Anda di halaman 1dari 9

Enron dibentuk pada tahun 1985 oleh sebuah perusahaan 

“ Houston Natural
Gas” dengan “InterNorth” (penyalur gas alam melalui pipa), sebuah Perusahaan
lain dalam pemipaan minyak sebagai hasil merger yang diwajibkan oleh
peraturan perundangan Pemerintah federal Amerika.  Pada tahun 1997 Enron
membeli perusahaan pembangkit listrik “Portland General Electric Corp” senilai $
2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah perusahaan
tersebut menjadi “Enron Capital and Trade Resources” yang menjadi
perusahaan Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik.
Pendapatan meningkat drastis dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan
karyawan yang juga tumbuh dari 200 orang menjadi 2.000 orang.
Tidak cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online”
(EOL) pada bulan oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara
online memasarkan produk energi secara elektronik lewat website. Dalam
sekejap, EOL berhasil melaksanakan transaksi senilai $ 335 milyar pada tahun
2000. Pada Januari 2000, Enron mengumumkan sebuah rencana besar yang
amat ambisius untuk membangun jaringan elektronik broadbrand yang
berkecepatan tinggi (high speed broadbrand) dengan kapasitas jaringan
penjualan brandwidth untuk melakukan penjualan gas serta listrik. Enron
membiayai ratusan juta dollar guna melaksanakan program ini, walaupun
keuntungannya belum nampak, namun harga saham Enron di Wall Street
melonjak menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $ 90,56, sehingga Enron
dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai “one of the most
admired and innovative companies in the world” (Perusahaan Amerika yang
Paling Inovatif) selama enam tahun berturut-turut.
Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan
bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan
akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif.
Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya pada 30 November 2001,
dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS Enron mengajukan
permohonan perlindungan Chapter 11. Saat itu, kasus itu merupakan
kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai
kehilangan pekerjaan mereka. Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron,
setelah skandal tersebut, sangat menonjol karena para direkturnya
menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah uang yang sangat
besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan dibubarkannya
perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan
dunia bisnis yang lebih luas.
Kasus Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus
menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar
keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis
berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke
Asia. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus
perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi
terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US
$ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS
padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini
konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden
Amerika Serikat.
Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan
membuat persiapan-persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya.
Enron muncul dari kebangkrutan pada November 2004 setelah salah satu kasus
kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron
menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang dilakukan
secara sengaja. Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan
terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada
November 2001. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan
rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain.
Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan (Eiteman, dkk,
2007).
Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya
yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance
sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on
balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah
hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak
special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca
yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan
konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh
(Eiteman, dkk, 2007).
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut bertanggung jawab
terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;
1. Auditor
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar) adalah kantor
akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan pemeriksaan dan
memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi GAAP
(generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan dibayar oleh
Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal ini
melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen
mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron,
$5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2. Konsultan hukum
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga disewa oleh Enron.
Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini hukum atas
strategi, struktur, dan legalitas umum atas semua yang dilakukan oleh Enron.
Sama dengan Andersen, saat ditanyakan mengapa tidak ikut menghalangi ide
dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini menjelaskan bahwa Enron tidak
memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.
3. Regulator
Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar energi
diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi FERC
tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron
melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu
antar negara.
4.  Pasar ekuitas
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti peraturan dari SEC.
Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan investigasi secara
mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC hanya
mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti auditor
perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron
memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak
hanya melakukan verifikasi firsthand.
5. Pasar hutang
Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan membutuhkan sebuah nilai
rating. Sehingga Enron membayar Standard & Poors serta Moody’s untuk
memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas hutang
perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang menjadi
masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada
data yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas
keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus
memeriksa total hutang perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan
dengan SPEs. Meningkatnya defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan
timbulnya masalah manajemen keuangan yang mendasar pada Enron.
Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal. Tambahan
modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan Jeff
Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena akan
mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan
menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi
menyebabkan rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh
lembaga pemberi rating (Eiteman, dkk, 2007). Andrew Fastow bersama dengan
asistennya membuat SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs
memiliki dua tujuan penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke
rekanan. Enron menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan
akibat utang dan menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat
mendatangkan dana tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru.
Kedua; memperoleh pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh
Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk saham tresuri, (2)
ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari pihak ketiga yang
tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank. Modal ini berada
pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal digunakan untuk
membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs berkaitan
dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron ter-
apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron
ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007). Menurunnya harga saham Enron hingga $47
per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini
menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan
Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses
akuntan yang tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan
kecurangan proses akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak
dihiraukan oleh Ken Lay, sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya
jatuh hingga tersisa $1 per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut
(Velasquez, 2006).Pada Bulan Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh
DPR untuk menjelaskan skandal Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan.
Kemudian Sherron Watkins menjelaskan semua permasalahan tersebut, dan
menyebabkan dirinya dijuluki sebagai courageous whistleblower (Velasquez,
2006).
Runtuhnya Enron
Enron Corporation adalah “pencakar langit” dalam dunia bisnis Amerika, sama
seperti Gedung World Trade Center yang menjulang tinggi di kota New York.
Mirip Tragedi WTC, Enron menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan
diri bangkrut pada 30 November 2001 lalu, kebangkrutan terbesar dalam sejarah
bisnis Amerika sepanjang masa.
Enron dipandang sukses menyulap diri dari sekadar perusahaan pipanisasi gas
alam di Negara Bagian Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam
beberapa tahun terakhir. Dia membeli perusahaan air minum di Inggris dan
membangun pembangkit listrik swasta di India. Konsep bisnisnya yang visioner
dan futuristik membuat dia menjadi anak emas di lantai bursa Wall Street. Harga
sahamnya terus meroket.
Akhir 1999, Enron meluncurkan EnronOnline yang dianggap akan mengubah
wajah bisnis energi masa depan. Memanfaatkan Internet, divisi e-commerce itu
membeli gas, air minum dan tenaga listrik dari produsen dan menjualnya kepada
pelanggan atau distributor besar. Enron bahkan memperluas wilayah,
membangun jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi serta bertekad menjual
bandwidth jaringan itu seperti dia menjual gas dan listrik. Setelah itu mungkin dia
akan jual-beli online untuk kertas daur ulang pabrik miliknya.
Tak lama setelah dia memasuki bisnis jasa video-on-demand dimana menjual
tayangan video kepada pelanggan via sambungan internet kecepatan tinggi,
harga saham Enron mencapai puncaknya, US$ 90 per lembar, pada Agustus
2000. Meski kemudian merosot bersama jatuhnya saham-saham teknologi dan
internet lain, nilai pasar Enron masih berkisar US$ 60 milyar.
Pada Oktober 2001 Enron menjatuhkan bom di Wall Street dengan melaporkan
kerugian ratusan juta dolar pada kwartal itu. Sangat mengejutkan karena Enron
hampir selalu membawa berita gembira ke lantai bursa dengan melaporkan
keuntungan selama empat tahun berturut-turut. Kabar buruk itu membanting
harga saham Enron dari sekitar US$ 30 menjadi US$ 10 per lembar, hanya
dalam hitungan hari.
Securities Exchange Commission (SEC), badan pengawas pasar modal,
membaui ada yang tidak beres dan mulai menggelar penyidikan. Dalam kondisi
terdesak, Enron menjatuhkan bom lebih dahsyat lagi ke lantai bursa ketika pada
8 November 2001 mengakui bahwa keuntungannya selama ini adalah fiksi
belaka. Enron merevisi laporan keuangan lima tahun terakhir dan membukukan
kerugian US$ 586 juta serta tambahan catatan utang sebesar US$ 2,5 miliar.
