Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MAKALAH

PENCEGAHAN TERSIER PADA PENGGUNA NAPZA

Dosen Pengampuh : Juhelnita Bubun, S.Kep,. Ns,. M.Kep.

Di susun oleh

Kelompok 3 :

Rifai Tamarwut

Ratu Ananda Tria Saman

Sugiarti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidayah-Nya sehinga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENCEGAHAN TERSIER PADA
PENGUNAAN NAPZA” ini tepat pada waktunya

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
HIV/AIDS. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami ampuh

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Juhelnita Bubun, S.Kep,. Ns,.
M.Kep. selaku Dosen Mata Kuliah HIV/AIDS yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami ampuh

Kami menyadari sungguh dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penulisan, tata bahasa, serta penyusunannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi bekal pengalaman
kami untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih.

2
DAFTAR ISI

Sampul.................................................................................................................................1

Kata pengantar.....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................6
1.3 Tujuan......................................................................................................................6

BAB II Pembahasan............................................................................................................7

2.1 Pengertian Narkoba................................................................................................7


2.2 Sejarah Singkat Narkoba........................................................................................8
2.3 Dampak Penyalahgunaan Narkoba.........................................................................9
2.4 Cara Pencegahan Narkoba......................................................................................12

BAB III Penutup..................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15

3.2 Saran.......................................................................................................................15

Daftar Pustaka......................................................................................................................16

Lampiran..............................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang sangat kompleks yang


memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam kedokteran
sebagian besar narkoba masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan
atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila
disertai peredaran dihalur ilegal akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda. Indonesia saat ini tidak hanya sebagai transit
perdagangan gelap serta tujuan peredaran narkoba, tetapi juga telah menjadi produsen dan
pengekspor (Kemenkes RI, 2014).

Salah satu persoalan besar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia dan juga bangsa-
bangsa lainnya di dunia saat ini adalah seputar maraknya penyalahgunaan narkotika dan
obat-obatan berbahaya (Psikotropika) ,yang semakin hari semakin mengkhawatirkan.
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus
dicarikan jalan penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukkan akibat
dari masalah tersebut diatas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun
non materi. Banyak kejadian, seperti perceraian atau kesulitan lain bahkan kematian yang
disebabkan oleh ketergantungan terhadap narkotika dan obat-obat terlarang.

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Provinsi Kalimantan Timur sudah


sangat memprihatinkan, berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional bekerjasama
dengan Puslitkes Universitas Indonesia angka Prevalensi penyalahgunaan narkoba 3,07%
dari jumlah penduduk usia produktif. Angka tersebut sangat tinggi dibandingkan dengan
angka Prevalensi Nasional sebesar 2,8%.

Penyalahgunaan adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/menyimpang.


Karena sifatnya adalah perbuatan penyelewengan, maka perlu dilarang, dicegah, dan
dihentikan. Perbuatan penyalahgunaan biasanya dilakukan secara ilegal dan tersembunyi.
Dampak negatifnya ditandai dengan intoksikasi (masuknya khasiat racun) sepanjang hari,

4
tidak mampu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan,
walaupun sakit fisiknya kambuh.

Bila narkotika digunakan secara terus menerus atau lebih dari takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan atau kecanduan inilah
yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-
paru.
Kota Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur memiliki Luas 718 KM2
dengan jumlah penduduk 938.000 jiwa, memiliki potensi sumber daya alam dan potensi
ekonomi yang cukup tinggi dan sebagai pusat perdagangan, jasa dan perindustrian,
tersedia tempat hiburan malam, pusat perbelanjaan dan sarana prasarana fasilitas Kota
lainnya, apabila tidak dikelola dengan baik oleh Sumber Daya Manusia yang sehat
jasmani dan rohani akan menimbulkan permasalahan sosial yang berakibat pada Kota
Samarinda dijadikan lahan target dan sasaran bagi pengedar gelap Narkoba.

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Kota Samarinda sudah sangat


mengkhawatirkan dimana posisi Kota Samarinda pada urutan pertama dari 15 Kab/kota
Se-Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara berdasarkan data penanganan kasus oleh
Kepolisian Resort Kota Samarinda yang dihimpun oleh Polda Kaltim-Kaltara.

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Kota Samarinda Penyebarannya sangat


luas dari wilayah perkotaan hingga ke kelurahan di pinggiran Kota dengan para
penyalahguna dan pengedar narkoba mayoritas dari jenis kelamin Pria namun banyak
juga dari wanita, dari sisi usia terbanyak berusia muda/usia produktif namun ada juga
yang berusia tua bahkan dari anak-anak, dari sisi berbagai latar belakang pekerjaan mulai
dari Pelajar, Mahasiswa, Karyawan swasta, Pegawai Negri Sipil, TNI/POLRI, Politisi,
Pengusaha sampai pada yang tidak mempunyai pekerjaan/pengangguran dan dari sisi
status ekonomi mulai yang kaya, menengah, sampai yang miskin.

Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba telah menjadi sebuah ancaman serius bagi
masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu pemerintah membentuk sebuah badan
khusus yang bertugas melakukan pencegahan dan penanggulangan bagi peredaran dan
penyalahgunaan Narkoba, mulai dari tingkat nasional hingga kecamatan. Diseluruh
wilayah Republik Indonesia, badan ini telah dibentuk dengan tujuan yang sama, yakni

5
memerangi peredaran dan penyalahgunaan Narkoba. Secara umum diakui bahwa
permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia sangatlah kompleks, baik dilihat dari
penyebab maupun penanganannya. Bila dilihat dari penyebab terjadinya, penyalahgunaan
narkoba disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi yaitu faktor
lingkungan dan faktor individu.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika yang


mengamanatkan pencegahan, perlindungan dan penyelamatan bangsa indonesia dari
penyalahgunaan narkotika serta menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial
bagi penyalahgunaan dan pecandu narkotika, dimana pada pasal 54 menyebutkan bahwa
"korban penyalahgunaan dan pecandu narkoba wajib rehabilitas". Undang-undang
tersebut juga sudah mengatur bahwa rehabilitasi adalah altemative lain dari hukuman
penjara. Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal
mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai
dengan kebutuhan (Depkes, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Narkoba?


