Anda di halaman 1dari 21

PERMINTAAN AGREGAT DAN KESEIMBANGAN OUTPUT

Permintaan agregat (aggregate demand) ialah jumlah total barang yang diminta dalam
perekonomian. Dengan membedakan antara barang yang diminta untuk konsumsi (C), untuk investasi
(I), oleh pemerintah (G), dan ekspor netto (NX), permintaan agregat ditentukan oleh

AD C+I+G+ NX (1)

Output berada pada tingkat keseimbangan (equilibrium level) ketika jumlah output yang
aihasilkan sama dengan output yang diminta. Sehingga perekonomian berada pada ekuilibrium output
apabila

Y = AD = C+1 +G+ NX (2)

Ketika permintaan agregat-jumlah yang ingin dibeli oleh masyarakat-tidak sama dengan output,
maka terjadi investasi inventori yang tidak direncanakan (unplanned inventory hvestment) atau
disinvestasi. Kita ringkas hal ini sebagai

IU = Y- AD (3)

dimana IU ialah tambahan yang tak direncanakan pada inventori. Jika output lebih ber dari permintaan
agregat, terdapat investasi inventori yang tidak direncanakan, IU > 0. Sebaeai ckses akumulasi inventori,
perusahaan menurunkan produksi hingga output dan permintaan agregat mencapai ekuilibrium.
Sebaliknya, bila output berada di bawah permintaan agreear inventori diturunkan hingga hingga
ekuilibrium tercapai.

FUNGSI KONSUMSI DAN PERMINTAAN AGREGAT

Dengan konsep ekuilibrium output yang telah didefinisikan, kita sckarang berfokus pada
determinan permintaan agregat, dan khususnya permintaan konsumsi. Kita berfokus pada konsumsi
karena sektor konsumsi amat besar dan mudah untuk melihat hubungan antara konsumsi dan
pendapatan. Untuk penyederhanaan. kita menghilangkan sektor pemerintah dan perdagangan luar
negeri, yaitu menetapkan G dan NX sama dengan nol.

Dalam prakteknya, permintaan barang konsumsi tidak konstan, melainkan naik bersamaan
dengan pendapatan: Keluarga dengan pendapatan lebih tinggi akan mengkonsumsi lebih banyak dari
keluarga dengan pendapatan rendah. dan negara dengan pendapatan tinggi umumnya memiliki tingkat
total konsumsi yang tinggi pula. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan digambarkan dengan
fungsi konsumsi (consumption function).

FUNGSI KONSUMSI

Kita asumsikan permintaan konsumsi naik bersamaan dengan tingkat pendapatan:

C >0 0<c<1
Fungsi konsumsi ini ditunjukkan oleh garis hijau dalam Gambar 9-1. Variabel C , intercept.
merupakan tingkat konsumsi ketika pendapatan nol. Setiap dollar kenaikan pendapatan. konsumsi akan
naik sebesar $c. Misalkan bila c sebesar 0,9 maka setiap kenaikan pendapatan sebesar $1, konsumsi naik
sebesar 90 sen. Slope dari fungsi konsumsi ialah c. Sepanjang fungsi konsumsi, tingkat konsumsi naik
bersamaan dengan pendapatan. Kotak 9-1 menunjukkan bahwa hubungan ini terbukti dalam
prakteknya. Kocfisien e cukup beralasan bila diberi nama kecenderungan marjinal untuk berkonsumsi
(marginal propensity to consume MPC). Marginal propensity konsumsi dari setiap unit kenaikan
pendapatan. Dalam contoh kita, marginal propensity consume kurang dari 1, yang berimplikasi bahwa
dari sejumlah kenaikan pendapatan, hanya sebagian saja, c, yang digunakan untuk konsumsi.

KÖNSUMSI DAN TABUNGAN

Apa yang terjadi pada sisa pendapatan, bagian (1 - c), yang tidak digunakan untuk konsumsi? Jika tidak
dikonsumsi pasti ditabung. Pendapatan itu dikonsumsi atau ditabung; tidak terdapart penggunaan lain.
Hal itu mengkuti sejumlah teori yang menyatakan bahwa menjelaskan konsumsi sama dengan
menjelaskan perilaku menabung.

Lebih formal, lihat persamaan (5), yang menyatakan bahwa pendapatan yang tidak dikonsumsi
akan ditabung:

S=Y–C (5)

Persamaan (5) menyatakan bahwa, berdasarkan definisi, tabungan adalah pendapatan dikurangi
Istunsuoy Fungsi konsumsi dalam persamaan (4), bersama-sama dengan persamaan (5), yang kita sebut
budget constraint (kendala anggaran), berimplikasi fungsi tabungan.

Fungsi tabungan berhubungan dengan tingkat tabungan terhadap tingkat pendapatan. Dengan
mensubstituusi fungsi konsumsi persamaan (4) kc dalam budget constraint di persamaan (5)
menghasilkan fungsi tabungan:

S = Y - C = Y – C -cY =−C +(1– c)Y (6)

Dari persamaan (6) kita lihat bahwa tabungan merupakan fungsi yang meningkat dari tingkat
pendapatan karena marginal propensity to save, s = 1 – e, adalah positif.
Hubungan Konsumsi-Pendapatan

Fungsi konsumsi persamaan (4), C = C + cY, memberikan deskripsi awal yang bo mengenai hubungan
konsumsi-pendapatan. Data konsumsi per kapita dan pendapatan perso disposable untuk Amerika
Serikat sejak tahun 1960 diplot pada Gambar 1, Mengingat kembal dari Bab 2 pendapatan personal
disposable adalah jumiah pendapatan personal yang dape dibelanjakan atau ditabung setelah
membayar pajak dan menerima transfer.

Gambar di bawah ini mengungkapkan hubungan yang amat dekat antara konsumsi deno0
disposable income. Hubungan aktual-nya adalah

C= -1308 + 0,98 YD

dimana C dan YD masing-masing diukur dalam dollar tahun 2000 per orang. Meskipun hubungan antara
konsumsi dan disposable income dekat, tidak semua titik dalam Gambar 1 tepat menyentuh garis. Ini
artinya ada sesuatu di luar disposable income yang mempengaruhi konsumsi pada tahun-tahun
tertentu. Kita akan membahas faktor-faktor lain yang menentukon konsumsi pada Bab 13. Sementara
itu, hasil pengukuran meyakinkan kita bahwa persamaan (4) merupakan deskripsi yang cukup akurat
tentang hubungan konsumsi-pendapatan yang sesungguhnya.

