Anda di halaman 1dari 15

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Perancangan

Perancangan adalah suatu kegiatan yang diawali dengan cara perbuatan

merancang, atau dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan dan

penjabaran objek, media, cara, alat, tujuan sampai segala macam tindakan terkait

dalam pencapaian tujuan tersebut sehingga mendapatkan susunan objek yang

tepat. Perancangan juga dapat diartikan sebagai jabaran keseluruhan

proses cara dan kebutuhan secara matang terkait segala sesuatu yang akan dibuat

atau dikerjakan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. Teori dasar yang ada

dalam peranangan terdiri dari:

1. Teori Grid

Grid berguna dalam mendesain sebuah buku karena ini bertujuan untuk

mengatur agar desain menjadi lebih rapi dan tertata. Penggunaan garis vertical

dan horizontal mempermukah penentuan tata letak suatu perancangan.

2. Teori Layout

Amborse dan Harris (2011) mengatakan layout merupakan penataan letak

antara gambar, huruf dan elemen lain dalam desain. Langkah-langkah untuk

mendapatkan layout yang baik yaitu dengan memperhatikan komposisi,

variasi, keseimbangan, irama, harmoni dan kontras dalam suatu perancangan.

10
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

3. Teori Warna

Anggraini dan Nathalia (2014) berpendapat warna merupakann unsur

terpenting dalam desain. Warna memiliki fungsi sebagai media penarik

perhatian, pembangkit emosi dan penegas suatu makna.

Teori Brewster menjelaskan warna-warna yang dikelompokkan menjadi 4

yaitu warna primer atau warna dasar (merah, biru, kuning), warna sekunder,

(campuran warna primer), warna tersier (campuran dari warna primer dan

warna sekunder) dan warna netral (campuan 3 warna dasar yang sebanding).

4. Teori Tipografi

Tipografi merupakan alat komunikasi yang berbentuk tulisan pada suatu

desain. Tipografi memiliki klasifikasi jenis huruf seperti Serif, Sans Serif,

Script, dan Dekoratif. Pemilihan tipografi yang sesuai dengan dengan makna

yang dimaksudkan, dapat berfungsi sebagai poin yang kuat dalam suatu

perancangan.

5. Teori Ilustrasi

Supriyono (2010) berpendapat ilustrasi merupakan sebuah gambar yang

bertujuan untuk memperjelas tulisan teks yang ingin disampaikan. Ilustrasi

memiliki tujuan agar dapat menarik perhatian, memperjelas arti teks serta

menunjukkan kesan terhadap suatu produk. Teknik pembuatan ilustrasi dibagi:

a. Ilustrasi gambar tangan, gambar ilustrasi yang dibuat dengan tangan dan alat

tradisional seperti kuas, krayon, spidol, pensil, tinta, car air dan sebagainya.

b. Ilustrasi fotografi, merupakan gambar ilustrasi yang mewakili suatu ide atau

pemikiran yang dibuat menggunakan alat berupa kamera.


library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

c. Ilustrasi teknik gabungan, merupakan penggunaan elemen desain dengan

mencampurkan beberapa teknik mulai dari teknik ilustrasi gambar serta

fotografi.

6. Teori Elemen Desain

Wucius Wong dalam “Principle of Form and Design” (Wong, 1993)

mengemukakanada empat pembagian elemen desain antara lain Conceptual

Elemen, Point, Line, Plane danVolume.

B. Tinjauan Buku Cerita Bergambar

1. Pengertian Buku Cerita Bergambar

Buku bergambar merupakan sebuah buku yang menyampaikan isi cerita

melalui gambar dan teks. Menurut Mitchell (2008) yang menyatakan bahwa

buku cerita bergambar terdapat keterkaitan antara teks dengan gambar menjadi

sebuah cerita yang ingin disampaikan biasanya terdapat tujuan cerita yang

ingin disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rothlein dan Meinbach

(1991) yang menyatakan bahwa buku cerita bergambar merupakan sebuah

buku yang memiliki gambar ilustrasi dan terdapat sebuah tulisan cerita

bertujuan untuk menceritakan isi gambar sehingga pesan antara gambar dan

tulisan saling terkait dan memiliki cerita yang menarik.

