Anda di halaman 1dari 16

SUMBANGSIH ILMU BIOKIMIA

DALAM PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN


MUTAKHIR

PIDATO PENGUKUHAN
DIUCAPKAN PADA UPACARA PENERIMAAN JABATAN
SEBAGAI GURU BESAR TETAP DALAM ILMU BIOKIMIA
PADA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
DI JAKARTA, TANGGAL 4 MARET 1989

oleh

SJAHBANAR SOEBIANTO ZAHIR


Yang terhormat

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Menteri Kesehatan
Rektor Universitas lndonesia dan Pembantu Rektor
Dekan Fakultas dalam lingkungan Universitas Indonesia
beserta Pembantu Dekan
Guru Besar di lingkungan Universitas Indonesia
Teman sejawat, para mahasiswa
Hadirin yang saya muliakan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Pada hari yang berbahagia ini saya ingin memanjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah s.w.t. yang telah memberkati kita dengan rahmat dan karunia-Nya. Semoga kita semua
selalu dalam perlindunganNya. Kepada hadirin sekalian saya mengucapkan terima kasih
karena telah meluangkan waktu untuk menghadiri upacara pengukuhan ini.

Hadirin yang mulia,

Dalam pidato pengukuhan ini saya ingin memperkenalkan kepada hadirin Peranan Ilmu
Biokimia di dalam pengembangan Ilmu Kedokteran.Terutama Perkembangan pada 2-3 dasawarsa
terakhir ini. Untuk itu saya akan memulai dengan sekelumit sejarah. Biokimia merupakan
cabang ilmu yang relatif muda yang mempelajari komposisi sel dan peristiwa kimia yang
berlangsung pada organisme hidup. Nama Kimia Faal atau Kimia Hayat yang lazim digunakan
pada awal Perkembangan ilmu ini menggambarkan bahwa ia berkembang dari dan berkaitan
dengan ilmu-ilmu yang lebih tua, Ilmu Faal, Ilmu Kimia dan llmu Biologi. Geneeskundige
Hoogeschool di Jakarta, sebelum tahun 1942 menggunakan nama Physiologische Chemie dan Ika
Dai Gakku pada waktu pendudukan Jepang menggunakan nama Kimia Hayat. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dari semulanya (1950) menggunakan nama Biokimia.

Walaupun istilah biokimia (biochemie) pertama-tama dilancarkan pada tahun 1903 oleh
Carl Neuberg, perintisannya sudah dimulai semenjak abad ke delapan belas. Pada
pertengahan abad itu, Carl Scheele, seorang ahli kimia Swedia mempelajari komposisi
jaringan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Ini merupakan salah satu langkah utama dalam ilmu
biokimia. Begitu pula penelitian-penelitian Antoine Laurent Lavoisier dan Louis Pasteur
tentang respirasi dan Lazzaro Spallanzani William Beauntont dan Claude Bernard tentang
pencernaan, adalah langkah-langkah penting. Puncak lain antara lain ialah penelitian-
penelitian Jöns Jacob Berzelius, Justus von Liebig dan penelitian bersama Joseph Priestly,
Jan Ingenhousz dan JeanS enebier yang menyimpulkan bahwa fotosintesis pada hakekatnya
merupakan kebalikan dari respirasi.

Perkembangan yang pesat pada masa itu masih mengalami hambatan. Anggapan pada waktu
itu ialah bahwa, walaupun suatu organisme hidup terdiri dari jutaan senyawa kimia, tidak
ada hubungan antara transformasi senyawa kimia yang berlangsung pada organism hidup
dengan hukum-hukum kimia dan fisika yang berlaku untuk materi mati. Kaum vitalis pada
zaman itu mempertahankan anggapannya bahwa produk-produk alami yang dibentuk oleh
organisme hidup tidak dapat disintesis secara kimia di laboratorium. Suatu tenaga vital
yang gaib, yang merupakan sifat khusus organisme hiduplah yang mengatur bentuk,
perkembangan dan aktivitas di dalam organisme itu. Anggapan ini dapat dijatuhkan ketika
pada tahun 1828 sintesis senyawa organik, urea, berhasil dilaksanakan di laboratorium
oleh Friedrich Wöhler.

Pada permulaan abad ke 20 ruang lingkup biokimia makin meluas. Timbulnya ranting-
ranting yang mempelajari secara lebih terarah biokimia tumbuh-tumbuhan, biokimia hewan,
biokimia manusia, biokimia klinik, menyebabkan ilmu ini menjadi terlalu luas untuk tetap
digolongkan ilmu terapan, sehingga mendapat tempat di antara ilmu-ilmu dasar lainnya.

Hadirin yang terhormat,

Perhatian manusia terhadap alam dan materi hidup terutama didorong oleh keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri, baik dengan usaha penyediaan bahan pangan
yang cukup maupun peningkatan kesehatan. Karena itu pula segala sesuatu yang,terjadi di
dalam sel dan organism hidup menjadi pusat perhatian mereka yang berkecimpung dalam ilmu
biokimia.

Sel ataupun komponen sel mempunyai susunan kimia yang karakteristik. Membuat peta
tentang komposisi kimia sel tidaklah mudah, sebab suatu sifat khas sel hidup ialah adanya
perubahan kimia pada setiap saat. Oleh karena itu gambaran yang lengkap mencakup pula
gambaran tentang perubahan kimia atau reaksi-reaksi kimia yang berlangsung serta kaitan-
kaitan yang ada antara segala perubahan itu.

Metabolisme menjadi tujuan utama penelitian di bidang biokimia, dengan keyakinan


bahwa ‘tiada kehidupan tanpa reaksi kimia di dalam sel atau lebih tepat tiada kehidupan
sehat tanpa reaksi kimia yang teratur di dalam sel'. Mungkin lebih tepat lagi 'tiada
penyakit tanpa kelainan kimia di dalam sel'. Ungkapan tentang jalur metabolism sudah ada
semenjak permulaan abad ke duapuluh ini; oksidasi asam lemak yang garis besarnya
dikemukakan oleh Knoop pada tahun l9O4 dan glikolisis (atau jalur Embden-Meyerhof) serta
daur asam sitrat (atau siklus Krebs) pada tahun tigapuluhan misalnya.