Dengan kata lain, tabungan naik bersamaan dengan naiknya pendapatan. Misalkan, anggap
marginal propensity to consume, c, adalah 0,9 yang berarti bahwa 90 sen dari kenaikan 1 dollar
pendapatan dikonsumsi. Kemudian marginal propensity to save, s, sebesar 0,1 yang berarti bahwa sisa
10 sen dari setiap tambahan 1 dollar akan ditabung.

KONSUMSI, PERMINTAAN AGREGAT, DAN PENGELUARAN OTONOM


Kita telah membahas salah satu komponen permineaan agregat, yaitu permintaan konsumsi, dan
hubungannya terhadap pendapatan. Sekarang kita tambahkan investasi, belanja pemerintah dan pajak,
serta perdagangan luar negeri ke dalam model kita, namun kita berasumsi sementara setiap komponen
bersifat otonom (autonomous), yaitu, ditentukan di luar model dan secara spefisik diasumsikan
independen terhadap pendapatan. Pada bab-bab berikutnya akan dibahas investasi, sektor pemerintah,
dan perdagangan luar negeri lebih detil. Disini kita hanya mengasumsikan bahwa investasi adalah 7,
belanja pemerintah ialah G . pajak adalah TA trasfer ituTR , dan ekspor netto adalah NX . Sekarang
konsumsi tergantung pada disposable income,

YD =Y-TA + TR (7)

C=C +cYD=C +c(Y+TR-TA) (8)

Permintaan agregat adalah jumlah dari fungsi konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan
ekspor netto:

AD = C+1+G+X

=C +c(Y-TA +TR )+ I +G + NX

=[C -c(TA -TR )+ I +G + NX +cY (9)

= A+cY

Fungsi permintaan agregat, persamaan (9), ditunjukkan pada Gambar 9-2. Bagian dari
permintaan agregat, A=C +c(Y-TA +TR )+ I +G + NX , adalah independen terhadap tingkat pendapatan,
atau otonom. Namun permintaan agregat juga tergantung pada tingkat pendapatan. la naik bersamaan
dengan tingkat pendapatan karena permintaan konsumsi naik bersamaan dengan pendapatan. Kurva
permintaan agregat didapat dengan menambahkan (secara vertikal) permintaan konsumsi, investasi,
belanja pemerintah, dan ekspor netto pada setiap tingkat pendapatan. Pada tingkat pendapatan Y 0,
pada Gambar 9-2, tingkat permintaan agregat adalah AD 0,

EKUILIBRIUM PENDAPATAN DAN OUTPUT

Langkah selanjutnya ialah menggunakan fungsi permintaan agregat, AD, dari Gambar 9-2 dan
persamaan (9) untuk menentukan tingkat ekuilibrium output dan pendapatan.

Lihat kembali poin dasar bab ini: Tingkat ekuilibrium pendapatan ialah permintaan agregat sama
dengan ourput (yang juga sama dengan pendapatan). Garis 45°, AD = Y, dalam Gambar 9-2 menunjukkan
titik-titik dimana output sama dengan permintaan agregat. Hanya pada titik E pada Gambar 9-2, dan
pada tingkat ekuilibrium yang menghubungkan pendapatan dan output (Y 0), permintaan agregat persis
sama dengan output. Pada tingkat output dan pendapatan itu, pengeluaran yang terencana persis sama
dengan produksinya.
Tanda panah pada Gambar 9-2 mengindikasikan bagaimana perekonomian mencapai
ekuilibrium. Pada setiap tingkat pendapatan di bawah Y 0 perusahaan melihat bahwa, permintaan
melebihi output dan persediaan menurun, dan oleh karenanya mereka meningkatkan produksi.
Sebaliknya, untuk setiap tingkat output di atas Y0 perusahaan melihat persediaan menumpuk dan oleh
karenanya mereka harus memotong produksi. Seperti yang ditunjukkan tanda panah, proses ini
mengarah pada tingkat Y0, dimana produksi saat ini tepat sama dengan pengeluaran agregat yang
direncanakan dan perubahan inventori yang tidak direncanakan (IU) sama dengan nol.

RUMUS UNTUK EKUILIBRIUM OUTPUT

Penentuan ekuilibrium output pada Gambar 9-2 dapat pula dilakukan secara aljabar dengan
menggunakan persamaan (9) dan kondisi ekuilibrium pasar barang dimana output sama dengan
permintaan agregat:

Y = AD (10)

Tingkat permintaan agregat, AD, dispesifikasi dalam persamaan (9). Mensubstitusi A di


persamaan (10), kita dapatkan kondisi ekuilibrium:

Y = A+Cy (11)

Karena kita memiliki Y di kedua sisi kondisi ekuilibrium dalam persamaan (9), kita dapat satukan
dan mendapat tingkat ekuilibrium untuk pendapatan dan output, yang dilambangkan dengan Y 0

1
Yo¿ C (12)
1−c
Gambar 9-2 menjelaskan persamaan (11). Posisi kurva permintaan agregat dicirikan oleh slope-
nya, e, (marginal propensity to consume), dan intercept, A (pengeluaran oronom). Dengan intercept itu,
semakin curam fungsi permintaan agregat-yang diakibatkan oleh semakin tingginya marginal propensity
to consume-berimplikasi semakin tingginya tingkat ekuilibrium pendapatan. Sama halnya, dengan
marginal propensity to consume itu, semakin tinggi tingkat pengeluaran otonom-berdasarkan Gambar 9-
2, intercept yang semakin besar-berimplikasi tingkat ekuilibrium pendapatan yang lebih tinggi. Hasil ini,
menurur Gambar 9-2, dengan mudah diverifikasi melalui persamaan (12), rumus tingkat ekuilibrium
pendapatan.

Maka, semakin tinggi tingkat ekuilibrium output, semakin besar marginal propensity to
consume, e, dan semakin tinggi tingkat pengeluaran otonom, A.