Adipta, Maryaeni, dan Hasanah (2016) menjelaskan buku cerita

bergambar merupakan buku yang memiliki cerita yang ringan dan sederhana

dan diilustrasikan dalam bentuk sebuah gambar, sehingga pesan yang ingin

disampaikan kepada para pembaca dapat tersalurkan dengan baik sehingga

pembaca dapat mengerti isi cerita yang ingin disampaikan.


library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

2. Jenis Buku Cerita bergambar

McElmeel (2002) berpendapat jenis-jenis buku cerita bergambar adalah

sebagai berikut:

a. Fiksi, merupakan buku yang berisi cerita khayalan atau tidak nyata.

b. Historis, merupakan buku cerita yang menceritakan tentang cerita-cerita

yang terjadi dimasa lampau dan benar-benar terjadi.

c. Biografi, merupakan buku cerita yang menggambarkan tentang cerita

kehidupan suatu tokoh dari lahir, perjalanan kehidupannya, hingga

kematiannya.

d. Informasi, buku cerita ini biasanya memberikan informasi-informasi seputar

lingkungan, alam dan pengetahuan.

e. Cerita rakyat, merupakan buku cerita yang berdasarkan dari cerita rakyat

turun temurun seperti legenda atau mitos.

3. Karakteristik Buku Cerita Bergambar

Faizah (2009) mengemukakan karakteristik buku cerita bergambar antara

lain:

a. Ringkas dan langsung, buku cerita bergambar memiliki cerita yang ringkas

dan sederhana.

b. Memiliki series, buku cerita bergambar biasanya memiliki cerita series yang

saling berkaitan antar setiap ceritanya.

c. Mudah dipahami oleh anak, buku cerita bergambar biasanya dipertunjukkan

untuk anak, hal ini yang menjadikan bahasa dalam tulisan dibuku cerita

bergambar sederhana agar anak dapat memahami materi yang ingin

disampaikan.
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

d. Terdapat ilustrasi, ilustrasi memiliki tujuan agar dapat memvisualisasikan

teks tulisan cerita dalam bentuk gambar agar anak dapat lebih paham

mengenai materi yang ada dibuku cerita bergambar.

4. Manfaat Buku Cerita Bergambar

Faiza (2009) menjelaskan manfaat dalam buku cerita bergambar antara

lain:

a. Merangsang imajinasi anak, hal ini dikarenakan anak dapat membayangkan

isi cerita melalui imajinasi mereka sendiri ataupun anak dapat berimajinasi

tentang gambar yang ada didalam buku cerita bergambar.

b. Mudah dipahami oleh anak, hal ini dikarenakan pada buku cerita bergambar

menggunakan bahasa yang sederhana sehingga memudahkan anak untuk

memahami isi cerita.

Davis (1997) menjelaskan manfaat buku cerita bergambar antara lain:

a. Mendorong semangat belajar, hal ini dikarenakan bentuk visual yang

menarik berisi gambar-gambar dan dibuat dengan tulisan yang menarik,

sehingga ini dapat membuat anak lebih termotivasi untuk mempelajari hal

yang baru.

b. Berisi cerita tentang kehidupan sehari-hari, buku cerita bergambar dapat

menceritakan tentang kejadian yang dialami oleh anak atau yang didekat

dengan anak.

C. Tinjauan Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Sumantri, Mulyani, dan Johar (2000) berpendapat media pembelajaran

merupakan sebuah alat yang menyampaikan pesan berupa materi ke peserta


library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

didik agar dapat tertarik untuk belajar.Adam danSyastra (2015) berpendapat

bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang memberikan suatu

informasi atau pesan kepada peserta didik agar tujuan dalam pembelajaran

dapat tercapai.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Daryanto (2013) menjelaskan fungsi media pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Memperoleh gambaran yang jelas ketika materi pembelajaran susah

diamati secara langsung seperti hewan dan alam semesta.

b. Dapat meringkas segala peristiwa dengan waktu yang pendek seperti

proses pembuatan gula dan sebagainya.

c. Dapat memperlihatkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Rohman dan Sofan (2013) memaparkan fungsi dari media pembelajaran

yaitu sebagai sumber belajar, fungsi semantik (menambah pembendaharaan

kata atau simbol) dan memiliki fungsi manipulatif (dapat menggambarkan

suatu kejadian atau peristiwa).

3. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Anitah (2009) menjelaskan jenis-jenis media pembelajaran terbagi

menjadi:

a. Media visual (gambar, ilustrasi, foto, lukisan, dan lain-lain)

b. Media audio (tape recorder, radio, MP3, dan lain-lain)

c. Media audiovisual (slide suara dalam power point, film, video dokumenter,

dan lain-lain)
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

D. Tinjauan Pop-Up Book

1. Pengertian Pop-Up Book

Pop-Up Book merupakan sebuah buku yang menggunakan teknik

penyusunan kertas dalam pembentukannya sehingga ketika dibuka

menampilkan bentuk 3 dimensi dan ketika ditutup akan berbentuk 2 dimensi

(Iizuka, Endo, Mitani, Kanamori, dan Fukui, 2011).Ruiz (2015) berpendapat

Pop-Up Book merupakan buku dengan bentuk 3 dimensi dan memiliki gerakan

pada bagian salah satu gambar yang akan menjadi daya tarik pembaca.

2. Teknik Pop-Up Book

Siregar dan Rahmah (2016) menjelaskan teknik pembuatan Pop-Up Book

sebagai berikut:

a. Flaps, merupakan teknik paling sederhana berbentuk seperti jendela.

b. V-Folding, merupakan teknik lipatan berbentuk V dan akan dapat berdiri

saat dibuka.

c. Internal Stand, merupakan teknik pemotongan bagian dalam landasan dan

pelipatan yang terbalik agak dapat berdiri dan menimbulkan efek 3d saat

dibuka.

d. Volvelles, teknik ini menampilkan unsur lingkaran dalam pembuatannya.

e. Peepshow, teknik ini merupakan teknik yang tersusun dari tumpukkan

kertas yang memberi efek perspektif.

f. Pull-tabs, merupakan teknik yang dapat ditarik atau digeser ke berbagai

arah.

g. Carousel, merupakan teknik dengan tali yang ketika ditarik akan

menghasilkan gambar 3 dimensi.


library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

h. Boxand Cylinder, merupakan teknik yang dibentuk seperti kotak atau kubus

yang ada di tengah lipatan.

3. Jenis Pop-Up Book

Nurwahidah (2018) menjelaskan jenis-jenis Pop-Up Book berdasarkan

cara pandang visual antara lain:

a. Terbuka 90°, model Pop-Up Book ini akan terlihat bentuk 3 dimensi ketika

dibuka selebar 90°.

b. Terbuka 180°, model Pop-Up Book ini akan terlihat bentuk 3 dimensi

ketika dibuka selebar 180°.

c. Terbuka 360°, model Pop-Up Book ini akan telihat bentuk 3 dimensi

ketika dibuka secara keseluruhan atau selebar 360°, biasanya Pop-Up

Book ini bertujuan untuk memvisualisasikan bangunan atau alam.

Rahmawati (2015) menjelaskan jenis Pop-Up Book dari segi struktur

antara lain sebagai berikut:

a. Semi-auto movement component, ketika Pop-Up Book dibuka maka

gambar muncul dari tengah dengan satu langkah gerakan.

b. Manual movement component, ini merupakan bagian ketika Pop-Up Book

ditutup, dditarik, dan dibuka, maka dapat bergerak dengan dua langkah.

c. Semi-auto manual combination, ini merupakan kombinasi semi-auto dan

manual combination.

4. Manfaat Pop-Up Book

Manfaat Pop-Up Book menurut Dzuanda (2011) yaitu menambah

kreativitas anak, merangsang imajinasi dan menambah pengetahuan. Bluemel

dan Taylor (2012) menjelaskan manfaat dari Pop-Up Book antara lain:
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

a. Kecintaan kepada buku, anak akan tertarik kepada Pop-Up Book, sehingga

anak dapat penasaran kepada buku-buku yang lain.

b. Menangkap makna melalui gambar 3 dimensi, anak akan mengerti atau

paham ketika melihat gambar sehingga walaupun anak belum dapat

membaca anak akan paham dengan gambar.

E. TinjauanKekerasan Seksual

Kekerasan seksual adalah segala perilaku berupa kata kata atau perbuatan

yang merendahkan dan memanfaatkan yang tidak disetujui oleh korban,

berhubungan dengan hubungan seks atau pemuasan nafsu seksual. Bentuknya

dapat berupa candaan porno, memperlihatkan bagian tubuh, gambar porno,

menyentuh bagian tubuh hingga pemaksaan melakukan hubungan seksual.

