SKRIPSI
OLEH
HERTA YUNIATA PURBA
NIM. 131021007
OLEH
HERTA YUNIATA PURBA
NIM. 131021007
RSUD Dr.R.M Djoelham Binjai Tahun 2016” ini beserta seluruh isinya adalah
benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko
atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau klaim dari pihak lain
Akreditasi rumah sakit adalah suatu pengakuan resmi yang diberikan oleh
pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang tentukan.
Lembaga nasional yang ditunjuk untuk melakukan pengakreditasian rumah sakit
di Indonesia adalah Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Akreditasi Rumah
Sakit secara umum bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
dan secara khusus bertujuan untuk memberikan jaminan kepuasan dan
perlindungan kepada masyarakat, memberikan pengakuan kepada rumah sakit
yang telah menerapkan standar yang ditetapkan dan menciptakan lingkungan
internal rumah sakit yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan pasien
sesuai standar input / struktur, proses dan hasil (outcome). Tujuan penelitian ini
adalah Untuk menganalisis kesiapan RSUD Dr. R. M. Djoelham dalam
menghadapi akreditasi rumah sakit versi 2012.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif Penelitian ini
dipilih untuk mengetahui bagaimana kesiapan RSUD Dr. R. M Djoelham dalam
menghadapi akreditasi versi 2012. Data prime diperoleh dari wawancara
mendalam kepada para informan dan dat sekunder berupa telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukan bahwa RSUD Dr. R. M Djoelham sudah siap
menghadapi akreditasi rumah sakit versi 2012, dilihat dari Tim Akreditasi RSUD
Dr.R.M.Djoelham sudah ditetapkan sejak lama, namun mengalami perubahan
pada tangggal 2 November 2016, dan sudah teroganisir dengan baik, Komunikasi
yang dilakukan direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham, ketua akreditasi dan ketua
pokja akreditasi RSUD Dr. R.M. Djoelham sudah terjalin sangat baik, melakukan
pelatihan-pelatihan, seminar dan bimbingan KARS sudah baik, dan dokumentasi
hasil penilaian sudah mencapai lebih dari 80%.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan Kepada Direktur RSUD
Dr.R.M.Djoelham untuk Menambahkan SDM yang ahli di bidang IT supaya
kegiatan akreditasi berjalan dengan lancar dan Meningkatkan peranya dalam
penyediaan sarana dan prasarana yang belum memadai. Serta diharapkan Kepada
Tim Akreditasi Rumah Sakit di RSUD Dr. R.M. Djoelham untuk Menambahkan
SDM di bidang IT di tiap-tiap pokja agar pelaksanaan akreditasi berjalan dengan
lancar dan Melakukan evaluasi berkala terhadap program-program akreditasi
rumah sakit versi 2012.
iii
The research used qualitative method in order to find out the preparation
of the hospital in facing accreditation version 2012. Primary data were obtained
from in-depth interview with informants, and secondary data were from
documentary study.
The result of the research showed that RSUD dr. R. M. Djoelham had
prepared for hospital accreditation version 2012, viewed from the Accreditation
Team, its accreditation had long been established, but it was changed on
November 3, 2016 and had been organized well. Communication among the
Director of the hospital, the Chairperson of the Accreditation Team, and the
Chairperson of the Work Group of Hospital Accreditation had run very well;
training, seminars, and KARS guidance had run well, and the documentation of
the assessment result was more than 80%.
iv
Pendidikan Formal :
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan
Berdasarkan Standar Akreditasi Versi 2012 di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai Tahun
2016)” terselesaikan dengan baik dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum
sempurna.
Banyak rintangan dan hambatan, namun penulis dengan usaha bimbingan dan
semangat serta kritik saran dari berbagai pihak, akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan ucapan
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. dr. Rusmalawaty, M kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Penguji yang
4. dr. Heldy B.Z. MPH, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan selaku
5. dr. Fauzi SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang membimbing dan menyemangati
6. Tim Dosen Penguji, untuk setiap waktu, kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian
ini.
8. Bang Hendro yang telah membantu dalam persiapan surat-surat hingga akhir skripsi
ini.
