Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN EKSPERIMEN

HUKUM OHM

MARIANA
XII IPA 1

LABORATORIUM IPA
MATA PELAJARAN FISIKA

SMAN 1 PABUARAN
2016
JUDUL

I. TUJUAN PENELITIAN
II. DASAR TEORI
III. ALAT DAN BAHAN
IV. LANGKAH KERJA
V. DATA PENGAMATAN
VI. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
VII. KESIMPULAN
HUKUM OHM

I. TUJUAN PENELITIAN
1. Membedakan rangkaian seri dan paralel pada sebuah rangkaian listrik
2. Mengetahui nilai arus dalam sebuah hambatan

II. DASAR TEORI


George Simon Ohm, ahli fisika dari Jerman adalah orang pertama
yang menyelidiki hubungan antara kuat arus listrik dengan beda potensial
pada suatu penghantar. Ohm berhasil menemukan hubungan secara
matematis antara kuat arus listrik dan beda potensial yang kemudian
dikenal sebahgai Hukum Ohm. Menurut ahli penelitian Ohm, bahwa beda
potensial listrik sebanding dengan kuat arus yang lewat. Secara lengkap,
Hukum Ohm berbunyi sebagai berikut.
‘’Kuat arus yang mengalir pada suatu penghantar sebanding
dengan beda potensial antara ujung-ujung penghantar itu dengan
syarat suhunya konstan/tetap’.
Secara sistematis, dirumuskan sebagai berikut:
V
I= atau V = I × R
R
Dengan
V = tegangan / beda potensial (volt atau V)
I = kuat arus (ampere atau A)
R = hambatan (Ohm)

a. Susunan Seri
Pada rangkaian seri, hambatan berlaku prinsip berikut.
1. Bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian. Hambatan
pengganti pada susunan seri adalah sebagai berikut.

Rs = R 1 + R 2 + . . .

2. Besar kuat arus yang melalui tiap hambatan adalah sama.

I1 = I 2 = . . . = I s

3. Besar tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama


dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan.

Vs = V1 + V2 + . . .

b. Susunan Paralel
Prinsp susunan paralel pada hambatan adalah sebagai berikut.
1. Bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian, dimana
nilai hambatan penggantinnya adalah sebagai berikut.
1 = 1 + 1 + ...
RP R1 R2
2. Besar tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan sama dengan
tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya.
V1 = V2 = VP
3. Besar kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama
dengan jumlah kuat arus yang melalui tiap hambatan.
IP = I1 + I2 + ...

III. ALAT DAN BAHAN


1. Lamp holder beserta lampu
2. Battery holder beserta battery

3. Ampermeter

4. Kabel

IV. LANGKAH KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2. Menyusun alat dan bahan sesuai rangkaian berikut.

3. Mengamati apa yang terjadi dan menuliskan hasil pengamatan


4. Memasang amperemeter pada rangkaian dan menuliskan nilai yang
didapat dari amperemeter pada tabel pengamatan
5. Menyusun alat dan bahan sesuai rangkaian berikut

6. Mengamati apa yang terjadi dan menuliskan hasil pengamatan


7. Memasang amperemeter pada rangkaian dan menuliskan nilai yang
didapat dari amperemeter pada tabel pengamatan
8. Menyusun alat dan bahan sesuai rangkaian berikut.

9. Mengamati apa yang terjadi dan menuliskan hasil pengamatan


10. Memasang amperemeter pada rangkaian dan menuliskan nilai yang
didapat dari amperemeter pada tabel pengamatan
11. Menyusun alat dan bahan sesuai rangkaian berikut.

12. Mengamati apa yang terjadi dan menuliskan hasil pengamatan


13. Memasang amperemeter pada rangkaian dan menuliskan nilai yang
didapat dari amperemeter pada tabel pengamatan
14. Menyusun alat dan bahan sesuai rangkaian berikut.
15. Mengamati apa yang terjadi dan menuliskan hasil pengamatan
16. Memasang amperemeter pada rangkaian dan menuliskan nilai yang
didapat dari amperemeter pada tabel pengamatan
17. Menyusun alat dan bahan sesuai rangkaian berikut

V. DATA PENGAMATAN

Tabel Pengamatan
Keadaan Kuat Arus
Rangkaian
Lampu I Lampu II Lampu I Lampu II
1 Terang - 160 mA -
2 Redup Redup 130 mA 130 mA
3 Terang Terang 150 mA 150 mA
4 Sangat Terang - 240 mA -
5 Terang Terang 180 mA 170 mA
6 Sangat Terang Sangat Terang 225 mA 210 mA

VI. PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA


1. Dari pengamatan pada rangkaian No. 1 diperoleh hasil kondisi lampu
dengan nyala terang dan kuat arus listrik 160 mA.
2. Dari pengamatan pada rangkaian No. 2 diperoleh hasil kondisi lampu I
dengan nyala redup dan kuat arus listrik 130 mA, dan kondisi lampu II
dengan nyala redup dan kuat arus listrik 130 mA.
3. Dari pengamatan pada rangkaian No. 3 diperoleh hasil kondisi lampu I
dengan nyala terang dan kuat arus listrik 150 mA, dan kondisi lampu II
dengan nyala terang dan kuat arus listrik 150 mA.
4. Dari pengamatan pada rangkaian No. 4 diperoleh hasil kondisi lampu
dengan nyala sangat terang dan kuat arus listrik 240 mA.
5. Dari pengamatan pada rangkaian No. 5 diperoleh hasil kondisi lampu I
dengan nyala terang dan kuat arus listrik 180 mA, dan kondisi lampu II
dengan nyala terang dan kuat arus listrik 170 mA.
6. Dari pengamatan pada rangkaian No. 6 diperoleh hasil kondisi lampu I
dengan nyala sangat terang dan kuat arus listrik 225 mA, dan kondisi
lampu II dengan nyala sangat terang dan kuat arus listrik 210 mA.

VII. KESIMPULAN
Ada dua jenis rangkaian listrik, yaitu : rangkaian seri dan paralel.
a. Rangkaian Seri
Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik yang disusun
secara sejajar (seri). Sifat khas rangkaian seri adalah kuat arus di
sepanjang rangkaian sama.
Keuntungan rangkaian seri adalah hemat kabel, dan rangkaiannya
sederhana sehingga membuatnya pun mudah.
Kerugiannya pada saat satu lampu mati, yang lain juga mati, begitu
juga pada nyala lampunya, kurang terang (redup).

b. Rangkaian Paralel
Rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di mana
semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Sifat khas dari
rangkaian paralel adalah beda potensial pada masing-masing cabang
adalah sama.
Keuntungan rangkaian paralel adalah saat satu lampu mati, yang
lain tetap menyala, nyala lampu terang, hemat energi.
Kerugian rangkaian paralel adalah rangkaiannya yang rumit,
sehingga relatif sulit menyusunnya, dan membutuhkan banyak kabel

Rangkaian seri berlaku sebagai pembagi tegangan, sedangkan rangkaian


paralel berlaku sebagai pembagi arus.

Anda mungkin juga menyukai