Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving

a. Pengaruh

Menurut Hugiono dan Poerwantana (2000:47) “pengaruh

merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau

merupakan suatu efek”. Sedangkan menurwut Babadu dan Zain,

(2001:131) “Pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu terjadi,

sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan

tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain”.

Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2016: 849) adalah daya yang ada atau timbul dari

sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah “daya yang ada atau

timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak

kepercayaan dan perbuatan seseorang” (Depdikbud, 2001:845).

Menurut Ali (2001:125) kata “pengaruh” merupakan dibentuk

dari kata dasar “hubung” ditambah dengan akhiran “an” artinya

sesuatu yang memiliki pengaruh, dampak bagi sesuatu yang lain. Dari

beberapa pendapat di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa

pengaruh adalah hubungan yang dapat membentuk sifat, watak,

14
seseorang sehingga dapat menimbulkan reaksi (dapat berupa tindakan

atau keadaan) dari suatu perlakuan akibat dorongan untuk mengubah

atau membentuk sesuatu keadaan kearah yang lebih baik.

b. Penggunaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penggunaan diartikan

sebagai proses, cara perbuatan memakai sesuatu, pemakaian. (KBBI,

2002:852).Sedangkan menurut (Rusni, 2017:4) definisi penggunaan

peng-gu-na-an nomina kata benda proses, cara, perbuatan,

menggunakan sesuatu, pemakaian kata harus menggunakan bahasa

Indonesia. Dari pengertian datas maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan adalah suatu proses dalam memakai sesuatu.

c. Metode Pembelajaran Problem Solving

1) Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Indonesia (2016) metode ialah “cara

yang telah teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud

(dalam ilmu pengetahuan dan sebagaiannya)’’. Metode secara

harfiah berasal dari bahasa Yunani methodos, yang artinya jalan

atau cara (Suprihatiningrum, 2017: 281). Metode pembelajaran

diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan

penyajian materi pelajaran kepada siswa. Metode dalam mengajar

berperan sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran.

Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,

15
menguraikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai

tujuan.

Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang

dipergunakan oleh pendidik dalam mengadakan hubungan dengan

peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.

Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk

menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Metode

mengajar memegan peran yang sangat penting dan merupakan

salah satu komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan

proses pembelajaran. Seorang pendidik harus terlebih dahulu

menetukan dan memilih metode yang sesuai untuk digunakan

dalam kondisi atau situasi pembelajaran yang berbeda.

Menurut Suprihatiningrum (2017: 282) Metode

pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran,

operasionalisasi dari strategi pembelajaran dalam menyiasati

perbedaan individual siswa, meningkatkan motivasi belajar, serta

meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak

langsung terhadap pencapaian tujuan. Oleh karena itu materi

pelajaran merupakan salah satu pertimbangan pendidik pendidik

dalam menentukan metode pembelajaran. Tidak menutup

kemungkinan jika pendidik tidak memerhatikan materi pelajaran

dalam menentukan metode maka akan mempersulit pendidik dalam

menyampaikan materi. Semua metode pembelajaran adalah baik,

16
selama sesuai dengan karakteristik materi dan karateristik siswa.

Siswa yang aktif tidak akan cocok jika diajar dengan metode

ceramah, karena mereka akan bosan dan jenuh. Pendidikan juga

dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran dalam

mengoprasionalkan strategi pembelajaran.

Metode pembelajaran dikatakan baik, jika memenuhi ciri-

ciri di bawah ini (Suprihatiningrum, 2017: 282) :

a) Kesesuaian dengan tujuan, karakteristik materi, dan

karakteristik siswa.

b) Bersifat luwes, fleksibel, artinya dapat dipadukan dengan

metode-metode lain untuk mewujudkan tujuan pembelajaran.

c) Memiliki fungsi untuk menyatukan teori dengan praktik

sehingga mampu mengantarkan siswa pada pemahaman materi

dan kemampuan praktis.

d) Penggunaannya dapat mengembangkan materi.

e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut aktif di dalam

kelas.

Berdasarkan Pengertian di atas maka dapat disimpulkan,

metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh

pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga

tujuan pembelajaran dapat dicapai. Hal ini mendorong seorang

pendidik untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian

materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Mengajar

17
secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan

metode pembelajaran. Dengan menggunakan metode

pembelajaran, proses belajar mengajar nampak menyenangkan dan

tidak membuat para siswa tersebut bosan, dan juga para siswa

tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut

dengan mudah. Untuk itulah ketika memilih sebuah metode

pembelajaran harus memperhatikan karakteristik peserta didik.

Pendidik dapat menggunakan metode yang berbeda untuk tiap

kelasnya disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta

didik.

