6 Kesimpulan
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Uji
Material Bangunan dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini disusun untuk memenuhi dan menyelesaikan mata kuliah Laporan Praktikum Uji
Material Bangunan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Uji Material Bangunan ini.
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta kemudahan
dalam pengerjaan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Uji Material Bangunan
2. Bapak Ketut Aswatama W. S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Laporan
Praktikum Uji Material Bangunan.
3. Aditya Syahrul Ramadhan, selaku asisten dosen yang membimbing kami dalam
menyelesaikan Laporan Praktikum ini.
4. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Jember yang telah memberi dukungan dalam
mengerjakan Laporan Praktikum.
Kami sadar bahwa dalam mengerjakan Laporan Praktikum ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu semua kritik dan saran yang sangat membantu akan kami harapkan guna penyempurnaan
tugas yang lebih baik lagi. Semoga Laporan Praktikum ini dapat memberikan manfaat dan membantu
pembaca dalam lingkup Laporan Praktikum Uji Material Bangunan.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton yang berfungsi sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, ternyata dapat
dimanfaatkan untuk berbagai hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi,
kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Sedangkan dalam bidang hidrologi, beton digunaka untuk
bangunan air, seperti bendungan, saluran, dan drainase perkotaan.
Dalam bidang transportasi, beton digunakan untuk pekerjaan rigid pavement pavement (lapis
keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hamper
digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil, dan semua struktur dalam teknik sipil akan
menggunakan beton, minimal dalam pembuatan pondasi.
Beton terdiri dari bahan semen hidroulik (portland semen), agregat kasar, agregat halus, air, dan
bahan tambahan (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen
gabunga (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karateristik masing-
masing komponen. Nawy (1958:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan
kimiawi dari material pembantuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tersebut perlu
dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat mengembangkan
pemelihan material yang layak komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi
kekuatan batas yang di syaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan yang dapat juga diartikan
pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan makin banyaknya pembangunan di berbagai tempat,
maka kita khususnya sebagai calon pakar generasi muda yang akan berkecimpung di bidang teknik sipil,
dituntut agar dapat menciptakan beton yang efisien dan efektif. Maksudnya, dalam pembuatan beton,
harus mempunyai sifat sesuai dan seperti dengan keadaan dan situasi pemakaiannya. Artinya kuat tekan
beton yang dihasilkan harus sama dengan jenis penggunaan yang dibutuhkan, tidak lebih karena akan
mengakibatkan pemborosan bahan dan dana serta tidak kurang karena beton yang dihasilkan tidak
memenuhi batas standar yang dibutuhkan yang diinginkan. Pada kenyataan sebenarnya, saat ini sudah
banyak bermunculan pabrik- pabrik beton siap pakai (ready mixed concrete), dimana pemakai beton
hanya menyebutkan spesifikasi dari beton yang diinginkan dan bahkan muncul pula pabrik beton
pracetak (precast concrete) dimana pembuat bangunan cukup memesan suatu elemen struktur yang
sudah siap pakai. Dengan demikian dapat kita ketahuibahwa permintaan kebutuhan akan beton saat ini
sangatlah kompleks dan memerlukan perhitungan yang tepat untuk mencetaknya sesuai dengan
permintaan. Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana dalam mendesign beton adalah bagaimana
merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi
teknik yang ditentukan baik dalam suatu kegiatan formal, maupun dalam kontrak atau permintaan
pemilik. Bahan-bahan tersebut diolah hingga diperoleh mix design yang paling sesuai dengan
perencanaan. Oleh karena itu, dalam praktikum Rekayasa Beton ini, dibutuhkan suatu pemahaman,
perencanaan, perhitungan mix design, dan pelaksanaan konstruksi beton yang matang. Dengan
demikian, diharapkan praktikum ini telah memenuhi persyaratan matakuliah Rekayasa Beton, dan juga
menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa yang bersangkutan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakan dan diikutinya praktikum ini antara lain:
1. Mengerti dan memahami cara dalam merencanakan dan memperhitungkan mix design beton.
2. Mengikuti praktikum pembuatan beton sebagai syarat dalam menempuh salah satu mata kuliah yaitu
Rekayasa Beton.
