BAB IV Dan BAB V Revisi
BAB IV Dan BAB V Revisi
60
61
faktor yang dapat membantu. Hal-hal yang menjadi dapat memperlancar kegiatan
pembinaan akhlak disebut dengan faktor pendukung, sedangkan hal yang dapat
mempersulit kegiatan pembinaan akhlak disebut juga faktor penghambat.
Kemudian dari hasil penelitian, peneliti menghimpun yang hal-hal yang
menjadi faktor pendukung dan penghambat kegiatan pembinaan akhlak
narapidana di Lembaga Kemasyarakatan Klas II.A Jambi diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak warga binaan Lembaga
Pemasyarakatan Klas II.A Jambi
Faktor pendukung adalah semua faktor yang sifatnya turut mendorong,
menyokong, melancarkan, menunjang, membantu, mempercepat terjadinya
sesuatu. Dalam hal ini, faktor pendukung tersebut berfungsi sebagai faktor yang
menunjang keberhasilan pembinaan akhlak narapidana di Lembaga
Kemasyarakatan Klas II.A Jambi.
Keberhasilan pembinaan akhlak warga binaan di Lembaga
Pemasyarakatan Klas II.A Jambi tak terlepas dari beberapa faktor pendukung
yang menunjang kegiatan dakwah tersebut.
a. Tingginya antusias dari warga binaan
Tingginya antusiasme menjadi salah satu faktor yang krusial dalam
pembinaan akhlak narapidana. Seperti yang disebutkan oleh bapak Emanuel
Harafea selaku kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi.
“Tingginya antusias para warga binaan sangat mempengaruhi
keberhasilan dakwah dalam pembinaan akhlak. Hal ini dibuktikan terlihat
dari semangat para warga binaan dalam melaksanakan kegiatan yang
telah kami berikan, khususnya kegiatan kerohanian.”1
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa faktor
internal dari narapidana itu sendiri menjadi faktor yang paling utama dalam
keberhasilan pembinaan akhlak di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi.
Hal ini dikarenakan niat yang kuat untuk berubah dan bertaubat merupakan hal
1
Hasil wawancara bapak Emanuel Harafea selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas
II.A Jambi, pada tanggal 7 september 2021
62
yang sangat dibutuhkan oleh seseorang yang ingin membuka lembaran baru
dalam hidupnya.
Keinginan narapidana yang kuat, menjadi dorongan tersendiri bagi para
pendakwah untuk semangat dalam membina akhlak narapidana menjadi lebih
baik. Selain itu, antusiasme yang tinggi menjadikan warga binaan tersebut ikut
berperan dalam pembinaan akhlak, seperti mengajak rekan-rekan yang lain
untuk ikut dalam pembinaan akhlak sehingga para pendakwah merasa terbantu
dengan narapidana yang memiliki antusiasme yang tinggi dalam membina
akhlak narapidana di Lembaga Kemasyarakatan Klas II.A Jambi.
b. Sarana dan prasarana yang cukup memadai
Adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai menjadi faktor yang
tidak bisa dilupakan dalam keberhasilan pembinaan akhlak narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi. Selain faktor dari para warga
binaan sendiri, Ilham selaku warga binaan menambahkan bahwa sarana dan
prasarana yang diberikan oleh pihak LAPAS sudah cukup membantu dalam
perbaikan akhlak.
“Sarana dan prasarana terhadap keperluan kerohanian sangat lengkap,
sehingga warga binaan dapat belajar dengan khusyuk.”2
2
Hasil wawancara bapak Ilham, salah satu warga binaan yang menjadi Da’i, tanggal 7
september 2021
63
narapidana sesuai dengan apa yang harapkan. Oleh karena itu, bapak Ilham
menjelaskan kekompakan yang terjadi disetiap unsur Lembaga
Pemasyarakatan termasuk kekompakan antara warga binaan dengan pegawai
yang bertugas sebagai berikut.
“Selain itu, pegawai LAPAS disini juga sangat membantu dalam
perbaikan akhlak warga binaan, koordinasi yang solid antara kami
(warga binaan) dengan pegawai menjadi salah satu faktor yang sangat
penting.”3
3
Hasil wawancara bapak Ilham, salah satu warga binaan yang menjadi Da’i, tanggal 7
september 2021
64
mendidik narapidana sebagaimana orang tua kepada anaknya atau secara garis
besar wali asuh adalah pengganti orang tua sementara selama narapidana dalam
masa pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Lebih lanjut, Ilham menambahkan adanya wali asuh yang diberikan oleh
pihak LAPAS menjadikan warga binaan menjadi lebih nyaman dalam
melaksankan kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal.