9. Seluruh Dosen FKM USU dan staff/pegawai yang memberikan bimbingan kepada saya.
vi
kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Parlaungan Manerep Purba, Spd dan Tumiar Debora
Pasaribu, Terima kasih sudah melahirkan dan membesarkanku dengan kasih sayang
2. Keempat Saudaraku tercinta, Melati Nova Lina Purba, Spd, Weslio Ivan Christian,
Amd, Hezkiel Timbul Purba, Alicia Rogate Panimpuli Purba, dan Abang iparku
teristimewa untuk sahabatku Debora Lumban Gaol yang selalu membantu dan
4. Teman Curhatku Bastian Leonardo Sihite, untuk setiap waktu, motivasi yang selalu
untukku.
5. Keluarga besar Kesehatan Masyarakat Ekstensi Stambuk 2012, Idawati Siburian, Pinta
6. Keluarga besar PBL Kec. Tiga Panah, untuk setiap kebersamaan dan semangat
Akhir kata, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada kita
semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat. Terima kasih.
vii
viii
4.1 Gambaran Umum RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai ... .............................................. 38
4.1.1 Kependudukan RSUD Dr. R.M.Djoelham Binjai ....................................... 38
4.1.2 Jumlah dan Jenis Pelayanan ......................... .............................................. 38
4.2 Karakteristik Informan .................................................. .............................................. 42
4.3 Masukan (Input) ............................................................ .............................................. 44
4.3.1 Tim Akreditasi ............................................. .............................................. 44
4.3.2 Sarana dan Prasarana .................................... .............................................. 46
4.3.3 Kebijakan ..................................................... .............................................. 48
4.3.4 Pendanaan..................................................... .............................................. 50
4.4 Proses ............................................................................ .............................................. 51
4.4.1 Komunikasi .................................................. .............................................. 51
4.4.2 Pelatihan ....................................................... .............................................. 54
4.4.3 Dokumen Pelayanan ..................................... .............................................. 55
4.5 Keluaran (Output) ......................................................... .............................................. 58
4.6 Lampiran hasil Observasi ............................................. .............................................. 59
LAMPIRAN
ix
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
meningkatkan mutu pada 3 (tiga) elemen yaitu struktur, proses dan hasil dengan
bermacam macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya antara
lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, penerapan Quality Assurance, Total
RI, 2008).
maka batas antar negara semakin tidak kelihatan. Masyarakat dengan mudahnya
mencari pengobatan dimana saja baik di dalam negeri maupun di liar negeri.
Perubahan tersebut perlu pula diikuti dengan standar mutu pelayanan rumah sakit di
Indonesia, karena itu Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) bersama sama dengan
Akreditasi, 2012)
Bagian Ketiga Pasal 40 yang menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi berkala minimal 3 (tiga) tahun
sekali. Akreditasi rumah sakit yang dimaksud dapat dilakukan oleh suatu lembaga
independen baik dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang
berlaku. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit Bab II Pasal 3 butir ketiga menyatakan bahwa rumah sakit wajib
Menurut pedoman akreditasi rumah sakit versi 2012, Akreditasi rumah sakit
adalah suatu pengakuan resmi yang diberikan oleh pemerintah kepada rumah sakit
karena telah memenuhi standar yang tentukan. Lembaga nasional yang ditunjuk untuk
pelayanan. Dalam setiap pelayanan terdapat 7 standar dengan berbagai variasi jumlah
pelayanan rumah sakit dan secara khusus bertujuan untuk memberikan jaminan
rumah sakit yang telah menerapkan standar yang ditetapkan dan menciptakan
lingkungan internal rumah sakit yang kondusif untuk penyembuhan dan pengobatan
pasien sesuai standar input / struktur, proses dan hasil (outcome). Manfaat akreditasi
yaitu sebagai alat bagi pemilik dan pengelola rumah sakit mengukur kinerja rumah
sakit, melindungi masyarakat dari pelayanan sub standar / mal praktek dan
penilaian akreditasi dilakukan pada tahun 1999 dan tahun 2007. Instrumen penilaian
akreditasi versi 2007 menekankan pentingnya peranan patient safety dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk 5
(lima), 12 (dua belas), atau 16 (enam belas) pelayanan, sehingga standar mutu rumah
323 standar dan 1218 elemen penilaian (EP), antara lain akses pelayanan dan
kontinuitas pelayanan (APK), hak pasien dan keluarga (HPK), asesmen pasien (AP),
(PMKP), pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), tata kelola kepemimpinan dan
rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi dalam
rangka peningkatan mutu di rumah sakit minimal dalam jangka waktu 3 tahun sekali.