Persamaan (12) menunjukkan tingkat output sebagai fungsi dari marginal propensity to
consume dan pengeluaran otonom. Seringkali kami tertarik untuk mengetahui bagaimana perubahan
dalam beberapa komponen pengeluaran otonom akan mengubah output. Dimulai dari persamaan (12),
kita dapat hubungkan perubahan output dengan perubahan pengeluaran otonom melalui

1
∆Y = ∆A (13)
1−c
Misalkan, jika marginal propensity to consume sebesar 0,9, maka 1/(1 - ) = 10, sehingga
kenaikan S1 milyar pengeluaran pemerintah menaikkan output sebesar $10 milyar, karena penerima
dari kenaikan pengeluaran pemerintah menaikkan pengeluaran mereka sendiri, dan penerima
pengeluaran tersebut menaikkan pengeluarannya, dan seterusnya. [Kita mempelajari latar belakang
persamaan (13) lebih dalam pada Bagian 9-3.] Perhatikan bahwa kita dapat menghitung perubahan
output tanpa menentukan tingkat output baik sebelum (13) ataupun sesudah perubahan.

TABUNGAN DAN INVESTASI

Terdapat formulasi alternatif yang bermanfaat dari kondisi ekuilibrium dimana permintaan
agregat sama dengan output. Dalam ekuilibrium, investasi yang direncanakan sama dengan jumlah
tabungan. Kondisi ini hanya berlaku pada perekonomian yang tidak memiliki pemerintahan dan
perdagangan luar negeri.

Untuk memahami hubungan ini, lihat kembali Gambar 9-2. Tanpa adanya pemerintah dan
perdagangan luar negeri, jarak vertikal antara permintaan agregat dengan kurva konsumsi dalam
gambar tersebut sama dengan pengeluaran investasi yang direncanakan, ī. Perharikan juga bahwa jarak
vertikal antara kurva konsumsi dan garis 45° merupakan tingkat tabungan (S = Y- C) pada setiap tingkat
pendapatan.

Tingkat ekuilibrium pendapatan terjadi ketika AD memotong garis 45°, yaitu pada titik E. Pada
saat itu, dan hanya pada saat itu. kedua jarak vertikal sama. Schingga, pada saat tingkat ekuilibrium
pendapatan, trabungan sama dengan investasi (yang direncanakan).

Sebaliknya, di atas tingkat ekuilibrium pendapatan, Y, tabungan (jarak garis 45 dengan kurva konsumsi)
melebihi investasi yang direncanakan, sementara di bawah y investasi yang direncanakan melebihi
tabungan.

Kesamaan antara tabungan dan investasi dapat dilihat secara langsung dari perhitungan
pendaptan nasional. Karena pendapatan dapat dibelanjakan atau ditabung, maka Y = C. S Tanpa adanya
sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri, permintaan agregat sama dengan konsumsi ditambah
investasi, Y = C + I. Jika digabungkan, kita dapatkan C+S. C+ I, atau S - I.
Apabila kita masukkan sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri ke dalam analisa, maka
kita mendapatkan gambaran yang lebih lengkap yang menghubungkan investasi dengan tabungan dan
juga ekspor netto. Sekarang pendapatan dapat dibelanjakan, ditabung, atau dibayar ke dalam pajak,
sehingga Y = C + S+ TA - TR dan permintaan agregat lengkap adalah Y = C+1 + G + NX. Oleh karenanya,

C+1+ G+ NX - C+S+ TA - TR

I = S+ (TA – TR - G) - NX (14)

Yaitu, investasi sama dengan tabungan swasta (S) ditambah surplus anggaran pemerintah (TA - TR - G)
dikurangi ekspor netto (NX) atau ditambah impor netto, jika anda suka. Alih-alih menggunakan aljabar,
beberapa orang lebih suka menyebut persamaan (14) sebagai "perekonomian jagung": Investasi adalah
sisa jagung yang akan ditanam pada musim tanam tahun depan. Sumber investasi jagung ialah jagung
yang disimpan oleh individu, selebihnya adalah sisa pajak dari belanja pemerintah, dan jagung netto
yang diimpor dari luar negeri.

PENGGANDA

Pada bagian ini kita mencoba menjawab pertanyaan berikut: Seberapa banyak peningkatan
pengeluaran otonom dapat meningkatkan tingkat ekuilibrium pendapatan? Jawabannya sepertinya
sederhana. Karena saat ekuilibrium pendapatan maka kenaikan S1 permintaan atau pengeluaran
(otonom) akan menaikkan pendapatan ckuilibrium sebesar $1. Jawaban ini salah. Mari kita bahas
mengapa demikian.

Pertama-tama anggap bahwa output naik sebesar $1 untuk mengimbangi kenaikan tingkat
pengeluaran otonom. Kenaikan output dan pendapatan pada gilirannya akan menaikkan pengeluar
ikutan/lanjutan (induced spending) sebagaimana konsumsi naik karena tingkat pendapatan a naik.
Seberapa banyak kenaikan pendapatan awal $1 akan digunakan sebagai pengeluaran? Dari tambahan
dollar pendapatan, sebagiannya (e) dibelanjakan. Kemudian asumsikan bahwa produ meningkat untuk
mengimbangi pengeluaran terpengaruh ini, yaitu output tersebut dan kena pendapatan sebesar. Hal itu
tetap menyebabkan kelebihan permintaan, karena ekspansi produs dan pendapatan sebesar 1 +e akan
menaikkan pengeluaran ikutan lebih tinggi. Paparan ini je memakan waktu yang panjang. Apakah proses
ini akan berakhir?

Pada Tabel 9-1 kami memaparkan langkah-langkah berantai itu lebih seksama. Tihap perta
dimulai dengan kenaikan pengeluaran otonom, ∆ A. Kemudian terdapat ekspansi produksi untuk
tepat menutupi kelebihan permintaan. Produksi berekspansi sebesar ∆ A . Kenaikan produksi ini
menyebabkan kenaikan yang sama pada pendapatan dan, oleh karenanya, melalui marginal propensity
to consume, e, menyebabkan kenaikan pengeluaran ikutan tahap kedua sebesar c ∆ A . Asumsikan lagi
bahwa produksi berekspansi untuk menanggapi kenaikan pengeluaran. Penyesuaian produksi ialah
sebesar c∆ A , dan begitu pula peningkatan pendapatan. Ini menyebabkan kenaikan pengeluaran ikutan
sebesar marginal propensity to consume, c, dikali kenaikan pendapatan, C(c ∆ A ) = c2∆ A . Karena
marginal propensity to consume, c, kurang dari 1, atau c 2 kurang dari c, maka pengeluran ikutan pada
tahap ketiga lebih kecil dari tahap kedua.