2. Bagaimana Sejarah Singkat Narkoba?
3. Apa Saja Jenis Narkoba Yang Umumnya Disalahgunakan?
4. Apa Saja Dampak penyalahgunaan Narkoba?
5. Bagaimana Cara Pencegahan Narkoba?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu narkoba


2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah singkat narkoba
3. Untuk mengetahui jenis narkoba yang umumnya disalahgunakan
4. Untuk mengetahui dampak penyalahgunaan narkoba
5. Untuk mengetahui cara pencegahan narkoba

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Narkoba

Pengertian narkoba menurut bahasa :

Narkoba atau narkotika, psikotropika, dan obat terlarang adalah obat atau zat yang
berasal dari tumbuhan dengan tambahan zat kimia lainnya baik yang sintesis ataupun
semi sintesis yang telah menyebabkan perubahan atau penurunan kesadaran.

Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa


psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau
obatobatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat
pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.

Mengenai obat-obatan yang dapat menimbulkan ketergantungan ini diatur dalam


Undang-undang di Indonesia seperti Undang-undang No. 35 tahun 2009, Undangundang
No. 5 tahun 1997 dan beberapa undang-undang lainnya.

Pengertian narkoba menurut para ahli :

[Jackobus,2005]

]Narkoba adalah obat atau zat yang berasal dari bukan tanaman maupun bukan tanaman,
baik semi sintesis atau sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran. Selain itu, narkoba juga bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa
nyeri dan bisa menimbulkan ketergantungan.

[Ghoodse,2002]

Narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk merawat kesehatan, saat zat tersebut
masuk kedalam organ tubuh maka akan terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam
tubuh. Lalu dilanjutkan lagi dengan ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh,
sehingga jika zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya maka akan terjadi gangguan
secara fisik dan psikis.

7
2.2 Sejarah singkat narkoba

Awal adanya narkoba yaitu di Samaria pada tahun 2000 SM yang dikenal dengan opium
atau candu. Bunga opium tumbuh subur di dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai
500 m diata permukaan laut. Penyebaran bunga opium ke arah Cina, India dan

beberapa wialayah asia lainnya. Pertumbuhan bunga opium di Cina sangat subur
dalam penyebarannya.

Pada tahun 1806 dokter yang bernama Friedrich Wilhelim sertuner menemukan
campuran bunga candu dengan amoniak. Campuran ini dinamakan morphhin yang
namanya diambil dari nama dewa mimpi dari Yunani bernama Morphius.

Kemudian pada tahun 1856, ketika perang saudara di Amerika Serikat, morphin
menjadi semakin terkenal. Awalnya Morphin digunakan untuk penghilang rasa sakit yang
diderita ketika terluka di medan perang. Namun banyak tentara yang ketagihan
mengkonsumsi mophin.

Pada tahun 1874, Alder Wright yang merupakan ahli kimia London merebus cairan
morpin dengan asam anhidrat. Adam ini merupakan cairan ama yang ada pada jamur.

Campuran kedua ini diuji cobakan pada seekor anjing.

Hasilnya anjing tersebut langsung tiarap, mengantuk, ketakutan dan muntah-muntah.


Pada tahun 1898, campuran tersebut diproduksi dengan nama Heroin sebgai obat
penghilang rasa sakit.

Di akhir tahun 1970-an, pusat penyebaran candu dunia berada di daerah Golden
Triangle yang memproduksi 700ribu tin setiap tahunnya. Tingkat tekanan hidup manusia
yang tinggi dan teknologi yang semakin maju memberikan dampak yang cukup tinggi.
Tekonologi yang semakin maju membuat campuran-campuran morphin menjadi semakin
mudah dibentuk obat-obatan.

8
2.3 Jenis Narkoba Yang Umumnya Disalahgunakan

A) Narkotika

1.Ganja/Mariyuana/Kanabis Sativa ( Halusinogen)

Ganja yang dikenal juga dengan nama cannabis sativa pada mulanya banyak digunakan
sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan ringan).

Efek yang di timbulkan oleh pecandu ganja

• Pemakai cenderung lebih santai

• Rasa gembira yang berlebihan

• Sering berfantasi atau mengkhayal

• Aktif berkomunikasi

• Nafsu makan bertambah besar

• Sensitive

2. Morfin

Morfin adalah obat yang berfungsi untuk meredakan rasa nyeri derajat parah. Obat ini
memengaruhi tubuh dalam merespons sakit atau nyeri.

Namun, jika disalahgunakan, morfin bisa memberikan efek samping sebagai berikut:

• Penurunan kesadaran

• Euforia atau rasa senang berlebihan

• Kebingungan

• Jantung berdebar-debar

• Mengakibatkan impotensi pada pria dan gangguan menstruasi pada wanita

3. Kokain

Efek dari penggunaan kokain dapat menyebabkan paranoid, halusinasi serta berkurang
rasa percaya diri. Pemakaian obat ini akan merusak saraf di otak. Selain memperburuk
system pernafasan, penggunaan yang berlebihan sangat membahayakan dan bisa

9
membawa kematian. Kokain yang turunannya putaw sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia

4. Heroin

Heroin alias diamorfin adalah hasil pengolahan morfin secara kimiawi. Narkotika
yang satu ini dapat menimbulkan efek yang lebih kuat dibandingkan morfin itu
sendiri.

Efek penggunaaan morfin, heroin (putaw) :

- Dapat menekan kegiatan system syaraf

- Memerlambat pernapasan dan detak jantung

- Memperbesar pembuluh darah

- Adanya perasaan mual-mual dan muntah-muntah bagi korban pemula.

Bila overdosis dapat merenggut nyawa

- Mengganggu kerja organ tubuh seperti jantung, lever, paru, ginjal dan usus.

B) PSIKOTROPIKA

1. Sabu

Sabu-sabu atau metamfetamin adalah jenis narkotika berbentuk seperti kristal


berwarna putih yang memiliki efek stimulan.