147/Menkes/Per/I/2010 pasal 10 ayat (1) setiap rumah sakit yang telah mendapatkan
izin operasional harus diregistrasi dan diakreditasi. Hal ini sejalan dengan maksud
melalui wawancara dengan 3 anggota tim akreditasi mengenai kesiapan rumah sakit
tersebut dalam menghadapi akreditasi rumah sakit versi 2012, mereka mengatakan
sosialisasi mengenai akreditasi versi 2012 kepada seluruh staf dirumah sakit,
dokumen yang diperlukan untuk menghadapi akreditasi rumah sakit versi 2012.
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sebanyak 2 kali. Rencana akreditasi RSUD Dr. R.
dalam kesiapan menghadapi akreditasi versi 2012 sangat penting agar akreditasi
Berdasarkan latar belakang dan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
standar akreditasi versi 2012 di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2016?”.
RSUD Dr. R. M. Djoelham dalam menghadapi akreditasi rumah sakit versi 2012.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan
setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang
pelaksana akreditasi rumah sakit untuk mengukur pencapaian dan cara penerapan
Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu
yang harus dicapai (Kementerian Kesehatan, 2011). Standar adalah pernyataan yang
menjelaskan mengenai harapan tentang performa oleh komponen struktur atau proses
yang harus ada pada suatu organisasi yang memberi asuhan, pengobatan dan
2009).
Akreditasi rumah sakit mulai dilaksanakan pada tahun 1995 dengan 5 (lima)
Kesehatan karena rumah sakit tersebut pernah menjadi nominasi pemenang penilaian
perumah-sakitan, pada tahun 1999 standar pelayanan rumah sakit dan standar
Kegiatan pelayanan ada yang dikurangi dan ada kegiatan pelayanan yang mengalami
perubahan nama dengan alasan adanya duplikasi dari substansi yang dimuat dalam
instrumen yang ada, baru dari hasil revisi. Kegiatan pelayanan saat itu berjumlah 16
(enam belas). Standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik hasil revisi
tahun 1999 pada tahun 2007 mengalami revisi lagi dengan menambahkan Patient
berfokus kepada pasien dengan sistem akreditasi yang mengacu pada Joint
Commission International (JCL) maka pada tahun 2012 telah dilakukan perubahan
ini merubah kompetensi dan fungsi dari seluruh staf yang terlibat dalam akreditasi
yang semula hanya mampu dan berfungsi untuk mempersiapkan dokumen, tetapi
sekarang dituntut harus mampu dan berfungsi sebagai assessor internal dalam
2012).
Menurut Cecep (2012), maksud dan tujuan dalam akreditasi rumah sakit
adalah:
B. Untuk menghubungkan program survei dan akreditasi yang akan menjadi anggota
dari profesi kesehatan, rumah sakit, fasilitas kesehatan lain yang berhubungan
secara sukarela
a. Meningkatkan mutu tinggi dari pelayanan dalam semua aspek dengan maksud
fasilitas-fasilitas
standar-standar yang mencakup seluruh fungsi dan kegiatan rumah sakit. Sumber
daya atau sarana dan prasarana, manajemen, pelayanan medik, perawatan, fungsi
penunjang umum, diagnostik, rekam medis, hak pasien dan sebagainya. Dengan
umumnya dokter dan tenaga kesehatan menganggap bahwa mutu pelayanan akan
dijamin bagus dengan peningkatan kualitas keahlian dokter dengan pendidikan dan
praktek yang terus menerus, serta peralatan yang canggih. Namun masyarakat
pengguna jasa (pasien), pengelola rumah sakit, pemilik rumah sakit, dan yang
berkepentingan langsung maupun tidak langsung dengan pelayanan rumah sakit dapat
berpendapat lain. Peningkatan mutu adalah seharusnya dimulai dari keinginan diri
sendiri ( rumah sakit), maka akan semakin banyak memperoleh keuntungan dalam
arti luas. Oleh karenanya sebelum dinilai oleh komite akreditasi, rumah sakit akan
A. Tujuan Umum
berbagai standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan rumah sakit
dapat dipertanggungjawabkan
B. Tujuan Khusus
demikian, hal ini akan meningkatkan kesadaran rumah sakit akan pentingnya
c. Penting untuk rekrutmen dan membatasi “turn over” staf rumah sakit (tenaga
sakit yang memiliki status akreditasi, sehinggga suatu saat nanti rumah sakit
asuransi kesehatan
masyarakat
medis/paramedis
h. Status akreditasi merupakan status simbol bagi rumah sakit dan dapat
bantuan).