Bila kita tulis kembali tahap kenaikan pengeluaran berturut-turut, dimulai dengan kenaikan awal
dalam permintaan otonom, kita dapatkan

∆ A D = ∆ A + c∆ A +c2∆ A + c2∆ A +..

=∆ A (1+c+c2 +c3 +...) (15)

Untuk nilai c < 1, deret berturut-turut menjadi lebih kecil secara progresif. Kenyataannya, kita
menghadapi deret geometris, sehingga persamaan dapat disederhanakan menjadi

1
∆ AD = ∆ A =∆ Y 0 (16)
1−c
Dari persamaan (16) kita melihat bahwa perubahan pengeluaran agregat kumulatif sama
dengan kenaikan berkali-kali pengeluaran otonom-seperti yang kita tarik dari persamaan (12). Pengali
1/(1 - c) disebut pengganda (multiplier) Pengganda ialah besarnya perubahan ekuilibrium output ketika
permintaan agregat otonom naik sebesar 1 unit.

Konsep pengganda cukup penting untuk dicatat. Definisi umum pengganda ialah ∆ Y /∆ A /.
perubahan pada ekuilibrium output ketika permintaan otonom naik sebetse unit. Dalam kasus spesifik
ini, yang menghilangkan sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri, kita mendefinisikan
pengganda sebagai a, dimana

1
A= (17)
1−c
Pengganda dalam persamaan (17) menunjukkan bahwa semakin besar marginal propensin to
consume, semakin besar pengganda. Jika marginal propensity to consume sebesar 0,6, maka
penggandanya sebesar 2,5; jika marginal propensity to consume sebesar 0,8, penggandanya menjadi 5.
Ini dikarenakan marginal propensity to consume yang tinggi berimplikasi pada semakin besar bagian
kenaikan pendapatan yang akan dikonsumsi, dan kemudian menaikkan permintaan agregat, sehingga
menyebabkan kenaikan tambahan pada permintaan.

Mengapa kita berfokus pada pengganda? Alasannya, kita sedang berusaha menjelaskan fluktuasi
output. Iengganda menandakan bahwa output berubah ketika pengeluaran otonom (termasuk investasi)
berubah dan perubahan output dapat lebih besar daripada perubahan pengeluaran otonom. Pengganda
ialah cara formal untuk menggambarkan pendapat umum: Apabila perckonomian karena beberapa
alasan -misalkan, kepercayaan yang jatuh schingga menurunkan pengeluaran investasi- mengalami
gejolak yang mengurangi pendapatan, masyarakat yang pendapatannya turun akan membelanjakannya
lebih sedikit, sehingga menyebabkan ekuilibrium pendaparan turun jauh. Pengganda merupakan bagian
yang potensial dari penjelasan mengapa output berfluktuasi.

PENGGANDA DALAM GAMBAR

Gambar 9-3 menyajikan interpretasi grafis mengenai efek kenaikan pengeluaran otonom pada tingkat
pendapatan ekuilibrium. Ekuilibrium awal pada titik E, dengan tingkat pendapatan Y 0,, Sekarang
pengeluaran otonom naik dari A ke A , Ini direpresentasikan olch pergeseran kurva permintaan agregat
secara paralel ke atas menuju AD'. Pergeseran ke aas berarti sekarang, pada setiap tingkat pendapatan,
permintaan agregat lebih tinggi sebesar ∆ A = A '- A .

Permintaan agregat sekarang melebihi tingkat output awal, Y 0. Konsekuensinya, inventon mulai
turun. Perusahaan akan merespon kenaikan permintaan dan mengurangi invento dengan meningkatkan
produksi, katakanlah, ke tingkat pendapatan Y. Ekspansi produ ini meningkatkan pengeluaran ikutan,
meningkatkan permintaan agregat ke tingkat A G ut saat yang sama, ckspansi mengurangi kesenjangan
antara permintaan agregat dan ou hingga ke jarak vertikal FG. Kesenjangan antara permintaan dan
output berkurang karena marginal propensity to consume kurang dari 1.
Sehingga, dengan marginal propensity to consume kurang dari satu, ekspansi yang
cukup pada output akan mengembalikan keseimbangan antara permintaan agregat dengan
output. Dalam Gambar 9-3 ekuilibrium diindikasikan oleh titik E', dan tingkat pendapatan yang
berhubungan dengannya adalah Y, Schingga perubahan pendapatan yang diperlukan sebesar ∎
Y’0, = Y’0 – Y0.

Besarnya perubahan pendapatan yang dibutuhkan untuk menempatkan kembali


ekuilibrium tergantung pada dua faktor Semakin besar kenaikan pengeluaran otonom, seperti
yang ditunjukkan Gambar 9-3 dengan pergeseran paralel pada kurva permintaan agregat, maka
semakin besar pendapatan berubah. Lebih lanjut, semakin besar marginal propensity to
consume-atau kurva permintaan agregat yang lebih curam-maka semakin besar pendapatan
berubah.

PENGULANGAN

Terdapat tiga poin yang perlu diingat dari pembahasan tentang pengganda ( multiplier):

• Kenaikan pengeluaran otonom menaikan tingkat ekuilibrium pendapatan.

• Kenaikan pendapatan merupakan kenaikan yang berlipat-lipat dari kenaikan pengeluaran


otonom,

• Semakin besar marginal propensity to consume, semakin besar pengganda yang terjadi dari
hubungan antara konsumsi dan pendapatan.
SEKTOR PEMERINTAH

Ketika terjadi resesi, masyarakat menduga dan mengharapkan pemerintah melakukan sesuatu. Apa
yang dapat pemerintah lakukan? Pemerintah secara langsung mempengaruhi tingkat ekuilibrium
pendapatan dalam dua cara yang berbeda. Pertama, belanja pemerintah untuk barang dan jasa, G,
merupakan komponen dari permintaan agregat. Kedua, pajak dan transfer mempengaruhi hubungan
antara output dan pendapatan, Y, dengan pendapatan disposabel - pendapatan yang tersedia untuk
dikonsumsi atau ditabung-yang ada pada rumah tangga, YD. Pada bagian ini, kita mengamati cara
belanja, pajak, dan transfer pemerintah mempengaruhi tingkat ekuilibrium pendapatan.