Efek samping yang bisa terjadi akibat penyalahgunaan sabu-sabu, antara lain:

• Gangguan tidur

• Menurunnya konsentrasi hingga kehilangan ingatan

• Paranoid

• Detak jantung cepat

• Euforia atau sensasi bahagia yang berlebihan

2. Ekstasi

Ekstasi beredar dalam bentuk tablet dan kapsul dengan ukuran sebesar kancing
kerah baju yang berdiri dari berbagai macam jenis
10
• Akibat menggunakan ekstasi adalah

• Diare/mual-mual, muntah

• Hiperaktif

• Gemetar tak terkontrol

• Denyut nadi sangat cepat

• Hilang selera makan

C) Bahan adiktif

Meskipun bahan zat adiktif bukan narkotika atau psikotropika tetapi


penyalahgunaannya dapat berdampak buruk bagi penggunanya, karena dapat
menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. Selain merusak kesehatan diri pribadi
akibat minuman keras yang mengandung etanol, karbohidrat, tapi dapat memabukkan
orang yang menenggaknya. Begitu juga tembakau yang mengandung tar dan nikotin
yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner.

2.4 Dampak penyalahgunaan Narkoba

2.4.1 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik:

• Berat badannya akan turun secara drastis.

• Matanya akan terlihat cekung dan merah.

• Mukanya pucat.

• Bibirnya menjadi kehitam-hitaman.

• Tangannya dipenuhi bintik-bintik merah

• Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,


gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

• Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,


kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

11
• Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur

2.4.2 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis:

• Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

• Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

• Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

• Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

• Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.

2.4.3 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial:

• Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh


lingkungan

• Merepotkan dan menjadi beban keluarga  Pendidikan menjadi


terganggu, masa depan suram  Dampak fisik, psikis dan sosial
berhubungan erat.

2.5 Cara pencegahan narkoba

Saat ini ada 3 tipe pencegahan penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh Badan
Narkotika Nasional (BNN) yaitu :

2.5.1 Pencegahan Primer

Pencegahan Primer merupakan tindakan pencegahan yang dilakukan sejak dini


supaya orang tidak menyalahgunakan narkoba. Sasaran utamanya adalah anak atau
remaja, keluarga dan kesatuan masyarakat yang belum terkena masalah penyalahgunaan
Narkoba.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

 Penyuluhan tentang bahaya narkoba dan upaya-upaya pencegahan yang bisa di


lakukan.

12
 Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.

 Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.

Bisa juga di lakukan dengan metode yang sudah di rekomendasikan oleh UNODC
(United Nation Office on Drugs and Crime) yaitu pencegahan penyalahgunaan narkoba
dengan melalui berbasis ilmu pengetahuan.

Metode kali ini mengutamakan kerjasama dengan keluarga, sekolah, masyarakat


ataupun komunitas tertentu untuk mengembangkan program pencegahan yang
menekankan pada aspek pendidikan (edukasi).

2.5.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah untuk menginisiasi penyalahguna narkoba yang baru


saja menggunakan atau mencoba-coba. Mereka perlu disadarkan supaya nantinya tidak
berkembang menjadi pecandu karena efek adiktif dari narkoba yang dikonsumsi.
Pecegahan ini menitik beratkan pada mengarahkan si penyalahgunaan narkoba untuk
melalukan pola hidup sehat dalam keseharian mereka (healthy lifestyle). Selain itu juga
dibantu agar mereka menjalani terapi maupun rehabilitasi.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

 Layananan informasi dan konsultasi

 Konseling

 Rujukan

 Fasilitas dan penguatan kelompok

 Pembinaan olahraga dan kesenian

 Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu

13
2.5.3 Pencegahan Tersier

Pencegahan Tersier ditujukan bagi para pecandu yang sudah lama mengonsumsi
narkoba dan bergaul dengan barang haram ini. Dalam tahap pencegahan ini para
pecandu akan direhabilitasi. Ini karena para pecandu tersebut pada dasarnya adalah
seseorang yang sakit sehingga perlu disembuhkan. Dalam masa rehabilitasi para pecandu
akan dipulihkan dari ketergantungan sehingga mereka bisa hidup normal serta kembali
bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat.Adapun tahap-tahap dalam pencegahan
tersier ini,yaitu :

1. Tahap Menjauhkan diri

Bisa berlangsung selama 2 tahun sejak tanggal penggunaan terakhir.

2. Tahap Konfrontasi

Berlangsung mulai akhir tahap 1 sampai selama 5 tahun tidak menggunakan secara
konsisten.

3. Tahap Pertumbuhan

Berlangsung selama 5 tahun atau lebih.

4. Tahap transformasi

Sudah melanjutkan gaya hidup yang baru yang di temukan pada tahap pertumbuhan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :

 Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok
lingkungannya

 Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak
terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah penyalahgunaan NAPZA khususnya pada remaja tentu menjadi masalah


yang sangat mengkhawatirkan terutama bagi keluarga dan suatu bangsa. Pengaruh
NAPZA sangat buruk, baik dari segi kesehatan serta hubungan sosialnya dengan
lingkungan sekitar

Masalah ini, bukan hanya menjadi tanggung jawab sekelompok orang saja,
namun menjadi tugas kita semua, seluruh lapisan masyarakat. Upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangat baik. Tentunya juga dibekali
dengan pengetahuan tentang penanggulangannya. Peran orang tua, keluarga, sekolah,
dan masyarakat sangatlah besar bagi pencegahan tersebarnya NAPZA

3.2 Saran

Dengan mengetahui fakta tersebut, diharapkan pencegahan dalam penggunaan


obat-obatan tersebut dapat lebih efektif, mengingat pengaruh yang sangat negatif bagi
rohani dan jasmani pemakainya. Karena dengan adanya kesadaran dari tiap individu akan
bahaya NAPZA dalam kehidupan akan meminimalisir hal-hal negatif yang dapat terjadi
akibat penyalahgunaan NAPZA tersebut.

Oleh karena itu, kami sebagai penyusun menyarankan jangan pernah menyentuh
barang-barang haram tersebut maupun yang berhubungan dan dapat menjadi awal mula
terjerumusnya kita ke dunia obat-obatan terlarang karena dapat merusak kehidupan kita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Restantiindi, 2018. Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier

Yusron, 2019. Narkoba

Aris Kurniawan, 2020. Pengertian Narkoba – Jenis, Kelompok, Pemanfaatan, Dampak,


Hukum, Bahaya, Psikotropika

Karunia Ramadhan, 2020. Golongan Dan Jenis Narkotika

Insya Ansyari, 2014. Makalah Penyalahgunaan Narkoba

16
LAMPIRAN

eJournal Administrasi Negara, Volume 6, Nomor 4, 2018 : 8170-8184


ISSN 2541-674x, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2018

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN NARKOBA


OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA SAMARINDA
Isnayati Novita1,Muhammad Noor2,Dini Zulfiani 3 1

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa Pencegahan Dan Penanggulangan
Narkoba Oleh Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda dan faktor-faktor pendukung dan
penghambat Pencegahan Dan Penanggulangan Narkoba Oleh Badan Narkotika Nasional
Kota Samarinda.

