Anda di halaman 1dari 11

FARMASI KLINIK

KASUS

OLEH:

WISNI DAMAYANTI O1A1 16 093

WANDA HAMIDAH O1A1 16 105

SUCI AINUN MAHARANI O1A1 16 109

ANDI NUR HAERATI O1A1 16 119

FATIMARDIYACH RAHMI O1A1 16 128

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KASUS 1 :
SY umur 4 bulan, BB 6,5 kg yang mulai tumbuh gigi. Orangtuanya meminta saran untuk
mengatasi nyeri anak SY. Apa terapi yang disarankan?
Jawab :
A. Identitas pasien
Nama pasien : SY
Umur : 4 bulan
BB : 6.5 kg
B. Data subjektif
Keluhan orang tua pasien SY bahwa SY menderita nyeri.
C. Data objektif
Tidak ada pemeriksaan lab yang menegakkan diagnosis
D. Assesment
Tidak ada terapi nyeri untuk pasien SY umur 4 bulan
E. Planning
Dapat diberikan terapi farmakologi dan non farmakologi untuk bayi SY
 Terapi farmakologi menggunakan analgesik yaitu sanmol drop 15 ml. Dosis untuk bayi
dibawah satu tahun yaitu 0.6 ml, 3 sampai 4 kali sehari.
 Terapi non farmakologi dilakukan dengan pemberian sukrosa.
F. Monitoring
Diawasi perubahan nyeri yang terjadi pada pasien SY. Apabila nyeri sudah berhenti
terapi dihentikan.
KASUS 2

Hana BB 1,5 kg , umur 4 minggu , lahir minggu ke-29 kehamilan telah mendapat obat
fenobarbital untuk kejang karena asfiksia saat lahir (gangguan pengangkutan O2 ke jaringan
tubuh akibat terganggunya fungsi paru, pembuluh darah atau jaringan tubuh misal alveolus terisi
air, infeksi bakteri, gas CO). Saat ini diberi dosis maintenance 7,5 mg (5mg/kg) i.v daily.Tim
rawat ingin mengganti ke oral. Konsentrasi serum fenobarbital selama terapi i.v adalah 17,5
mcg/ml (range 15-40mcg/ml). Konversi ke oral dosis 7,5 mg/hari menghasilkan konsentrasi
serum 8,9 mcg/ml setelah terapi satu minggu. Apa faktor penyebab dan bagaimana
mengatasinya?

Jawab

A. IDENTITAS PASIEN
1. Data Subjektif
- Nama : Hana
- Umur : 4 minggu (1 bulan)
- Jenis kelamin : perempuan
- BB : 1,5 kg
- Riwayat penyakit : kejang karena asfiksia saat lahir (gangguan pengangkutan O2
ke jaringan tubuh akibat terganggunya fungsi paru, pembuluh
darah atau jaringan tubuh misal alveolus terisi air, infeksi
bakteri, gas CO)
- Riwayat pengobatan :minggu ke-29 kehamilan telah mendapat obat fenobarbital
Saat ini diberi dosis maintenance 7,5 mg (5mg/kg) i.v/daily.
Tim rawat ingin mengganti ke oral Konversi ke oral dosis 7,5
mg/hari.
2. Data Objektif
- TTV :-
- Hasil Lab : -

B. ASSESMENT
Mendapat obat fenobarbital melalui rute i.v untuk kejang karena asfiksia saat lahir,
konsentrasi serum fenobarbital selama terapi i.v adalah 17,5 mcg/ml (range 15-40mcg/ml).
Kemudian dikonversi dosisnya diberikan lah obat oral 7,5 mg/hari konsentrasi serum 8,9
mcg/ml setelah terapi satu minggu.
C. PLANNING
a. Tujuan Terapi
Mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa berupa kelainan
neurologi yang mungkin muncul . Kemudian tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Lumatauw dkk., 2013).