B. Bagi pemerintah
datang.
sakit.
b. Akreditasi member gambaran rumah sakit mana yang dapat dijadikan mitra
kerja.
D. Bagi masyarakat
b. Masyarakat akan merasa lebih aman mendapatkan pelayanan dari rumah sakit
E. Bagi pemilik
b. Pemilik dapat menilai seberapa daya (efisiensi) rumah sakit ini dilakukan oleh
manajemen dan seluruk tenaga yang ada, sehinggga misi dan program rumah
a. Petugas merasa lebih senang dan aman serta terjamin bekerja pada rumah sait
yang terakreditasi.
b. Umumnya pegawai pada unit pelayanan yang medapat nilai baik sekali akan
A. Kelompok Standar Berfokus Kepada Pasien terdiri dari 7 bab, 161 standar, 626
elemen penilaian:
B. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit terdiri dari 6 bab, 153 standar, 568
elemen penilaian:
C. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit terdiri dari 1 bab, 6 standar, 24 elemen
penilaian:
Operasi.
elemen penilaian:
Kesehatan Ibu.
Ketentuan Penilaian :
A. Penilaian suatu bab ditentukan oleh penilaian pencapaian (semua) standar pada
d. Tidak Dapat Diterapkan (TDD) → tidak masuk dalam proses penilaian dan
perhitungan.
a. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara, observasi
Artinya rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali diharuskan
memiliki catatan balik ke belakang (track record) 4 (empat) bulan bukti sudah
mematuhi standar.
Artinya rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan
catatan balik ke belakang (track record) selama 12 (dua belas) bulan bukti mematuhi
standar.
a. Jika 20% sampai 79% (misalnya 2 sampai 8 dari 10 dari temuan atau yang
b. Bukti pelaksanaan hanya dapat ditemukan di sebagian daerah atau unit kerja
dipertahankan.
Artinya rumah sakit yang menjalani survei akreditasi untuk pertama kali diharuskan
memiliki catatan balik ke belakang (track record) 1- 3 bulan bukti sudah mematuhi
standar.
Artinya rumah sakit yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukkan
catatan balik ke belakang (track record) selama 5 – 12 bulan bukti mematuhi standar.
Kelulusan :
Proses akreditasi terdiri dari kegiatan survei oleh Tim Surveior dan proses
pengambilan keputusan kelulusan akreditasi oleh Ketua KARS, melalui Tim Penilai
a. Lulus akreditasi
c. Tidak lulus
A. Tingkat Dasar
a. Empat bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan
puluh) % :
b. Sebelas bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (dua puluh) %
Bila nilai dari 11 (sebelas) bab lainnya ada yang diatas 60 (enam puluh) %
a. Dilakukan remedial (re –survei) 3-6 bulan lagi, pada 11 (sebelas) bab lainnya
b. Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat dasar dapat
ditetapkan.
B. Tingkat Madya
a. Delapan bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan
puluh) % :
b. Tujuh bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (dua puluh) %:
Bila nilai dari 7 (tujuh) bab lainnya ada yang diatas 60 (enam puluh) % maka
a. Dilakukan remedial (re–survei) 3–6 bulan lagi, pada 7 (tujuh) bab lainnya yang
b. Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat madya dapat
ditetapkan.