UU Nomor 23 Tahun 2002 kekerasan seksual pada anak merupakan segala

bentuk tindakan berkaitan seksual pada anak dibawah umur 18 tahun. Jenis

kekerasan seksual berdasarkan identitas pelaku (Tower, 2002) sebagai berikut :

1. Familial abuse (incest)

Incest merupakan pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang yang

masih punya hubungan darah atau keluarga pada korban. Kekerasan tersebut

dapat berupa:

a. Sexual molestation (penganiayaan), terdiri dari hubungan noncoitus,

petting, fondling, exhibitionism, dan voyeurism.

b. Sexual assault (perkosaan), terdiri dari oral atau berhubungan intim,

masturbasi, fellatio (oral pada penis), cunnilingus (oral pada klitoris)

c. Forcible rape (perkosaan paksa) berupa segala bentuk stimulasi yang

dilakukan secara paksa dan dengan kekerasan.


library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

2. Extrafamilial abuse

Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang non-keluarga yang masih

berhubungan dekat ataupun tidak dikenal oleh anak. Perilaku seksual yang

terjadi biasanya berupa :

a. Nudity (menelanjangi anak)

b. Disrobing (membuka pakain di depan anak)

c. Genital Exposure (menunjukan alat kelamin)

d. Observations of the child (saat anak mandi, buang air)

e. Mencium anak yang memakai pakaian dalam

f. Fondling (meraba-raba)

g. Masturbasi

h. Fellatio (stimulasi pada penis, korban maupun pelaku)

i. Cunnilingus (stimulasi pada vagina, korban atau pelaku)

j. Digital penetration (pada anus atau rectum)

k. Penile Penetrations (pada Vagina)

l. Digital penetration (pada Vagina)

m. Penile Penetrations (pada anus atau rectum)

n. Dry intercourse (stimulasi tubuh korban dengan penis pelaku)

Faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual pada anak dari sudut pandang

pelaku (Wickman dan West, 2002):

1. Faktor internal, terdiri dari faktor biologis, faktor moral serta faktor kejiwaan

pelaku.
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2. Faktor Eksternal, yaitu terdiri dari lingkungan sekitar seperti faktor media

massa, faktor ekonomi, dan social budaya si pelaku, termasuk kurangnya

pendgetahuan dan pendidikan terkait seksualitas.

Dampak kekerasan seksual pada anak-anak terbagi menjadi 4 kategori

(Tower, 2002):

a. Penghianatan (betrayal)

Anak akan merasa lingkungan tempatnya menjadi korban pelecehan entah

itu sekolah, bahkan rumah adalah tempat yang tidak dapat lagi dipercaya dan

anak akan merasa dikhianati.

b. Trauma Seksual (Traumatic Sexualization)

Trauma atau ketakutan yang terjadi kepada korban menyebabkan korban

tidak mau berhubungan seksual lagi.

c. Merasa Tidak Berdaya

Korban kekerasan seskual anak maupun dewasa akan merasa tidak berdaya

mengalami kecemasan, fobia, dan lemah dalam kehidupannya.

d. Stigmatizations

Efek akibat ketidakberdayaan korban kekerasan seksual tersebut

menyebabkan rasa bersalah, malu, merasa kotor dan menganggap dirinya

berbeda.

F. Tinjauan Perkembangan Psikoseksual Anak Usia 5-6 Tahun

1. Pengertian Pendidikan Seks

Pendidikan seks merupakan suatu pengetahuan seputar jenis kelamin,

fungsi kelamin, perbedaan kelamin perempuan dan laki-laki, alat reproduksi

dan lain-lain (Rokib, 2008). Solihin (2015) mengemukakan pendidikan seks


library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

adalah penyampaian informasi meliputi indentitas diri, kesehatan reproduksi,

body image, dan peran gender.

2. Perkembangan Psikoseksual Anak Usia 5-6 Tahun

Santrock (2007) mengemukakan bahwa perkembangan seksual terjadi

sejak usia dini. Teori psikoseksual yang dikemukakan oleh Sigmund Freud

beranggapan bahwa seksual anak usia dini yaitu anak mulai paham dengan alat

kelaminnya sendiri sehingga anak akan mengeksplorasi tubuh mereka sendiri

sesuai dengan tahap perkembangan.

Teori psikoseksual menyatakan bahwa psikoseksual anak meliputi tahap

oral, anal, falik, dlatency, dan genital yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Fase oral (0-1 tahun), adalah anak memiliki kepuasaan segala sesuatu

didaerah mulut. Kebutuhan pada fase oral ini merupakan kebutuhan yang

sifatnya harus dipuaskan.

b. Fase anal (1-3 tahun), pada fase ini kesenangan atau kenikmatan anak

berada pada sekitar anus. Pada masa ini lebih baik orang tua mengajarkan

kepada anak mengenai toilet training, karena anak akan mulai kenal dengan

rasa ingin buang air besar dan buang air kecil.

c. Fase Falik (3-6 tahun), pada masa ini anak sedang memasuki tahap falik,

yang memiliki ciri-ciri bahwa alat kelamin merupakan pusat kenikmatan,

anak akan merasakan alat kelaminnya sebagai bagian yang menyenangkan.