Pendapatan disposabel (YD) adalah pendapatan netto yang dapat dibelanjakan rumah tangga
setelah mendapat transfer dan membayar pajak pemerintah. Berarti itu adalah pendapatan ditambah
transfer dikurangi pajak. Y+ TR - TA. Fungsi konsumsinya seperti yang ditampilkan dalam persamaan (8).

Langkah terakhir ialah spesifikasi kebijakan fiskal (fiscal policy). Kebijakan fiskal ialah kebijakan
pemerintah yang berkenaan dengan tingkat belanja pemerintah, transfer, dan struktur pajak. Kita
asumsikan bahwa pemerintah melakukan belanja dalam jumlah yang konstan, G : melakukan transfer
dalam jumlah yang konstan, TR : dan menerapkan pajak pendapatan proporsional (proportional income
tax), mengumpulkan fraksi dari pendapatan, t, dalam bentuk pajak:

G=C TR = TR TA =tY (18)

Karena pengumpulan pajak, dan kemudian YD, C, dan AD tergantung pada tarif pajak t.
pengganda tergantung pada tarif pajak sebagaimana akan kita lihat di bawah.

Dengan spesifikasi kebijakan fiskal ini, kita dapat menulis ulang fungsi konsumsi, setelah
mensubstitusi TR dan TA pada persamaan (8) dengan persamaan (18). menjadi

C=C +c(Y+TR - tY)

=C +cTR + c(1-t)Y (19)

Perhatikan dalam persamaan (19) bahwa masuknya transfer menaikkan pengeluaran konsumsi otonom
olch marginal propensity to consume dari pendapatan disposabel, c , di jumlah transfer. Pajak
pendapatan, sebaliknya, menurunkan pengeluaran konsumsi pada setiap tingkat pendapatan.
Penurunan itu terjadi akibat konsumsi rumah tangga berhubunga dengan pendapatan disposabel alih-
alih dengan pendapatan itu sendiri, dan pajak pendapatan (19) mengurangi pendapatan disposabel
relatif terhadap tingkat pendapatan.

Bila marginal propensity to consume dari pendapatan disposable tetap c, maka sekaran marginal
propensity to consume dari pendapatan c(1 – t), adalah 0,6 [=0,8 x (1 - 0,25)].

Dengan menggabungkan identitas permintaan agregat dengan persamaan (18) dan (19), kita
dapatkan

AD = C+I+G+ NX

=[C +cTR +c(l-t)Y]+ I +G +NX

= (C +cTR + I +G + NX )+c(1-t)Y (20)


= A +c(1-t)Y

Dimana A = C+cTR+I+ G + NX

Slope AD menjadi lebih datar dikarenakan sekarang rumah tangga harus membayar sebagian
dari setiap pendapatan ke dalam bentuk pajak dan hanya tersisa sebesar 1- t dari pendapatan tersebut.
Sehingga, seperti yang ditunjukkan persamaan (20), marginal propensity dari pendapatan menjadi c(1- t)
alih-alih c.

EKUILIBRIUM PENDAPATAN

Sekarang kita mempelajari determinan pendapatan ketika sektor pemerintah dimasukkan. Kita kembali
kepada kondisi ekuilibrium pasar barang, Y = AD, dan menggunakan persamaan (20), menulis kondisi
ekuilibrium sebagai

Y = A +c(1-t)Y

Kita dapat memecahkan persamaan ini untuk Y, tingkat pendapatan ekuilibrium, dengan menyatukan
semuanya ke dalam Y:

Y[1-c(1-1)]= A

1
Y0 = (C +cTR + I +G ) (21)
1−c ¿ ¿
A
Y0 =-
1−c ¿ ¿
Dengan membandingkan persamaan (21) dan persamaan (12), kita melihat bahwa sektor
pemerintah membuat perbedaan yang substansial. la menaikkan pengeluaran otonom melalui belanja
pemerintah, G , dan pengeluaran yang terjadi akibat transfer netto, c TR ; sebagai tambahan, adanya
pajak pendapatan menurunkan pengganda.

PAJAK PENDAPATAN DAN PENGGANDA

Pajak penghasilan membuat pengganda lebih kecil, seperti yang terlihat pada persamaan (21). bila
marginal propensity to consume sebesar 0,8 dan pajak nol, maka penggandanya sebesar 5: dengan
marginal propensity to consume yang sama tapi pajak sebesar 0,25, maka pengganda berkurang
setengahnya, menjadi 1/[1 0,8(1 2,5)] = 2,5. Pajak pendapatan mengurand pengganda karena pajak
pendapatan mengurangi kenaikan ikutan dari akibat dari peruba pendapatan. Masuknya pajak membuat
datar kurva permintaan agregat dan karenan mengurangi pengganda.

PAJAK PENDAPATAN SEBAGAI STABILISATOR OTOMATIS

Pajak pendapatan proporsional adalah salah satu contoh konsep penting mengenai stabilisator otomatis
(automatic stabilizer). Sebagaimana anda ingat, stabilisator otomatis ialah suaru mekanisme dalam
perekonomian yang secara otomatis -tanpa intervensi pemerintah kasus demi kasus- mengurangi
fluktuasi output dimana output berubah sebagai respon terhadap perubahan dalam permintaan
otonom (autonomous demand).
Satu penjelasan dari siklus bisnis ialah bahwa hal ini discbabkan oleh pergeseran permintaan
otonom, khususnya investasi. Kadangkala, ditengarai, para investor optimis dan investasi tinggi-maka
begitu pula output. Namun kadangkala mereka menjadi pesimis sehingga baik nilai investasi maupun
output menjadi rendah.

Gerakan permintaan investasi memiliki dampak yang lebih kecil kepada output ketika
stabilisator otomatis -semacam pajak pendapatan proporsional, yang mengurangi pengganda- terjadi.
Ini artinya bahwa saat adanya stabilisator otomatis kita dapat menduga output akan berfluktuasi lebih
kecil dibanding tanpa adanya hal itu.

Pajak pendapatan proporsional bukan merupakan satu-satunya stabilisator otomatis."