Kemajuan yang pesat terdapat pada masa setelah p€rang dunia ke II dengan dimulainya
penggunaan isotop sebagai pelacak dan teknik-teknik yang makin canggih, seperti
kromatografi gas, spektrofotometri, radio-immunoassay. Memang, sekarang sudah banyak yang
diketahui tentang metabolisme, akan tetapi kita tidak mengetahui berapa banyak yang masih
harus diungkapkan. Pada pertengahan abad ini, perkembangan biokimia ditandai oleh
penelitian Frederic Sanger. Ia berhasil menentukan urutan asam amino pada insulin,
protein pertama yang rumus bangun lengkapnya dapat ditentukan. Untuk itu Sanger menerima
hadiah Nobel pada tahun 1958. Tidak kurang penting pula tulisan James D Watson dan HC
Crick pada tahun 1953 yang mengemukakan model rumus bangun DNA (asam deoksiribonukleat),
yang tidak lama setelah itu diikuti oleh tulisan mengenai uraian mendalam tentang proses
replikasi. Setelah itu secara beruntun kejutan-kejutan keluar dari laboratorium
laboratorium penelitian.

Hadirin yang mulia,

Perkembangan ilmu selama -3 dasawarsa terakhir ini demikian pesatnya, sehingga


sukar untuk diikuti semua. Tidak salah bila dikatakan bahwa selama waktu yang singkat
ini, di bidang biologi dan kedokteran lebih banyak terungkap dibanding dengan selama tiga
abad sebelumnya. Boleh dikatakan, setiap hari mulai dengan surat kabar pagi sampai berita
terakhir TVRI larut malam, ada saja penemuan baru dalam ilmu dan teknologi dikemukakan.

Di Indonesia terutama hal yang baru dalam bidang kedokteran, yang memang sangat
memikat pembaca dan pemirsa, sangat digemari : obat baru, teknik baru untuk diagnostik
maupun cara penanggulangan penyakit yang menggunakan alat-alat canggih. Yang sering
kurang disadari ialah bahwa dibelakang penemuan-penemuan baru itu terbentang belasan
tahun kerja keras dan ratusan penelitian di laboratorium. Banyak yang gagal, sesekali
berhasil. Kita tinggal mencernakan dan menikmati hasilnya saja.

Kalau sekitar empatpuluh tahun yang lalu genetika boleh dikatakan masih sesuatu
yang abstrak penuh misteri, sekarang begitu banyak sudah yang terungkap. DNA dan gen
dianalisis, disintesis, dipotong dan bagian-bagian dari Spesies yang berlainan disambung.
Walaupun istilah 'rekayasa genetik', 'clone', 'probe', 'bioteknologi' sudah sering
dibicarakan, juga dalam media massa, masih banyak keragu-raguan tentang maknanya yang
sebenarnya. Sering terdengar tentang harapan-harapan komersial yang berlebih-lebihan di
samping rasa curiga tentang apa yang dapat diakibatkan oleh manipulasi gen ini.

Hadirin yang mulia,

Izinkan saya membicarakan sedikit tentang DNA (deoxyribonucleica cid) yang sudah
begitu sering kita sebut-sebut dan baca itu, agar apa yang akan diuraikan selanjutnya
lebih mudah diikuti. DNA merupakan suatu polinukleotida dan terdapat di dalam setiap sel
sebagai bagian dari kromosom. DNA dikenal sebagai pembawa sifat keturunan. bagian-bagian
dari DNA yang disebut gen' mengandung informasi untuk sifat keturunan dalam bentuk kode
(atau dalam bentuk urutan nukleotida). Untuk setiap protein atau polipeptida yang dibuat
di dalam tubuh kita, urutan asam aminonya sudah terpatri di dalam gen. Fungsi protein
sangat ditentukan oleh urutan asam aminonya.

Lebih dari seratus ribu macam protein di dalam tubuh kita, semuanya dibuat sendiri
oleh sel dan tidak dapat didatangkan dalam bentuk utuh dari luar. Semua protein itu
mempunyai fungsi sendiri-sendiri; sebagai enzim (katalisator untuk reaksi-reaksi yang
harus berlangsung di dalam sel), sebagai hormon, sebagai bagian dari struktur sel dan
sejumlah fungsi lain. Ini berarti bahwa sekurang-kurangnya ada seratus ribu gen pula
terdapat di dalam DNA sel. Bila ada kesalahan dalam suatu gen, maka ada protein yang
salah dibentuk atau sama sekali tidak dibentuk. Bilamana suatu gen hilang dari DNA, maka
ada suatu protein yang tidak dapat dibentuk. Ini dapat menyebabkan fungsi sel terganggu
atau keadaan fisiologis terganggu.

Untuk mempelajari gen tertentu, tidak mungkin gen yang alami diisolasi dalam jumlah
yang cukup. Kesempatan untuk mempelajari gen secara mendalam terbuka ketika pada
permulaan tahun tujuhpuluhan ilmuwan-ilmuwan berhasil memindahkan gen dari satu bakteri
ke bakteri yang lain. Metoda yang digunakan ialah seperti berikut :

DNA diisolasi dari suatu bakteri dan dipotong-potong dengan enzim yang sangat
spesifik (endonuklease restriksi). Bila gen tertentu yang diinginkan, diusahakan
agar pemotongan terjadi di sekitar kedua ujung gen itu.
DNA bakteri yang lain, biasanya suatu DNA kecil yang disebut plasmid, dipotong pula
dengan enzim yang sama.
Bagian yang terpotong dari bakteri yang pertama disambungkan dengan DNA bakteri
yang kedua yang juga sudah terpotong.