b. Tata laksana

Bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pada berbagai fungsi organ,
sehingga penanganannya memerlukan pendekatan multi disiplin.Penanganan ensefalopati
hipoksik-iskemik meliputi upaya mempertahankan suhu tubuh bayi tetap normal, menjaga
perfusi dan ventilasi yang baik, mempertahankan kadar glukosa antara 75-100 mg/dl, menjaga
keseimbangan asam basa dan elektrolit serta penanganan kejang.3,7,18 Diusahakan terapi yang
adekuat pada suhu, perfusi, ventilasi, metabolisme glukosa dan kalsium, status asam basa juga
pentingnya penanganan kejang (Manoe dan Idham, 2003).
Sebaiknya tim rawat tidak menggantikan obatnya menjadi oral. Karena melihat pasien
yang masih bayi, jadi membutuhkan rute lain untuk menggunakan obatnya. Selain itu juga jika
dosis i.v yang dikonversikan ke oral mengakibatkan konsentrasi serum berubah menjadi 8,9
mcg/ml dari konsentrasi awal saat menggunakan rute i.v adalah 17,5 mcg/ml (range 15-
40mcg/ml).

C. Faktor resiko penyebab

Pengenalan faktor risiko yang menyertai kelahiran bayi asfiksia memungkinkan


dilakukannya persiapan resusitasi sehingga bayi memperoleh terapi yang adekuat saat lahir.
Faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir terdiri dari faktor ibu, faktor janin dan
faktor persalinan/kelahiran. Faktor ibu yaitu: infeksi (korioamnionitis), toksemia/eklampsia,
penyakit kronik ibu (hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit paru dan diabetes
melitus).7 Faktor janin yaitu: prematuritas, bayi KMK, gawat janin, bayi kembar, kelainan
bawaan, inkompatibilitas golongan darah, dan depresi susunan saraf pusat oleh obat-obatan.7
Faktor persalinan kelahiran: polihidramnion, oligohidramnion, perdarahan pranatal (plasenta
previa,solutio plasenta), kelainan his, dan kelainan tali pusat (tali pusat menumbung, lilitan tali
pusat).

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Asfiksia Berat (Nilai APGAR 0-3)Resusitasi aktif dalam keadaan ini harus segera
dilakukan. Langkah utama ialah memperbaikiventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara
tekanan langsung dan berulang-ulang. Bilasetelah beberapa waktu pernafasan spontan tidak
timbul dan frekuensi jantung menurun maka pemberian obat-obat lain serta masase jantung
sebaiknya segera dilakukan

2. Asfiksia -sedang (Nilai APGAR 4-6)Pernafasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara
pernafasan kodok (frog breathing). Caraini dikerjakan dengan melakukan pipa ke dalam jantung
dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2liter dalam 1 menit. Agar saluran nafas bebas, bayi
diletakkan dengan kepala dorsofleksi.Pada pernafasan dari mulut ke mulut, mulut penolong diisi
terlebih dahulu dengan O2 sebelum pernafasan. Peniupan dilakukan secara teratur dengan
frekuensi 20-30 kali semenit dandiperhatikan gerakan pernafasan yang mungkin timbul. Jika
terjadi penurunan frekuensi jantungdan tonus otot maka bayi dikatakan sebagai penderita asfiksia
berat.

3. Asfiksia ringan (Nilai Apgar 7-10)Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.

D. Cara Mengatasi dan Pencegahan (Monitoring)

Tidak semua kasus asfiksia neonatorum dapat dicegah. Ibu hamil disarankan untuk
melakukan kontrol secara teratur ke dokter kandungan. Kontrol teratur bisa membantu
memastikan kondisi kehamilan dan kesehatan janin dalam kondisi baik. Dengan demikian risiko
bayi mengalami asfiksia neonatorum pun bisa menurun.

1. Hipoksi
• RR> 60 x/menit atau 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah sinosis perifer
lakukanobservasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi
tekanan positif.
• Bila bayi tidak bernafas atau megap -megap mulai lakukan ventilasi

2. Tahap II : Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah volume udara ke paru-
paru dengan tekanan positif untuk membawa aveoli perlu agar bayi bisa bernafas spontan
danteraturLangkah-langkah sebagai berikut :
a. Pasang sungkup
Pasang sungkup dan pegang agar menutupi mulut dan hidung bayi

b. Ventilasi 2 kali
• Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
• Lihatlah apakah dada bayi mengembangl. Bila dada tidak mengembang periksa posisi
kepala, pastikan sudah ekstensi, periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara bocor dan
periksacairan atau ledir di mulut bila ada mengembang lakukan tahapan berikutnya.