Metode penelitian ini yaitu menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini
yaitu meliputi kegiatan pencegahan, kegiatan rehabilitasi, kegiatan pemberantasan narkoba.
Data kualitatif yang diawali dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Dengan penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan penelitian kepustakaan, penelitian kelapangan yaitu dengan pengumpulan data
melalui kegiatan observasi, penelitian, wawancara, dokumentasi untuk mendapatkan data
yang lebih jelas sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian.

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran secara keseluruhan bahwa Pencegahan Dan
Penanggulangan Narkoba Oleh Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda sudah berjalan
sangat baik seksi pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, seksi rehabilitasi, dan seksi
pemberantasan narkoba dilihat dari program kerja Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda
dan strategi-strategi yang diatur oleh masing-masing seksi untuk memberikan pengetahuan
kepada masyarakat tentang bahaya dan efek dari narkoba melalui kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan. Badan Narkotika Nasional sebagai tenaga teknis membantu dalam
melaksanakan tes urin di instansi-instansi pemerintah, swasta, sekolah dan sebagainya. Dan
memberikan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial kepada para pecandu narkoba yang
ingin pulih dari kecanduan narkoba tanpa adanya unsur paksaan. Selain itu masyarakat dapat
berpartisipasi dalam kegiatan Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda yang diadakan
seperti sosialisasi, penyuluhan, car free day dan membantu pihak kepolisian dalam
memberikan informasi tentang penyalahgunaan peredaran gelap narkotika di Kota Samarinda
melalui pesan singkat atau datang langsung ke Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda.

1 Mahasiswa Program S1 Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
2 Dosen Pembimbing I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3 Dosen Pembimbing
II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Email:

17
Kata Kunci : Pencegahan, Rehabilitasi, Pemberantasan Narkoba.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Salah satu persoalan besar yang tengah dihadapi bangsa Indonesia dan juga bangsa-
bangsa lainnya di dunia saat ini adalah seputar maraknya penyalahgunaan narkotika dan obat-
obatan berbahaya (Psikotropika), yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Masalah
penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus dicarikan jalan
penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukkan akibat dari masalah
tersebut diatas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun non materi. Banyak
kejadian, seperti perceraian atau kesulitan lain bahkan kematian yang disebabkan oleh
ketergantungan terhadap narkotika dan obat-obat terlarang.

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Provinsi Kalimantan Timur sudah


sangat memprihatinkan, berdasarkan hasil survei Badan Narkotika Nasional bekerjasama
dengan Puslitkes Universitas Indonesia angka Prevalensi penyalahgunaan narkoba 3,07%
dari jumlah penduduk usia produktif. Angka tersebut sangat tinggi dibandingkan dengan
angka Prevalensi Nasional sebesar 2,8%.

Penyalahgunaan adalah suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/menyimpang.


Karena sifatnya adalah perbuatan penyelewengan, maka perlu dilarang, dicegah, dan
dihentikan. Perbuatan penyalahgunaan biasanya dilakukan secara ilegal dan tersembunyi.
Dampak negatifnya ditandai dengan intoksikasi (masuknya khasiat racun) sepanjang hari,
tidak mampu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan,
walaupun sakit fisiknya kambuh.

Bila narkotika digunakan secara terus menerus atau lebih dari takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan atau kecanduan inilah yang
akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem
syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, dan paru-paru.

Kota Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur memiliki Luas 718 KM2
dengan jumlah penduduk 938.000 jiwa, memiliki potensi sumber daya alam dan potensi
ekonomi yang cukup tinggi dan sebagai pusat perdagangan, jasa, dan perindustrian, tersedia
tempat hiburan malam, pusat perbelanjaan dan sarana prasarana fasilitas Kota lainnya,
apabila tidak dikelola dengan baik oleh Sumber Daya Manusia yang sehat jasmani dan rohani
akan menimbulkan permasalahan sosial yang berakibat pada Kota Samarinda dijadikan lahan
target dan sasaran bagi pengedar gelap Narkoba.

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Kota Samarinda sudah sangat


mengkhawatirkan dimana posisi Kota Samarinda pada urutan pertama dari 15 Kab/kota Se-
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara berdasarkan data penanganan kasus oleh Kepolisian
Resort Kota Samarinda yang dihimpun oleh Polda Kaltim-Kaltara.

Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Kota Samarinda Penyebarannya


sangat luas dari wilayah perkotaan hingga ke kelurahan di pinggiran Kota dengan para
penyalahguna dan pengedar narkoba mayoritas dari jenis kelamin Pria namun banyak juga

18
dari wanita, dari sisi usia terbanyak berusia muda/usia produktif namun ada juga yang
berusia tua bahkan dari anak-anak, dari sisi berbagai latar belakang pekerjaan mulai dari
Pelajar, Mahasiswa, Karyawan swasta, Pegawai Negri Sipil, TNI/POLRI, Politisi,
Pengusaha, sampai pada yang tidak mempunyai pekerjaan/pengangguran dan dari sisi status
ekonomi mulai yang kaya, menengah, sampai yang miskin.

Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba telah menjadi sebuah ancaman serius bagi
masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu pemerintah membentuk sebuah badan
khusus yang bertugas melakukan pencegahan dan penanggulangan bagi peredaran dan
penyalahgunaan Narkoba, mulai dari tingkat nasional hingga kecamatan. Diseluruh wilayah
Republik Indonesia, badan ini telah dibentuk dengan tujuan yang sama, yakni memerangi
peredaran dan penyalahgunaan Narkoba. Secara umum diakui bahwa permasalahan
penyalahgunaan narkoba di Indonesia sangatlah kompleks, baik dilihat dari penyebab
maupun penanganannya. Bila dilihat dari penyebab terjadinya, penyalahgunaan narkoba
disebabkan oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi yaitu faktor lingkungan, dan
faktor individu.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka rumusan masalah
yang dirumuskan penulis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Pencegahan dan penanggulangan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional


(BNN) Kota Samarinda?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung pencegahan dan
penanggulangan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda?

