Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN

UJI MATERIAL BANGUNAN

Dikerjakan oleh :
MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA
NIM. 201910301024

Asisten Dosen :
ADITYA SYAHRUL RAMADHAN
NIM. 191910301046

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
UJI MATERIAL BANGUNAN

Disusun dan dikerjakan sebagai salah satu syarat guna menempuh dan
menyelesaikan Mata Kuliah Praktikum Uji Material Bangunan pada
Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Jember

Dikerjakan oleh :
MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA
NIM. 201910301024

Mengetahui dan Menyetujui,

Dosen Pembina Mata Kuliah, Asisten Dosen,

KETUT ASWATAMA W., S.T., M.T. ADITYA SYAHRUL RAMADHAN


NIP. 197007132000121001 NIM. 191910301046
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


Jln. Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember
68121 Telp./Fax.(0331) 484977, 410241
www.sipil.teknik.unej.ac.id

LEMBAR SOAL
TUGAS PRAKTIKUM MIX DESIGN S-1
SEMESTER GENAP T.A 2020/2021
Nama : Mohammad Tomita Maha Putra

NIM : 201910301024

Asisten Lab : Aditya Syahrul Ramadhan

Data Uji Material


1. Agregat Halus
• Analisa Saringan Pasir
(ASTM C 136 – 76)
Data A
Saringan Tinggal Pada Saringan % Komulatif
Nomor mm gram % Tinggal Lolos
4 4.76 199,5
8 2.38 247,4
16 1.19 189,3
30 0.59 175,8
50 0.297 99,4
100 0.149 49,6
Pan 0 39
Jumlah 1000

• Kelembaban Pasir
(ASTM C 55 – 72)
Data A
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat Pasir Asli (W1) 250 250 250 gram
Berat Pasir Oven (W2) 242,8 243,5 243,7 gram
Kelembaban Pasir %
Rata-rata
• Berat Jenis Pasir
(ASTM C 128 – 78)
Data A
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat pasir+picno+air (W1) 164 164,1 161,7 gram
Berat pasir SSD 50 50 50 gram
Berat picno+air (W2) 134 134,2 131,5 gram
Bj= 50/ (50-w1+w2)
Rata-rata

• Kadar Air Resapan


(ASTM C 128)
Data A
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat Pasir SSD Asli (W1) 100 100 100 gram
Berat Pasir SSD Oven (W2) 98,2 98,3 98,3 gram
Kadar air resapan %
(KAR=((w1-w2)/w2)100%)
Rata-rata

• Berat Volume Pasir


(ASTM C 29 – 78)
Data A
Percobaan Nomor Dengan rojokan Tanpa rojokan Satuan
1 2 1 2
Berat silinder (W1) 7180 7180 7180 7180gram
Berat silinder+pasir (W2) 21663 21543 19812 19873gram
Berat pasir (w2-w1) gram
Volume silinder (v) 9731,04 9731,04 9731,04 9731,04 cm3
Berat volume (w2-w1)/v gram/cm3
Rata-rata

• Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur


(ASTM C 117 – 76)
Data A
Percobaan Nomor 1
Tinggi Pasir (H) 8,2
Tinggi Lumpur (h) 0,03
Kadar Lumpur (h/H)*100%

2. Agregat Halus
• Analisa Saringan Kerikil
(ASTM C 136 – 76)
Data B
Saringan Tinggal Pada Saringan % Komulatif
Nomor mm gram % Tinggal Lolos
3* 76,2 0
3/2* 38,1 0
¾* 19 241,8
3/8* 9,5 2743,8
4 4,76 11,9
8 2,38 0,9
16 1,19 0
30 0,59 0
50 0,297 0
100 0,149 0,4
Pan 1,2
Jumlah 3000

• Kelembaban Kerikil
(ASTM C 556 – 72)
Data B
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat Pasir Asli (W1) 500 500 500 Gram
Berat Pasir Oven (W2) 495,5 496,1 494,8 gram
Kelembaban Pasir %
Rata-rata

• Berat Jenis Kerikil


(ASTM C 128 – 78)
Data B
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat kerikil di udara (W1) 3000 3000 3000 Gram
Berat kerikil di air (W2) 1799 1793 1814 gram
Bj= w1/(w1-w2)
Rata-rata

• Kadar Air Resapan


(ASTM C 128)
Data B
Percobaan Nomor 1 2 3 Satuan
Berat Kerikil SSD Asli (W1) 500 500 500 Gram
Berat Kerikil SSD Oven (W2) 488,1 486,2 487,3 gram
Kadar air resapan %
(KAR=((w1-w2)/w2)100%)
Rata-rata

• Berat Volume Kerikil


(ASTM C 29 – 78)
Data B
Percobaan Nomor Dengan rojokan Tanpa rojokan Satuan
1 2 1 2
Berat silinder (W1) 10270 10270 10270 10270 Gram
Berat silinder+kerikil 31801 31905 28945 29019 gram
(W2)
Berat kerikil (w2-w1) Gram
Volume silinder (v) 14988 14988 14988 14988 cm3
Berat volume (w2w1)/v Gram/cm3

Rata-rata

Data Uji Bitumen


1. Pengujian Berat Jenis Bitumen Keras
(SNI 2441 – 2011)
Data C
Keterangan Satuan Jumlah
Jenis bitumen - Aspal Keras
Keterangan Satuan Jumlah
Waktu mulai pengujian WIB 9.00
Bitumen dipanaskan suhu 130°C Menit 30
Didiamkan temperatur ruang 24°C Menit 60
Direndam pada air dengan temperatur 25°C Menit 15
Pemeriksaan berat jenis Menit 15

Test No 1 2 3
Berat Piknometer (A) gr 25,111 26,052 21,453
Berat Piknometer + Air (B) gr 78,943 73,361 81,432
Berat Piknometer + Aspal (C) gr 50,290 53,728 46,606
Berat Piknometer + Aspal + Air (D) gr 79,730 74,378 82,226
Berat Jenis Bitumen
Rata-rata Berat Jenis Bitumen

2. Pengujian Daktilitas Bitumen


(SNI 2432 – 2011)
Data C
Keterangan Satuan Jumlah
Jenis bitumen - Aspal Keras
Waktu mulai pengujian WIB 14.00
Bitumen dipanaskan suhu 130°C Menit 30
Bitumen dituang Menit 5
Didiamkan temperatur ruang 24°C Menit 40
Direndam pada bak perendam suhu 25°C Menit 30
Persiapan pengujian direndam suhu 25°C Menit 90
Pemeriksaan daktilitas pada suhu 25°C Menit 30

Daktilitas pada 25°C, 5 cm/menit Percobaan


(mm)
1 1550
Pengamatan 2 1543
3 1566
Rata-rata
SOAL
1) Kuat tekan beton yang diisyaratkan : fc’= 25 MPa

2) Standar deviasi : 45 kg/cm2

3) Slump : 80mm - 120 mm

4) Kondisi lingkungan : Dalam tanah (kering + basah)

5) Agregat Kasar
• Jenis Agregat kasar : Batu Pecah
• Ukuran agregat kasar maksimal : 20 mm
• Berat Jenis SSD : 2.504 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 2.62752 gram
• Kelembaban agregat : 0.91508 %
• Gradasi Agregat : Zona 1

6) Agregat Halus
• Jenis Agregat halus : Pasir Alami
• Asal daerah agregat halus : Jember
• Berat Jenis SSD : 2.504271 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 1.763930 %
• Kelembaban agregat : 2.74 %
• Gradasi agregat : Zona 1

7) Semen Portland
a) Jenis semen : Semen Portland Type I
b) Berat jenis : 3,15
c) Berat isi semen :

Percobaan Nomor Dengan rojokan Tanpa rojokan Satuan


1 2 1 2
Berat silinder (W1) 7120 7120 7120 7120 gram
Berat silinder+semen 18630 18550 17850 17880 gram
(W2)
Berat semen (w2-w1) 11510 11430 10730 10760 gram
Volume silinder (v) 1.066 1.059 0.995 0.997 cm3
Berat volume (w2w1)/v 10797 10793 10783 10792 gram/cm3