c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


• Lanjutkan ventilasi tiap 20 x dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
• Hentikan ventilasi setiap 30 detik
• Lakukanlah penelitian bayi, apakah bayi bernafas, bernafas tidak normal atau megap-megap:
1.Bila bayi normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama
2.Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 x dalam 30 detik,
kemudianlakukan penilaian setiap 30 detik.
• Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 80 kali / menit, di mulai kompresi dada
• Frekuensi denyut jantung bayi <60 kali / menit, VTP di lanjutkan periksa ventilasi apakah
adekuat dan oksigen yang di berikan benar segera dimulai kompresi dada bayi.d. Kompresi dada
• Kompresi dilakukan apabila setelah 15 -30 detik melakukan VTP dengan oksigen
100%,frekuensi jantung bayi < 60 kali / menit atau 60-80 kali/ menit dan tidak bertambah.
• Pelaksana menghadap kedada bayi dan kedua tangan dalam posisi yang benar.
• Kompresi di lakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada di bawah garis khayal yang
menghubungkan kedua putting susu bayi.
• Dengan posisi jari-jari yang benar gunakan tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada ½-
3/4 inci (sekitar 2 cm) kemudian tekanan di lepaskan untuk memungkinkan pengisian jantung.
• Rasio kompresi dada dan ventilasi 1 menit adalah 90 kompresi, 30m ventilasi.
• Apabila setelah 30 detik frekuensi jantung mencapai 80 kali/menit atau lebih tindakan kompresi
dada di hentikan
KASUS 3

Ghazi 10 tahun laki-laki mengalami osteomyelitis pada kaki kiri. Tim dokter ingin memberi
vankomisin selama 6 minggu. TB 140 cm (55 inci), BB 32 kg (70 pounds), serum kreatinin 0,5
mg/dL (normal 0,5-1,5 mg/dL). Hitung klirens kreatinin !
Metode Traub and Johnson
Clcr = (0,48 x TB/Scr)
Keterangan:
Clcr = kreatinin klirens (mL/menit/1,73 m2)
TB = Tinggi badan (cm)
Scr = Serum kreatinin (mg/dL)

Jawab:
A. Identitas pasien:
Nama : Ghazi
Usia : 10 tahun
BB : 32 kg
B. Data Subjektif
 Riwayat pengobatan, tidak ada riwayat pengobatan yang dicantumkan.
 Riwayat keluarga, tidak ada riwayat keluarga yang dicantumkan.
 Riwayat sosial, tidak ada riwayat sosial yang dicantumkan.
C. Objektif
 TB : 140 cm (55 inci)
 Scr : 0,5 mg/dL
 Clcr = (0,48 x TB/Scr)
= (0,48 x 55/0,5 mg/dL)
= 26,4/0,5 mg/dL
Clcr = 52,8
D. Assesmen
Pasien belum mendapat pengobatan untuk osteomyelitis nya.

E. Planning
Diberikannya obat vankomisin oleh tim dokter merupakan penanganan pada pasien yang
tepat. Vancomycin adalah antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri yang serius, dengan dosis 15-20 mg/kg IV setiap 8-12 jam (2-3 g/hari). Obat ini
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Obat ini biasanya disuntikkan ke
vena, biasanya 2 atau 2 kali sehari atau sesuai anjuran dokter. Obat ini harus disuntikkan
perlahan selama 1-2 jam.
F. Monitoring
 Tetap mengkonsumsi obat antibiotik hingga masa penyembuhan selesai.
 Menjaga pola makan dan hidup sehat.
KASUS 4

Suci 29 tahun G1, P1 hamil 8 minggu. Riwayat penyakit hipotiroid yang saat ini diobati dengan
levotiroksin 88 mcg p.o. Bagaimana potensi teratogenitas/birth defects?

Pada minggu ke-10 mengeluh mual dan muntah 2-3 kali/minggu. Dia masih mampu makan 2
kali/hari BB saat ini 72 kg, muntah setiap mencium bau ikan, saus sambal, dan kacang kacangan.
Dia mencoba menghindari makanan tersebut dan mencoba crackers namun mual muntah masih
terjiadi. Bagaimana penanganan mual muntah?