C. Tingkat Utama
a. Dua belas bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus 80 (delapan
puluh) % :
b. Tiga bab digolongkan minor, nilai minimum setiap bab harus 20 (dua puluh) % :
Bila nilai bab yang lainnya diatas 60 (enam puluh) % maka rumah sakit dapat
mengajukan re-survei (remedial). Bila nilai dari 3(tiga) bab lainnya ada yang diatas
a. Dilakukan remedial (re–survei) 3 – 6 bulan lagi, pada 3 (tiga) bab lainnya yang
b. Bila keberatan dilakukan remedial, maka status akreditasi tingkat utama dapat
ditetapkan.
D. Tingkat Paripurna
Lima belas (semua) bab digolongkan major, nilai minimum setiap bab harus
80(delapan puluh) % :
kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi
pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya
memberikan pengobatan kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa
Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi untuk Aesculapius dibangun pada tahun
291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama dengan kepercayaan
Yunani.
Rumah Sakit Brahmanti pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM,
kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 Rumah Sakit di Hindustan pada 230 SM
dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran kerajaan.
pengobatan, dengan mahasiswa yang diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah
gladiator, dan prajurit sekitar 100 SM. Adopsi kepercayaan kristiani turut
miskin, sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus
menyediakan satu pelayanan kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan
adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil, bishop of Caesarea. Bangunan ini
berhubungan langsung dengan bangunan gereja, dan disediakan pula tempat terpisah
setiap tempat peribadatan terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster
(Frase Perancis untuk rumah sakit adalah hotel – Dieu, yang berarti “hostel of God.”).
Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari tempat peribadatan. Ditemukan
pula Rumah Sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum miskin, atau
musafir.
tinggi pada abad 8 hingga 12. Rumah Sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10
penyakit yang berbeda pula. Rumah Sakit yang didanai pemerintah muncul pula
Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekuler di Eropa terjadi pada abad 16
hingga 17. Tetapi baru pada abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan
memperkenalkan konsep ini. Guy’s Hospital didirikan di London pada 1724 atas
permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah Sakit yang dibiayai swasta
seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika
dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad 19 hampir seluruh
negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.
Menurut UU RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujudnya
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan
penunjang.
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan
fungsi:
Umum dan Rumah Sakit Khusus. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,
Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. pelayanan;
c. peralatan; dan
masyarakat;
b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan efektif
rumah sakit;
pelayanannya;
e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
pasien tidak mampu / miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan
gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi
misi kemanusiaan;
i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-
anak,lanjut usia;
k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;
maupun nasional;
s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit
a. Menentukan jumlah, jenis dan klasifikasi sumber daya manusia sesuai dengan
pelayanan;
d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang
yang terdiri dari akreditasi nasional dan akreditasi internasional. Rumah sakit wajib
mengikuti akreditasi nasional. Dalam upaya meningkatkan daya saing, rumah sakit
dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan. Rumah sakit yang akan
nasional. Bagi rumah sakit yang telah mendapatkan status akreditasi nasional maupun
internasional, harus sudah mendapatkan status akreditasi yang baru sebelum masa
berlaku status akreditasi sebelumnya berakhir. Setiap rumah sakit baru yang telah
Process
Input Output
Monitoring
1. Tim Akreditasi Kesiapan
2. Sarana dan 1. Komunikasi RSUD Dr. R.M
Prasarana 2. Pelatihan Djoelham dalam
3. Kebijakan 3. Dokumentasi menghadapi
4. Pendanaan Pelayanan Akreditasi versi 2012
1. Siap
2. Tidak Siap
sebagai berikut :
a. Tim Akreditasi Tim yang dibentuk rumah oleh rumah sakit yang dan
c. Kebijakan adalah ramgkaian konsop dan asas yang menjadi pedoman dan
a. Komunikasi
Rumah Sakit.
Sakit.
b. Pelatihan (Training)
Sakit
prosedur program
3. Keluaran (output) hasil yang hendak dicapai, yaitu sejauh mana kesiapan RSUD
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis dan lisan dari orang-
orang yang diamati. (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2010). Penelitian ini
pemilihan lokasi ini adalah karena rumah sakit tersebut masih dalam
Penelitian ini akan dilakukan dari bulan September 2016 sampai Desember
2016.