BAB II
STUDI PUSTAKA
Studi kepustakaan ini dimulai pada saat mengikuti mata kuliah Rekayasa Beton kemudian
melakukan persiapan dalam praktikum serta dalam mempersiapkan pembuatan laporan. Bersamaan
dengan itu, konsultasi kepada dosen selaku pembimbing juga dilakukan untuk mendapatkan data-data,
informasi, serta referensi guna kesempurnaan tinjauan pustaka itu sendiri. Studi kepustakaan ini
dibutuhkan untuk mengetahui pengertian-pengertian, sifat-sifat, aturan-aturan, serta standartstandart
yang akan digunakan dalam mix design nanti dengan mengutip dari berbagai referensi.
2.1. Pengertian Dasar
• Beton
Adalah suatu campuran antara semen, air, dan agregat mineral, yang menyebabkan terjadinya
suatu hubungan yang erat antara bahan-bahan tersebut.
• Pasir
Bahan berupa butiran-butiran yang lolos pada saringan 3/8 inc, hampir semuanya lolos saringan
no. 4 (4.78 mm).
• Agregat Halus
Terdiri dari pasir atau kombinasi dari bermacam-macam pasir, atau kombinasi antara pasir dan
bahan pengisi mineral (mineral filler). Agregat halus adalah bagian dari agregat mineral yang
lolos saringan No. 4 (4.76mm).
• Bahan Pengisi (Filler)
Adalah hasil dari penggilingan suatu bahan mineral berupa butiran-butiran halus seperti serbuk,
kerang, contoh silica fume, fly ash, abu sekam, slag, dan lain-lain.
• Semen Portland
Ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis, dan gips sebagai bahan pembantu. Merupakan
bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik.
• Bahan Additive
Adalah suatu bahan yang ditambahkan pada saat proses pengadukan beton atau sebelum
pengadukan dimulai untuk memperbaiki sifat beton sesuai yang dikehendaki.
• Agregat
Adalah bahan pengisi beton (pasir, kerikil, atau batu pecah).
• Air Resapan
Ialah air yang diserap oleh agregat dari kondisi kering oven untuk mencapai SSD (% dari berat
kering).
• Air Kelembaban
Ialah air yang terkandung dalam agregat asli.
• Workabilitas
Ialah mudah tidaknya pengerjaan beton dan biasanya diukur dengan besarnya slump.
• Slump
Ialah selisih perbedaan penurunan beton sebelum dan sesudah prisma slump tes diangkat
• Keadaan Jenuh Permukaan Kering
Atau Satureted Surface Dry (SSD) adalah butir-butir agregat yang jenuh air, artinya semua pori-
pori yang tembus air terisi penuh oleh air, sedangkan permukaannya kering
• Faktor Semen
Adalah jumlah zak semen yang digunakan untuk mengisi 1 m3 beton
• Berat Jenis
Adalah perbandingan dari berat isi bahan terhadap berat isi, dalam keadaan standart tertentu
maka berat air adalah 1
• Faktor Air Semen
Adalah perbandingan banyaknya air bebas kecuali yang terserap oleh agregat, terhadap
banyaknya semen dalam adukan beton
• Pengerjaan Beton
Adalah sifat beton muda yang menentukan sifat pengejaannya dengan kehilangan homogenitas
seminimal mungkin. Beton yang mudah dikerjakan adalah beton yang ketika dicor tidak
menyebabkan timbulnya ruang-ruang udara serta kerangka-kerangka beton, plastis, kohesif,
mudah dicor, dan konsistensi baik.
BAB III
PENGUJIAN SEMEN
Semen Portland atau biasanya disebut semen adalah pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan kilnker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Jika bubuk halus tersebut dicampur dengan
air, dalam beberapa waktu dapat menjadi keras. Campuran semen dengan air disebut dengan pasta
semen. Jika pasta semen dicampur pasir disebut mortar semen. Dan apabila mortar semen dicampur
kerikil disebut beton.
3.1. Berat Volume Semen
3.1.1. Tujuan
Untuk mengukur berat volume semen khususnya semen GRESIK.
3.1.2. Landasan Teori
Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran, berarti juga tergantung pada
jenis bahan campuran. Berat volume semen pada campuran pengisi rongga material beton
mencapai volume beton, jadi dengan semakin kecilnya rongga maka mutu beton terpenuhi.