“Kami semua (warga binaan) diberikan wali asuh oleh pihak LAPAS
agar kami dapat menceritakan keluh kesah kami sehingga kami (warga
binaan) menjadi nyaman dengan kegiatan yang sudah dijadwalkan.”6
6
Hasil wawancara bapak ilham, salah satu warga binaan yang menjadi Da’i, tanggal 7
september 2021
7
Wawancara dengan Bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata Usaha LAPAS Jambi,
tanggal 7 september 2021
66
hanya tamat sekolah dasar dengan warga binaan yang sarjana universitas
islam. Oleh karena itu, perbedaan ini juga bisa disebut faktor penghambat
dari pelaksanaan kegiatan dakwah di LAPAS ini.”8
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa perbedaan
tingkat pendidikan dari objek dakwah (narapidana) berpengaruh dalam proses
kegiatan pembinaan akhlak. Karena dari perbedaan tingkat pendidikan, juga
mempengaruhi metode dakwah yang digunakan oleh da’i dalam melaksanakan
kegiatan pembimbingan akhlak narapidana.
Metode dakwah yang digunakan oleh seorang da’i dalam membimbing
akhlak narapidana yang berlatar belakang pendidikan sarjana tentunya tidak
dapat diterapkan kepada narapidana yang berlatar belakang pendidikan sekolah
dasar. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi para pendakwah dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Perbedaan tingkat pengetahuan agama
Sama halnya dengan perbedaan latar belakang pendidikan. Perbedaan
pengetahuan agama juga menjadi faktor pengahambat yang ditemukan para
Da’i dalam memperbaiki akhlak warga binaan di Lembaga Pemasyarkatan
Klas II.A Jambi. Karena banyak warga binaan yang belum bisa membaca Al-
Qur’an sehingga membuat kegiatan belajar mengajar mengulang dari awal
yaitu dari mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Perbedaan pengetahuan agama dari narapidana membuat para da’i
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda pula. Beberapa narapidana
memulai ajaran agama dari dasar, ada juga narapidana yang sudah memahami
dasar keagamaan. Sehingga proses pembelajaran agama haruslah bervariasi
agar ilmu yang diberikan diterima secara merata dan dapat diterapkan oleh
setiap narapidana secara utuh.
8
Hasil wawancara bapak Ilham, salah satu warga binaan yang menjadi Da’i, tanggal 7
september 2021
68
9
Hasil wawancara bapak Amin, selaku pegawai LAPAS bagian kerohanian agama Islam,
tanggal 7 September 2021
69
10
Hasil wawancara bapak Amin, selaku pegawai LAPAS bagian kerohanian agama
Islam, tanggal 7 September 2021
11
Wawancara dengan Bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata Usaha LAPAS Jambi,
tanggal 7 september 2021
70
12
Wawancara dengan Bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata Usaha LAPAS Jambi,
tanggal 7 september 2021
71
hal ini lebih lanjut disampaikan oleh bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata
Usaha Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi sebagai berikut :
“Sebenarnya kami sudah mempunyai buku-buku bahan ajar, akan tetapi
buku-buku tersebut belum mencukupi kebutuhan belajar dari warga
binaan disini.”13
13
Wawancara dengan Bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata Usaha LAPAS Jambi,
tanggal 7 september 2021
14
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan dari Retribusi ke Reformasi, Prad
Pramita, (1986), hlm. 28.
72
15
Dokumentasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi, profil LAPAS Jambi, tanggal
7 sempember 2021
16
Wawancara dengan bapak Sauqi selaku salah satu pegawai bagian Registrasi LAPAS
Jambi, tanggal 7 september 2021
73
Upaya yang dilakukan baik dari pihak LAPAS maupun para Da’i yang
berdakwah di LAPAS dalam mencari jawaban sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab dalam memperbaiki akhlak warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas
II. A Jambi agar para warga binaan dapat kembali diterima oleh masyrakat
sekitarnya dan memulai hidup yang lebih baik lagi.
Seperti yang disebutkan oleh Bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata
Usaha Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi sebagai berikut.