Rata-rata 10791.3
8) Jumlah benda uji minimal 18 buah teridiri dari : 15 silinder dan sisanya
kubus

9) Ukuran benda uji tekan


• Silinder φ 15 x 30 cm
• Kubus 15 x 15 x 15 cm

10) Peraturan yang dipakai: Modul Praktikum Teknologi Beton Fakultas


Teknik Universitas Jember

Mengetahui,

DosenPengampu, Asisten Laboratorium,

Ketut Aswatama W., S.T., M.T Aditya Syahrul Ramadhan


NIP. 19700713200012100I NIM. 191910301046
LAMPIRAN

Ketentuan Laporan Praktikum Uji Material Bangunan

• Laporan ditulis dengan ketentuan format yang telah ditentukan yaitu:


• Jenis kertas: A4
• Menggunakan format lembar tugas Laporan Praktikum (di print)
• Laporan ditulis tangan dengan tinta biru

Sistematika Penulisan

i. Lembar Cover
ii. Lembar Pengesahan
iii. Lembar Soal
iv. Lembar Asistensi
v. Kata Pengantar
vi. BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
vii. BAB II Studi Pustaka (berisi landasan tori)
2.1 Pengertian Dasar
viii. BAB III Pengujian Semen
3.1 (Judul Uji)
3.1.1 Tujuan Uji
3.1.2 Landasan Teori
3.1.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
3.1.4 Prosedur Pengujian
3.1.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
3.1.6 Kesimpulan
ix. BAB IV Pengujian Agregat Halus
4.1 (Judul Uji)
4.1.1 Tujuan Uji
4.1.2 Landasan Teori
4.1.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
4.1.4 Prosedur Pengujian
4.1.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
4.1.6 Kesimpulan
4.2 (Judul Uji)
4.2.1 Tujuan Uji
4.2.2 Landasan Teori
4.2.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
4.2.4 Prosedur Pengujian
4.2.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
4.2.6 Kesimpulan

x. Bab V Pengujian Agregat Kasar


5.1 (Judul Uji)
5.1.1 Tujuan Uji
5.1.2 Landasan Teori
5.1.3 Alat dan Bahan (disertai gambar masing2)
5.1.4 Prosedur Pengujian
5.1.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
5.1.6 Kesimpulan
xi. Bab VI Perencanaan Mix Design (berisi landasan teori mix design dan formulir mix
design, lampirkan tabel dan grafik yang diperlukan)
xii. Bab VII Pengujian Bitumen
7.1 (Judul Uji)
7.1.1 Tujuan
7.1.2 Landasan Teori
7.1.3 Alat dan Bahan Praktikum
7.1.4 Prosedur Pengujian
7.2 (Judul Uji)
7.2.1 Tujuan
7.2.2 Landasan Teori
7.2.3 Alat dan Bahan Praktikum
7.2.4 Prosedur Pengujian
7.2.5 Data Pengamatan dan Perhitungan
xiii. Bab VIII Penutup
8.1 Kesimpulan
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL
Jln. Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto Jember 68121
Telp./Fax.(0331) 484977, 410241

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Mohammad Tomita Maha Putra


NIM : 201910301024
Jenis Tugas : Praktikum
Mata Kuliah : Praktikum Uji Material Bangunan
Dosen Pembimbing : Ketut Aswatama W., S.T., M.T.
NIP : 197007132000121001
Asisten Dosen : Aditya Syahrul Ramadhan
NIM : 191910301046

NO TANGGAL URAIAN TTD


• Pembagian Soal Uji Material Bangunan dan
1. 27 Maret 2021
Mix Design
• Lanjut Pengujian Semen
2. 3 April 2021 • Laporan Pengujian Semen OK!!
• Lanjut ke Pengujian Agregat Halus
3. 10 April 2021 • Laporan Pengujian Agregat Halus OK!!
• Lanjut ke Pengujian Agregat Kasar

4. 17 April 2021 • Laporan Pengujian Agregat Kasar OK!!


• Lanjut ke Pengujian Bitumen

23 April 2021 • Laporan Pengujian Bitumen OK!!


5.
• Lanjut Perhitungan Mix Design

6. 1 Mei 2021 • Perhitungan Mix Design sampai menentukan


kadar agregat halus dan kasar OK!!
• Lanjut Perhitungan Mix Design selanjutnya
7. 8 Mei 2021 • Perhitungan Mix Design sampai perhitungan
proporsi OK!!
• Lajut Perhitungan Mix Design selanjutnya
8. 26 Mei 2021 • ACC JILID!!
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Uji
Material Bangunan dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini disusun untuk memenuhi dan menyelesaikan mata kuliah Laporan Praktikum Uji
Material Bangunan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Uji Material Bangunan ini.

Kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta kemudahan
dalam pengerjaan Laporan Praktikum Laporan Praktikum Uji Material Bangunan

2. Bapak Ketut Aswatama W. S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Laporan
Praktikum Uji Material Bangunan.

3. Aditya Syahrul Ramadhan, selaku asisten dosen yang membimbing kami dalam
menyelesaikan Laporan Praktikum ini.

4. Teman-teman Teknik Sipil Universitas Jember yang telah memberi dukungan dalam
mengerjakan Laporan Praktikum.

Kami sadar bahwa dalam mengerjakan Laporan Praktikum ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu semua kritik dan saran yang sangat membantu akan kami harapkan guna penyempurnaan
tugas yang lebih baik lagi. Semoga Laporan Praktikum ini dapat memberikan manfaat dan membantu
pembaca dalam lingkup Laporan Praktikum Uji Material Bangunan.