3.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
a) Timbangan analitis 2600 gram
BAB IV
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
Agregat halus adalah agregat dengan butiran yang lolos di atas saringan dengan lubang
diamaeter 4 atau 5 mm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kehalusan permukaan jenis tertentu
dari agregat halus, menambah kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton. Hal ini disebabkan karena
adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan butir-butir agregat. Agregat halus sangat
dibutuhkan sebagai bahan bangunan yang utama dalam membangun suatu bangunan, karena agregat
halus merupakan campuran heterogen dari pasta semen. Agregat ini permukaannya berubah dan tidak
homogen. Perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dan
agregat itu.
4.1. Analisa Saringan Pasir
4.1.1. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir.
4.1.2. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen beton paling berperan dalam menentukan besarnya volume
beton. Pada beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat terbagi atas agregat halus
umumnya terdiri dan pasir atau partikel-partikel yang lewat saringan standar ASTM #4 atau 5 mm
dan #100. Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir, variasi ukuran dan sesuatu dengan
standart analisa saringan dan ASTM. Syarat modulus halus butir 1.5 sampai 3.8 (SNI.0052)
4.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Satu set ayakan ASTM : #4, #8, #16, #30, #50, #100, Pan
2. Timbangan analitis 2600 gram
3. Alat penggetar (Shieve Shaker)
4. Pasir dalam keadaan kering oven.
4.1.4. Prosedur Pengujian
1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram
2. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan di atas,
dan digetarkan dengan Sieve Shaker selama 10 menit
3. Pasir yang tertinggal dalam ayakan ditimbang
4. Kontrol berat pasir = 1000 gram
2. Oven
3. Pan
4. Picnometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan dipegang miring (diputar-putar) hingga
gelembung udara keluar
6. Picnometer kosong diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya
2. Oven
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 10 liter 3. Alat perojok dan besi dengan
diameter 16 mm,panjang 60 mm 4. Pasir kering.
2. Dengan rojokan
b. Isi silinder 1/3 bagian dengan pasir kemudian rojok 25 kali sampai silider penuh, tiap-
tiap bagian dirojok 25 kali selama 3 kali
2. Timbangan
3. Oven
2. Mengisi air kedalam botol sehingga hampir penuh dan aduk hingga air bercampur dengan
pasir
BAB V
PENGUJIAN AGREGAT KASAR
Agregat kasar adalah agregat dengan butiran yang tertinggal di atas ayakan dengan lubang
diamaeter 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 4,0 mm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekasaran
permukaan jenis tertentu dari agregat kasar, menambah kekuatan Tarik maupun kekuatan lentur beton.
Hal ini disebabkan karena adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan butir-butir
agregat. Agregat yang mempunyai permukaan kasar akan lebih rekat terhadap permukaan semen,
daripada agregat yang mempunyai permukaan halus. Agregat ini permukaannya berubah dan tidak
homogen. Perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dari
agregat tersebut.
5.1. Analisa Saringan Kerikil
5.1.1. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran butir atau gramadasi kerikil.
5.1.2. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen yang paling berperan dalam menentukan besarnya beton
biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah
melebihi 16 mm. Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya
terhadap disintegrasi beton, mempunyai gradasi baik sesuai dengan standart analisa saringan dari
ASTM. Memiliki modulus halus butir 6.0 sampai 8.0.
5.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan:
1. Timbangan 10 Kg;
Kerikil yang digunakan sebagai campuran beton adalah kerikil yang mempunyai ukuran
antara 2 sampai 3 cm. berat jenis batu apung berbeda dengan batu kali yang diolah menjadi batu
pecah, sehingga berat jenis agregat kasar sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton.
1. Timbangan 25 kg
2. Container
3. Mounting table
5. Keranjang sample
6. Kerikil dalam kondisi SSD
7. Air suling
1. Timbangan 25 kg
2. Oven
3. Kerikil dalam kondisi SSD
1. Timbangan analitis 25 kg
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 15 liter
3. Alat perojok dan besi dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm
4. Kerikil kering
BAB VI
PERENCANAAN CAMPURAN BAHAN
Perencanaan adukan beton cara inggris ( “The Britist Mix Design Method“) ini
tercantum dalam ‘Design of Normal Concrete Mixes” telah menggantikan cara “Road Note
No.4” sejak tahun 1975. Di Indonesia cara ini dikenal dengan cara DOE (‘Department of
Environment’). Perencanaan dengan cara DOE ini dipakai sebagai standart perencanaan oleh
Depertemen Pekerjaan Umum di Indonesia,dan dimuat standart SK.SNI.T-15-1990-03 dengan
judul bukunya : “Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.dalam perencanaan
cara ini digunakan tabel-tabel dan grafik-grafik. Langkah-langkah pokok cara ini adalah :
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan perencanaan
strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksud dengan kuat tekan beton yang
disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya
sebesar 5% saja.