Namun, pada akhir November 2001, Enron sedikit bisa bernafas lega ketika
Dynegy Inc, pesaingnya yang jauh lebih kecil, berniat membeli sahamnya dalam
sebuah kesepakatan merger. Harapan itu tak berumur lama. Dynegy mundur
setelah Enron makin kehilangan kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh
ke titik terendah-berstatus “junk-bond”. Ketika tak kurang seperempat milyar
lembar sahamnya dipertukarkan di lantai bursa, harga Enron meluncur ke dasar
jurang. Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per
lembar, terjerembab jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Akhirnya pada
tanggal 2 Desember 2001 Enron menyerah dan mengajukan petisi bangkrut.
Kejatuhan Enron ternyata mengundang tanya dan rasa curiga yang besar bagi
kalangan publik. Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutannya,
belakangan Enron dicurigai telah melakukan praktek window dressing.
Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600
juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 milliar. Manipulasi ini
telah berlangsung bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah satu eksekutif
Enron yang tak tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai “berteriak”
melaporkan praktek tidak terpuji itu. Keberanian Watskin inilah yang membuat
semuanya menjadi terbuka.
Sejak akhir tahun 2000, ketika harga saham Enron di posisi puncak, para
eksekutif menjual saham yang mereka miliki dengan total nilai US$ 1,1 milyar.
Selama empat tahun terakhir, Kenneth L. Lay, presiden komisaris sekaligus
direktur Enron diperkirakan meraup untung US$ 205 juta dari penjualan
sahamnya. Dalam kurun yang sama dia membujuk karyawan dan investor untuk
membeli saham Enron, antara lain dengan iming-iming laporan keuangan yang
menjanjikan tapi palsu. Bahkan pada 26 September 2001, ketika harga saham
jatuh menjadi US$ 25 per lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur karyawan
untuk tidak menjualnya, sebaliknya membujuk mereka membeli. Dalam e-mail
yang dikirimkan kepada para karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan
dalam kondisi sehat secara keuangan dan bahwa harga saham Enron “luar biasa
murah” dalam posisi itu. Namun, hanya beberapa pekan kemudian, Enron
melaporkan kerugian yang bermuara pada kebangkrutannya. Para karyawan tak
bisa menjual saham mereka sampai semuanya sudah terlambat, Enron
kehilangan nilai sama sekali.
Proses pengusutan juga membuahkan suatu penemuan yang menarik, yaitu
kisah pemusnahan ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang
berhubungan dengan audit Enron oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen.
Pada tanggal 12 Oktober 2001 Arthur Andersen menerima perintah dari para
pengacara Enron untuk memusnahkan seluruh materi audit, kecuali berkas-
berkas yang paling dasar. Kini, Arthur Andersen menghadapi berbagai tuntutan
di pengadilan. Diperkirakan tak kurang dari $ 32 miliar harus disediakan Arthur
Andersen untuk dibayarkan kepada para pemegang saham Enron yang merasa
dirugikan karena auditnya yang tidak becus. Ratusan mantan karyawan yang
marah juga sudah melayangkan gugatan kepada Andersen. Di luar itu, otoritas
pasar modal dan hukum Amerika Serikat pasti akan memberi sanksi berat jika
tuduhan malapraktek itu terbukti. Belakangan, salah satu mantan petinggi Enron,
Cliff Baxter tewas bunuh diri karena tak tahan menghadapi tekanan bertubi-tubi.
Selain penghancuran dokumen, terungkap pula adanya kemitraan Enron dengan
perusahaan “kosong”, seperti Chewco dan JEDI. Perusahaan dengan nama
yang terkesan main-main (Chewco dan JEDI adalah karakter dalam Star Wars)
ini membuat para eksekutif Enron yang mengemudikannya kaya raya, dan Enron
membuat pembukuan off balance sheet atas kerugian ratusan juta dolar
sehingga tersembunyi dari mata investor dan pihak lain.
Komplikasi skandal ini bertambah, karena belakangan diketahui banyak sekali
pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah
menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini. Tujuh puluh persen senator,
baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat, pernah menerima dana
politik. Menurut Center for Responsive Politics, Lay dan istrinya, Linda,
menyumbang 86.470 dollar AS ke Partai Republik. Perusahaan Enron dan
karyawannya menyumbang 3 juta dollar AS kepada Partai Republik periode
1998-2002 dan 1,1 juta dollar AS untuk Demokrat. Dalam Komite yang
membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima
sumbangan dari perusahaan itu. Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting
pemerintahan George W. Bush merupakan pemegang saham Enron yang telah
lama merupakan perusahaan publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang
dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang
peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush. Lembaga bernama
The Center for Public Integrity menyatakan Lay telah menyumbang 139.500
dollar AS untuk kampanye politik George W Bush selama bertahun-tahun.
Sumbangan Lay itu adalah bagian dari 602.000 dollar AS sumbangan karyawan
Enron atas berbagai kampanye politik Bush. Selain itu, Lay dan istrinya
menyumbang 100.000 dollar AS ketika Bush dilantik sebagai Presiden AS pada
tahun 2001.
Penulis dan aktivis demokrasi di AS, Greg Palast, mengungkapkan bahwa
George Bush pernah menempatkan Pat Wood (orang kepercayaan Lay) sebagai
pihak yang ditugasi meneliti kecurangan Enron. Hasilnya, Pat Wood tidak
melakukan apa pun. Palast menambahkan, Enron pernah menggunakan sekitar
500.000 dollar AS dana pensiunan milik Negara Bagian Florida. Dana-dana itu
sudah lenyap dari catatan pembukuan Enron. Semua itu bisa terjadi karena Jeb
Bush (adik George Bush) adalah Gubernur Negara Bagian Florida. Akibat
pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi
telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama
ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu.