Karena kedua DNA itu dipotong dengan enzim yang sama, maka ujung-ujung potongan
akan serupa dan DNA dari bakteri pertama dapat disisipkan ke DNA bakteri kedua. Dengan
demikian terbentuk suatu molekul DNA baru dan ini disebut DNA rekombinan. Metoda ini
kemudian dikembangkan, sehingga gen dari DNA hewan atau manusia dapat disisipkan ke dalam
plasmid bakteri. Bakteri yang biasanya digunakan ialah Escherichia coli yang apatogen.
Plasmid yang sudah mengandung gen asing dapat dimasukkan kembali ke dalam bakteri
asalnya. Bakteri yang mempunyai waktu pembiakan sekitar 30 menit, dalam waktu pendek
dapat menghasilkan gen tadi dalam jumlah yang besar, yang dapat diisolasi dan digunakan
untuk penelitian. Cara pembuatan gen dalam jumlah besar dan semulanya berasal dari satu
sel seperti di atas disebut 'Cloning'.

Selain untuk menghasilkan gen, E coli yang mengandung gen asing dapat pula terus
dibiakkan dan dibiarkan menghasilkan protein dari gen asing itu. Dengan cara ini industri
obat antara lain telah mengubah E coli menjadi pabrik insulin, yaitu dengan memindahkan
gen insulin manusia ke DNA E coli. Sejumlah protein lain telah berhasil dibuat dengan
cara ini; yang berguna bagi ilmu kedokteran antara lain hormon pertumbuhan, interferon
dan interleukin. Penemuan metoda isolasi gen, metoda penentuan urutan nukleotida pada DNA
secara cepat dan metoda pembuatan DNA rekombinan merupakan Langkah-langkah utama dalam
perkembangan ilmu biokimia abad ini. Sejalan dengan pengembangan metoda DNA rekombinan
bermunculan cara-cara canggih untuk mempelajari dan untuk identifikasi segmen-segmen DNA.
Yang banyak digunakan dalam penelitian dan kemudian dalam diagnostic ialah'DNA Probe'
atau pelacak DNA. Prinsip pembuatan pelacak DNA tidak banyak berbeda dengan pembuatan DNA
rekombinan. Dalam hal ini yang ditanamkan ke dalam bakteri adalah DNA rantai tunggal yang
pendek yang merupakan pasangan dari sebagian dari gen yang ingin dilacak. Setelah
diperbanyak di dalam bakteri, maka hasilnya ditandai dengan suatu indikator (radio isotop
atau indikator lain) dan digunakan sebagai pelacak.
Hadirin yang terhormat,

Sekarang saya ingin mengemukakan tentang pembuatan Antibodi Monoklonal, yang


merupakan penemuan bioteknologi modern lain yang Sekarang juga dalam pusat perhatian.
Barangkali ada yang bertanya mengapa Saya membicarakan topik ini, karena beranggapan
bahwa itu adalah hak milik Imunologi. Pada hakekatnya, imunologi bukanlah terbatas pada
reaksi antigen dan antibodi saja. Saya melihat imunologi sebagai berdasarkan fenomen
biokimia selular.

Bila keseimbangan sel terganggu, misalnya karena kehadiran suatu antigen, maka
berbagai macam sel dari lini yang berbeda akan bekerja sama untuk mencapai suatu
keseimbangan yang baru. Keseimbangan baru ini dapat menguntungkan atau dapat pula
merugikan. Suatu antigen, yang adalah suatu senyawa kimia dapat mengadakan reaksi humoral
dengan IgG; antigen yang lain menjurus kearah IgE dan menyebabkan alergi, sedangkan
antigen yang lain lagi menimbulkan imunitas selular dan bukan humoral. Determinan kimia
dan reaksik imia tertentulah yang menyebabkan keseimbangan baru itu menguntungkan atau
merugikan.

Sifat khusus respons imun ialah pembentukan antibodi yang heterogen. Sel-sel imun
membentuk beberapa macam antibodi terhadap satu macam antigen, tetapi yang penting ialah
bahwa satu sel hanya membentuk satu macam antibodi. Hal inilah yang kemudian menjadi
dasar untuk pembuatan antibody monoklonal atau antibodi yang dibuat oleh sejumlah sel
yang berasal dari satu sel. Sel yang memenuhi syarat untuk pembuatan antibodi monoklonal
ini ialah: pertama sel itu hanya membuat satu macam antibodi terhadap satu macam antigen
dan-kedua, sel itu dapat terus menerus berproduksi. Sifat-sifat ini ditemukan pada sel
hibridoma, yaitu sel yang merupakan peleburan antara sel limfosit dan sel mieloma.
Penemuan dan pengembangan teknik ini melibatkan teori dasar dan teknik biokimia pula.

Dari apa yang sudah dibicarakan di atas dapat dilihat bahwa perkembangan dalam
bidang biokimia molekular seirama dengan perkembangan di bidang lain, biologi molekular;
genetika morekular, virorogi, imunologi riisalnya. Memang tidak mungkin mencapai kemajuan
yang demikian pesat tanpa saling tunjung menunjang antara berbagai bidang ini. Biologi
dan biokimia sebagai dasar dan virologi dan imunologi sebagai terapan.

Penemuan-penemuan di bidang biokimia dan biologi tidak akan banyak manfaatnya,


terutama di bidang kedokteran, tanpa penelitian terapan oleh ahli-ahli virologi dan
imunologi. Sebaliknyam asalah-masalahyu ng iit.rnukan di laboratorium virologi dan
imunologi merupakan cambuk bagi ahli-ahli ilmu yang lebih dasar untuk memeras otak dan
bekerja lebih giat.