Eksplorasi mencangkup mengelus diri sendri, memeluk boneka atau hewan

peliharaan, dan percobaan lainnya. Masa ini merupakan masa yang penting

karena untuk perkembangan identifikasi jenis kelamin pada anak, atau peran

gender yang seharusnya. Ketika pada masa ini anak tidak didukung untuk
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

mengidentifikasi dirinya sesuai dengan peran gender maka anak akan

mengalami bias atau kesimpangan dalam mengidentifikasi dirinya sebagai

seorang laki-laki atau perempuan.

d. Fase latency (7-10 tahun), pada masa ini kebutuhan seksual pada anak sudah

tidak terlihat lagi, anak mulai tertarik kegiatan yang sesuai dengan peran

gender. Orang tua dapat mengarahkan atau menyalurkan kegiatan-kegiatan

anak di sekolah yang sesuai dengan gender anak.

e. Fase genital (10-15 tahun), pada masa ini anak udah mulai ada ketertarikan

pada lawan jenis, mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis, belajar

mencinai dan kasih sayang. Pada tahap ini anak juga memasuki tahap

pubertas, dimana alat kelamin anak sudah dapat berfungsi sebagaimana

mestinya. Peran orang tua sangat mempengaruhi agar anak tidak salah

pergaulan dan orang tua dapat menjelaskan tentang alat reprouduksi kepada

anak dengan baik dan jujur sehingga anak akan paham tentang alat

reproduksi mereka.

3. Tahapan Pengenalan Pendidikan Seksual

Hurlock (2003) berpdendapat bahwa pengenalan pendidikan seks pada

anak penting dikenalkan sejak usia dini, dikarenakan pada masa ini anak dapat

menyerap segala informasi. Pemberiam informasi tentang seks harus dilakukan

dengan sesuatu yang konkret, dan penyampaiannya yang wajar, jelas, jujur,

dan menggunakan bahasa sederhana. Berikut tahapan pengenalan pendidikan

seks kepada anak:

a. Usia 1-2 tahun, pada usia ini anak mulai paham mengenai perbedaan laki-

laki dan perempuan beserta dengan alat kelaminnya. Orang tua dapat
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

memperkenalkan alat kelamin anak sendiri sesuai dengan fungsinya besrta

nama dari alat kelamin tersebut. Hindari memakai istilah yang tidak benar

terkait dengan nama alat kelamin dikarenakan anak akan kebingungan,

orang tua dapat menggunakan istilah biologi dalam pengenalan nama alat

kelamin.

b. Usia 3-6 tahun, pada usia ini anak mulai bertanya-tanya yang berhubungan

dengan seks seperti “bayi keluar darimana?”, “adik bayi datang darimana?”.

Orang tua dapat mempekenalkan tentang fungsi alat reproduksi dan

hubungan intim menggunakan bahasa yang sederhana, selain itu ini

merupakan langkah awal memberitau anak dan melindungi anak dari

tindakan kekerasan seksual.

c. Usia 6-8 tahun,pada tahap ini orangtua dapat mengajarkan kepada anak

bagaimana anak melindungi dirinya sendiri, dan berani untuk mengatakan

tidak apabila ada yang membujuk membuka pakaian anak, dan mengatakan

tidak ketika anak diberi makanan atau minum dari orang yang tidak dikenal.

4. Manfaat Pendidikan Seks

Haryono, Anggraini, Muntomimah, dan Iswahyudi (2018) berpendapat

bahwa pendidikan seks yang diberikan kepada anak sejak usia dini memiliki

beberapa manfaat antara lain:

a. Pengetahun Seks, pengenalan pendidikan seks kepada anak agar anak

mengetahui tentang perbedaan alat kelamin, kebersihan alat kelamin, dan

anak mengerti mengenai fungsi organ serta cara menjaga kebersihan alat

kelamin.
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

b. Menghindari kekerasan seksual, pemberian informasi pendidikan seks pada

anak agar anak dapat bersikap dengan tepat jika ada seseorang yang ingin

berbuat tindak kekerasan seksual pada anak.

Anda mungkin juga menyukai