Tunjangan pengangguran dapat membuat pengangguran terus mengonsumsi meski mereka tidak
memiliki pekerjaan, sehingga TR naik ketika Y turun. Ini artinya permintaan turun lebih sedikit ketika
seseorang menjadi pengangguran dan menerima tunjangan dibandingkan apabila tidak ada tunjangan.
Hal ini pula membuat pengganda menjadi lebih kecil dan output lebih stabil. Lebih tingginya tunjangan
pengangguran dan tingkat pajak pendapatan pada pasca Perang Dunia II merupakan sebab fluktuasi
siklus bisnis sedikit tidak bergejolak sejak tahun 1945 dibanding masa sebelumnya.

DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN FISKAL

Sekarang kita membahas dampak perubahan kebijakan fiskal terhadap tingkat ekuilibrium pendapatan.
Pertama perhatikan perubahan dalam belanja pemerintah. Masalah diilustrasikan dalam Gambar 9-5,
dimana tingkat pendapatan awal adalah Y0 Kenalka belanja pemerintah merupakan perubahan dalam
pengeluaran otonom (autonomous spena oleh karenanya, kenaikan tersebut menggeser kurva
permintaan agregat ke atas sebesar kenashi belanja pemerintah. Pada tingkat output dan pendapatan
awal, permintaan barang meleoi output dan, schubungan dengan itu, perusahaan memperluas produksi
hingga mencap ekuilibrium baru, pada titik E'.

Seberapa besar pendapatan berubah? Ingat bahwa perubahan ekuilibrium pendapatan sama
dengan perubahan permintaan agregat, atau

AY0 = ∆ G + c(1-1)AY0

dimana variabel lainnya (C . G . I , dan NX ) diasumsikan tetap. Sehingga perubahan ekuilibrium


pendapatan menjadi

1
AY0 = =aG∆ G (22)
1−c ¿ ¿
dimana notasi a, adalah pengganda dari pajak pendapatan:

1
aG = (23)
1−c ¿ ¿
Maka, kenaikan $1 dalam belanja pemerintah akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar
satu dollar. Dengan marginal propensity to consume c = 0,8 dan pajak pendapatan t= 0,25, kita
mendapatkan pengganda sebesar 2,5: Kenaikan belanja pemerintah sebesar $1 akan menaikkan
pendapatan sebesar $2,50.
Anggaplah alih-alih meningkatkan pengeluaran pemerintah pada barang dan jasa, G .
pemerintah justru meningkatkan transfer payment, TR . Pengeluaran otonom, A , akan naik hanya
sebesar C∆ TR schingga output akan naik sebesar aG XC∆ TR . Pengganda untuk

transfer payment lebih kecil dibanding untuk pengeluaran pemerintah-sebesar fakre karena sebagian
dari kenaikan TR . ditabung.

Jika pemerintah menaikkan tarif pajak marjinal, dua hal akan terjadi. Dampak langune adalah
permintaan agregat akan menurun karena meningkatnya pajak akan menurun pendapatan disposabel
dan kemudian konsumsi. Dampak lain, pengganda akan lebih ket schingga gejolaknya akan berdampak
kecil pada permintaan agregat.

PENGULANGAN

• Pengeluaran dan transfer payment oleh pemerintah berperan seperti kenaikan dalam pengeluaran
otonom dalam hal dampak-nya terhadap pendapatan.

• Pajak pendapatan proporsional menurunkan proporsi setiap tambahan dollar output yang diterima
sebagai pendapatan disposabel oleh konsumen, dan karenanya ia memiliki dampak yang sama pada
pendapatan sebagaimana penurunan pada propensity to consume.

• Pajak pendapatan proporsional merupakan stabilisator otomatis.

• Pengurangan transfer akan menurunkan output.

IMPLIKASI-IMPLIKASI
Karena teori-teori yang sedang kita bangun memiliki implikasi bahwa perubahan pengeluaran
pemerintah dan pajak mempengaruhi tingkat pendapatan, tampaknya kebijakan fiskal dapat digunakan
untuk menstabilkan perekonomian. Ketika perekonomian mengalami resesi, atau tumbuh lambat,
mungkin pajak dapat dikurangi atau pengeluaran ditambah agar meningkatkan output. Dan ketika
perekonomian mengalami boom, mungkin pajak bisa dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi
agar perekonomian kembali pada kondisi full employment. Sesungguhnya, kebijakan fiskal digunakan
secara aktif untuk menstabilkan perekonomian, sebagaimana terjadi pada tahun 2001, saat
pemerintahan Bush menciptakan stimulus jangka pendek melalui pengembalian dan pemotongan pajak.

ANGGARAN

Defisit anggaran pemerintah merupakan hal yang normal di Amerika Serikat sejak 1960- Pola ini berubah
untuk periode singkat pada masa pemerintahan Clinton yang ke-dua Re anggaran pemerintah Amerika
Serikat mengalami surplus. Pemotongan pajak pada tan 2001 ditambah pengeluaran untuk biaya Perang
Teluk ke-dua membuat anggaran pemerie federal kembali mengalami defisit serius seperti yang terlihat
pada Gambar 9-5. Umumi sepanjang sejarah anggaran pemerintah mengalami surplus pada masa damai
dan de pada masa perang. Berbeda dengan Amerika Serikat, sejumlah negara lain telah berpinda dari
defisit ke surplus sebagai norma anggaran mereka. Kanada adalah salah satunya.

Defisit anggaran yang diamati oleh media dan politikus adalah surplus anggaran federal, yang di
tahun 2005 sebesar $309 milyar, atau sekitar 2,5 persen dari PDB.' "Pemerintah" dalam neraca
pendapatan nasional terdiri dari semua tingkat pemerintah-federal, negara bagian, dan lokal.
Pemerintah negara bagian dan lokal cenderung untuk menjalankan sedikit surplus (kurang dari 1 persen
PDB) pada tahun-tahun boom dan sedikit defisit pada tahun- tahun resesi. Pada tahun 2005, defisit
negara bagian dan lokal sebesar $3,3 milyar, atau sekitar 0,03 persen PDB.
Adakah alasan untuk peduli pada defisit anggaran? Kekhawatirannya ialah bahwa pinjaman
pemerintah akan menyulitkan perusahaan swasta untuk melakukan pinjaman dan investasi, dan akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi. Untuk pemahaman yang menyeluruh mengenai hal ini akan
dibahas pada bab selanjutnya, bagian ini merupakan pengenalan, yang berkenaan dengan anggaran
pemerintah, pengaruhnya pada output, dan pengaruh output pada anggaran.