2) Problem Solving

Menurut Majid (2013: 212-213), probem solving (metode

pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi

juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem

solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai

dengan mencari data sampai pada menarisk kesimpulan.

Pembelajaran ini merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni

pembelajaran yang berorientasi “learned centered” dan berpusat

pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok.

Metode problem solving sering disebut “metode ilmiah” (scientifc

method) karena langkah-langkah yang digunakan adalah langkah

ilmiah yang dimulai dari: merumuskan masalah, merumuskan

jawaban sementara (hipotesis), mengumpulkan dan mencari

18
data/fakta, menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan

mengaplikasikan temuan ke dalam situasi baru.

Menurut Janawi (2013: 213), problem solving merupakan

model pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan pada suatu

kondisi bermasalah. Untuk itu anak didik harus menemukan

sejumlah strategi untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

Siswa harus memiliki kemampuan mengaplikasikan hukum-hukum

dan mengaitkannya dengan lingkungan kemudian

merekonstruksinya. Aktivitas memecahkan masalah membutuhkan

operasi-operasi kognitif yang kompleks dan abstrak meliputi

semua kemampuan belajar sebelumnya. Model pembelajaran ini

menjadi penting dipakai karena anak didik bahkan manusia selalu

dihadapkan pada berbagai permasalahan.

Menurut Sabri (2005: 62), Metode problem solving bukan

hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu

metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan

metode-metode lainnya dimulai dengan metode data samapai

kepada menarik kesimpulan. Sedangkan menurut Chotimah dan

fathurrohman (2018: 281), problem solving adalah suatu metode

pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik dan dapat melatih

peserta didik untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat

mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan itu.

19
Jadi dapat ditarik kesimpulan metode problem solving

adalah suatu metode pembelajaran berbasis masalah, metode

problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga

merupakan suatu metode berpikir yakni pembelajaran yang

berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja

kelompok dimana siswa dihapakan pada suatu kondisi bermasalah

dan harus menemukan sejumlah strategi untuk dapat memecahkan

masalah tersebut serta mampu mengaplikasikan dengan hukum-

hukum dan mengaitkannya dengan lingkungan.

3) Langkah-langkah Metode Problem Solving

Menurut Majid (2013:213) langkah-langkah problem

solving adalah :

a) Meniapkan isu/masalah yang jelas untuk dipecahkan.

Dalam pembelajaran yang sedang berlangsung guru

memberikan masalah yang disesuaikan dengan taraf

kemampuan dan materi yang akan dipelajari.

b) Menuliskan tujuan/kompetensi yang hendak dicapai.

Tujuan atau kompetensi disesuaikan dengan kurikulum

yang digunakan dalam pembelajaran.

c) Mencari data atau keterangan.

Data atau keterangan yang digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut dapat dicari dengan

membaca buku-buku, meneliti, dan bertanya.

20
d) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

Guru memberikan dugaan jawaban yang didasarkan

pada langkah ketiga.

a) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.

Dalam langkah ini, siswa harus berusaha

memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa

jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk

menguji kebenaran jawaban tersebut, tentu saja diperlukan

metode-metode lainnya seperti demonstrasi.

b) Tugas, diskusi, dan lain-lain.

Dalam pembelajaran guru memberikan tugas berupa

diskusi kepada siswa.

c) Menarik kesimpulan.

Guru dan siswa di akhir pembelajaran harus

menyimpulkan tentang jawaban dari masalah yang dibahas.

Langkah-langkah metode problem solving menurut

Sabri (2006: 62) yaitu :

a) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.

Masalah yang akan didiskusikan oleh siswa harus

tumbuh dari siswa sesuai dengan kemampuan para siswa.

21
b) Mencari data atau keterangan.

Untuk memecahkan masalah tersebut siswa mencari

data atau keterangan. Contohnya, dengan cara mencari dan

membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan

lain-lain.

c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

Menetapkan jawaban tentu harus didasarkan kepada

data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.

d) Menguji kebenaran jawaban sementara dari masalah

tersebut.

Dalam langkah ini siswa harus berusaha

memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa

jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan

jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk

menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan

metode-metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi

dan lain-lain.

e) Menarik kesimpulan.

Di akhir diskusi siswa harus mempunyai kesimpulan

terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

22
Menurut Chotimah dan Fathurrohman (2018: 353-354)

bahwa langkah-langkah metode problem solving adalah :

a) Adanya masalah yang jelas. Masalah ini harus tumbuh dari

pemikiran peserta didik yang sesuai dengan taraf

kemmpuannya.

b) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut, misalnya membaca buku-

buku, meneliti, bertanya, dan lain-lain.

c) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.

Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan pada data yang

telah diperoleh pada langkah kedua di atas.

d) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam

langkah ini peserta didik harus berusaha memecahkan

masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut

itu betul-betul cocok dan sesuai dengan jawaban. Untuk

menguji kebenaran jwaban ini tentu saja diperlukan

metode-metode lainnya, seperti demonstrasi, tugas, diskusi,

dan lain-lain.

e) Menarik kesimpulan. Artinya, peserta didik harus sampai

kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah

tadi.

23
4) Kelebihan Metode Problem Solving

Menurut Chotimah dan Fathurrohman (2018: 283)

kelebihan pembelajaran metode problem solving antara lain

sebagai berikut :

a) Mendidik peserta didik untuk berpikir secara sistematis.

b) Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.

c) Berpikir dan bertindak kreatif.

d) Memcahkan masalah yang dihadapi secara realistis.

e) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

f) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil penganatan.

g) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

h) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dunia kerja.

i) Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang

dihadapi.

j) Belajar menganalisis suatu masalah dari beragai aspek.

k) Mendidik peserta didik percaya diri sendiri.

5) Kelemahan Metode Problem Solving


Menurut Chotimah dan Fathurrohman (2018: 283) kelemahan

pembelajaran metode problem solving antara lain sebagai berikut :

a) Memerlukan cukup banyak waktu.

b) Melibatkan lebih banyak orang.

c) Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah.

24
d) Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang.

e) Tidak efektif jika terdapat beberapa peserta didik yang pasif.

2. Prestasi Belajar

Menurut Suryabrata (2006:297) prestasi belajar sebagai nilai,

merupakan perumusan akhir yang diberikan oleh guru dalam hal kemajuan

prestasi belajar yang telah dicapai siswa selama waktu tertentu. Sudjana

(2005:102) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Pencapaian prestasi belajar merujuk kepada aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar karena prestasi belajar merupakan output dari proses

belajar seperti halnya yang dikatakan oleh Tohirin (2008:151), “Prestasi

belajar diperoleh dari apa yang telah dicapai oleh peserta didik setelah

peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Keberhasilan seorang peserta

didik dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik yang

bersangkutan.

Dimyati dan Mudjiyono (2009:200) menjelaskan bahwa prestasi

belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta didik setelah

mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan

tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau

simbol. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah prestasi belajar yang dicapai seseorang setelah mengikuti

25
kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai yang berupa angka maupun

huruf dalam periode waktu tertentu.

Jadi dapat ditarik kesimpulan prestasi belajar SKI adalah hasil yang

dicapai peserta didik setelah melalui proses belajar SKI dalam bentuk

perubahan tingkah lakudan ditunjukkan dalam bentuk nilai angka yang

diperoleh dari ulangan harian.

a. Pengukuran Prestasi Belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan

yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai atau mengukur prestasi belajar

merupakan salah satu dari komponen pembelajaran itu sendiri. Untuk

menilai prestasi perlu dilakukan pengukuran yaitu membandingkan

sesuatu dengan ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif. (Sugihartono,

dkk, 2007:129).

Menurut Djamarah dan Aswan (2013:106) “Untuk mengukur

dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan

melalui tes prestasi belajar”. Tes prestasi belajar dapat digolongkan ke

dalam jenis penilaian berikut ini :

1) Tes formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa

pokok bahasan tertentu dan bertujuan memperoleh gambaran

tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut.

Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

26
2) Tes submatif

Tes submatif ini meliputi sejumlah bahan pembelajaran

tertentu yang telah diajarkan, untuk memperbaiki proses belajar

mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3) Tes sumatif

Tes ini diadakan untuk menukur daya serap peserta didik

terhadap materi-materi yang telah diajarkan dalam waktu satu

semester dan untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan

belajar peserta didik dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari

tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat

(ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengukuran prestasi belajar adalah suatu proses mengukur tingkat

penguasaan mata pelajaran yang dimiliki oleh peserta didik dengan

menggunakan alat ukur tes yang hasilnya berupa angka atau huruf

yang mencakup semua materi yang diajarkan dalam jangka waktu

tertentu.

b. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Purwanto (2003:155), “prestasi belajar merupakan

masalah yang bersifat perennial (abadi) dalam sejarah manusia karena

rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi sesuai

dengan bidang dan kemampuan masing-masing”.Kemudian masih

menurut Purwanto (2003:155), fungsi prestasi belajar yaitu:

27
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan peserta didik. Prestasi belajar yang dicapai oleh

peserta didik menunjukkan sejauh mana peserta didik mampu

memahami dan menguasai bahan ajar atau materi yang telah

disampaikan oleh guru. Dengan melihat prestasi belajar tersebut

maka dapat segera dievaluasi hal-hal yang menyebabkan peserta

didik kurang memahami atau menguasai bahan ajar atau materi

pelajaran.