Watson dan Crick tidak hanya telah memenangkan hadiah Nobel, tetapi yang nilainya
lebih berharga ialah bahwa mereka telah mencetuskan sesuatu yang melahirkan era baru
dalam berbagai ilmu dasar. Metoda dan konsep baru ini telah diterapkan dalam ilmu
kedokteran, baik dalam laboratorium penelitiannya maupun laboratorium diagnostik.
Penyakit infeksi, penyakit kelainan keturunan, kelainan endokrin telah banyak menarik
manfaat dari teknik DNA rekombinan maupun metoda lain yang bersangkut paut dengan
rekayasa genetik. Begitu pula penelitian kanker sangat banyak memanfaatkan metoda
laboratorium yang baru ini. patofisiologi penyakit menjadi lebih jelas sehingga diagnosis
dan terapi dapat diusahakan lebih terarah dan lebih tepat. Di samping itu sejumlah obat
yang sebelumnya susah didapatkan karena harus dibuat dari ekstrak jaringan, sekarang
diperoleh dengan menggunakan rekayasa genetik. Sebagai ilustrasi saya ingin mengemukakan
beberapa contoh :

Penyakit Infeksi

Sebagai contoh dapat dikemukakan penggunaan DNA rekombinan dalam penelitian dan
pembuatan vaksin, misalnya untuk hepatitis yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. virus
Hepatitis B membentuk suatu proieiriyang bekerja sebagai antigen di dalam sel yang
dimasukinya. Antigen ini merangsang limfosit untuk menghasilkan antibodi guna meniadakan
akibat buruk dari virus itu.

Antigen ini dapat digunakan untuk imunisasi, akan tetapi mendapatkan antigen dalam
jumlah besar tidaklah mudah. Teknik DNA rekombinan merupakan jawaban. Gen antigen dicari
dan dipindahkan ke organisme lain (bakteri, ragi, mamalia)dan dibiarkan berekspresi.
Kemudian protein yang dibentuk oleh gen ini dimurnikan dan digunakan sebagai vaksin.
Untuk sejumlah penyakit infeksi lain, hal yang sama juga sudah diterapkan.

Endokrinologi

Di dalam bidang endokrinologi, perhatian ahli klinik boleh dikatakan Terbatas pada
penentuan kadar hormon dalam darah,yang kemudian dihubungkan Dengan keadaan pasien.
Sebenarnya masalah endokrinologi menyangkut banyak hal, mulai dari sel yang menghasilkan
hormon itu, sekresinya ke dalam darah, pengangkutannya dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di sel sasaran.

Suatu contoh yang tidak terlalu asing ialah penyakit diabetes mellitus yang
Disebabkan oleh kekurangan aktivitas insulin. Insulin ialah hormon yang mempunyai peran
utama dalam metabolisme karbohidrat di samping juga terlibat dalam metabolism lemak dan
protein. Insulin dibuat oleh sel beta di kelenjar pankreas, disekresi ke dalam darah,
diangkut ke jaringan-jaringan untuk melakukan fungsinya di organ atau sel sasaran.
Aktivitas insulin yang rendah atau tidak ada di sel sasaran menyebabkan terutama
metabolisme glukosa terganggu.

Perlu diteliti apa penyebab berkurangnya aktivitas insulin. Untuk menentukan ini
tidak selalu mudah.Pembentukan insulin, yang merupakan protein itu cukup rumit. Di mulai
dari gen yang terletak pada DNA, prosesnya adalah sebagai berikut :
transkripsi gen insulin di inti sel membentuk suatu RNA (asam ribonukleat). RNA ini
lebih panjang daripada yang nanti akan digunakan untuk pencetakan proteinnya.
pemotongan bagian-bagian dari RNA ini untuk menghasilkan mRNA Yang akan digunakan
sebagai cetakan untuk protein yang akan dibentuk.
translasi mRNA pada ribosom di sitosol membentuk molekul protein yang disebut pre-
proinsulin.
pengeluaran sejumlah asam amino dari pre-proinsulin. Hidrolisis ini akan
menghasilkan proinsulin yang terdiri dari 2 bagian,bagian yang menjadi insulin
aktif dan bagian yang disebut peptida penghubung (connecting peptide). Sebelum
sekresi ke darah proinsulin mengalami hidrolisis menjadi insulin + peptida
penghubung.

Setiap langkah di atas melibatkan sejumlah enzim dan faktor-faktor lain. Ini
menggambarkan bahwa banyak hal yang dapat menjadi penyebab berkurangnya aktivitas insulin
di sel sasaran. Penelitian dengan menggunakan metoda-metoda baru memungkinkan untuk
secara lebih tepat mengetahui dimana kesalahan terletak. Menyelidiki sejauh mungkin letak
kesalahan, tidaklah mengandung kepentingan teoritis belaka. Ada nilai praktisnya. Ini
tampak pada pengetahuan dan klasifikasi diabetes melitus dewasa ini, yang jauh lebih
canggih dan terinci bila dibandingkan dengan satu atau dua dasawarsa yang lalu. Ini
merupakan suatu contoh hasil perkembangan biokimia selular di bidang endokrinologi. Hal
yang sama ditemukan pada pengetahuan tentang reseptor hormon estrogen pada sel kelenjar
mammae, yang mempunyai aplikasi praktis pada prognosis dan kebijaksanaan terapi pada
seseorang dengan kanker payudara. Aplikasi lain di sini ialah pembuatan insulin dengan
teknik rekayasa genetic seperti sudah disebutkan di atas.