Kerangka Dasar Teori Organisasi

Menurut Dessler (dalam Tangkilisan 2005:131) Organisasi dapat di artikan sebagai


pengaturan sumber daya dalam suatu kegiatan kerja dimana tiap-tiap kegiatan tersebut telah
disusun secara sistematika untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan. Pada organisasi
tersebut masing-masing personil yang terlibat di dalamnya diberi tugas, wewenang, dan
tanggung jawab yang di kordinasi untuk mencapai tujuan organisasi, di mana tujuan
organisasi tersebut dirumuskan secara musyawarah sebagai tujuan bersama yang di wujudkan
secara bersama-sama.

Menurut Dimock (dalam Tangkilisan 2005:132) Organisasi adalah suatu cara yang
sistimatis untuk memadukan bagian-bagian yang saling tergantung menjadi suatu eksatuan
yang utuh dimana kewenangan, koordinasi dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.

19
Peran Badan Narkotika Nasional

Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda sebagai salah satu dari unsur Pemerintah
berdasar Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, Tentang Narkotika pasal 24 Badan
Narkotika Kabupaten/Kota mempunyai tugas membantu walikota dalam mengkoordinasikan
perangkat daerah dan instansi pemerintah di Kabupaten/Kota, dalam mengimplementasikan
kebijakan dan pelaksanaan operasional dibidang P4GN (pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba) dan membentuk satuan tugas sesuai kebijakan
operasional BNN yang terdiri dari unsur perangkat daerah dan instansi pemerintah
Kabupaten/Kota sesuai tugas, fungsi, kewenangannya masing-masing.

Perlu didukung upaya pemerintah yang bermaksud bersungguhsungguh memberantas


Narkoba. Pemerintah telah membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN), yaitu sebuah
lembaga nonstruktural Indonesia yang berkedudukan dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 17
Tahun 2002 itu bertugas mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam penyusunan
kebijakan dan pelaksanaannya dibidang ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif
lainnya.

Kedudukan, Tugas dan Fungsi Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda:

1. Kedudukan
a. Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota yang selanjutnya dalam Peraturan Kepala
Badan Narkotika Nasional ini disebut BNNK/Kota adalah instansi vertikal Badan
Narkotika Nasional dalam wilayah Kabupaten/Kota.
b. BNNK/Kota berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan Narkotika
Nasional melalui Kepala BNNP.
2. Tugas
BNNK/Kota mempunyai tugas yaitu melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenang BNN
dalam wilayah Kabupaten/Kota.

3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, BNNK/Kota
menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN dibidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat


dan rehabilitasi.
b. Pelaksanaan kebijakan teknis P4GN dibidang pemberantasan dalam rangka pemetaan
jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, precursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk
tembakau dan alcohol dalam wilayah Kabupaten/Kota.
c. Pelaksana penyiapan bantuan hukum dan kerjasama.
d. Penyusunan rencana program dan anggaran BNNK/Kota.
e. Evaluasi dan penyusunan laporan BNNK/Kota.
f. Pelayanan administrasi BNNK/Kota.

20
Untuk meningkatkan perhatian seluruh penyelenggara Negara terhadap ancaman
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, pemerintah telah mengeluarkan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan
Strategi Nasional dibidang P4GN Tahun 20112015. Dan khusus Kota Samarinda, Walikota
Samarinda sudah mengeluarkan Instruksi Walikota Samarinda Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Aksi Pemerintah Kota Samarinda di bidang P4GN Tahun 2011-2015.

Narkoba

1. Bahan-bahan Berbahaya ini juga termasuk di dalamnya zat-zat kimia, limbah-limbah


beracun, pestisida atau lain-lainnya. Dari waktu ke waktu istilah Narkoba ditambah
dengan Alkohol sering disebut sebagai NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif
lainnya), tetapi kemudian muncul obat-obatan yang sejenis dengan narkotika, hanya saja
tidak ada kandungan narkotika di dalamnya. Yang kini banyak beredar di pasaran ilegal
disebut dengan Psikotropika. Dengan demikian belakangan ini disebut NAPZA
(Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
2. Menurut dr.Subagyo Partodiharjo (2006:11) Narkoba terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkotika

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika pada pasal 1 ke 1, “Narkotika


adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang
di bedakan ke dalam 3 golongan.”

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya, dikarenakan daya


adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun,
kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contohnya adalah Ganja, Heroin, Kokain,
Morfin, Opium, dan lain-lain.

Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah Petidin, Benzetidin,
Betametadol, dan lain-lain.

Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah Kodein.

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan ke dalam tiga golongan juga,


yaitu narkotika alami, narkotika semisintesis, dan narkotika sintesis.

1. Narkotika Alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh tumbuhan
(alam). Contohnya : a. Ganja

21
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong yang tepinya
bergerigi dan berbulu halus. Jumlah jarinya selalu ganjil, yaitu 5, 7, 9. Tumbuhan ini
banyak tumbuh di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Pulau Jawa, dan lain-lain. Daun ganja sering
digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan sebagai bumbu masak,
daya adiktifnya rendah. Namun, bila tidak demikian bila dibakar dan asapnya dihirup.
Cara penyalahgunaannya adalah dikeringkan dan dicampur dengan tembakau rokok
atau dijadikan rokok lalu dibakar serta dihisap.

b. Hasis
Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika Latin dan Eropa. Daun
ganja, hasis, dan mariyuana juga dapat disuling dan diambil sarinya. Dalam bentuk
cair, harganya sangat mahal. Gunanya untuk disalahgunakan oleh pemadat-pemadat
“kelas tinggi.”

c. Koka
Koka adalah tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang matang bewarna merah
seperti biji kopi. Dalam komunitas masyarakat Indian kuno, biji koka sering
digunakan untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu binatang.
Koka kemudian diolah menjadi kokain.

d. Opium
Opium adalah bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari getah bunga opium
dihasilkan candu (opiat).

Di Mesir dan daratan Cina, Opium dulu digunakan untuk mengobati beberapa
penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka
sewaktu berperang atau berburu.

Opium banyak tumbuh di Burma, Kamboja, dan Thailand, atau di daratan Cina dan
Asia Tengah, yaitu daerah antara Afganistan, Iran, dan Pakistan.