2) Prestasi belajar sebagai lembaga kepuasan hasrat ingin tahu. Para

ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini sebagai tendensi

keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum manusia,

termasuk didalamnya adalah seorang peserta didik yang ingin

mencapai kepuasan dengan cara memperoleh prestasi belajar yang

baik.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan.

Asumsinya bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta berperan sebagai bahan evaluasi dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern Sebagai

indikator intern artinya prestasi belajar yang telah diraih dapat

digunakan sebagai tolak ukur tingkat produktifitas suatu institusi

pendidikan. Sedangkan sebagai indikator ekstern artinya tinggi

28
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan

peserta didik dalam masyarakat.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam dirinya

(faktor internal), maupun dari luar (faktor eksternal). Menurut

Hamdani (2011:139) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar adalah:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah sesuatu yang muncul dari dalam diri

peserta didik itu sendiri. Faktor ini antara lain:

a) Kecerdasan

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai

kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang

dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi

rendahnyainteligensi yang normal selalu menunjukkan

kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-

kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya

sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat

kecerdasan lebih tinggi dibanding dengan kawan sebayanya.

b) Faktor jasmani dan faktor fisiologis

29
Faktor jasmani, yaitu pancaindra yang tidak berfungsi

sebagaimana mestinya, seperti mengalami msakit, cacat tubuh

atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsi kelenjar

yang membawa kelainan tingkah laku.

c) Sikap

Dalam diri peserta didik harus ada sikap yang positif

(menerima) kepada sesama peserta didik atau kepada pendidik.

Sikap positif ini akan menggerakkan untuk belajar. Adapun

peserta didik yang sikapnya negatif (menolak) kepada peserta

didik atau pendidik tidak akan mempunyai kemauan untuk

belajar.

d) Minat

Minat para ahli psikologi adalah suatu kecenderuungan

untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus

menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama

perasaan senang. Dapat dikatakan minat itu terjadi karena

perasaan senang pada sesuatu.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi

untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan

kapasitas masing-masing.

30
f) Motivasi

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam

mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan

belajarnya. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting

karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong

keadaan peserta didik untuk melakukan belajar.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan

sosial dan lingkungan non sosial. Pengaruh lingkungan pada

umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada

individu. Menurut Slameto (2010:54), terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yang digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu:

a) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu,

meliputi:

(1) Faktor jasmaniah berupa faktor kesehatan dan cacat tubuh.

(2) Faktor psikologis, berupa intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, kesiapan.

(3) Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan rohani.

b) Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, terdiri

dari:

31
(1) Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

(2) Faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi peserta didik dengan peserta

didik disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode

belajar, tugas rumah.

(3) Faktor masyarakat yaitu kegiatan peserta didik dalam

masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan

masyarakat.

Menurut Purwanto (2010: 102) bahwa terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar, yang dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu:

a) Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri individu itu

sendiri, antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan,

kecerasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

b) Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain:

faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara

mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar,

lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

32
3. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a. Sejarah Kebudayaan Islam
kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia

di masyarakat. Istilah “kebudayaan” sering dikaitkan dengan istilah

“peradaban”. Perbedaannya kebudayaan lebih banyak diwujudkan

dalam bidang seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan peradaban

diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Apabila

dikaitkan dengan Islam, maka Kebudayaan Islam adalah hasil karya,

karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran

Islam yang bersumber hukum dari Al-Quran dan sunnah Nabi.

Sedangkan Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan

Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad sebagai Rasul

datangnya dari Allah, baik dengan perantara malaikat Jibril maupun

langsung kepada Nabi Muhammad SAW (Tim penyusun studi Islam

IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010:9).

Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu


mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
mempelajari tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/ peradaban Islam dan para tokoh yang
berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai
dari sejarah Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan
kerasulan Nabi Muhammad SAW. Mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan
Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat
digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,
watak dan kepribadian peserta didik (Peraturan Menteri
Agama Republik Indonesia No. 2, 2008:21).

33
Yang di maksud dengan Sejarah Kebudayaan Islam adalah studi

tentang riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-

imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai

contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik

dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Muhaimin (2005:

1-3) mengemukakan bahwa dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan

Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim

dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah dan berakhlak serta dalam

mengembangkan sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah. Mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum Madrasah atau

sekolah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang

kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan

pembiasaan.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Sejarah

Kebudayaan Islam adalah suatu kejadian atau peristiwa masa lampau

yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang

didasarkan pada sumber nilai-nilai Islam. Sejarah Kebudayaan Islam

adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh

umat islam untuk kemaslahatan kehidupan manusia.