Penelitian Kanker

Tidak dapat disangkal bahwa perkembangan akhir-akhir ini telah pula memberikan
haluan baru dan harapan yang segar dalam bidang penelitian kanker. secara tradisional di
Indonesia masalah kanker merupakan 'lahan' penyelidikan cabang ilmu patologi anatomi.
sebagian besar penyelidikan tentang kanker didekati secara histopatologi. Memang,
patologi anatomi merupakan lembaga yang memberikan kata pemutus untuk suatu diagnosis
tumor. Akan tetapi berbagai masalah yang menyangkut tumor tidaklah dapat dipelajari
secara patologi anatomi saja. Kemungkinan-kemungkinan untuk mempelajari DNA secara
mendalam dan menggunakan DNA rekombinan untuk mempelajari protein-protein yang
berhubungan dengan pertumbuhan kanker menghasilkan banyak ungkapan-ungkapan.
Pendapat sekarang ialah bahwa kanker tidak disebabkan oleh satu penyebab saja,
melainkan oleh interaksi sejumlah faktor eksogen (radiasi, senyawa kimia, virus) dan
endogen (hormon, reseptor, faktor pengatur pertumbuhan, gen). Proses pertumbuhan kanker
mulai bila mekanisme pengaturan pembelahan sel dilumpuhkan oleh salah satu sebab.
Walaupun tidak langsung kegagalan mekanisme pengaturan ini merupakan akibat kelainan pada
DNA.
Tidak bekerjanya mekanisme pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi sel dengan baik
ada sangkut pautnya dengan perubahan pada DNA sel. Dengan teknologi DNA rekombinan telah
dapat dikenali sejumlah gen yang disebut onkogen. Onkogen pertama ditemukan pada virus
dan merupakan gen yang dapat mengubah sel sedemikian rupa sehingga pengaturan pertumbuhan
tidak bekerja. Ini menyebabkan pembelahan sel berjalan terus tanpa batas.

Pada DNA manusia terdapat urutan nukleotida yang sama dengan onkogen virus. Onkogen
pada manusia dalam keadaan biasa tidak mengakibatkan sesuatu. Tetapi bila ada mutasi,
onkogen manusia ini dapat diaktifkan sehingga dapat mengubah sel normal menjadi sel
kanker yang tumbuh tanpa batas. Dengan adanya pelacak DNA yang tepat, pada tumor-tumor
tertentu, onkogen yang aktif sudah dapat dikenali. Di samping itu juga sudah dikenal
enzim-enzim yang menyebabkan sel kanker dapat menyebar. Ini membuka kemungkinan untuk
mendapatkan senyawa-senyawa yang dapat menghambat enzim-enzim itu.

Penyakit keturunan

Dalam kelompok penyakit keturunan, analisis DNA dan gen juga sudah banyak berhasil
mengungkapkan tempat dan bentuk kelainan pada kromosom pengidap penyakit. Dengan
menggunakan pelacak DNA dapat dibuat diagnosis pada sejumlah penyakit keturunan ini,
seperti fenilketonuria, penyakit Duchenne (distrofia otot), herpess impleks dan beberapa
yang lain. Bahkan dapat ditetapkan apakah bayi dalam kandungan akan menjadi pengidap
penyakit keturunan tertentu. Ketepatan diagnosis ini cukup tinggi.
Masalah lain dapat timbul. Apakah seorang ibu, jika diberitahu bahwa bayi yang
dikandungnya mempunyai kelainan genetik, akan menginginkan penghentian kehamilan?
Sedangkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasi penyakit keturunan meningkat pula ?
Terapi gizi, terapi gen dan apa lagi yang akan menyusul ? Keputusan apa yang harus
diambil ?
Memang sering teknologi baru membawa risiko ataupun masalah baru pula. Tidak
terkecuali teknologi biomedik mutakhir, antara lain yang berhubungan dengan penyakit
keturunan ini. Segala macam teknik ini akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan,
hanya bila digunakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Hadirin yang mulia,

Penggunaan metoda canggih untuk diagnosis penyakit yang lebih tepat atau lebih
dini, dapat meningkatkan mutu penanggulangan penyakit dan mengurangkan penderitaan
pasien. Di laboratorium dengan fasilitas yang cukup, pemeriksaan-pemeriksaan canggih ini
bukan merupakan masalah lagi dan sudah banyak dilaksanakan.
Biaya untuk pengembangan termasuk fasilitas yang diperlukan tidak akan ringan.
Tetapi bila kita tidak ingin jurang ketinggalan kita makin besar dan bila kita menganut
pendirian bahwa setiap orang Indonesia yang sakit berhak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang terbaik, juga di negerinya sendiri, maka sepatutnya diberikan perhatian
yang lebih besar lagi pada peningkatan laboratorium dan penelitian dasar. Untuk waktu
yang masih tersisa izinkanlah saya memperkenalkan kegiatan di Bagian Biokimia FKUI.
Mudah-mudahan akan berlaku : lebih dikenal, lebih disayang.

Kegiatan Pelayanan Masyarakat

Dalam melaksanakan dharma pelayanan masyarakat, Bagian Biokimia melakukan


pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium untuk diagnostik atas permintaan sejawat-sejawat di
klinik. Pada umumnya yang dikirimkan ke laboratorium Biokimia adalah cairan tubuh,
terutama darah dan urin, untuk pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak dilakukan oleh
laboratorium klinik atau laboratorium kimia lain atau bilamana sejawat yang mengirimkan
itu menginginkan agar pemeriksaan itu diberikan perhatian yang khusus.
Sampai beberapa tahun yang lalu pemeriksaan dalam bidang endokrinologi cukup banyak
dilakukan, seperti hormon reproduksi dalam urin yang dilakukan secara kimia atau
biologis. Ini sekarang tidak dilakukan lagi karena laboratorium klinik lain sudah
melakukan penentuan hormon-hormon ini di dalam darah dengan cara yang lebih canggih.
Begitu pula penentuan hormon tiroid, insulin dan peptide penghubung, hormon pertumbuhan,
aldosteron dan aktivitas rennin dalam plasma dengan cara radioimmuno assay (RIA) serta
kortisol dengan enzyme immuno assay (EIA) sudah tidak banyak lagi dilakukan juga karena
sudah dilakukan oleh laboratorium lain.
Yang telah belasan tahun tetap dilakukan ialah penentuan 17-ketosteroid dan l7-
hidroksikortikosteroid serta asam vanilmandelat (vMA) dalam urin. Di samping itu untuk
pemeriksaan asam amino dalam darah dan urin serta analisis batu (ginjal dan empedu) masih
tetap secara teratur datang permintaan untuk pemeriksaan.
Laboratorium Biokimia sering menerima bahan untuk diperiksa secara Mendadak dari
sejawat yang menginginkan agar segera dapat diberikan hasilnya. Ini dapat diusahakan
selama yang diminta itu merupakan sesuatu yang secara rutin dikerjakan, tetapi untuk
pemeriksaan yang tidak biasa dilakukan tentu sukar dilaksanakan. sering pereaksi-pereaksi
harus dibuat dulu dan kadang kadang bahan baku harus dibeli khusus. Di samping itu setiap
laboratorium harus dapat sepenuhnya mempertanggungjawabkan hasil yang dikeluarkan,
apalagi bilamana hasilnya diperlukan untuk turut menentukan tindakan yang akan diambil.
Dan ini sering kali tidak mungkin bila metoda yang akan digunakan bukan sesuatu yang
sudah dikuasai.
Karena laboratorium pelayanan di Bagian Biokimia bukan laboratorium Pelayanan umum,
tidak tersedia tenaga khusus.Pemeriksaan/pekerjaan laboratorium dilaksanakan oleh staf
pengajar dibantu oleh analis yang tugas utamanya adalah di laboratorium praktikum
mahasiswa, sekaligus di laboratorium penelitian.