Penyusun

Mohammad Tomita Maha Putra

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton yang berfungsi sebagai struktur dalam konstruksi teknik sipil, ternyata dapat
dimanfaatkan untuk berbagai hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi,
kolom, balok, pelat atau pelat cangkang. Sedangkan dalam bidang hidrologi, beton digunaka untuk
bangunan air, seperti bendungan, saluran, dan drainase perkotaan.
Dalam bidang transportasi, beton digunakan untuk pekerjaan rigid pavement pavement (lapis
keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi, beton hamper
digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil, dan semua struktur dalam teknik sipil akan
menggunakan beton, minimal dalam pembuatan pondasi.
Beton terdiri dari bahan semen hidroulik (portland semen), agregat kasar, agregat halus, air, dan
bahan tambahan (admixture atau additive). Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku elemen
gabunga (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karateristik masing-
masing komponen. Nawy (1958:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan
kimiawi dari material pembantuknya. Dengan demikian, masing-masing komponen tersebut perlu
dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana (engineer) dapat mengembangkan
pemelihan material yang layak komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi
kekuatan batas yang di syaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan yang dapat juga diartikan
pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan makin banyaknya pembangunan di berbagai tempat,
maka kita khususnya sebagai calon pakar generasi muda yang akan berkecimpung di bidang teknik sipil,
dituntut agar dapat menciptakan beton yang efisien dan efektif. Maksudnya, dalam pembuatan beton,
harus mempunyai sifat sesuai dan seperti dengan keadaan dan situasi pemakaiannya. Artinya kuat tekan
beton yang dihasilkan harus sama dengan jenis penggunaan yang dibutuhkan, tidak lebih karena akan
mengakibatkan pemborosan bahan dan dana serta tidak kurang karena beton yang dihasilkan tidak
memenuhi batas standar yang dibutuhkan yang diinginkan. Pada kenyataan sebenarnya, saat ini sudah
banyak bermunculan pabrik- pabrik beton siap pakai (ready mixed concrete), dimana pemakai beton
hanya menyebutkan spesifikasi dari beton yang diinginkan dan bahkan muncul pula pabrik beton
pracetak (precast concrete) dimana pembuat bangunan cukup memesan suatu elemen struktur yang
sudah siap pakai. Dengan demikian dapat kita ketahuibahwa permintaan kebutuhan akan beton saat ini
sangatlah kompleks dan memerlukan perhitungan yang tepat untuk mencetaknya sesuai dengan
permintaan. Masalah yang dihadapi oleh seorang perencana dalam mendesign beton adalah bagaimana
merencanakan komposisi dari bahan-bahan penyusun beton tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi
teknik yang ditentukan baik dalam suatu kegiatan formal, maupun dalam kontrak atau permintaan
pemilik. Bahan-bahan tersebut diolah hingga diperoleh mix design yang paling sesuai dengan
perencanaan. Oleh karena itu, dalam praktikum Rekayasa Beton ini, dibutuhkan suatu pemahaman,
perencanaan, perhitungan mix design, dan pelaksanaan konstruksi beton yang matang. Dengan
demikian, diharapkan praktikum ini telah memenuhi persyaratan matakuliah Rekayasa Beton, dan juga
menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa yang bersangkutan.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari diadakan dan diikutinya praktikum ini antara lain:
1. Mengerti dan memahami cara dalam merencanakan dan memperhitungkan mix design beton.
2. Mengikuti praktikum pembuatan beton sebagai syarat dalam menempuh salah satu mata kuliah yaitu
Rekayasa Beton.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB II
STUDI PUSTAKA
Studi kepustakaan ini dimulai pada saat mengikuti mata kuliah Rekayasa Beton kemudian
melakukan persiapan dalam praktikum serta dalam mempersiapkan pembuatan laporan. Bersamaan
dengan itu, konsultasi kepada dosen selaku pembimbing juga dilakukan untuk mendapatkan data-data,
informasi, serta referensi guna kesempurnaan tinjauan pustaka itu sendiri. Studi kepustakaan ini
dibutuhkan untuk mengetahui pengertian-pengertian, sifat-sifat, aturan-aturan, serta standartstandart
yang akan digunakan dalam mix design nanti dengan mengutip dari berbagai referensi.
2.1. Pengertian Dasar
• Beton
Adalah suatu campuran antara semen, air, dan agregat mineral, yang menyebabkan terjadinya
suatu hubungan yang erat antara bahan-bahan tersebut.
• Pasir
Bahan berupa butiran-butiran yang lolos pada saringan 3/8 inc, hampir semuanya lolos saringan
no. 4 (4.78 mm).
• Agregat Halus
Terdiri dari pasir atau kombinasi dari bermacam-macam pasir, atau kombinasi antara pasir dan
bahan pengisi mineral (mineral filler). Agregat halus adalah bagian dari agregat mineral yang
lolos saringan No. 4 (4.76mm).
• Bahan Pengisi (Filler)
Adalah hasil dari penggilingan suatu bahan mineral berupa butiran-butiran halus seperti serbuk,
kerang, contoh silica fume, fly ash, abu sekam, slag, dan lain-lain.
• Semen Portland
Ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis, dan gips sebagai bahan pembantu. Merupakan
bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik.
• Bahan Additive
Adalah suatu bahan yang ditambahkan pada saat proses pengadukan beton atau sebelum
pengadukan dimulai untuk memperbaiki sifat beton sesuai yang dikehendaki.
• Agregat
Adalah bahan pengisi beton (pasir, kerikil, atau batu pecah).
• Air Resapan
Ialah air yang diserap oleh agregat dari kondisi kering oven untuk mencapai SSD (% dari berat
kering).
• Air Kelembaban
Ialah air yang terkandung dalam agregat asli.
• Workabilitas
Ialah mudah tidaknya pengerjaan beton dan biasanya diukur dengan besarnya slump.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

• Slump
Ialah selisih perbedaan penurunan beton sebelum dan sesudah prisma slump tes diangkat
• Keadaan Jenuh Permukaan Kering
Atau Satureted Surface Dry (SSD) adalah butir-butir agregat yang jenuh air, artinya semua pori-
pori yang tembus air terisi penuh oleh air, sedangkan permukaannya kering
• Faktor Semen
Adalah jumlah zak semen yang digunakan untuk mengisi 1 m3 beton
• Berat Jenis
Adalah perbandingan dari berat isi bahan terhadap berat isi, dalam keadaan standart tertentu
maka berat air adalah 1
• Faktor Air Semen
Adalah perbandingan banyaknya air bebas kecuali yang terserap oleh agregat, terhadap
banyaknya semen dalam adukan beton
• Pengerjaan Beton
Adalah sifat beton muda yang menentukan sifat pengejaannya dengan kehilangan homogenitas
seminimal mungkin. Beton yang mudah dikerjakan adalah beton yang ketika dicor tidak
menyebabkan timbulnya ruang-ruang udara serta kerangka-kerangka beton, plastis, kohesif,
mudah dicor, dan konsistensi baik.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB III
PENGUJIAN SEMEN
Semen Portland atau biasanya disebut semen adalah pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan kilnker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Jika bubuk halus tersebut dicampur dengan
air, dalam beberapa waktu dapat menjadi keras. Campuran semen dengan air disebut dengan pasta
semen. Jika pasta semen dicampur pasir disebut mortar semen. Dan apabila mortar semen dicampur
kerikil disebut beton.
3.1. Berat Volume Semen
3.1.1. Tujuan
Untuk mengukur berat volume semen khususnya semen GRESIK.
3.1.2. Landasan Teori
Berat volume beton tergantung pada berat volume bahan campuran, berarti juga tergantung pada
jenis bahan campuran. Berat volume semen pada campuran pengisi rongga material beton
mencapai volume beton, jadi dengan semakin kecilnya rongga maka mutu beton terpenuhi.
3.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
a) Timbangan analitis 2600 gram

Gambar 1 Timbangan Analitis Laboratorium

b) Takaran berbentuk silinder dengan volume 3 liter

Gambar 2 Silinder Cetakan

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

c) Alat perojok besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm

Gambar 3 Alat Perojok

d) Semen Portland jenis 1

Gambar 4 Semen Portland Type 1

3.1.4. Prosedur Pengujian


a) Tanpa Rojokan
1. Silinder ditimbang dalam keadaan kering
2. Diisi semen lalu diratakan permukaannya
3. Timbang silinder beserta semen
b) Dengan Rojokan
1. Silinder ditimbang dalam keadaan kering
2. Silinder diisi 1/3 bagian kemudian dirojok 25 kali hingga penuh
3. Ratakan semen dan timbang beratnya.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB IV
PENGUJIAN AGREGAT HALUS
Agregat halus adalah agregat dengan butiran yang lolos di atas saringan dengan lubang
diamaeter 4 atau 5 mm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kehalusan permukaan jenis tertentu
dari agregat halus, menambah kekuatan tarik maupun kekuatan lentur beton. Hal ini disebabkan karena
adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan butir-butir agregat. Agregat halus sangat
dibutuhkan sebagai bahan bangunan yang utama dalam membangun suatu bangunan, karena agregat
halus merupakan campuran heterogen dari pasta semen. Agregat ini permukaannya berubah dan tidak
homogen. Perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dan
agregat itu.
4.1. Analisa Saringan Pasir
4.1.1. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran pasir/gradasi pasir.
4.1.2. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen beton paling berperan dalam menentukan besarnya volume
beton. Pada beton biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat terbagi atas agregat halus
umumnya terdiri dan pasir atau partikel-partikel yang lewat saringan standar ASTM #4 atau 5 mm
dan #100. Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir, variasi ukuran dan sesuatu dengan
standart analisa saringan dan ASTM. Syarat modulus halus butir 1.5 sampai 3.8 (SNI.0052)
4.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan :
1. Satu set ayakan ASTM : #4, #8, #16, #30, #50, #100, Pan
2. Timbangan analitis 2600 gram
3. Alat penggetar (Shieve Shaker)
4. Pasir dalam keadaan kering oven.
4.1.4. Prosedur Pengujian
1. Timbang pasir sebanyak 1000 gram
2. Masukkan pasir dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan di atas,
dan digetarkan dengan Sieve Shaker selama 10 menit
3. Pasir yang tertinggal dalam ayakan ditimbang
4. Kontrol berat pasir = 1000 gram

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Grafik Analisa Pasir Zona 3

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.2. Kelembaban Pasir (Astm C 556-72)


4.2.1. Tujuan
Mengukur kelembaban pasir dengan cara kering.

4.2.2. Landasan Teori


Pengaruh kelembaban agregat pada komponen beton sangat besar. Hal ini juga akan
mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri dan tingkat pengerasan beton.

