Pertemuan ke-5
A. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam praktik keperawatan itu tidak sederhana, terjadi secara alami.
Kemampuan komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam pemberian perawatan
paliatif yang efektif. Komunikasi merupakan kemampuan vital perawat sebagaimana
mereka merupakan professional disamping klien setelah berita buruk disampaikan.
Perawat juga merupakan seseorang yang selalu ada disamping klien.
Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih
mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas seharihari.
Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi
dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan
tersebut yakni: Pengetahuan, Ketulusan, Semangat
1. Pengetahuan
Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam
perawatan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus
mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan
tugasnya setiap hari. Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana
asuhan keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan
mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam
proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan yang
bersangkutan karena telah meminta pendapatnya. Kemudahan dalam melaksanakan
tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri.
2. Ketulusan
Sekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi kepercayaan
yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja. Penampilan seorang
perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau mendengarkan
keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk melecehkannya atau mencemoohnya.
Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan denagn
pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan sikapnya
1
Edited with the trial version of
Foxit Advanced PDF Editor
yang tulus seorang perawat dapat membantu meringankan beban pasien tanpa
membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya.
3. Semangat
Dalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan seorang
perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat mempengaruhi
semangat pasien. Dengan semangat yang terus dipompakan oleh perawat keyakinan
pasien untuk sembuh lebih besar lagi. Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan
pasien untuk bekerjasama karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan,
keadaan ini dapat disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa
dikucilkan. Menghadapi situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri
keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien
dengan memberikan dorongan. Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam bekerja
juga memberikan semangat kepada pasien.
Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu :
a. Berbicara dengan pasien dan keluarga dengan budaya berbeda
Masalah yang sering terjadi adalah perihal bahasa dan persepsi tentang hal-hal
tradisional atau yang sifatnya turun-temurun pada budaya/sukunya. Sedangkan pada
masalah keyakinan akan hal-hal yang sangat kompleks pada budayanya, tidak jarang
keluarga atau pasien tidak memperdulikan apa yang kita katakan dan tetap
memegang keyakinan tersebut. Banyak yang terkesan ‘ngeyel’ dan menganggap
angin lalu segala informasi dari perawat. Namun sebagai perawat, tetap tugas kita
untuk mengedukasi. Kita bisa kaji hal-hal apa yang sekiranya membuat pasien dan
2
Edited with the trial version of
Foxit Advanced PDF Editor
keluarganya sulit menerima pembicaraan kita. Setelah itu kita bisa memperbaiki
metode komunikasinya.
b. Berbicara dengan pasien yang baru menerima berita buruk
Kebanyakan pasien yang baru saja menerima kabar buruk, sulit untuk diajak
berkomunikasi. Pasien tersebut cenderung menutup diri dan tidak mau merespon
perawat akibat perasaan sedih yang dialaminya. Kalaupun pasien mau berbicara,
mereka akan terus mengungkapkan penyesalan, ketidakterimaan, bahkan amarah.
Menghadapi kondisi seperti ini, perawat diharuskan untuk lebih sabar dan telaten,
tanpa memaksakan pasien merespon pembicaraan perawat. Hendaklah perawat
memberikan waktu bagi pasien untuk menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu,
dengan tetap memantau kondisi pasien.
c. Berbicara dengan dokter tentang masalah perawatan paliatif
Hal yang sering terjadi ketika perawat beromunikasi dengan dokter tentang
masalah-masalah pada perawatan paliatif adalah perdebatan. Dokter dan perawat
memiliki argumen yang berbeda yang menimbulkan suatu perdebatan. Karena
dokter mempunyai kewenangan yang lebih tinggi menyangkut pasien, biasanya
perawat yang akan mengalah dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh dokter.
d. Berbicara dengan pasien dan keluarga tentang perhatian spiritual
Spiritual, kepercayaan, atau agama adalah area yang sulit untuk kita masuki.
Sebagai seorang perawat, kita tidak memiliki kewenangan untuk mengharuskan
pasien melakukan apa yang kita perintahkan mengenai spiritual. Karena hal tersebut
menyangkut keyakinan pribadi tiap-tiap orang yang harus dihormati. Tapi kita tetap
harus melaksanakan tugas perawat sebagai pemberi edukasi perihal spiritual kepada
pasien dan keluarganya. Serta memfasilitasi pasien untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan yang dianutnya.
e. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit
Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata,
sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan
yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.
Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.
Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada
hubungnnya dengan jiwa
3
Edited with the trial version of
Foxit Advanced PDF Editor