Kegiatan Pendidikan

Kegiatan pendidikan di Bagian Biokimia tidak terbatas hanya pada pendidikan


Mahasiswa Fakultas Kedokteran UI saja. Semenjak tahun 1954 Bagian Biokimia
menyelenggarakan kurikulum mata ajaran Ilmu Biokimia untuk berbagai fakultas di
lingkungan Universitas Indonesia seperti pendidikan Sarjana Non Klinik (sampai 196l),
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi (semenjak tahun 1964), Advanced
Applied Nutrition course-SEAMEO (semenjakta hun 1969) Program Pendidikan
pascasarjana/Fakultas Pasca Sarjana (semenjak tahun 1979) dan Program pendidikan Sarjana
llmu Keperawatan (semenjak tahun 1985). Di samping itu Bagian Biokimia juga memberikan
kesempatan pada mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia untuk melakukan penelitian di laboratorium biokimia. Penelitian ini mereka
perlukan untuk penulisan skripsi, dan selama ada tempat di laboratorium penelitian
biokimia mereka dapat bekerja di bawah bimbingan salah seorang staf akademik Bagian
Biokimia. Selama dua tahun terakhir ini ada sepuluh mahasiswa FMIPA UI yang memilih topik
biokimia untuk skripsinya. Lima diantara mereka mengerjakan isolasi enzim.

Dengan sistem pendidikan di Universitas Indonesia sekarang, setiap kurikulum


tersebut di atas berdiri sendiri, disesuaikan kepada tujuan dan kebutuhan masing-masing
fakultas/course. Inilah yang menyebabkan tugas pendidikan menjadi tugas yang paling berat
dirasakan oleh Staf pengajar di Bagian Biokimia.

Semenjak saya memasuki Bagian Biokimia, mula-mula sebagai asisten dan kamudian
sebagai tenaga pengajar, kurikulum Ilmu biokimia untuk Fakultas Kedokteran sudah beberapa
kali berubah. Yang terakhir ditetapkan ialah pada tahun 1981 pada waktu Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter Indonesia untuk semua fakultas kedokteran di Indonesia dibakukan.
Walaupun keterikatan pada Kurikulum Inti ini tidak 100 %,kebebasan untuk mengisi sendiri
cukup terbatas. Mengingat kemajuan ilmu dalam bidang kedokteran pada umumnya dan ilmu
biokimia khususnya,Kurikulum Inti 1981 sudah sepantasnya ditinjau kembali.

Sebaliknya timbul pertanyaan sejauh mana kurikulum biokimia untuk mahasiswa tingkat
II FKUI harus disesuaikan. Teori yang mendasari radio immunoassay dan enzyme immunoassay
dan metoda-metoda yang digunakan dalam imunologi misalnya tidak ada di Kurikulum Inti
1981. Begitu pula, sejauh mana teori, penemuan-penemuan baru dan metoda-metoda penelitian
dalam bidang asam nukleat dapat diliput. Yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini ialah
sedikit mencuri-curi waktu dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian, baik dalam kuliah
maupun pada praktikum, untuk misalnya sekedar membicarakan kimia asam nukleat dan
sintesis protein serta demonstrasi RIA. Tindakan-tindakan semacam ini pasti menambah
beban mahasiswa. Saya yakin ini tidaklah merupakan pemikiran di Bagian Biokimia saja,
sekurang-kurangnya juga di bagian-bagian Ilmu Kedokteran Dasar lainnya. Pembakuan
kurikulum walaupun hanya inti saja, untuk waktu yang terlalu lama, kurang baik, apalagi
pada masa revolusi ilmu seperti akhir-akhir ini.

Kegiatan penelitian

Penelitian di Bagian Biokimia terutama merupakan penelitian terapan atau biokimia


klinik. Penelitian dasar, walaupun ada peminat-peminatnya, belum banyak dapat dilakukan
karena kekurangan fasilitas dan biaya. Pada tahun 50-an, sewaktu Dr. LN Went menjabat
kepala bagian dengan dr Gandasoebrata( sekarangP rof. R. Gandasoebrata) sebagai satu-
satunya pendamping, penelitian terutama ditujukan pada penetapan nilai normal senyawa-
senyawa dalam darah untuk orang Indonesia. Pada masa itu ada kesangsian tentang nilai
normal yang digunakan untuk senyawa-senyawa dalam cairan tubuh. Yang digunakan waktu itu
ialah nilai-nilai dari buku Barat, dan dilakukan antara lain, penetapan protein plasma
dan fraksi-fraksinya dengan menggunakan metoda Kjeldahl dan elektroforesis. Alat
elektroforesis dirakit sendiri.Di samping protein plasma juga dilakukan kalsium serum
dengan cara titrasi, natrium dan kalium serum dan urin dengan 'flamephotometer"

Sebetulnya tidak dapat dikemukakan nilai normal untuk orang Indonesia, akan tetapi
nilai rujukan untuk laboratorium biokimia, karena bahan yang diperiksa hanya berasal dari
mahasiswa dan orang di lingkungan FKUI untuk orang dewasa dan dari poliklinik Balai
Kesehatan Ibu dan Anak untuk balita. Di samping mendapat nilai rujukan, tujuan lain ialah
pemantapan metoda-metoda yang selanjutnya akan digunakan serta pengembangan metoda-metoda
yang dapat digunakan di daerah atau di lapangan, seperti metoda'falling drop' untuk
penetapan hemoglobin dan kromatografi kertas.