34
b. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam memang bukan satu-

satunya faktor yang menentukan watak kepribadian anak, tetapi secara

subtansial mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam memiliki

kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih

kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik

(Dapertemen Agama, 2006: 25).Mata pelajaran sejarah kebudayaan

Islam di Madrasah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah

dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan

kebudayaan dan peradaban Islam.

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa

kini, dan masa depan.

3) Melatih peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar

dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap

peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban Islam di masa

lampau.

35
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah Islam, meneladani tokoh-

tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomenasosial,

budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni untuk mengembangkan

kebudayaan dan peradaban Islam (Peraturan Menteri Agama

Republik Indonesia No. 2, 2008: 22).

B. Kajian Teori dalam Perspektif Islam


1. Metode Problem Solving
Selain itu juga terdapat ayat yang berkaitan dengan problem

solving sebagaimana dijelaskan Q.S. Al-Ankabut: 46 sebagai berikut:

ْٓ ‫ٰب اِاَّل بِالَّيِت ْ ِه َي اَ ْح َس ۖ ُن اِاَّل الَّ ِذيْ َن ظَلَ ُم ْوا ِمْن ُه ْم َو ُق ْولُ ْٓوا اٰ َمنَّا بِالَّ ِذ‬
‫ي اُنْ ِز َل اِلَْينَا‬ ِ ‫واَل جُتَ ِادلُوْٓ ا اَ ْهل الْ ِكت‬
َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
‫َواُنْ ِز َل الَْي ُك ْم َواهٰل ُنَا َواهٰل ُ ُك ْم َواح ٌد َّوحَنْ ُن لَهٗ ُم ْسل ُم ْو َن‬
“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara
yang baik, kecuali dengan orang yang zalim di antara mereka, dan
katakanlah, “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu
satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri" (Departemen Agama RI,
2006: 566).

Ayat di atas menyatakan: Dan wahai kaum muslimin, janganlah

kamu membantah dan berdiskusi dengan Ahl al-Kitab yakni orang-orang

Yahudi dan Nasrani, menyangkut ajaran yang kamu perselisihkan kecuali

dengan cara berdiskusi, serta ucapan yang terbaik, kecuali orang-orang

yang berbuat kezaliman di antara mereka, misalnya melampaui batas

kewajaran dalam berdiskusi, maka kamu boleh tidak melakukan yang

terbaik buat mereka. Namun demikian, kalaupun diskusi itu kamu adakan,

36
maka lakukanlah dengan cara yang baik, sesuai dan setimpal dengan sikap

mereka yang zalim itu (Shihab, 2002: 513-514).

Ayat tersebut lebih menekankan pada proses diskusinya, yang

mana dalam proses diskusi tersebut terdapat perselisihan pendapat dengan

orang-orang Ahl al- Kitab. Dari perselisihan itulah maka nantinya akan

dibutuhkan suatu metode untuk memecahkan masalah terhadap perbedaan

pendapat tersebut, yaitu metode problem solving lah yang tepat apabila

digunakan untuk memecahkan masalah dalam hal perselisihan pendapat

tersebut. Dengan begitu maka terciptalah proses diskusi dengan cara yang

terbaik untuk memecahkan suatu masalah dalam hal perbedaan pendapat.

Diskusi itu adalah salah satu cara untuk memecahkan suatu permasalahan

dan langkah problem solving yang kedua, yaitu representasi permasalahan

itu juga termasuk bagian dari diskusi. Dan diskusi itu juga cocok dengan

langkah problem solving yang ketiga, yaitu perencanaan pemecahan

masalah.

Metode pemecahan masalah (problem solving) dalam pendidikan

Islam dicontohkan Nabi Muhammad SAW ketika hendak mengutus

Muadz ke Yaman :