2. Narkotika Semisintesis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat
aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan kedokteran. Contohnya :

a. Morfin : dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau
pembiusan pada operasi (pembedahan).
b. Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk.
c. Heroin : tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar dan
manfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin diberi
nama putaw, atau pete/pt. Bentuknya seperti tepung terigu: halus, putih, dan agak
kotor.
d. Kokain : hasil olahan dari biji koka.
3. Narkotika Sintesis

22
Narkotika Sintesis adalah narkoba palsu yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika
ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita
ketergantungan narkoba (subtitusi). Contohnya :

a. Petidin : untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dan sebagainya.
b. Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba.
c. Naltrexon : untuk pengobatan pecandu narkoba.
Selain untuk pembiusan, narkotika sintesis biasanya diberikan oleh dokter kepada
penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasaannya yang tidak kuat melawan sugesti
(relaps) atau sakaw. Narkotika sintesis berfungsi sebagai “pengganti sementara”. Bila sudah
benar-benar bebas, asupan narkoba sintesis ini dikurangi sedikit demi sedikit sampai
akhirnya berhenti total.

Pengelompokkan narkoba menurut Undang-Undang RI No.5 Tahun 1997 psikotropika dapat


dikelompokkan ke dalam 4 golongan.

Golongan 1 adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya adalah
MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.

Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat, serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metakualon, dan sebagainya.

Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif sedang, serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan
sebagainya.

Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan, serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid),
diazepam, dan lain-lain.

Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika, dikelompokkan ke dalam tiga golongan:


depresan, stimulan, dan halusinogen.

Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

Menurut Subagyo Partodiharjo (2006) Upaya pencegahan penggunaan napza dapat


dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pencegahan primer dengan cara mengenali remaja risiko tinggi penyalahgunaan napza
dan melakukan intervensi. Upaya ini dilakukan pada remaja yang mempunyai risiko
tinggi melakukan menyalahgunakan napza. Intervensi dilakukan agar mereka tidak
menggunakan napza. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar
faktor yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan sekunder meliputi: mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
napza.
3. Pencegahan tersier dilakukan dengan cara merehabilitasi penyalahgunaan napza.

23
Pencegahan penyalahgunaan napza dapat dilakukan dilingkungan keluarga,sekolah,
dan masyarakat.

1. Pencegahan Penyalahgunaan Napza di lingkungan Keluarga dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut : a. Penanaman disiplin yang baik.
b. Ajaran untuk dapat membedakan yang baik dan buruk.
c. Pengembangan kemandirian, diberi kebebasan bertanggung jawab.
d. Pengembangan harga diri anak, penghargaan jika berbuat baik atau mencapai prestasi
tertentu.
e. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Hal ini membuat anak rindu untuk
pulang ke rumah.
f. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
g. Orang tua menjadi contoh yang baik.
2. Pencegahan Penyalahgunaan Napza di Lingkungan Sekolah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Upaya Pencegahan Terhadap Siswa, Memberikan pendidikan kepada siswa
tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan napza.
b. Upaya Untuk Mencegah Peredaran Napza di Sekolah, Melakukan razia dengan cara
sidak, Membina kerja sama yang baik dengan berbagai pihak.
c. Upaya Untuk Membina Lingkungan Sekolah, Menciptakan suasana lingkungan
sekolah yang sehat dengan membina hubungan yang harmonis antara pendidik dan
anak didik, Sikap keteladanan guru amat penting.
3. Pencegahan Penyalahgunaan Napza di Lingkungan Masyarakat dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahgunaan napza
sehingga masyarakat dapat menyadarinya.
c. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan napza.
d. Melibatkan semua unsur masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan napza.
Definisi Konsepsional

Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba Oleh Badan Narkotika Nasional Kota


Samarinda adalah Dengan berdasarkan tugas, fungsi, dan tata kerja Badan Narkotika Kota
Samarinda dalam menangani penanggulangan penyalahgunaan narkoba di Kota Samarinda
dibidang pencegahan, pemberdayaan masyarakat dan rehabilitasi serta pelaksanaan
kebijakan teknis P4GN di bidang pemberantasan dalam rangka pemetaan jaringan kejahatan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci tentang
fenomenal sosial tertentu. Menurut Subagyo (2009:11) Penilaian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu
dengan variabel yang lain.

24
Fokus Penelitian

1. Pencegahan dan penanggulangan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional Kota


Samarinda, yaitu meliputi:
a. Kegiatan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat :
- S Narkoba
- Penyuluhan Narkoba
b. Kegiatan rehabilitasi :
- Rehabilitasi medis dan sosial bagi pengguna dan pecandu narkoba c. Kegiatan
pemberantasan narkoba :
- Pelaksanaan penyidikan, penindakan, dan pengejaran dalam rangka pemutusan
jaringan kejahatan terorganisasi penyalagunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung pencegahan dan
penanggulangan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda.
Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi hasil penelitian ini, penulis memerlukan data sebagai pendukung
keseluruhan terhadap penulisan proposal ini dalam mencari dan mengumpulkan data-data
tersebut penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Library and Document Research, yaitu penulis menggunakan fasilitas perpustakaan


untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung penulisan proposal ini dengan
membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penulisan proposal ini.
2. Field Work Research, yaitu penulis mengadakan penelitian langsung dilapangan
terhadap objek penelitian dimana dalam tahap ini dipergunakan teknik-teknik sebagai
berikut:
a. Observasi, dengan teknik ini penulis mengadakan pengamatan dan berusaha
mengetahui serta mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan penulisan
ini. Observasi juga merupakan upaya memperoleh data primer, yaitu merupakan
teknik pengumpulan informasi melalui pengamatan pada saat proses penelitian
sedang berjalan.
b. Wawancara, teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data primer,
melalui teknik wawancara secara mendalam dan wawancara terstruktur penulis
dapat memperoleh penjelasan yang rinci dan mendalam.
Dokumentasi, sedangkan teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekunder,
yakni dengan cara menelaah dokumen dan kepustakaan yang dikumpulkan dari
berbagai dokumen.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan serta menganalisis data yang telah diperoleh
dan selanjutnya dijabarkan dalam bentuk penjelasan sebenarnya. Hal ini sesuai dengan model
analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009:247).

Adapun penjelasan dari gambar kecil interaktif tersebut sebagai berikut:

25
1. Pengumpulan Data
Merupakan kegiatan awal yang berupa mengumpulkan data mentah dari suatu penelitian.
Dalam pengumpulan data ini peneliti harus turun sendiri kelapangan secara aktif. Teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu melalui, observasi
partisipasi, dokumentasi, interview (wawancara), perekaman.