Pada periode 1958-1961, waktu Dr.ME Kraynack menjadi kepala bagian mulai
dikembangkan cara kolorimetri untuk penetapan kolesterol, fosfolipid, Asam lemak, besi,
magnesium, fraksi-fraksi protein plasma dan l7-ketosteroid
dalam urin. Bahan yang diperiksa tidak hanya dari mahasiswa, tetapi juga dari
donor PML Penelitian-penelitian kecil ini dilakukan oleh asisten mahasiswa.
Inilah ciri 'penelitian' di Bagian Biokimia FKUI pada masa itu: memantapkan
metoda dan menentukan nilai rujukan. Sampai sekarang tampiknya laboiatorium penelitian
biokimia masih belum seluruhnya terlepas dari ciri itu, karena memang masih dibutuhkan.

Pada permulaan tahun l97}-an penelitian di Bagian Biokimia terutama di Dalam bidang
endokrinologi. Metoda yang digunakan lebih modern, yaitu radioimmuno Assay (RIA) dan
enzyme immunoassay (EIA). Ini dapat terlaksana berkat kerjasama dengan bagian-bagian
klinik, yaitu Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Penyakit Dalam serta Obstetri dan
Ginekologi.

Perkembangan setelah itu meliputi penelitian bahan tumbuh-tumbuhan seperti asam


jengkol, obat-obat tradisional, bawang putih dan daun bawang dan terakhir ada kegiatan-
kegiatan dalam rangka kerjasama dengan Bagian Ilmu Penyakit Mata mengenai petanda tumor.
Di samping itu dengan bekerja Sama dengan Bagian obstetri dan Ginekologi ada kegiatan
isolasi HCG (Human chorionic Gonadotropin) dari urin, risin ('ricin') dari biji jarak dan
rencana pengembangan diagnostik penyakit talasemia pada bayi dalam kandungan.

Hadirin yang terhormat,

Kebijaksanaan umum pemberian dana untuk penelitian ialah memprioritaskan Penelitian


terapan. Peningkatan pemeliharaan kesehatan secara langsung pasti harus diutamakan.
Penerapan metoda-metoda baru di klinik di Indonesia sekarang, tidak dapat segera
dilakukan secara langsung. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa sebelum suatu metoda
baru dapat diterapkan, mutlak harus ada pemantapan terlebih dahulu. Pemantapan ini dapat
dimulai dengan penelitian di laboratorium-laboratorium ilmu dasar.
Berlainan dengan di jurusan-jurusan klinik, kebanyakan bagian di jurusan ILmu
Kedokteran Dasar Alam dan Ilmu Kedokteran Dasar Umum, tidak mempunyai daya untuk mencari
dana sendiri. Tenaga akademik di bagian-bagian. ini melakukan tugasnya di bidang
pendidikan boleh dikatakan tanpa cela dan di bidang pelayanan masyarakat penuh tanggung
jawab yang mencari kepuasan dalam bidang penelitian sangat tertekan. Alangkah akan
bahagianya mereka bilamana mereka dapat mencurgakan segala tenaganya di dalam
laboratorium.

Izinkanlah saya sekarang mengucapkan beberapa kata kepada mahasiswa. Saudara-


saudara mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat II Fakultas Kedokteran UI, saya sadar bahwa
Mata Ajaran Biokimia dianggap sebagai salah satu yang memberatkan diantara mata ajaran
lainnya di Jurusan Ilmu Kedokteran Dasar umum. Kebanyakan diantara anda menganggapi ilmu
biokimia sukar difahami. Ada yang tidak atau belum melihat relevansinya dalam pendidikan
dokter, sampai saat pembicaraan tentang metabolism dan hormon berakhir. Dan pada
saat itu, ujian akhir sudah di ambang pintu.

Saya akui, sebaiknya mata ajaran biokimia di Fakultas Kedokteran dibagi dalam tiga
tahap. Tahap pertama mempelajari biokimia dasar atau prinsip biokimia, tahap kedua
biokimia kedokteran dan tahap ketiga biokimia klinik. Setiap tahap hendaknya diberikan
pada waktu yang tepat pula, sehingga sewaktu mengikuti pembicaraan yang menguraikan
biokimia dalam keadaan sakit, penyakit itu sudah dikenal, sekurang-kurangnya
patofisiologinya sudah mulai dipelajari pula. Saya dapat menyetujui bila anda beranggapan
bahwa dengan dipaksakannya kurikulum biokimia diselesaikan dalam hanya satu semester,
mata ajaran ini akan menjenuhkan.

Barangkali, bila anda mau meyakini bahwa untuk mempelajari perubahan perubahan
biokimia yang terjadi pada keadaan sakit harus menghayati terlebih dahulu biokimia sel
dalam keadaan fisiologis, perhatian anda untuk mata ajaran ini dapat ditingkatkan
semenjak kuliah pertama, dimana dasar-dasar ilmu ini dibicarakan. Apa yang sudah
diuraikan pada pidato pengukuhan ini mudah mudahan telah menjelaskan bahwa penyebab
penyakit atau gejala-gejalanya disebabkan atau disertai oleh kelainan biokimia di dalam
sel.

Hadirin yang mulia,

Saya mohon diberikan waktu untuk menyatakan rasa terima kasih kepada semua orang di
lingkungan saya yang secara langsung ataupun tidak langsung telah turut dalam membina dan
meringankan beban saya selama ini, walaupun tidak semua dapat saya sebutkan namanya satu
persatu.