Dampak Keruntuhan Enron


Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak bagi dunia
bisnis internasional. Akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001 sedikitnya
4.000 karyawan kehilangan pekerjaan. Kolapsnya Enron juga mengguncang
neraca keuangan para kreditornya yang telah mengucurkan milyaran dolar (JP
Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya). Para karyawan
Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena simpanan hari tua mereka
yang musnah. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan 20.000 karyawan
Enron terikat dalam saham yang kini tanpa nilai.
Banyak lembaga keuangan internasional juga ikut menderita kerugian akibat
bangkrutnya Enron, sehingga membuat mereka semakin berhati-hati dalam
membidik peluang investasi. Perusahaan-perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan di pasar modal diharuskan memenuhi persyaratan pembeberan
(disclosure) yang luar biasa ketat.
Kasus Enron juga melatarbelakangi munculnya Sarbanes Oxley. Sarbanes Oxley
adalah nama lain dari undang-undang reformasi perlindungan investor (The
Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) yang
ditandatangani George Bush bulan Juli tahun 2002 lalu. Banyak yang
menyebutkan bahwa undang-undang ini adalah reaksi keras regulator AS
terhadap kasus Enron pada akhir tahun 2001. Inti utama dari undang-undang ini
adalah upaya untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan
perusahaan publik (good corporate governance). Undang-undang ini
berpengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan publik, akuntan publik
(auditor), dan pengacara yang berparaktek di pasar modal. Mengingat sifatnya
yang sangat ketat dan berdampak luas, undang-undang ini terbilang
kontroversial dan menjadi polemik hingga sekarang.
Arthur Andersen LLP (member di Amerika Serikat) yang dianggap ikut bersalah
dalam kebangkrutan Enron juga terkena imbasnya. Member Arthur Andersen di
beberapa negara seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat kesepakatan
merger dengan KPMG, Australia dan Selandia Baru dengan Ernst & Young, dan
Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu. Di Amerika sendiri, aktivitas seluruh
member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya, menurut Asian Wall Street
Journal klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor. Antara lain Delotte
and Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper (20
persen), dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke auditor-auditor
kecil lainnya atau mengaku belum tahu berpindah kemana sebanyak 40 persen.
Masih banyak lagi hal-hal yang dipengaruhi oleh keruntuhan Enron, seperti
munculnya trauma dalam bursa saham terhadap efek domino skandal Enron. Hal
ini membuat para investor mengurangi aktivitasnya di bursa saham sehingga
gairah bursa dunia menjadi lesu.

Kesimpulan

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar.
Yang menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron
adalah Editor, Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar)
yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam
memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak
eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari
dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan
tidak melakukan manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan
Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika
profesinya sebagai seorang akuntan. Arthur Andersen telah melakukan
“kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan enron. Hal ini jelas Arthur
Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya sebagai
seorang akuntan.

Anda mungkin juga menyukai