2. Penetapan nilai deviasi standart (s)
Deviasi standart ditetapkan berdasarkan singkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi standartnya.
Penetapan deviasi standart (s) ini berdasarkan pada hasil pengalaman praktek pelaksana pada
waktu yang lalu, untuk pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan bahan dasar
yang sama pula.
a) Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang
lalu maka persyaratannya (selain yang tersebut diatas) jumlah data hasil uji minimum
30 buah. (satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil uji ratarata dari uji tekan dua
silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau
umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah
maka dilakukan koreksi terhadap nilai deviasi standart dengan suatu faktor pengali,
seperti tampak pada tabel berikut :
Table 3.1 Faktor Pengali Deviasi Standard
b) Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/ pengalaman hasil pengujian beton pada masa
lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (temasuk data hasil uji kurang dari 15 buah),
maka nilai margin, langsung diambil sebesar 12 Mpa. (lihat langkah 3) Untuk
7. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :
a) Cara pertama : Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan ratarata silinder/
kubus beton yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan faktor air semen dengan
melihat Gb.4 (untuk silinder) dan Gb.5 (untuk kubus).
b) Cara kedua : Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan kuat tekan
rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air semen
dengan tabel 3.3 dan Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sbb :
1. Lihat tabel 3.3 dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, bentuk benda uji
dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton
yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. jenis maupun umur
beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan beton seandainya
dipakai f.a.s 0,50.
2. Lihat lukislah titik A pada Gb dengan nilai f.a.s 0,50 (sebagai absis) dan kuat
tekan beton yang diperoleh dari tabel 3.3 (sebagai ordinat). Pada titik A tersebut
kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang
sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak
dikiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru
tersebut. Dari titik potong itu kemudian ditarik gariskebawah sampai memotong
sunbu mendatar dan dapatlah dibaca nilai f.a.s yang dicari.
Table 3.4 Persyaratan faktor Air Semen Maksimum untuk berbagai penbetonan
f.a.s
Jenis Pembetonan
maks
Beton didalam ruang bangunan
0,60
a keadaan keliling non korosif
b keadaan keliling non korosif, disebabkan oleh
0,52
kondensasi atau uap korosi
Beton di luar ruangan bangunan
tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
a 0,55
langsung
b terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 0,60
Beton yang masuk kedalam tanah
mengalami keadaan kering dan basah berganti-
a 0,55
ganti
b mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah 0,52
Beton selalu berhubungan dengan air tawar atau 0,52 –
payau atau laut 0,75
Table 3.5 Faktor Air Semen Maksimum untuk beton yang berhubungan dengan
Table 3.6 Faktor Air Semen untuk beton bertulang dalam air
Berhubungan
Tipe Semen
dengan
Air tawar Semua tipe I – V
Tipe I + pozolan (15 –
40%)
Air payau
S.P pozolan
Tipe II atau V
Air laut Tipe II atau V
11. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan. Lihat tabel 3.8.
Table 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)
Besar
ukuran Slam
maksimum Jenis batuan
kerikil
(mm) 0-10 10–30 30-60 60 - 180
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Dalam tabel 3.8 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang berbeda
(alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
Dengan :
A = jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
12. Hitung berat semen yang diperlukan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air (dari langkah 11)
dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah 7 dan 8.
13. Kebutuhan semen minimum
Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.9. Kebutuhan semen minimum ini
ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya
lingkungan korosif, air payau, air laut
Tabel 3.11 Kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air
21. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17) dan
(20)
Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan agregat
campuran dengan persentase berat agregat campuran dengan persentase berat agregat
halusnya.
22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20) dan
(21)
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat
campuran dengan kebutuhan agregat halus.
Untuk mempermudah pelaksanaan, maka pada halaman berikut ini diberikan formulir
isian.
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan
jenuh kering-muka maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi
harus selalu minimum per satu kali per hari.