Konsep penting pertama adalah Surplus anggaran (budget surplus), yang dilambangkan dengan
BS. Surplus anggaran ialah kelebihan penerimaan pemerintah, pajak, dari total pengeluarannya,
termasuk belanja barang dan jasa dan transfer payment:

BS = TA -G -TR (24)

Surplus anggaran negatif, yaitu kelebihan pengeluaran dari penerimaan, disebut defisit anggaran
(budget deficit).

Mensubstitusi persamaan (24) dengan asumsi pajak pendapatan proporsional yane


menghasilkan penerimaan pajak TA = tY akan memberi kita

BS = tY-G -TR (24)

Gambar 9-6 memplot surplus anggaran sebagai fungsi dari tingkat pendapatan dengan G . TR
dan pajak pendapatan, t. Pada tingkat pendapatan rendah, anggaran mengalami defisit (surplus negatif)
karena pengeluaran pernerintah, G + TR melebihi haril pengumpulan pajak. Pada tingkat pendapatan
tinggi, sebaliknya, anggaran menunjukkar surplus, karena pengumpulan pajak pendapatan melebihi
pengeluaran dalam bentuk belasa dan transfer pemerintah.

Gambar 9-6 menunjukkan bahwa defisit anggaran tidak tergantung hanya pada pili kebijakan
pemerintah, yang direfleksikan oleh tingkat pajak (t), belanja ( G )dan transie (TR ), namun juga pada hal
lain yang menggeser tingkat pendapatan. Misalkan. angg terdapat kenaikan dalam permintaan investasi
yang meningkatkan tingkat output. Lalu deist anggaran akan jatuh atau surplus akan naik karena
penerimaan pajak meningkat. T pemerintah tidak melakukan apa-apa yang mengubah defisit itu.

Oleh karenanya, kita perlu tidak terkejut melihat defisit anggaran terjadi ketika reses. periode
dimana penerimaan pajak pemerintah rendah. Dan dalam prakteknya. payment, melalui tunjangan
pengangguran, juga meningkat selama menempatkan bersifat otonom dalam model kita.
DAMPAK BELANJA PEMERINTAH DAN PERUBAHAN PAJAK PADA SURPLUS ANGGARAN

Selanjutnya kami tunjukkan bagaimana perubahan dalam kebijakan fiskal mempengaruhi anggaran.
Khususnya, kami ingin mengetahui apakah peningkatan belanja pemerintah akan mengurangi surplus
anggaran. Sekilas awal, terbukti, peningkatan belanja pemerintah, dari persamaan (24), merefleksikan
pengurangan surplus atau peningkatan defisit. Diamati lebih lanjut, bagaimanapun, peningkatan belanja
pemerintah akan menyebabkan kenaikan (berkali- kali) pada pendapatan dan oleh karenanya
meningkatkan pengumpulan pajak. Kenaikan ini menarik karena memungkinkan adanya peningkatan
pengumpulan pajak yang lebih besar dari belanja pemerintah.

Perhitungan singkat menunjukkan dugaan pertama itu benar: Kenaikan belanja pemerintah
mengurangi surplus anggaran. Dari persamaan (22) kita lihat bahwa perubahan pendapatan akibat
kenaikan belanja pemerintah sama dengan AY, = a AG. Sebagian kenaikan pendapatan itu dikumpulkan
dalam bentuk pajak, sehingga pendapatan pajak naik sebesar taçAG. Perubahan surplus anggaran,
menggunakan persamaari (23) untuk mensubstitusi ag, menjadi

∆ BS = ∆ TA - ∆ G
= taG ∆ G -∆ G

=¿ (25)
(1−c)(1−t)
=-
1−c ¿ ¿
dimana secara tidak ambigu negatif.

Kami telah tunjukkan bahwa peningkatan belanja pemerintah akan mengurangi surplus
anggaran, meskipun dalam model ini diperkirakan kurang dari kenaikan belanjanya. Misalkan, untuk c =
0,8 dan t = 0,25, kenaikan $1 belanja pemerintah akan mengurangi surplus sebesar $0,375.

Dengan cara yang sama, kita dapat bayangkan dampak peningkatan pajak pada surplus
anggaran. Kita tahu bahwa kenaikan pajak akan mengurangi tingkat pendapatan. Dan tampak bahwa
peningkatan tarif pajak, dengan tingkat pengeluaran pemerintah konstan, dapat mengurangi surplus
anggaran. Kenyataannya, peningkatan tarif pajak akan meningkatkan surplus anggaran, meskipun
menyebabkan pengurangan pendapatan, sebagaimana anda diminta untuk menunjukkannya pada soal-
soal di akhir bab ini."

Kami tunjukkan disini hal menarik lain yang disebut pengganda anggaran berin (balanced budget
multiplier). Anggap pengeluaran pemerintah dan pajak dinaikkan pada yang sama sehingga pada
ekuilibrium baru surplus anggaran tidak berubah. Seberapa b output akan meningkat? Jawabannya ialah
untuk eksperimen khusus ini pengganda u dengan 1-output naik sebesar kenaikan pengeluaran
pemerintah dan tak lebih.

SURPLUS ANGGARAN FULL-EMPLOYMENT

Topik terakhir yang kita bicarakan disini adalah konsep the full-employment budget surplau (surplus
anggaran full-employment)." Ingat bahwa peningkatan pajak akan menambah surplas dan peningkatan
pengeluaran pemerintah akan mengurangi surplus. Peningkatan pajak telah ditunjukkan akan
mengurangi tingkat pendapatan; peningkatan belanja dan transfer pemerintah akan meningkatkan
tingkat pendapatan. Tampak dari itu semua bahwa surplus anggaran merupakan hal yang baik,
merupakan pengukuran sederhana dari scluruh dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian.
Misalkan, ketika anggaran mengalami defisit, kita akan memilih kebijakan fiskal yang bersifat
ekspansioner, yang cenderung akan menaikkan PDB.