Suci kembali ke klinik pada minggu ke-12 kehamilan, BB turun 4 kg 3 minggu terakhir dan
susah minum juga minum obat) selama 2 minggu terakhir merasa dehidrasi dan pusing. Suci
direkomendasikan ke RS. Bagaimana tatalaksana terapi untuk kontrol mual muntah?

Umur kehamilan 30 minggu (mual muntah teratasi), merasa dada terasa panas
terbakar/heartburn yang semakin memburuk ketika berbaring. Apa penyebabnya dan bagaimana
pengatasannya?

Pada umur kehamilan 31 minggu, pemeriksaan urin positif mengandung leukosit esterase dan
nitrat dan hasil urinalisis menunjukan 105 Colony Forming Units/CFU E.coli. dia tidak
mengeluh dengan frekuensi dan urgensi ketika BAK dan tidak demam (suhu 37,1°C). mengaku
tidak ada alergi obat. Apa faktor ISK dan bagaimana tatalaksana terapi?

Jawab :

A. Identitas pasien
- Nama : Ny. Suci
- Umur : 29 tahun
- Jenis kelamin : perempuan
- BB : 72 kg
B. Data Subjektif
Riwayat penyakit : memiliki riwayat hipotiroid
Riwayat pengobatan : levotiroksin 88 mcg per oral dan mengaku tidak ada alergi obat

C. Data Objektif
- Pemeriksaan urin positif mengandung leukosit esterase dan nitrat dan hasil urinalisis
menunjukan 105 Colony Forming Units/CFU E.coli.
D. Assesment
- Riwayat penyakit hipotiroid yang diobati dengan levotiroksin 88 mcg p.o.apakah
sudah tepat
- Belum ada penanganan untuk mual muntah yang terjadi
- Terkena heartburn dan belum ada penanganannya
- Belum ada tatalaksana terapi untuk ISK
E. Planning
- Penyakit hipotiroid yang diobati dengan levotiroksin 88 mcg p.o sudah tepat dan
tidak perlu diganti karena penggunaanya pada kehamilan adalah kategori A pada
wanita hamil tidak menunjukkan adanya risiko terhadap janin, dan kecil
kemungkinannya untuk membahayakan janin. Levotiroksin tidak menyebabkan
gangguan pada bayi yang masih dikandung. Obat ini aman dikonsumsi selama
kehamilan, oleh karena itu tidak diperkenankan menghentikan konsumsi obat
tanpa petunjuk dari dokter.
- Tata laksana awal pada pasien dengan mual dan muntah pada kehamilan adalah
melakukan modifikasi diet dan menghindari pencetus. Jika gejala mual pada
kehamilan tidak kunjung membaik dengan melakukan modifikasi diet dan atau
menghindari pencetus, saat itulah obat-obatan golongan antiemetik mulai bisa
digunakan. Antiemetik lini pertama untuk mengobati mual muntah dalam
kehamilan adalah pyridoxine (vitamin B6).
- Untuk mengatasi dan mencegah heartburn pada ibu hamilbisa dengan
menghindari makanan yang terlalu asam, mengurangi asupan kafein, coklat, teh
pekat, makanan berminyak dan berlemak.juga memilih posisi tidur. Nyatanya,
posisi tidur yang tepat
- Pasien diberikan amoxicillin sebagai antibiotic dengan dosis 500mg.
Pasien diharpakan lebih menggunakan obat-obatan alami untuk mempercepat
penyembuhan infeksi saluran kemih seperti, mengkonsumsi yogurt atau makanan
probiotik lainnya.
Pasien diharapkan lebih sering mengonsumsi air putih untuk mempercepat
penyembuhan karena semakin sering minum air putih maka semakin seering
pasien buang air kecil agar dapat membilas kelebihan bakteri dalam saluran
kencing
Pasien diharapkan lebih sering membersihkan alat kelamin dari belakang kedepan
F. Monitoring
- Tepat mengonsumsi obat untuk penyakit hipoteroid
- Mengonsumsi banyak air sehingga tidak terjadi dehidrasi
- Menjaga pola makan dan mengonsumsi makanan yang sehat
- Banyak istirahat dirumah dengan memperhatikan posisi tidur dari pasien

Anda mungkin juga menyukai