Hitung koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
1) Air = A – [(Ah - A1)/100] x B – [(Ak - A2)/100] x C
2) Agregat halus = B + [(Ah - A1)/100] x B
3) Agregat kasar = C + [(Ak - A2)/100] x C
Dengan : A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)
A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)
Data Perencanaan
1) Kuat tekan beton yang diisyaratkan : fc’= 25 MPa
5) Agregat Kasar
• Jenis Agregat kasar : Batu Pecah
• Ukuran agregat kasar maksimal : 20 mm
• Berat Jenis SSD : 2.504 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 2.62752 gram
• Kelembaban agregat : 0.91508 %
• Gradasi Agregat : Zona 1
6) Agregat Halus
• Jenis Agregat halus : Pasir Alami
• Asal daerah agregat halus : Jember
• Berat Jenis SSD : 2.504271 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 1.763930 %
• Kelembaban agregat : 2.74 %
• Gradasi agregat : Zona 1
7) Semen Portland
a) Jenis semen : Semen Portland Type I
b) Berat jenis : 3,15
c) Berat isi semen :
1 2 1 2
Rata-rata 10791.3
8) Jumlah benda uji minimal 18 buah teridiri dari : 15 silinder dan sisanya kubus
PERHITUNGAN
Metode perhitungan yang digunakan dalam perencanaan campuran beton adalah metode SNI
03-2834-2000.
1. Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 25 MPa.
2. Menetapkan nilai deviasi standar (S)
Tabel 3.4 Nilai Deviasi Standar untuk berbagai Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan
Deviasi standar dihitung berdasarkan volume pembetonan yang akan dibuat dan mutu
pekerjaan. Nilai deviasi standar yang digunakan dalam perencanaan campuran ini sebesar 4.5
Mpa yaitu tingkat pengendalian mutu pekerjaan jelek karena belum mempunyai pengalaman
sebelumnya.
3. Nilai tambah
M = 1.64 x 4.5 = 7.38 MPa
4. Kuat tekan beton rata-rata
f’cr = f’c + M
= 25 + 7.38
= 32.38 MPa
5. Jenis semen adalah Semen Portland Type 1
6. Jenis agregat kasar adalah batu pecah ukuran maksimal 20 mm
7. Jenis agregat halus adalah pasir alami asal Jember
8. Perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen 0.5 (sesuai tabel 3.3) adalah 37 Mpa.
Sehingga, akan didapatkan nilai FAS sebagai berikut :
9. Nilai FAS maksimum yang diperoleh adalah 0.55 berdasarkan tabel 3.4 yaitu beton di dalam
tanah dengan keadaan kering dan basah berganti-ganti.
10. Nilai Slump yang didapat adalah 80-120 mm
11. Ukuran butir agregat maksimum adalah 20 mm
12. Kadar air bebas berdasarkan tabel 3.8 dengan jenis agregat batu pecah maksimum 20 mm akan
diperoleh:
2 1
𝑊𝑎𝑖𝑟 = 𝑊ℎ + 𝑊𝑘
3 3
2 1
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ∙ 195 + ∙ 225
3 3
𝑊𝑎𝑖𝑟 = 205 𝑘𝑔
0.55
58 + 47.5
%𝐴ℎ =
2
%𝐴ℎ = 52.75%
Tabel Perencanaan
Banyaknya bahan (teoritis) Semen Air (kg Agregat halus Agregat kasar
- tiap m3 dengan ketelitian (kg) atau liter) (kg) (kg)
5 kg 372,73 205 1145,9 1026,4
- tiap campuran uji 0,05
m3
25 Koreksi campuran
- Tiap m3
- Tiap 0,05 m3
-
BAB VII
PENGUJIAN BITUMEN
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan
sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur
mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat pada suhu ruang padahal adalah cairan yang sangat
kental. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan
malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian
besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
7.1. Pengujian Berat Jenis Bitumen Keras (Sni 2441-2011)
7.1.1. Tujuan
Mengukur berat jenis dari bitumen keras.
7.1.2. Landasan Teori
Aspal pada perkerasan jalan merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal. Salah satu jenis pengujian yang terdapat
dalam persyaratan mutu aspal adalah berat jenis. Selain untuk memenuhi persyaratan aspal, berat
jenis juga diperlukan pada saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya.
7.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan:
1. Piknometer kapasitas 100 cc
3. Termometer
6. Pembakar bunsen
7. Aquades
8. Nampan
2. Bak perendam
4. Termometer
6. Stopwatch
7. Cairan Gliserin
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Dari kuat tekan yang disyaratkan 250 Mpa, diperoleh hasil percobaan
yaitu proporsi campuran beton 205 kg air, 372,73 kg semen, 1145,9 kg pasir,
dan 1026,4 kg kerikil.