‫َأخَبَريِن َأبُو َع ْو ٍن قَ َال‬ ِ


ْ ُ‫َح َّدثَنَا َعْبد اللَّه َح َّدثَيِن َأيِب َح َّدثَنَا َعفَّا ُن َح َّدثَنَا ُش ْعبَة‬
‫اب ُم َع ٍاذ‬ ِ ‫َأصح‬
َ ْ ‫اس م ْن‬
ِ ٍ َ‫ِّث عن ن‬ ِ ِ ِ
ْ َ ُ ‫ث بْ َن َع ْم ٍرو ابْ َن َأخي الْ ُمغ َرية بْ ِن ُش ْعبَةَ حُيَد‬ َ ‫ت احْلَا ِر‬ ِ
ُ ‫مَس ْع‬
‫ني َب َعثَهُ ِإىَل‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ص َع ْن ُم َع ٍاذ‬ ‫مِح‬ ِ
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال ل ُم َعاذ بْ ِن َجبَ ٍل ح‬
َ َّ ‫َأن النَّيِب‬ َ ْ ‫م ْن َْأه ِل‬
‫اب اللَّ ِه قَ َال فَِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن‬
ِ َ‫ضي بِ ِكت‬ ِ ْ‫ضاء قَ َال َأق‬
ٌ َ َ‫ك ق‬ َ َ‫ض ل‬ ِ
َ ‫ف َت ْقضي ِإ ْن َعَر‬ َ ‫الْيَ َم ِن فَ َذ َكَر َكْي‬
ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه َعلَي ِه وسلَّم قَ َال فَِإ ْن مَل ي ُكن يِف سنَ ِة رس‬
‫ول‬ ِ ‫اب اللَّ ِه قَ َال فَسن َِّة رس‬ ِ َ‫يِف كِت‬
ُ َ َ ْ َْ َ ََ ْ ُ َ َُ ُ

37
‫ص ْد ِري َف َق َال احْلَ ْم ُد لِلَّ ِه‬
َ ‫ب‬ َ ‫ضَر‬َ َ‫َأجتَ ِه ُد َرْأيِي َواَل آلُو قَ َال ف‬
ِ
ْ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم قَ َال‬
ِ
َ ‫اللَّه‬
ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫الَّ ِذي َوفَّ َق َر ُس‬
ُ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ل َما يُْرضي َر ُسولَه‬
َ ‫ول َر ُسول اللَّه‬
“Telah bercerita kepada kami 'Abdullah telah bercerita kepadaku ayahku.
telah bercerita kepada kami 'Affan telah bercerita kepada kami Syu'bah
telah mengkhabarkan kepadaku Abu 'Aun berkata; Saya mendengar Al
Harits bin 'Amr keponakan Al Muhgirah bin Syu'bah menceritakan dari
beberapa teman Mu'adz bin Jabal dari penduduk Himash, dari Mu'adz
bin Jabal ; bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda kepada
Mu'adz bin Jabal saat diutus ke Yaman; beliau bersabda; "Apa yang akan
kau lakukan bila terjadi perkara yang harus kau hukumi?" Ia menjawab;
Aku menghukumi berdasarkan yang ada dalam kitab Allah. Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bila didalam kitab Allah tidak
ada, apa yang akan kau lakukan bila terjadi perkara yang harus kau
hukumi?" Ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah
Shallallahu`AlaihiWasallam. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Bila tidak ada dalam sunnah Rasulullah
Shallallahu'AlaihiWasallam?" Ia menjawab; Saya berijtihad dengan
pendapatku, dan saya tidak mengabaikannya. Kemudian Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam menepuk dadaku dan bersabda; "Segala puji
bagi Allah yang memberi pertolongan pada utusan Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam untuk sesuatu yang membuatnya ridha."
(Musnad Ahmad : 21084)
Hadits tersebut memberikan tuntunan dan arahan serta mendorong

seseorang untuk berijtihad. Metode problem solving bukan sekedar

metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir,

sebabdalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya

dimulai dengan mengumpulkan data sampai dengan menarik kesimpulan.

(Majid, 2005: 142-143)

38
2. Prestasi Belajar
Dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11:
ِ ِ‫ين َآمنُ وا ِإ َذا قِيل لَ ُك ْم َت َف َّس ُحوا يِف الْ َم َج ال‬
‫س فَافْ َس ُحوا َي ْف َس ِح اللَّهُ لَ ُك ْم ۖ َوِإ َذا‬ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َه ا الذ‬
َ
ٍ ‫قِي ل انْ ُش زوا فَانْ ُش زوايرفَ ِع اللَّه الَّ ِذين آمنُ وا ِمْن ُكم والَّ ِذين ُأوتُ وا الْعِْلم درج‬
‫ات ۚ َواللَّهُ مِب َ ا‬ َ ََ َ َ َْ َ َ ُ َْ ُ ُ َ
ٌ‫َت ْع َملُو َن َخبِري‬
Artinya:“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan (derajat)
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.(Departemen Agama RI, 2006:543)

Ayat di atas menjelaskan tidak menyebut secara tegas bahwa alloh

akan meninggikan derjat orang berilmu. Akan tetapai menegaskan bahwa

meraka memiliki derajat-derajat yakni lebih tinggi sekedar beriman. Tidak

disebutnya kata meninggikan itu, sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu

yang dimiliki itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang

diperolehnya, bukan dari faktor di luar ilmu itu.(Shihab, 2002: 14)

Dari ayat diatas, telah dijelaskan bahwa Allah akan menaikkan

derajat orang-orang yang berilmu baik didunia maupun diakhirat. Islam

menganjurkan kepada setiap umat untuk selalu belajar dan mendalami

ilmu pengetahuan. Islam juga menganjurkan kepada setiap umat untuk

mengamalkan ilmunya. Dalam hal ini tidak hanya ilmu agama, umum,

ilmu-ilmu pengetahuan yang relevan dengan zaman yang semakin modern.