Informan dalam penelitian ini adalah unsur yang sedang terlibat dan atau
Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit di RSUD R.M. Djoelham Binjai.
34
jelas, mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar, dapat dipercaya
untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta bersedia dam mampu dan
kesiapan RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai dalam menghadapi akreditasi versi
Data yang digunakan dalam penelitian Data yang digunakan dalam penelitian
ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan
rumah sakit yang berkaitan dengan kesiapan dalam menghadapi akreditasi versi 2012.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan
wawancara terkait kesiapan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dalam menghadapi
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian
dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga
didapatkan inti kalimatnya saja. Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-
gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek/penelitian atau situasi sosial.
Domain sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian
Dr.R.M. Djoelham Binjai dalam menghadapi akreditasi versi 2012 diolah dengan
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai berawal dari sebuah gedung yang
memberikan pelayanan kesehatan dengan nama RSU Binjai. Gedung ini telah ada
sejak zaman Kesultanan. Pada periode ini RSU Binjai ditetapkan sebagai RSUD
Kelas D yang merupakan Rumah Sakit Pembantu, dengan RSU Tanjung Pura sebagai
Rumah Sakit Induk. Sebagai rumah sakit pembantu, RSU Binjai hanya
Rumah Sakit Kelas C. Dengan penetapan kelas ini, pimpinan RSU Binjai disebut
dengan Direktur. Dengan luas lahan untuk rumah sakit sebesar 3.921 m2.
dalam klasifikasi Rumah Sakit Umum Kelas B. Fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik yang disediakan pada rumah sakit klasifikasi kelas B yaitu 4 (empat) spesialis
39
dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua)
subspesialis dasar.
Pelayanan spesialis dasar yang disediakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham yaitu:
Pelayanan spesialis lain yang disediakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
meliputi:
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terletak di Jalan Sultan Hasanuddin Binjai,
berada di atas lahan seluas 3.450 m2. Bangunan terdiri dari 2 bagian besar yang
Gedung utama sudah difasilitasi dengan lift sebanyak 2 unit, yaitu di Gedung
Binjai meliputi:
oleh dokter-dokter spesialis dan merupakan salah satu pelayanan unggulan yang
disediakan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai. Saat ini pelayanan poliklinik yang
tersedia yaitu:
a. Poliklinik anak
d. Poliklinik gigi
f. Poliklinik mata
h. Poliklinik paru
i. Poliklinik bedah
j. Poliklinik jiwa
k. Poliklinik kulit
l. Poliklinik syaraf
m. Poliklinik PKBRS
a. Ruang VIP
b. Ruang Kelas 1
c. Ruang kelas 2
d. Ruang kelas 3
4. Pelayanan bedah
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
Dari tabel 4.1 dapat terlihat bahwa jumlah informan pada penelitian ini adalah
17 informan yang terdiri dari Direktur RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai, Ketua
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012, dan ada 15 orang Ketua Pokja, Sekretaris,
Pasien
7 Dr. Eka Handayani Perempuan 43 Ketua Pokja
Sp.OG Management
Development Goals
8 Nina Rally, AM.Keb Perempuan 56 Sekretaris Pokja
Akses Pelayanan dan
Kontinuitas
Pelayanan
9 Elvina Ginting, S.Kep, Perempuan 42 Sekretaris Pokja
Ners Assesmen Pasien
10 Dr. Anggri Mutia Perempuan 33 Sekretaris Pokja
Pelayanan Pasien
11 Bambang Hermansyah, Laki-laki 40 Sekretaris Pokja
S.Kep, Ners Pelayanan Anastesi
dan Bedah
12 Dwi Rina Yulanda, S. Perempuan 42 Ketua Pokja
Farm, Apt Manajemen
Penggunaan Obat
13 Rozana, A.Mro Perempuan 45 Anggota Pokja
Manajemen
Komunikasi dan
Informasi
14 Ir. Darianto Bangun, Laki-laki 53 Ketua Pokja
M. Si Kualifikasi dan
Pendidikan Staf
15 Theresia Alce Perempuan 29 Anggota Pokja
Sihombing, S.Kep, Pencegahan dan
Ners Pengendalian Infeksi
16 Triyanti Saputri, S.Sos Perempuan 48 K etua PokjaTata
Kelola,
Kepemimpinan, dan
Pengarahan
17 Rina Diana Br. Perempuan 43 Anggota Manajemen
Sihombing Fasilitas dan
Keselamatan
memberikan kelancaran dalam proses dan kegiatannya. Tanpa adanya sumber daya
manusia yang mumpuni, sebuah kegiatan akan menjadi terhambat dan rentan
“Dari persiapan faktor sumber dayanya ini sangat... sangat banyak dan
terintegrasi saya lihat... adanya 15 pokja, setelah saya lihat semuanya rata-
rata dia ada 10 orang, jadi ada 150 orang yang .. termasuk di dalamnya.