4.2.3. Alat Dan Bahan Praktikum


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :

1. Timbangan analitis 2600 gram

2. Oven

3. Pan

4. Pasir dalam keadaan asli.

4.2.4. Prosedur Pengujian


1. Pasir dalam keadaan asli ditimbang beratnya 250 gram

2. Pasir dimasukkan oven selama 24 jam dengan temperatur 110 ± 50

3. Keluarkan dari pasir oven, setelah dingin ditimbang beratnya.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.3. Berat Jenis Pasir (Astm C 128-78)


4.3.1. Tujuan
Mengukur berat jenis pasir dalam kondisi SSD
4.3.2. Landasan Teori
Pasir untuk bahan bangunan bermacam-macam (pasir, besi, kwarsa, lesti,dll). Masing-másing
jenis pasir mempunyai berat jenis yang berbedabeda, pasir yang digunakan untuk campuran beton
juga tertentu dengan tingkat kekuatan yang diinginkan. Untuk itu berat jenis pasir akan
mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.
4.3.3. Alat dan Bahan Praktikum
1. Timbang pycnometer

2. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 50 gram

3. Masukkan pasir ke dalam picnometer kemudian ditimbang

4. Picnometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan dipegang miring (diputar-putar) hingga
gelembung udara keluar

5. Picnometer diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya

6. Picnometer kosong diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.4. Air Resapan Pasir (Astm C-128)


4.4.1. Tujuan
Mengukur kadar air resapan pasir.

4.4.2. Landasan Teori


Proses penyerapan air dalam beton sangat berpengaruh terhadap waktu beton mengeras.
Masing-masing bahan campuran beton mempunyai tingkat resapan yang barbeda tergantung jumlah
rongga udara yang terjadi.

4.4.3. Alat Dan Bahan Praktikum


1. Timbangan analitis 2600 gram

2. Oven

3. Pasir kondisi SSD

4.4.4. Prosedur Pengujian


1. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 100 gram

2. Masukkan oven selama 24 jam

3. Pasir dikeluarkan dan setelah dingin ditimbang.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.5. Berat Volume Pasir (Astm C 29-78)


4.5.1. Tujuan
Mengukur berat volume pasir baik dalam keadaan lepas maupun padat.

4.5.2. Landasan Teori


Proses penyerapan air pada beton sangat mempengaruhi waktu pengerasan beton. Setiap
campuran beton memiliki tingkat penyerapan yang berbeda, tergantung pada jumlah rongga udara
yang ada.

4.5.3. Alat Dan Bahan Praktikum


1. Timbangan analitis 2600 gram

2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 10 liter 3. Alat perojok dan besi dengan
diameter 16 mm,panjang 60 mm 4. Pasir kering.

4.5.4. Prosedur Pengujian


1. Tanpa rojokan

a. Timbang silinder dalam keadaan kering

b. Isi silinder pasir dan ratakan

c. Timbang silinder + pasir.

2. Dengan rojokan

a. Timbang silinder dalam keadaan kering

b. Isi silinder 1/3 bagian dengan pasir kemudian rojok 25 kali sampai silider penuh, tiap-
tiap bagian dirojok 25 kali selama 3 kali

c. Timbang silinder + pasir

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4.6. Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur (Astm C 117-76)


4.6.1. Tujuan
Menentukan kadar lumpur yang terkandung dalam pasir.

4.6.2. Landasan Teori


Pengaruh kebersihan pasir terhadap lumpur pada komponen beton sangat besar. Hal ini juga
akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri dan tingkat pengerasan beton.

4.6.3. Alat Dan Bahan Praktikum


Bahan dan alat praktikum yang digunakan :

1. Saringan No. 200 dan No. 50

2. Timbangan

3. Oven

4.6.4. Prosedur Pengujian


1. Mengisi botol bening dengan pasir setinggi ± 6 cm

2. Mengisi air kedalam botol sehingga hampir penuh dan aduk hingga air bercampur dengan
pasir

3. Didiamkan selama 24 jam

4. Ukur tinggi endapan lumpur.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB V
PENGUJIAN AGREGAT KASAR
Agregat kasar adalah agregat dengan butiran yang tertinggal di atas ayakan dengan lubang
diamaeter 4,8 mm, tetapi lolos ayakan 4,0 mm. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekasaran
permukaan jenis tertentu dari agregat kasar, menambah kekuatan Tarik maupun kekuatan lentur beton.
Hal ini disebabkan karena adanya tambahan gesekan antara pasta semen dan permukaan butir-butir
agregat. Agregat yang mempunyai permukaan kasar akan lebih rekat terhadap permukaan semen,
daripada agregat yang mempunyai permukaan halus. Agregat ini permukaannya berubah dan tidak
homogen. Perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dari
agregat tersebut.
5.1. Analisa Saringan Kerikil
5.1.1. Tujuan
Mengukur distribusi ukuran butir atau gramadasi kerikil.
5.1.2. Landasan Teori
Agregat merupakan komponen yang paling berperan dalam menentukan besarnya beton
biasanya terdapat 70-75 % volume agregat. Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah
melebihi 16 mm. Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya
terhadap disintegrasi beton, mempunyai gradasi baik sesuai dengan standart analisa saringan dari
ASTM. Memiliki modulus halus butir 6.0 sampai 8.0.
5.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan:
1. Timbangan 10 Kg;

2. Satu set ayakan ASTM #3,#I2, # I4#/8#4, #8,#16,#30,#50,#100;

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

3. Alat penggetar (Shieve Shaker);

4. Kerikil/ batu pecahan dalam keadaan kering oven.

5.1.4. Prosedur Pengujian


1. Menimbang kerikil ukuran 0,5-1 sebanyak 8 kg, ukuran 1-2 sebanyak 12 kg.
2. Kerikil ukuran 2-3 sebanyak 16 kg.
3. Memasukkan kerikil dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar di atas dan
digetarkan selama 10 menit.
4. Menimbang masing-masing kerikil yang tertinggal dalam ayakan
5. Mengontrol berat kerikil = 10 kg.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
kerikil
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.2. Kelembaban Kerikil


5.2.1. Tujuan
Mengetahui seberapa besar air yang terkandung didalamnya.
5.2.2. Landasan Teori
Kelembaban agregat terhadap komponen beton mepunyai pengaruh yang sangat besar, yang
juga akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri juga permulaan yang akan terjdi pada saat
struktur bangunan tersebut direalisasikan.
5.2.3. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan praktikum yang digunakan:

1. Timbangan analitis 2600 gram


2. Oven
3. Pan
4. Kerikil/batu pecahan dalam keadaan asli.

5.2.4. Prosedur Pengujian


1. Kerikil dalam keadaan asli ditimbang beratnya 500 gram
2. Kerikil dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan temperature 110 ± 5 derajat
celcius
3. Keluarkan kerikil dari oven, setelah dingin ditimbang beratnya.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.3. Berat Jenis Kerikil


5.3.1. Tujuan
Mengukur berat jenis kerikil dalam kondisi SSD.

5.3.2. Landasan Teori


Kerikil merupakan bahan bangunan sebagai campuran pembuatan beton yang mempunyai
tekstur yang tajam dank eras. Jenis agregat kasar (batu apung, batuan ringan dll).

Kerikil yang digunakan sebagai campuran beton adalah kerikil yang mempunyai ukuran
antara 2 sampai 3 cm. berat jenis batu apung berbeda dengan batu kali yang diolah menjadi batu
pecah, sehingga berat jenis agregat kasar sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton.