Allah juga memberikan manusia anugrah yang sangat tidak ternilai

harganya yang berupa akal, indera penglihat, indera pendengar, dan

jasmani rohani yang kuat agar manusia mampu mencatat ilmu dengan

39
baik. Karena itulah yang akan menjadikan menusia selamat dari kehinaan

dan kebodohan.

3. Sejarah Kebudayaan Islam

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum

Madrasah adalah pembelajaran sejarah kebudayaan Islam. Sejarah

kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang

berbentuk hasil karya dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada

sumber nilai-nilai Islam dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan

tata kehidupan lainnya. Pada umumnya dalam proses pembelajaran sejarah

kebudayaan Islam sebagian siswa ada yang merasa kesulitan untuk

menerima dan mencerna materi-materi yang diajarkan, karena materi SKI

berhubungan dengan peristiwa masa lampau. Akan tetapi, tidak hanya

materi pelajaran yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa, tetapi juga

banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kompetensi pendidik,

metode yang digunakan, serta sarana penunjang. Pendidik sebagai penyaji

dalam proses belajar mengajar seharusnya berusaha untuk

mengembangkan kompetensi yang dimilikinya. Namun mempelajari

kisah-kisah terdahulu sangat dianjurkan supaya dapat mengambil sebuah

pelajaran dari akhlak-akhlak orang sholeh terdahulu. Sebagai mana firman

dalam QS. Yusuf: 111 Allah SWT Sebagai Berikut:

‫ص ِديْ َق الَّ ِذ ْي َبنْي َ يَ َديِْه‬ ِ ِ


ْ َ‫ب َما َكا َن َحد ْيثًا يُّ ْفَت ٰرى َو ٰلك ْن ت‬ ِ ۗ ‫ص ِه ْم ِعْبَرةٌ اِّل ُوىِل ااْل َلْبَا‬
ِ ‫لََق ْد َكا َن يِف قَص‬
َ ْ
‫صْي َل ُك ِّل َش ْي ٍء َّو ُه ًدى َّو َرمْح َةً لَِّق ْوٍم يُّْؤ ِمُن ْو َن‬
ِ ‫ࣖ وَت ْف‬
َ

40
“Sungguh, padakisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang
yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala
sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”(Departemen Agama RI, 2006: 335).
Ayat diatas menerangkan sungguh kami telah mewahyukan

kepadamu, Muhammad, kisah-kisah para nabi, guna memantapkan hatimu

dan sebagai petunjuk bagi pengikut pengikutmu. Kisah-kisah berisikan

pelajaran dan nasihat yang dapat menerangi orang-orang yang berakal dan

menyadari bahwa al-qur’an itu benar.

Cerita-cerita itu bukan merupakan dongeng dibuat-buat dan bukan

merupakan dongeng. Kisah-kisah itu benar adanya dan merupakan wahyu

yang menguatkan kebenaran kitab-kitab suci dan kebenaran nabi-nabi

yang membawanya.(Al-Qurthubi , 2008: 645)

C. Kajian Penelitian yang Relevan


1. Septi Ayuningsih (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA Handayani

Pekanbaru” mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan

berpikir kreatif matematika siswa SMA Handayani Pekanbaru yang

belajar menggunakan metode pembelajaran Problem Solving dengan

siswa yang belajar menggunakan metode konvensional.Hal ini terlihat

dari mean kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan

metode pembelajaran Problem Solving sebesar 77,14 lebih baik dari

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dengan metode

41
konvensional sebesar 66,45. Hasil Penelitian tersebut terdapat perbedaan

kemampuan berpikir kreatif matematika siswa SMA Handayani

Pekanbaru.

2. Putri Mayang Perdana (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Metode Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs

Assyafiiyah Gondang Pada Materi Hubungan Sudut Pusat, Panjang

Busur, Luas Juring dalam Pemecahan Masalah” Berdasarkan hasil

penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan metode

problem solving terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTs.Assyafiiyah

Gondang pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring

dalam pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-test yang

diperoleh melalui perhitungan manual sebesar 2,779 yang lebih besar

dari nilai table dengan taraf 5% yaitu sebesar 2,000. Besar pengaruh

metode problem solving terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTs

Assyafiiyah Gondang tahun pelajaran 2013/2014 pada materi hubungan

sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah yaitu

sebesar 12,871%.