2. Reduksi Data (Data Reduction)


Diartikan sebagai pemilihan, pemusatan perhatian pada penyelenggaraan, pengabstrakan,
dan transformasi data. Tahap ini merupakan tahap analisis data yang mempertajam atau
memusatkan, membuktikan dan sekaligus dapat membuktikan. Dalam penyederhanaan
data terdapat beberapa langkah antara lain: Menjelaskan data, Mengelompokkan data,
Menyederhanakan data.

3. Penyajian Data (Data Display)


Merupakan tahapan berupa menguraikan data yang telah tersusun dengan cara tertentu
agar bisa dapat lebih mudah memahami data. Penyajian data merupakan alur penting
dalam tahap kegiatan analisis data guna penyajian data yang lebih valid, Penulis
membatasi suatu penyajian sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan keputusan.

4. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan atau verifikasi merupakan suatu proses kegiatan yang terakhir
dilakukan dalam kegiatan analisis data. Disajikan dalam penyajian data dengan cara
mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodelogis, konfigurasi,
yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat melalui hukum-hukum empiris.

Hasil Penelitian Gambaran Umum Kota Samarinda

Kota Samarinda merupakan bagian dari wilayah Negara Indonesia, terletak di Pulau
Kalimantan dan merupakan Ibu Kota dari Provinsi Kalimantan Timur. Berbatasan langsung
dengan Kabupaten Kutai Kartanegara Kota Samarinda dibelah oleh Sungai Mahakam yang
menjadikan Kota Samarinda sebagai gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur. Sungai
sungai yang melintas di Kota Samarinda memiliki pengaruh yang cukup besar pada
perkembangan kota. Seluruh aktivitas penduduk di Hulu Mahakam serta anak sungai yang
bercabang dengan panjang ribuan kilo masih bergantung pada Kota Samarinda sebagai
pelabuhan utama sekaligus pintu gerbang.

Analisis Data

Kegiatan Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pencegahan adalah salah satu unit struktur organisasi yang terdapat di dalam Badan
Narkotika Nasional Kota Samarinda, yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan P4GN di
bidang pencegahan dalam wilayah Kota Samarinda. Badan Narkotika Kota Samarinda
khususnya seksi pencegahan mempunyai target, sasaran, dan penetapan kinerja yang sudah
ada dari pusat hanya saja sifatnya anggaran APBN tentunya kurang maksimal. Karena itu

26
fungsi pencegahan masih ditunjang dengan fungsi pemberdayaan masyarakat dalam
mengadakan sosialisasi dan penyuluhan di berbagai tempat. Badan Narkotika Nasional Kota
Samarinda mempunyai strategi-strategi agar informasi atau pesan itu tersampaikan dengan 3
strategi yaitu, Sosialisasi dengan tatap muka maksudnya orang BNN ketemu langsung sama
audiens, Menggandeng media maksudnya dengan menyebarkan informasi tentang bahaya
narkoba dengan mengupload di sosial media, dan Menggandeng komunitas atau organisasi
dengan cara apabila ada komunitas/organisasi mengadakan kegiatan BNN ikut serta hadir
dan memberikan informasi atau konten tentang bahaya narkoba. Selain 3 hal itu ada hal lain
yang sifatnya kampanye promotif, prefektif. Dengan baliho media cetak luar ruang dengan
spanduk dengan pamflet dengan leaflet. Kemudian di tunjang lagi dengan mobil gandeng
dayamas (mobil biru) dengan keliling menjangkau pusat-pusat keramaian di Kota Samarinda
off air bentuknya.

Kegiatan Rehabilitasi

Rehabilitasi yang merupakan salah satu program dalam pencegahan dan


penanggulangan narkoba oleh Badan Narkotika Nasional adalah suatu upaya yang diberikan
untuk mengikuti rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial kepada pengguna dan pecandu
narkoba. Pecandu narkotika ketergantungan itu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu Faktor Usia,
Faktor Lingkungan, dan Faktor Zat itu sendiri. Support dari pemerintah itu melalui
Kemenkes (Kementrian Kesehatan) untuk rehab medis, sementara Kemensos (Kementrian
Sosial) untuk rehab sosial. Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda mempunyai Klinik
Pratama yang khusus IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) khusus Rawat Jalan, sementara
Rawat Inap dirujuk ke Balai Rehabilitasi Tanah Merah.

Kegiatan Pemberantasan Narkoba

Seksi pemberantasan narkoba tidak memiliki target yang pasti disesuaikan dengan
anggaran, misalnya 10jt untuk 1 ungkap kasus, tapi dari seksi pemberantasan biasanya tidak
langsung menghabiskan anggaran bisa 10jt untuk 2 ungkap kasus. Dalam sebulan ungkap
kasus tidak tentu tergantung dari informasi yang diterima. Berdasarkan data yang diperoleh
oleh penulis bahwa ungkap kasus narkotika Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda tahun
2017 menunjukkan bahwa setiap bulannya terdapat beberapa tersangka dengan berbagai usia.
Dari usia muda sampai lanjut usia dengan keterbatasan pendidikan. Dan dapat disimpulkan
bahwa masyarakat benar-benar belum sadar akan bahaya narkoba.

Faktor Pendukung Pencegahan Dan Penanggulangan Narkoba Oleh Badan Narkotika


Nasional Kota Samarinda

Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda dan seluruh stakeholder di


Kota Samarinda sudah cukup aktif dan proaktif dalam melaksanakan tentang P4GN. Dalam
melaksanakan program kerjanya seperti penyuluhan didalam Kota Samarinda sudah
disiapkan transport oleh Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda.