“Harapan kami, warga binaan dapat berubah sikapnya setelah kami bina
disini (LAPAS Klas II.A Jambi) sehingga mereka dapat berbaur kembali
dengan masyarakat sekitar. Akan menjadi sebuah kebanggan yang besar
bagi kami apabila mantan narapidana tersebut benar-benar telah berubah
dan diterima dengan baik oleh masyarakat luas. Maka dari itu, sudah
menjadi kewajiban kami untuk memperbaiki akhlak para warga binaan
disini.”18
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dicermati bahwa perubahan
akhlak narapidana menjadi lebih baik lagi menjadi tujuan utama dalam proses
pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambiu, hal tersebut juga
menjadi suatu kebanggaan tersendiri terhadap pihak LAPAS apabila tujuan
tersebut dapat dicapai. Bukan hanya sebagai proses penghukuman semata,
melainkan untuk membentuk karakter narapidana menjadi lebih baik dan dapat
diterima kembali di lingkungan masyarakat luas.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki akhlak
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi yang sudah penulis
himpun adalah sebagai berikut :
a. Memperdayakan sumber daya manusia yang ada di LAPAS
17
Wawancara dengan bapak Sauqi selaku salah satu pegawai bagian Registrasi LAPAS
Jambi, tanggal 7 september 2021
18
Wawancara dengan Bapak Sudarto selaku KASUBAG Tata Usaha LAPAS Jambi,
tanggal 7 september 2021
74
19
Wawancara dengan bapak Sauqi selaku salah satu pegawai bagian Registrasi LAPAS
Jambi, tanggal 7 september 2021
75
20
Hasil wawancara bapak Amin, selaku pegawai LAPAS bagian kerohanian agama
Islam, tanggal 7 September 2021
76
21
Wawancara dengan bapak Sauqi selaku salah satu pegawai bagian Registrasi LAPAS
Jambi, tanggal 7 september 2021
77
Kembali lagi kepada peran dari wali asuh yang berperan sebagai orang
tua narapidana ketika menjalani masa bimbingan di Lembaga Pemasyarakatan.
Memberikan saran serta motivasi tentang perubahan merupakan tugas utama
dari wali asuh sebagai bentuk upaya pendekatan secara personal di Lembaga
Pemasyarakatan.
Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak upaya yang
dilakukan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan baik itu staff kepegawaian
maupun upaya-upaya yang dilakukan oleh para Da’i dalam hal pembinaan akhlak
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi. Upaya tersebut
dilakukan demi perubahan sikap maupun kualitas dari warga binaan agar menjadi
manusia yang seutuhnya serta dapat diterima oleh masyarakat luas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
hasil penelitian tersebut sebagai berikut :
1. Metode dakwah yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi
sejauh ini sudah sesuai dengan teori dakwah yang ada. Perpaduan antara tiga
metode dakwah, yaitu metode dakwah hikmah, mauizhaah hasanah, dan
mujadalah, terbukti berhasil dalam memperbaiki akhlak para warga binaan di
Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya antusias warga binaan dalam mengikuti setiap kegiatan yang ada.
2. Kendala dalam pembinaan aklak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Klas II.A Jambi diantaranya : perbedaan tingkat pendidikan warga binaan,
perbedaan tingkat pengetahuan agama, faktor lingkungan keluarga warga
binaan, faktor lingkungan tempat tinggal warga binaan, faktor kurangnya
tenaga pengajar di LAPAS, dan kurangnya buku bahan ajar.
3. Keberhasilan dalam pembinaan akhlak di Lembaga Pemasyarakatan Klas II
A. Jambi, tentunya banyak upaya yang dilakukan oleh Da’i maupun dari
pihak LAPAS sendiri. Upaya tersebut diantaranya : memperdayakan sumber
daya manusia yang ada di LAPAS, menggunakan teori dakwah yang bersifat
defensif, dakwah secara perlahan bagi warga binaan, berbagai pendekatan
dilakukan, dan motivasi yang selalu diberikan kepada warga binaan.
B. Implikasi Penelitian
Adapun implikasi penulisan yang dapat penulis berikan untuk kegiatan
perbaikan akhlak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi adalah
sebagai berikut :
1. Menambah jumlah Da’i yang ikut andil dalam perbaikan akhlak narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi.
2. Lembaga Pemasyarakatan Klas II.A Jambi saat ini sudah memiliki sarana dan
prasarana yang sudah memadai. Namun, banyaknya kapasitas warga binaan
78
79
yang lebih banyak daripada fasilitas yang ada, membuat sarana dan prasarana
terlihat kurang memadai. Oleh sebab itu, diharapkan pemerintah pusat untuk
menambah fasilitas-fasilitas yang ada di Lembaga Pemasyarakatan yang ada
di seluruh wilayah Republik Indonesia pada umumnya dan pada khususnya
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A. Jambi untuk mendukung program-
program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
3. Menambahkan bahan ajar untuk warga binaan, agar dapat menjalani program
perbaikan akhlak dengan sungguh-sungguh.