3. Ruli Novitasari (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solvingterhadap Prestasi

Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V di Sekolah Dasar Islam (SDI)

Babadan Wlingi Blitar”Model pembelajaran problem solving memberikan

pengaruh yang lebih baik pada prestasi belajar materi IPS di kelas V SDI

Babadan, Wlingi, Blitar. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai F untuk X

42
sebagai perlakuan adalah 22,636 dengan nilai sig.atau probabilitas (P)

0,000. Nilai P ≤ 0,050 menunjukan bahwa perlakuan memberikan

pengaruh signifikan dalam mempengaruhi postes pada taraf signifikansi

95%. kelas eksperimen memiliki mean 86,677 sedangkan kelas kontrol

meiliki mean 74,043. Kelas eksperimen memiliki meanlebih besar

daripada kelas control dimana keadaan tersebut mengindikasikan bahwa

model pembelajaran problem solving memberikan pengaruh yang lebih

baik. Berdasarkan hasil tersebut maka guru dapat menerapkan

pembelajaran IPS dengan metode Problem Solving karena metode tersebut

menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.

Tabel 2.1
Perbedaan dan persamaan penelitian yang relevan

N Nama dan Judul Persamaan Perbedaan


O

1. Septi Ayuningsih 1. Peneliti ini sama- Penelitian sebelumnya dengan


“Pengaruh sama membahas penelitian yang telah dilakukan
Penggunaan tentang metode adalah mata pelajaran dan
Metode problem solving. lokasi penelitiannya. Penelitian
Pembelajaran 2. Menggunakan yang digunakan oleh Septi
Problem Solving jenis kuantitatif Ayuningsih pada mata
Terhadap pelajaran Matematika,
Kemampuan sedangkan penelitian yang
Berpikir Kreatif telah dilakukan meneliti pada
Matematika mata Sejarah Kebudayaan
Siswa SMA Islam. Lokasi penelitian yang
Handayani digunakan oleh Septi
Pekanbaru” Ayuningsih di SMA
Handayani
Pekanbaru,sedangkan
penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti di MA Darul
Hidayah BenelanLor.

43
2. Putri Mayang 1. Peneliti ini sama- Penelitian sebelumnya dengan
Perdana sama membahas penelitian yang telah dilakukan
“Pengaruh tentang metode adalah mata pelajaran dan
Metode Problem problem solving. lokasi penelitiannya. Putri
Solving Terhadap 2. Menggunakan Mayang Perdana meneliti Pada
Hasil Belajar jenis kuantitatif Materi Hubungan Sudut Pusat,
Siswa Kelas VIII Panjang Busur, Luas Juring
MTs Assyafiiyah dalam Pemecahan Masalah,
Gondang Pada sedang peneliti meneliti pada
Materi Hubungan Materi Sejarah Kebudayaan
Sudut Pusat, Islam. Lokasi penelitian yang
Panjang Busur, digunakan oleh Putri Mayang
Luas Juring Perdana di MTs Assyafiiyah
dalam Pemecahan Gondang, sedangkan
Masalah” penelitian yang telah di MA
Darul Hidayah BenelanLor.

3. Ruli Novitasari 1. Peneliti ini sama- Penelitian sebelumnya dengan


“Pengaruh sama membahas penelitian yang telah dilakukan
Penggunaan tentang metode adalah mata pelajaran dan
Metode problem solving lokasi penelitiannya. Ruli
Pembelajaran 2. Menggunakan Novitasari meneliti Pada Mata
Problem Solving jenis kuantitatif Pelajaran IPS, sedangkan
terhadap Prestasi peneliti meneliti pada Materi
Belajar Siswa Sejarah Kebudayaan Islam.
Mata Pelajaran Lokasi penelitian yang
IPS Kelas V di digunakan oleh Ruli Novitasari
Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Islam (SDI)
Islam (SDI) Babadan Wlingi Blitar,
Babadan Wlingi sedangkan peneliti
Blitar” mealakukan penelitian di MA
Darul Hidayah Benelan Lor

Sumber Data : Data Olahan


D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

44
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiyono, 2018:99)

Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya

hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang

diteliti. Hasil perhitungan Ha tersebut, akan digunakan sebagai dasar

pencarian data penelitiana.

Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya

hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya,

dalam rumusan hipotesis, yang diuji adalah ketidak benaran variabel (X)

mempengaruhi (Y).

Maka jawaban sementara terhadap rumusan masalah adalah sebagai

berikut:

Ha: “ada pengaruh penggunaan metode problem solving terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan

Islam pada kelas X di MA Darul Huda Benelan Lor tahun

pelajaran 2020/2021”.

Ho: “tidak ada pengaruh penggunaan metode problem solving

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam kelas X di MA Darul Huda Benelan Lor tahun

pelajaran 2020/2021”.

45

Anda mungkin juga menyukai