27
Faktor PenghambatPencegahan Dan Penanggulangan Narkoba Oleh Badan Narkotika
Nasional Kota Samarinda

Kurangnya tenaga penyuluh atau sumber daya manusia merupakan salah satu kendala dalam
melaksanakan penyuluhan P4GN namun bukan menjadi faktor penghambat yang signifikan.
Serta belum semua masyarakat sadar atas bahayabahaya narkoba itu sendiri, dalam hal ini
diharapkan kesadaran dari orang tua untuk selalu mengingatkan anaknya. Peran instansi
pemerintah atau swasta salah satunya untuk melakukan sosialisasi P4GN atau melakukan tes
urin mandiri secara berkala sesuai Peraturan Menpan RB dengan demikian diharapkan
masing-masing instansi pemerintah atau swasta sudah menyiapkan anggaran masing-masing
karena tidak semua didukung Badan Narkotika Nasional. Secara teknis Badan Narkotika
Nasional membantu menjadi narasumber dan tenaga teknis.Yang menjadi faktor penghambat
lainnya yaitu uang transport saat melakukan penyuluhan diluar Kota Samarinda tidak ada
disediakan baik dari Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda maupun dari pihak yang
mengundang tim penyuluh. Terbatasnya tenaga sumber daya manusia seperti penyuluh masih
rendah Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda tidak dapat menambah tenaga penyuluh
dikarenakan belum ada anggaran dari pusat. Dan terkadang tim penyuluh melakukan
penyuluhan di malam hari diluar jam kerja

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya yang
dapat penulis simpulkan, kemudian dari kesimpulan tersebut, penulis mencoba memberikan
beberapa saran.

1. Kegiatan Pencegahan sudah berjalan dengan baik dalam melaksanakan sosialisasi dan
penyuluhan dengan strategi-strategi yang sudah diatur dalam memberikan informasi atau
pesan agar tersampaikan kepada masyarakat. Hanya terdapat kendala salah satunya
terbatasnya tenaga penyuluh atau sumber daya manusia dalam melaksanakan
penyuluhan, cara mengatasinya adalah Badan Narkotika NasionalKota membentuk
satgas-satgas dan bekerja sama dengan universitas negeri maupun swasta dalam
membantu P2M melaksanakan penyuluhan. Danhanya kurang maksimal karena belum
sadarnya masyarakat terkait bahwasanya narkoba itu daya rusaknya luar biasa.Alat atau
media sosialisasi Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda dalam mewujudkan
pencegahan pengguna narkoba adalah media cetak dan media elektronikyaitu alat
sosialisasi tidak langsung yang digunakan Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda
dalam menjalankan perannya sebagai alat penunjang tugas di pencegahan dan
pemberdayaan masyarakat Kota Samarinda.
2. Kegiatan Rehabilitasi merupakan salah satu cara dalam pencegahan dan penanggulangan
narkoba oleh Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda,adapun kegiatan yang
diberikan untuk mengikuti rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial kepada pengguna
dan pecandu narkoba telah di support dari pemerintah melalui Kemenkes (Kementrian
Kesehatan) untuk rehab medis, sementara Kemensos (Kementrian Sosial) untuk rehab
sosial. Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda mempunyai Klinik Pratama yang

28
khusus IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor) khusus Rawat Jalan, sementara Rawat
Inap dirujuk ke Balai Rehabilitasi Tanah Merah.
3. Kegiatan Pemberantasan narkoba adalah salah satu kegiatan rutin Badan Narkotika
Nasional Kota Samarinda dalam rangka pengungkapan jaringan tindak pidana narkotika,
seksi pemberantasan selain menyelidiki informasi yang telah diterima seksi
pemberantasan juga dapat langsung melakukan penindakan dan pengejaran dalam rangka
pemutusan jaringan peredaran gelap narkotika. Dan tetap informasi yang diterima
diselidiki terlebih dahulu benar atau tidak baru ditindak lanjuti dalam hal ini Badan
Narkotika Nasional menjaga kerahasiaan identitas pemberi informasi, Dan bukan serta-
merta langsung datang langsung nangkap. Salah satu strategi yang sudah ada dalam UU
35 Tahun 2009 yaitu dengan melakukan pembelian terselubung (coverbuy) apabila
terbukti dia seorang Bandar baru dapat langsung dieksekusi.
.

Saran
Dari beberapa hasil penelitian yang penulis dapatkan, maka penulis dapat memberikan saran
atau masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi semua pihak.

1. Untuk kegiatan-kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perlu ditingkatkan lagi secara rutin
dan menyeluruh di Kota Samarinda, agar masyarakat memperoleh pengetahuan tentang
bahaya atau dampak dari penyalahgunaan narkoba, sehingga stigma masyarakat yang
selama ini menganggap sepele dampak dari narkoba bisa berubah dan ikut berpartisipasi
dalam mencegah peredaran narkoba dilingkungan masyarakat.
2. Sebaiknya Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda terus berusaha berkoordinasi
dengan Badan Narkotika Nasional Pusat agar dapat membantu Badan Narkotika
Nasional Kota Samarinda khusunya seksi pencegahan dan pemberdayaan masyarakat
dalam mengatasi kendalanya yaitu menambah tenaga penyuluh agar dalam
melaksanakan programnya dapat berjalan baik dan maksimal tanpa adanya kendala
berupa tenaga penyuluh.
3. Sebaiknya pihak Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda lebih bekerja sama lagi baik
warga masyarakat maupun komunitas atau organisasiorganisasi dalam memberantas
peredaran narkoba dilingkungan masyarakat Kota Samarinda.
4. Sebaiknya pihak Badan Narkotika Nasional lebih bisa bekerja sama dengan tokoh agama
untuk pembinaan spiritual dalam program rehabilitasi, karena narkotika tergolong obat-
obatan terlarang agar pecandu, pengguna dan pengedar tidak lagi terjerumus ke dalam
obatobatan terlarang ini.
5. Untuk pemerintah perlu ditingkatkan lagi sarana dan prasarana tambahan untuk
menunjang kegiatan operasional Badan Narkotika Nasional Kota Samarinda agar dapat
meningkatkan kinerja baik itu di seksi pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, seksi
rehabilitasi maupun seksi pemberantasan.
6. Perlu dialokasikandanatransport untuk keluar kota bagi petugas Badan Narkotika
Nasional Kota Samarinda. Tambahan dana seperti belum semua stakeholder melakukan
kegiatan P4GN karena hampir semua terkendala masalah anggaran dan tenaga
penyuluhnya juga terbatas sehingga tidak mendapatkan penyuluhan tentang bahaya
penggunaan narkoba.

29
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Subagyo Partodiharjo, 2006, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, Penerbit
Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tangkilisan, HesselNogi S. 2005. Manajemen Publik. Penerbit Grasindo.

Dokumen :

Anonim, Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun

2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika


Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota.

2009, Undang-Undang Nomor 35, Tentang Narkotika. Badan Narkotika Nasional Kota
Samarinda, Jangan Mati Sia-sia, Badan Narkotika Nasional.

30

Anda mungkin juga menyukai