5.3.3. Alat Dan Bahan Praktikum


Alat dan bahan praktikum yang digunakan:

1. Timbangan 25 kg
2. Container
3. Mounting table
5. Keranjang sample
6. Kerikil dalam kondisi SSD
7. Air suling

5.3.4. Prosedur Pengujian


1. Kerikil yang telah direndam selama 24 jam diangkat kemudian dilap satu persatu.
2. Timbang kerikil dalam kondisi SSD sebanyak 3000 gram.
3. Timbang pula beratnya di dalam air.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.4. Kadar Air Resapan


5.4.1. Tujuan
Mengukur kadar air resapan.

5.4.2. Landasan Teori


Proses penyerapan air dalam beton sanhat berpengruh terhadap waktu beton mengeras.
Masing-masing bahan campuran beton tersebut memiliki tingkat resapan yang berbeda tergantung
dengan jumlah rongga udara yang terjadi.

5.4.3. Alat Dan Bahan Praktikum


Alat dan bahan praktikum yang digunakan:

1. Timbangan 25 kg
2. Oven
3. Kerikil dalam kondisi SSD

5.4.4. Prosedur Pengujian


1. Menimbang kerikil kondisi SSD sebanyak 500 gram
2. Memasukkan kerikil tersebut ke dalam oven selama 24 jam
3. Mengeluarkan kerikil tersebut serta setelah dingin ditimbang beratnya.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

5.5. Berat Volume Kerikil


5.5.1. Tujuan
Mengukur berat volume kerikil baik dalam keadaan lepas maupun padat.

5.5.2. Landasan Teori


Berat volume kerikil bergantung pada berat volume bahan campuran, berat volume agregat
kasar sangat menentukan berat volume beton yang akan dibuat dengan tingkat kekuatan yang
diinginkan.

5.5.3. Alat Dan Bahan Praktikum


Alat dan bahan praktikum yang digunakan:

1. Timbangan analitis 25 kg
2. Takaran berbentuk silinder dengan volume 15 liter
3. Alat perojok dan besi dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm
4. Kerikil kering

5.5.4. Prosedur Pengujian


1. Tanpa rojokan
a) Menimbang silinder dalam keadaan kering
b) Menimbang kerikil beserta silinder
2. Dengan rojokan
a) Menimbang silinder dalam keadaan kering
b) Mengisi silinder 1/3 % bagian dengan kerikil kemudian dirojok 25 kali
c) sampai silinder penuh, tiap-tiap bagian dirojok 25 kali.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB VI
PERENCANAAN CAMPURAN BAHAN
Perencanaan adukan beton cara inggris ( “The Britist Mix Design Method“) ini
tercantum dalam ‘Design of Normal Concrete Mixes” telah menggantikan cara “Road Note
No.4” sejak tahun 1975. Di Indonesia cara ini dikenal dengan cara DOE (‘Department of
Environment’). Perencanaan dengan cara DOE ini dipakai sebagai standart perencanaan oleh
Depertemen Pekerjaan Umum di Indonesia,dan dimuat standart SK.SNI.T-15-1990-03 dengan
judul bukunya : “Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal”.dalam perencanaan
cara ini digunakan tabel-tabel dan grafik-grafik. Langkah-langkah pokok cara ini adalah :
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu
Kuat tekan beton yang disyaratkan ditetapkan sesuai dengan persyaratan perencanaan
strukturnya dan kondisi setempat. Di Indonesia, yang dimaksud dengan kuat tekan beton yang
disyaratkan ialah kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya
sebesar 5% saja.
2. Penetapan nilai deviasi standart (s)
Deviasi standart ditetapkan berdasarkan singkat mutu pengendalian pelaksanaan
pencampuran betonnya. Makin baik mutu pelaksanaan makin kecil nilai deviasi standartnya.
Penetapan deviasi standart (s) ini berdasarkan pada hasil pengalaman praktek pelaksana pada
waktu yang lalu, untuk pembuatan beton mutu yang sama dan menggunakan bahan dasar
yang sama pula.
a) Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang
lalu maka persyaratannya (selain yang tersebut diatas) jumlah data hasil uji minimum
30 buah. (satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil uji ratarata dari uji tekan dua
silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau
umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data hasil uji kurang dari 30 buah
maka dilakukan koreksi terhadap nilai deviasi standart dengan suatu faktor pengali,
seperti tampak pada tabel berikut :
Table 3.1 Faktor Pengali Deviasi Standard

Jumlah Data 30 25 20 15 <15


Faktor Pengali 1 1.03 1.08 1.16 Tidak
boleh

b) Jika pelaksana tidak mempunyai catatan/ pengalaman hasil pengujian beton pada masa
lalu yang memenuhi persyaratan tersebut (temasuk data hasil uji kurang dari 15 buah),
maka nilai margin, langsung diambil sebesar 12 Mpa. (lihat langkah 3) Untuk

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

memberikan gambaran bagaimana cara menilai tingkat pengendalian mutu pekerjaan


beton, disini diberikan pedoman dengan melihat tabel berikut :
Table 3.2 Nilai Deviasi Standard untuk Berbagai Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan

Tingkat pengendalian mutu SD


pengerjaan (Mpa)
Memuaskan 2.8
Sangat baik 3.5
Baik 4.2
Cukup 5.2
Jelek 6.2
Tanpa Kendali 7.2

3. Perhitungan nilai tambah “Margin (M)”.


Jika nilai tambah ini sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa maka langsung ke langkah 4. jika nilai
tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standart sd maka dilakyukan dengan rumus berikut
:
M = k. Sd
Dengan : M = nilai tambah (Mpa)
K = 1,64
Sd = deviasi standart (Mpa)
4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan
Kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + M
Dimana : f’cr = kuat tekan rata-rata, Mpa
f’c = kuat tekan yang disyaratkan,Mpa
M = nilai tambah, Mpa
5. Penetapan jenis semen portland
Menurut PUBI 1982 di Indonesia Semen Portland dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu jenis I, II,
III, IV, dan V. Jenis I merupakan jenis semen biasa, adapun jenis III merupakan jenis semen
yang di[pakai untuk struktur yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi, atau
dengan kata lain sering disebut semen cepat mengeras. Pada langkah ini ditetapkan apakah
dipakai semen biasa ataukah semen yang cepat mengeras.
6. Penetapan jenis agregat
Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak dipecahkan) ataukah
agregat jenis batu pecah (crushed aggregate).

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

7. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut :
a) Cara pertama : Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan ratarata silinder/
kubus beton yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan faktor air semen dengan
melihat Gb.4 (untuk silinder) dan Gb.5 (untuk kubus).
b) Cara kedua : Berdasarkan jenis semen yang dipakai, jenis agregat kasar, dan kuat tekan
rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air semen
dengan tabel 3.3 dan Langkah penetapannya dilakukan dengan cara sbb :
1. Lihat tabel 3.3 dengan data jenis semen, jenis agregat kasar, bentuk benda uji
dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton
yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0,50. jenis maupun umur
beton yang direncanakan, maka dapat diperoleh kuat tekan beton seandainya
dipakai f.a.s 0,50.
2. Lihat lukislah titik A pada Gb dengan nilai f.a.s 0,50 (sebagai absis) dan kuat
tekan beton yang diperoleh dari tabel 3.3 (sebagai ordinat). Pada titik A tersebut
kemudian dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang
sudah ada didekatnya. Selanjutnya ditarik garis mendatar dari sumbu tegak
dikiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru
tersebut. Dari titik potong itu kemudian ditarik gariskebawah sampai memotong
sunbu mendatar dan dapatlah dibaca nilai f.a.s yang dicari.