Bagimanapun, surplus anggaran itu sendiri menderita kerusakan serius sebagai akibat dari
tujuan kebijakan fiskal. Kerusakan itu adalah bahwa surplus dapat berubah karena perubahan
pengeluaran swasta otonom -seperti yang terlihat dari Gambar 9-4. Oleh karenanya kenaikan defisit
anggaran tidak serta merta berarti pemerintah telah mengubah kebijakannya dalam upaya
meningkatkan tingkat pendapatan.

Karena kita seringkali ingin menghitung bagaimana caranya kebijakan fiskal digunakan untuk
mempengaruhi tingkat pendapatan, kita butuhkan beberapa pengukuran kebijakan yang independen
dari kondisi siklus bisnis-boom atau resesi-yang akan kita tentukan sendiri. Salah satu penghitungan itu
ialah full-employment budget surplus (surplus anggara. full-employment), yang dilambangkan dengan
BS. Surplus anggaran full-employment mengukur surplus anggaran pada kondisi full-employment
pendapatan atau output potens Dengan menggunakan Y untuk melambangkan tingkat pendapatan full-
employment. Kit dapat menulis

BS* = tY*-G -TR (26)

Terdapat nama-nama lain untuk surplus full-employment. Di antaranya ialah gelicaliy adjusted
surplus (atau deficit), high-employment surplus, standardized budget surplus, dan stra surplus. Semua
nama-nama ini mengacu pada konsep yang sama dengan surplus fal employment, tapi mereka
menafikan implikasi bahwa terdapat tingkat ourput full-employ yang unik yang belum dicapai
perekonomian. Mereka beralasan bahwa konsep itu merupa satuan pengukuran belaka yang
menentukan tingkat pengangguran tertentu sebagai titik acuan.

Untuk melihat perbedaan antara anggaran aktual dan full-employment, kurangi surplus
anggaran aktual pada persamaan (24a) dari surplus anggaran full-employment pada persamaan (26)
untuk mendapatkan
BS* – BS = t(Y* - Y) (27)

Satu-satunya perbedaan berasal dari pengumpulan pajak pendapatan. Secara spesifik. bila output di
bawah full-employment, maka surplus full-employment akan melebihi surplus aktual. Sebaliknya, jika
output aktual melebihi output full-employment atau potensial, maka surplus full-employment kurang
dari suplus aktual. Perbedaan antara anggaran aktual dengan full- employment adalah komponen siklis
anggaran. Pada masa resesi komponen siklis cenderung menunjukkan defisit, dan pada masa boom
menjadi surplus.

Selanjutnya kita tinjau pada defisit anggaran full-employment yang ditunjukkan olch Gambar 9-
8. Perhatian publik terhadap defisit memuncak pada tahun 1980-an. Bagi kebanyakan ekonom, pola
defisit selama tahun-tahun pengangguran tinggi 1983 dan 1992 bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan.
Anggaran aktual umumnya defisit pada masa resesi. Namun pergeseran anggaran full-employment ke
arah defisit secara keseluruhan dianggap sebagai persoalan lain.

Terdapat dua peringatan akhir: Pertama, terdapat ketidakpastian tentang tingkat output full-
employment sebenarnya. Berbagai asumsi tentang tingkat pengangguran yang berhubungan dengan full
employment adalah mungkin. Asumsi yang sekarang biasa digunakan adalah bahwa full-employment itu
memiliki tingkat pengangguran sebesar 5 hingga 5,5 persen, meskipun ketika tingkat pengangguran
aktual lebih tinggi. terdapat beberapa estimasi angkanya mencapai 7 persen. Estimasi defisit atau
surplus full-employment akan berbeda tergantung dari asumsi perekonomian pada full-employment.

Kedua, high-employment surplus bukanlah ukuran yang sempurna dari dampak kebijakan fiskal. Ada
beberapa alasan untuk ini: Perubahan pengeluaran dengan kenaikan yang sama dalam pajak, membuat
defisit tidak berubah, akan menaikkan pendapatan; ekspektasi tentang perubahan kebijakan fiskal yang
akan datang dapat mempengaruhi pendapatan sekarang; dan secara umum, karena kebijakan fiskal
mengandung penetapan sejumlah variabel-tarif pajak, transfer, dan belanja pemerintah-sulit
digambarkan dampak kebijakan fiskal secara sempurna hanya dengan angka tunggal. Namun demikian,
high-employment surplus merupakan petunjuk yang berguna terhadap arah kebijakan fiskal."
RANGKUMAN

1. Output berada pada tingkat ekuilibrium-nya ketika permintaan agregat barang sama dengan ting
output.

2. Permintaan agregat terdiri dari pengeluaran oleh rumah tangga berupa konsumsi, oleh perusahaan te
investasi, dan oleh pemerintah berupa belanja barang dan jasa, dan termasuk ekspor netto.

3. Ketika output berada pada tingkat ekuilibrium, tidak ada perubahan yang tidak diinginkan pada dan
semua unit ekonomi yang membuat pembelian sama persis dengan yang mereka rencanakan. Proses
penyesuaian tingkat output yang berdasarkan pada akumulasi atau penurunan inventori membur

4. Tingkat penawaran agregat itu sendiri dipengaruhi olch tingkat output (sama dengan tingkar
pendapatan

5. Fungsi konsumsi menghubungkan pengeluaran konsumsi dengan pendapatan. Konsumsi naik


bersaman dengan pendapatan. Pendapatan yang tidak dikonsumsi akan ditabung, sehingga fungsi
tabungan dap perekonomian bergerak ke tingkat ekuilibrium output. karena permintaan konsumsi
tergantung dari tingkat pendapatan. diturunkan dari fungsi konsumsi.

6. Pengganda ialah besaran yang dihasilkan dari perubahan $1 pada pengeluaran ekuilibrium output.
terhadap tingkat otonom.

7. Belanja pemerintah dan transfer payment pemerintah berlaku seperti menaikkan pengeluaran
otonom da berdampak terhadap tingkat ekuilibrium pendapatan. Pajak pendapatan proporsional
memiliki dampak yang sama pada tingkat ekuilibrium pendapatan sebagai akibat berkurangnya
propensity to consume. Pajak pendandapatan propersional kareanya mengurangi penggandaan.
8. Surplus anggaran ialah kelebihan penerimaan pemerintah atas pengeluarannya. Ketika pengeluaran
pemerintah lebih dari yang diterimanya, maka anggaran menjadi defisit. Besarnya surplus (atau defisi)

Anda mungkin juga menyukai