Kepada Pemerintah Republik Indonesia, kepada Bapak Presiden dan kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
kepercayaan yang dilimpahkan kepada saya untuk memikul tugas dan kewajiban sebagai Guru
Besar. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Rektor Universitas Indonesia, Profesor DR
Sujudi. Kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Asri Rasad
PhD,MSc, yang sebelum bersama-sama memasuki Fakultas Kedokteran sebagai mahasiswa, sudah
menjadi teman sepermainan, teman belajar dan teman seperjuangan, saya mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya.

Bersama-sama kita mencari ilmu, menghadapi tantangan-tantangan dalam Memimpin dan


membangun Bagian Biokimia. Untuk rasa persaudaraan selama ini saya sungguh berterima
kasih. Terima kasih yang mendalam juga saya sampaikan kepada semua guru saya semenjak di
sekolah dasar sampai sekolah menengah. Saya berhutang budi kepada mereka untuk
mempersiapkan saya memasuki pendidikan tinggi. Tidak lupa saya mengucapkan pula terima
kasih yang mendalam kepada guru-guru saya, DR L.N. Went, Prof. R. Gandasoebrata, Prof. A
Knudson, Prof. Mrs. L Kraus dan Prof. Williams, yang terutama telah membukakan hati sava
untuk mendalami ilmu.

Pada kesempatan ini saya mengenang pula para Guru Besar yang telah membina saya
selama menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran dan kemudian sebagai tenaga pengajar.
Beliau telah saya jadikan teladan selama saya menunaikan tugas di Fakultas Kedokteran
ini. Saya kagumi beliau untuk dedikasi yang telah diteladankan dalam mendidik dan membina
murid-muridnya, untuk mencerdaskannya demi bangsa dan masyarakat. Beliau tidak hanya
membina murid-murid sekedar mempersiapkan mereka agar dapat mempertahankan diri belaka.
Jelas beliau mempunyai tujuan mempersiapkan murid-muridnya supaya kelak akan berguna
dalam meningkatkan martabat bangsanya dan agar meneruskan ilmu yang telah beliau berikan.
Saya sangat menghormati beliau semua.

Kepada dr Oen Liang Hie MSc dan kepada dr E Setiadi saya sangat berterima kasih.
Kesetiaan saudara dalam bersama-sama menghadapi kesukaran kesukaran selama melaksanakan
tugas serta peningkatan mutu pelayanan masyarakat, pendidikan maupun penelitian di Bagian
Biokimia tidak ternilai harganya.

Teman-teman di Bagian Biokimia, staf akademik beserta karyawan, ucapan yang sama
saya ajukan kepada saudara semua. Kerjasama, saling harga menghargai dan saling
pengertian yang telah saudara perlihatkan, terutama akhir-akhir ini sangat
menggembirakan. Untuk itu saya ingin menyatakan terima kasih dan penghargaan yang
sedalam-dalamnya.

Terakhir saya memanjatkan doa dalam mengenang almarhum orang tua saya, yang telah
membina tanpa pernah memaksa, semua anaknya dalam memilih jalan hidup. Terimakasih saya
kepada mereka tidak dapat dinyatakan kecuali dengan memanjatkan doa bagi mereka serta
usaha meneruskan kepada keluarga apa yang telah saya terima dari mereka. Begitu pula
kepada almarhum kedua mertua saya, sudah sepantasnya saya mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Sikap yang tidak pernah menghalang, bahkan justru mendorong telah
sangat membantu saya dalam menunaikan tugas sehari-hari.
Begitu pula kepada saudara-saudara saya beserta keluarganya saya berterima kasih,
terutama atas pemeliharaan suasana keakraban dalam kedamaian diantara keluarga besar
kita. Satu persatu saudara saya telah mendorong, bahkan menantang saya untuk tetap
berusaha dan untuk selalu berbuat baik.

Akhirnya, penghargaan yang susah diutarakan saya tujukan kepada suami dan anak
saya. Barangkali pada saat inilah waktunya untuk menyatakan maaf karena tidak selalu
sanggup menyediakan seluruh diri saya untuk keluarga. Juga berterima kasih atas
pengertian dan kasih saying yang selalu dilimpahkan. Saya mengucapkan syukur ke hadirat
Allah s.w.t. atas hidayat dan karunia yang telah dilimpahkanNya kepada keluarga kami.
Khusus kepada Saraswati yang telah memberikan kebahagiaan dan gairah hidup kepada kami,
orang tuanya, saya berpesan agar selalu berusaha sebaik-baiknya menyelesaikan apapun yang
dihadapi. Ibu dan Bapak selalu berdoa agar cita-citamu dapat tercapai.
Wassalamualaikumw arahmatullahi wabarakatuh.
Kepustakaan

Ellis K.P. and Davie K.E. : An appraisal of the application of recombinant DNA
techniques to chromosome defects. Biochem J. (1985); 226, l-ll.
Glassman A.B.: Current status of applied tumor immunology. Lab Med. (1979); 10,
34-38.
Lewin B. Genes. John Willey & Sons. Second ed. (1985).
Nimmo H.G. and Cohen P.T.W. : Application of recombinant DNA technology to
Studies of metabolic regulation. Biochem J . (1987);2 47, l-13.
Nowell P.C. and Croche C.M. : Chromosal approaches to oncogenes and oncogenesis.
FASEBJ . (1988)2; ,3054.3060.
Timme A.T. and Moses R.E. : Diseases with DNA damage-processing defects. A m J
Med Sci.( 1988)2; 9s,40-48.
WeinsteinI .B. : The origin of human cancer: Molecular mechanisms of carcinogenesis
and their implications for cancer prevention and treatment. Canger Res. (1988);
48,4135-4t43.
Woo S.L.C. : Molecular bases and population of phenylketonuria. Biochemistry. (1989);
28. r-7.15

Anda mungkin juga menyukai