8. Penetapan faktor air semen maksimum


Agar beton yang diperoleh tidak cepat rusak misalnya, maka perlu ditetapkan nilai f.a.s
maksimum dilakukan dengan tabel 3.4. Jika nilai f.a.s maksimum ini lebih rendah dari nilai
f.a.s dari langkah 7, maka nilai f.a.s maksimum ini yang dipakai untuk perhitungan
selanjutnya.
Table 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (Mpa) dengan Faktor Air Semen 0,50

Kekuatan Tekan Bentuk


Jenis
Jenis agregat (Mpa) Umur (hari) benda
semen
3 7 28 91 uji
Alami 17 23 33 40
Silinder
Batu pecah 19 27 37 45
I,II,IV
Alami 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Alami 21 28 38 44
Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
III,IV
Alami 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Table 3.4 Persyaratan faktor Air Semen Maksimum untuk berbagai penbetonan

f.a.s
Jenis Pembetonan
maks
Beton didalam ruang bangunan
0,60
a keadaan keliling non korosif
b keadaan keliling non korosif, disebabkan oleh
0,52
kondensasi atau uap korosi
Beton di luar ruangan bangunan
tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
a 0,55
langsung
b terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 0,60
Beton yang masuk kedalam tanah
mengalami keadaan kering dan basah berganti-
a 0,55
ganti
b mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah 0,52
Beton selalu berhubungan dengan air tawar atau 0,52 –
payau atau laut 0,75

Table 3.5 Faktor Air Semen Maksimum untuk beton yang berhubungan dengan

Konsentrasi sulfat (SO3)


Dalam tanah SO3
SO3 dalam dalam Fas
Jenis semen
Total campuaran air maks
SO3 % air:tanah=2:1 tanah
(gr/l) (gr/l)
Tipe I dengan atau tanpa
< 0,2 < 1,0 0,3 0,50
pozolan (15 – 40%)
Tipe I tanpa pozolan
0,2 – 0,3 – Tipe I dengan pozolan (15 –
1,0– 1,9 0,50
0,5 1,2 40%) atau semen portland
pozolan
0,5 – 1,2 –
1,9– 3,1 Tipe II atau IV 0,50
1,0 2,5
1,0 – 2,5 –
3,1– 5,6 Tipe II atau V 0,45
2,0 5,0
Tipe II atau V dan lapisan
> 2,0 > 5,6 > 5,0 0,45
pelindung

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Table 3.6 Faktor Air Semen untuk beton bertulang dalam air

Berhubungan
Tipe Semen
dengan
Air tawar Semua tipe I – V
Tipe I + pozolan (15 –
40%)
Air payau
S.P pozolan
Tipe II atau V
Air laut Tipe II atau V

9. Penetapan nilai slump


Dalam penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan,
pengangkutan, penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya. Pengangkutan adukan beton
dilakukan dengan cara aliran dalam pipa dipompa dengan tekanan membutuhkan nilai slump
yang besar, sedangkan pemadatan dilakukan dengan nilai slump agak kecil menggunakan alat
getar (trillerr). Nilai slump yang diinginkan dapat diperoleh dari tabel 3.7.
Table 3.7 Penetapan nilai slump (cm)

Pemakaian beton Max Min


Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12,5 5,0
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison, dan struktur dibawah tanah 9,0 2,5
Pelat, balok, dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan dalam 7,5 15,0
Pembetonan masal 7,5 2,5

10. Penetapan besar butir agregat maksimum


Dalam menetapkan besaran butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan dengan nilai
terkecil dari ketentuan berikut:
a) Tiga per empat kali jarak bersih minimum antar baja tulangan, atau berkas baja
tulangan atau tendon prategang atau selongsong.
b) Sepertiga kali tebal plat
c) Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.

11. Tetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran
maksimum agregat, jenis agregat, dan slump yang diinginkan. Lihat tabel 3.8.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Table 3.8 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (liter)

Besar
ukuran Slam
maksimum Jenis batuan
kerikil
(mm) 0-10 10–30 30-60 60 - 180
10 Alami 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Dalam tabel 3.8 apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang berbeda
(alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus :
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
Dengan :
A = jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3
Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
12. Hitung berat semen yang diperlukan
Berat semen per meter kubik beton dihitung dengan membagi jumlah air (dari langkah 11)
dengan faktor air semen yang diperoleh pada langkah 7 dan 8.
13. Kebutuhan semen minimum
Kebutuhan semen minimum ditetapkan dengan tabel 3.9. Kebutuhan semen minimum ini
ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya
lingkungan korosif, air payau, air laut

Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum untuk berbagai Pembetonan dan


Lingkungan Khusus
Jenis Pembetonan 1
Beton didalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi
325
atau uap korosif
Beton diluar ruang bangunan : 325
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
275
langsung

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung


Beton yang masuk kedalam tanah :
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Lihat tabel 7.15.a
Beton yang selalu berhubungan dengan air
tawar/payau/laut Lihat tabel 7.15.b

Tabel 3.10 Kandungan semen minimum untuk beton yang berhubungan


dengan air tanah yang mengandung sulfat
Konsentrasi sulfat Kandungan
semen
minimum
(kg/m3 )
Dalam tanah ukuran
SO3 maksimum
dalam Jenis semen agregat
air tanah (mm)
(gr/ltr)
SO3 dalam
Total campuran air
40 20
SO3 % : tanah = 2 : 1
(gr/ltr)
Tipe I dengan atau pozolan
< 0,2 < 1,0 < 0,3 280 300
(15 – 40%)
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 Tipe I tanpa pozolan 290 330
Tipe I dengan pozolan (15 – 250 290
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 40%) atau semen portland 330 370
> 2,0 > 5,6 > 5,0 pozolan 330 370
Tipe II atau V
Tipe II atau V
Tipe II atau V dan lapisan
pelindung

Tabel 3.11 Kandungan semen minimum untuk beton bertulang dalam air

Kandungan semen minimum ukuran


Berhubungan maksimum agregat (mm)
Tipe semen
dengan
40 20
Air tawar Semua tipe I – V 280 300
Tipe I + pozolan (15 –
340 380
Air payau 40%) atau S.P. pozolan
Tipe II atau V 290 330
Air laut Tipe II atau V 330 370

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

14. Penyesuaian kebutuhan semen


Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari (12) ternyata lebih sedikit dari pada
kebutuhan semen minimum (13) maka kebutuhan semen harus dipakai yang minimum (yang
nilainya lebih besar).
15. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen
Jika jumlah semen ada perubahan akibat langkah (14) maka nilai faktor air semen
berubah. Dalam hai ini, dapat dilakukan dua cara berikut : a. cara pertama, faktor air semen
dihitung kembali dengan cara membagi jumlah air dengan jumlah semen minimum. b. Cara
kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen minimum dengan faktor air
semen. Catatan : cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan
menaikkan jumlah air yang diperlukan.
16. Penentuan daerah gradasi agregat halus
Berdasarkan gradasinya (hasil analisis ayakan) agregat halus yang akan dipakai dapat
diklasifikasikan menjadi 4 daerah. Penentuan daerah gradasi itu didasarkan atas grafik gradasi
yang diberikan dalam tabel 3.12. dengan tabel 3.12 tersebut agregat halus dapat dimasukkan
menjadi salah satu dari empat daerah, yaitu 1, 2, 3, dan 4.
Tabel 3.12 Batas Gradasi Pasir
Lubang
ayakan 1 2 3 4
(mm)
10 100 100 100 1000
4.8 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2.4 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1.2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0.6 15 - 34 34 - 59 60 - 79 80 - 100
0.3 5 - 20 8 -30 12 - 40 15 - 50
0.15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15

17. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar


Nilai banding antara agregat halus dan agregat kasar diperlukan untuk memperoleh
gradasi aregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat
halus dan berat agregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir
maksimum agregat kasar, nilai slam, faktor air semen, dan daerah gradasi agregat halus.
Berdasarkan data tersebut dan grafik pada Gb. 7.10.a atau Gb. 7.10.b atau Gb. 7.10.c. dapat
diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

18. Berat jenis agregat campuran


Berat jenis agregat campuran dihitung dengan rumus :
Bj camp. = P/100 x bj agg. hls. + K/100 bj agg. ksr.
Dengan :
Bj camp = berat jenis agregat campuran
Bj agg. hls = berat jenis agregat halus
Bj agg. ksr = berat jenis agregat kasar
P = persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan laboraturium,
namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2,60 untuk agregat tak pecah/alami dan 2,70 untuk
agregat pecahan.
19. Penentuan berat jenis beton
Dengan data berat jenis agregat campuran dari langkah (18) dan kebutuhan air tiap meter
kubik betonnya maka dengan grafik pada Gb. 7. dapat diperkirakan berat jenis betonnya.
Caranya adalah sbb :
a. Dari berat jenis agregat campuran pada langkah 17 dibuat garis kurva berat jenis
gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada
gambar 7. kebutuhan air yang diperoleh pada langkah (11) dimasukkan dalam gambar
7. kemudian dari nilai ini ditarik garis vertikal ke atas sampai garis kurva yang dibuat
pada a. Diatas.
b. Dari titik potong ini kemudian ditarik garis horizontal kekiri sehingga diperoleh nilai
berat jenis beton
20. Kebutuhan agregat campuran dihitung dengan cara mengurangi berat beton per-
meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen.

21. Hitung berat agregat halus yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (17) dan
(20)
Kebutuhan agregat halus dihitung dengan cara mengalikan kebutuhan agregat
campuran dengan persentase berat agregat campuran dengan persentase berat agregat
halusnya.
22. Hitung berat agregat kasar yang diperlukan, berdasarkan hasil langkah (20) dan
(21)
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat
campuran dengan kebutuhan agregat halus.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Untuk mempermudah pelaksanaan, maka pada halaman berikut ini diberikan formulir
isian.
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan
jenuh kering-muka maka harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi
harus selalu minimum per satu kali per hari.
Hitung koreksi dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
1) Air = A – [(Ah - A1)/100] x B – [(Ak - A2)/100] x C
2) Agregat halus = B + [(Ah - A1)/100] x B
3) Agregat kasar = C + [(Ak - A2)/100] x C
Dengan : A = jumlah kebutuhan air (liter/m3)
B = jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ah = kadar air sesungguhnya dalam agregat halus (%)
Ak = kadar air sesungguhnya dalam agregat kasar (%)
A1 = kadar air pada agregat halus jenuh kering-muka (%)
A2 = kadar air pada agregat kasar jenuh kering-muka (%)

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Data Perencanaan
1) Kuat tekan beton yang diisyaratkan : fc’= 25 MPa

2) Standar deviasi : 45 kg/cm2

3) Slump : 80mm - 120 mm

4) Kondisi lingkungan : Dalam tanah (kering + basah)

5) Agregat Kasar
• Jenis Agregat kasar : Batu Pecah
• Ukuran agregat kasar maksimal : 20 mm
• Berat Jenis SSD : 2.504 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 2.62752 gram
• Kelembaban agregat : 0.91508 %
• Gradasi Agregat : Zona 1

6) Agregat Halus
• Jenis Agregat halus : Pasir Alami
• Asal daerah agregat halus : Jember
• Berat Jenis SSD : 2.504271 gram
• Berat volume agregat :
• Kadar air resapan agregat : 1.763930 %
• Kelembaban agregat : 2.74 %
• Gradasi agregat : Zona 1

7) Semen Portland
a) Jenis semen : Semen Portland Type I
b) Berat jenis : 3,15
c) Berat isi semen :

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Percobaan Nomor Dengan rojokan Tanpa rojokan Satuan

1 2 1 2

Berat silinder (W1) 7120 7120 7120 7120 gram

Berat silinder+semen 18630 18550 17850 17880 gram


(W2)

Berat semen (w2-w1) 11510 11430 10730 10760 gram

Volume silinder (v) 1.066 1.059 0.995 0.997 cm3

Berat volume (w2w1)/v 10797 10793 10783 10792 gram/cm3

Rata-rata 10791.3

8) Jumlah benda uji minimal 18 buah teridiri dari : 15 silinder dan sisanya kubus

9) Ukuran benda uji tekan


• Silinder φ 15 x 30 cm
• Kubus 15 x 15 x 15 cm

10) Peraturan yang dipakai:


• Modul Praktikum Teknologi Beton Fakultas Teknik Universitas Jember

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

PERHITUNGAN
Metode perhitungan yang digunakan dalam perencanaan campuran beton adalah metode SNI
03-2834-2000.

1. Kuat tekan beton yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 25 MPa.
2. Menetapkan nilai deviasi standar (S)
Tabel 3.4 Nilai Deviasi Standar untuk berbagai Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan
Deviasi standar dihitung berdasarkan volume pembetonan yang akan dibuat dan mutu
pekerjaan. Nilai deviasi standar yang digunakan dalam perencanaan campuran ini sebesar 4.5
Mpa yaitu tingkat pengendalian mutu pekerjaan jelek karena belum mempunyai pengalaman
sebelumnya.
3. Nilai tambah
M = 1.64 x 4.5 = 7.38 MPa
4. Kuat tekan beton rata-rata
f’cr = f’c + M
= 25 + 7.38
= 32.38 MPa
5. Jenis semen adalah Semen Portland Type 1
6. Jenis agregat kasar adalah batu pecah ukuran maksimal 20 mm
7. Jenis agregat halus adalah pasir alami asal Jember
8. Perkiraan kuat tekan beton dengan faktor air semen 0.5 (sesuai tabel 3.3) adalah 37 Mpa.
Sehingga, akan didapatkan nilai FAS sebagai berikut :

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

9. Nilai FAS maksimum yang diperoleh adalah 0.55 berdasarkan tabel 3.4 yaitu beton di dalam
tanah dengan keadaan kering dan basah berganti-ganti.
10. Nilai Slump yang didapat adalah 80-120 mm
11. Ukuran butir agregat maksimum adalah 20 mm
12. Kadar air bebas berdasarkan tabel 3.8 dengan jenis agregat batu pecah maksimum 20 mm akan
diperoleh:
2 1
𝑊𝑎𝑖𝑟 = 𝑊ℎ + 𝑊𝑘
3 3
2 1
𝑊𝑎𝑖𝑟 = ∙ 195 + ∙ 225
3 3
𝑊𝑎𝑖𝑟 = 205 𝑘𝑔

Sehingga kadar air yang diperlukan adalah 205 kg


13. Kebutuhan semen
𝑊𝑎𝑖𝑟
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 =
𝑊𝐹𝐴𝑆
205
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 =
0.55
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 = 372.73 𝑘𝑔

Sehingga semen yang dibutuhkan adalah sebanyak 372.73 kg


14. Kebutuhan semen minimum yang diperlukan berdasarkan tabel 3.9 adalah sebesar 325 kg.
karena hasil perhitungan lebih besar, maka yang digunakan adalah kebutuhan semen hasil
perhitungan.
15. Presentase agregat halus dan agregat kasar

0.55

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

58 + 47.5
%𝐴ℎ =
2
%𝐴ℎ = 52.75%

%𝐴𝑘 = 100% − %𝐴ℎ


%𝐴𝑘 = 100% − 52.75%
%𝐴𝑘 = 47.25%
Didapat presentase agregat halus 53.75% dan presentase agregat kasar 47.25%
16. Berat jenis SSD agregat gabungan
Nilai berat jenis agregat diinput dari bab sebelumnya
𝐵𝐽𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = %𝐴ℎ × 𝐵𝐽𝐴ℎ + %𝐴𝑘 × 𝐵𝐽𝐴𝑘
𝐵𝐽𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 52.75% × 2.5 + 47.25% × 2.5
𝐵𝐽𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = 250
Diperoleh 𝐵𝐽𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 SSD yaitu 250
17. Berat isi beton

Diperoleh berat isi beton adalah 2750 kg/m3


18. Proporsi campuran beton
𝑊𝐴ℎ = (𝑊𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 − 𝑊𝑎𝑖𝑟 ) × %𝐴ℎ
𝑊𝐴ℎ = (2750 − 372.73 − 205) × 52.75%
𝑊𝐴ℎ = 1145.9 𝑘𝑔/𝑚3

𝑊𝐴𝑘 = (𝑊𝑖𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ − 𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 − 𝑊𝑎𝑖𝑟 ) × %𝐴𝑘


𝑊𝐴𝑘 = (2750 − 372.73 − 205) × 47.25%
𝑊𝐴𝑘 = 1026.4 𝑘𝑔/𝑚3
Diperoleh berat agregat halus 1145.9 kg/m3 dan berat agregat kasar 1026.4 kg/m3

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

19. Proporsi 1 m3 beton


a. Semen Portland = 372.73 kg/m3
b. Air = 205 kg/m3
c. Agregat Halus = 1145.9 kg/m3
d. Agregat Kasar = 1026.4 kg/m3

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

Tabel Perencanaan

No Uraian Tabel/Grafik/ Nilai


Perhitungan ---
1 Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan 25 Mpa pada 28 hari Bagian tak
(benda uji kubus) memenuhi syarat 5 % (k=1,64)
2 Deviasi Standar Diketahui 4,5 Mpa
3 Nilai tambah (margin) 1,64 x 4,5 = 7,38 Mpa
4 Kekuatan rata-rata yang 1+3 25 + 7,38 = 32,38 Mpa
ditargetkan
5 Jenis semen Ditetapkan Semen Portland Tipe I
6 Jenis agregat: - kasar Ditetapkan Batu Pecah
- halus Ditetapkan Alami
7 Faktor air semen bebas Tabel 2, grafik 1 0,55 (ambil nilai yang terkecil)
8 Faktor air semen maksimum Ditetapkan 0,55
Slump 60 – 180
9 Slump Ditetapkan mm
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan 20 Mm
11 Kadar air bebas Tabel 3 205 kg/m3
12 Kadar semen 11:8 205 :0,55 = 372,73 kg/m3
13 Kadar semen maksimum Ditetapkan 205 :0,55 = 372,73 kg/m3
14 Kadar semen minimum Ditetapkan 325 kg/m3

15 Faktor air semen yang


disesuaikan
16 Susunan besar butir agregat Grafik 3 s/d 6 Daerah gradasi susua butir 1
halus
17 Susunan agrega kasar atau Tabel 7,
gabungan Grafik 7, 8, 9
Grafik 10, 11, 12
18 Persen agregat halus Grafik 13 s/d 15 52,75 Persen
19 Berat jenis relatif, agregat Diketahui
(kering permukaan)
20 Berat isi beton Grafik 16 2.750 kg/m3
21 Kadar agregat gabungan 20-12-11 2217,27 kg/m3
22 Kadar agregat halus 18 x 21 2217,27 x 52,75 = 1145,9 kg/m3
23 Kadar agregat kasar 21-22 2217,27 x 47,25 = 1026,4 kg/m3
24 Proporsi campuran
Semen Air Agregat kondisi jenuh kering
(kg) (kg/lt) permukaan (kg)
halus kasar
- tiap m3
- tiap campuran uji m3

Banyaknya bahan (teoritis) Semen Air (kg Agregat halus Agregat kasar
- tiap m3 dengan ketelitian (kg) atau liter) (kg) (kg)
5 kg 372,73 205 1145,9 1026,4
- tiap campuran uji 0,05
m3
25 Koreksi campuran
- Tiap m3
- Tiap 0,05 m3
-

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB VII
PENGUJIAN BITUMEN
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan
sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur
mempunyai sifat viskoelastis. Aspal tampak padat pada suhu ruang padahal adalah cairan yang sangat
kental. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks. Kandungan utama aspal adalah senyawa
karbon jenuh, dan tak jenuh, alifatik, dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen, dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan
vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan
malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian
besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
7.1. Pengujian Berat Jenis Bitumen Keras (Sni 2441-2011)
7.1.1. Tujuan
Mengukur berat jenis dari bitumen keras.
7.1.2. Landasan Teori
Aspal pada perkerasan jalan merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya
sangat menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal. Salah satu jenis pengujian yang terdapat
dalam persyaratan mutu aspal adalah berat jenis. Selain untuk memenuhi persyaratan aspal, berat
jenis juga diperlukan pada saat pelaksanaan untuk konversi dari berat ke volume atau sebaliknya.
7.1.3. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan dan alat praktikum yang digunakan:
1. Piknometer kapasitas 100 cc

2. Bak perendam (water bath)

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

3. Termometer

4. Timbangan 200 gram dengan ketelitian 0,1 gram

5. Gelas kimia 600 ml

6. Pembakar bunsen

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

7. Aquades

8. Nampan

9. Benda uji (Aspal yang bebas dari bahan asing)

7.1.4. Prosedur Pengujian


1. Bersihkan dan keringkan picnometer, lalu timbang, angka yang tertera pada timbangan
dicatat sebagai A.
2. Angkatlah nampan dari bak perendam. Isilah pycnometer dengan aquades.
3. Taruhlah picnometer ke dalam nampan, kemudian masukkan keduanya ke bak perendam.
Diamkan minimal 30 menit. Kemudian angkat picnometer dan keringkan menggunakan
lap. Timbanglah picnometer berisi air suling, dan catat hasilnya sebagai B.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4. 4. Keringkan picnometer kemudian tuangkan benda uji bitumen ke dalam piknometer


sehingga terisi ±50 gram.
5. Biarkan picnometer berisi benda uji sampai suhunya tetap dengan waktu ±30 menit,
kemudian timbang dengan ketelitian 0,1 gram dan catat hasilnya sebagai C.
6. Isilah benda uji dengan aquades dan diamkan agar gelembung udara keluar.
7. Masukkan picnometer ke dalam nampan, kemudian rendam dalam bak perendam
minimal ±30 menit.
8. Angkat dan keringkan bagian luar picnometer kemudian timbang beratnya sebagai D.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

7.2. Pengujian Daktilitas Bitumen (SNI 2432:2011)


7.2.1. Tujuan
Menguji daktilitas atau sifat pemuluran aspal yang diukur pada saat putus.
7.2.2. Landasan Teori
Pengujian daktilitas bertujuan untuk mengetahui sifat kohesi dan plastisitas aspal, yaitu
dengan mengetahui nilaipanjang contoh aspal ketika putus pada saat ditarik dengan kecepatan 5
cm/menit.
7.2.3. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan praktikum yang digunakan:

1. Cetakan benda uji daktilitas terbuat dari kuningan

2. Bak perendam

3. Mesin penguji daktilitas

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

4. Termometer

5. Contoh uji (250 gram aspal)

6. Stopwatch

7. Cairan Gliserin

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

7.2.4. Prosedur Pengujian


1. Ambil 3 buah cetakan daktilitas, isi sampai penuh dengan aspal yang telah dipanaskan,
diamkan hingga dingin.
2. Isi mesin penguji duktilitas dengan air sampai batas yang telah ditentukan, lalu tambahkan
cairan gliserin agar berat jenis air mendekati berat jenis aspal.
3. Setelah benda uji dingin, masukkan ke dalam bak perendam selama ±30 menit, dan hidupkan
mesin daktilitas agar sirkulasi air berjalan normal.
4. Keluarkan benda uji dari cetakan, dan letakkan pada alat penarik yang ada di dalam air
dengan jarak dari bawah dan atas air ±2,5 cm.
5. Atur suhu ruang dalam kondisi konstan, lalu tekan tombol start untuk menarik benda uji
secara bersamaan.
6. Pengujian dinyatakan selesai setelah benda uji putus, terapung ke permukaan air, atau
menyentuh dasar alat duktilitas.
7. Catat jarak selama benda uji mulai ditarik sampai selesai.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024
7
LAPORAN PRAKTIKUM UJI MATERIAL BANGUNAN
S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan

Dari kuat tekan yang disyaratkan 250 Mpa, diperoleh hasil percobaan
yaitu proporsi campuran beton 205 kg air, 372,73 kg semen, 1145,9 kg pasir,
dan 1026,4 kg kerikil.

MOHAMMAD TOMITA MAHA PUTRA


201910301024

Anda mungkin juga menyukai