Jadi... dari sumber daya kuantitas ya ini... sangat banyak saya lihat... dari
standar pokja 1 sampai dengan pokja 15 ini dari semua unit sudah ada di
dalamnya. Jadi mudah- mudahan dengan adanya... setiap orang personil dari
setiap unit berarti nanti implementasi di setiap unit, kita harapkan...
sangat baik. SDM kita ga semua bisa ini, penuh, misalnya IT itu kan
mempercepat, mempercepat pekerjaan, mungkin yang tau IT beberapa saja,
jadi yang mengerjakan dokumen-dokumen nanti ga bisa semuanya, juga kalu
kita mau buat worshop atau seminar, kita butuh operator yaitu IT yang tadi”
(Direktur RSUD Dr. R.M Djoelham)
“Kita dari tim Akreditasi ada sekitar kurang lebih 240 orang, terdiri dari 15
pokja. Dan tiap-tiap pokja rata 16 orang, setiap pokja tidak memiliki anggota
dengan jumlah yang sama, ada pokja yang memiliki anggota sebanyak 37 ada
juga yang 11 orang, jadi kalau dirata-ratakan itu ada 16 anggota per pokja”
(Ketua Akreditasi)
“Di pokja saya ada 19 orang, terdiri dari perawat, kesmas, farmasi, tapi
sebagian besar dari kita adalah perawat.”(Anggota Pokja Sasaran
Keselamatan Pasien)
“14 orang” (Anggota Pokja Hak Pasien dan Keluarga)
“anggota tim saya ada 10 orang, 1 orang ketua dan 1 sekretaris jadi
semuanya 12 orang”.(Anggota Pokja Pendidikan Pasien dan Keluarga)
“Saat ini ada 16 orang dari divisi berbeda-beda Hambatan yang paling kita
rasakan dilapangan ini adalah SDM, kita memang sudah punya struktur
organisasi yang jelas, tetapi masih kurang efektif kerjanya, misalnya, contoh
kecilnya adalah displin waktulah, yah seperti itulah”.(Anggota Pokja
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien)
“jumlah anggota tim ada 10 orang, bukan eee totalnya 14 orang”.(Anggota
Pokja Milleneum Development Goals)
“Jumlah anggota dalam pokja saya khususnya ada 14 orang Pokja PPK,
kita terdiri dari berbagai profesi, Dokter Umum, Dokter spesialis, Bidan dan
perawat .(Anggota Pokja Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan)
“Jumlah tenaganya sudah cukup.., pokja saya Asesmen Pasien
(AP) ada 19 orang, yaitu sebagai koordinator saya ini”.(Anggota Pokja
Assesmen Pasien)
”Jumlah tenaga di pokja Pelayanan Pasien (PP) ada 19 orang dengan
dokter spesialisnya 3 orang, dokter umumnya 2 orang, perawatnya 6
orang, ada juga bidan, opoteker, dan pegawai umum.”(Anggota Pokja
Pelayanan Pasien)
“tim saya ada 11 orang yang terdiri dari dokter dan perawat”.(Anggota
Pokja Pelayanan Anastesi dan Bedah)
“Ada 21 orang dari apoteker, dokter farmasi dan asisten apoteker
saja.”(Anggota Pokja Manajemen dan Penggunakan Obat)
“anggota tim 11 orang”.(Anggota Pokja Manajemen Komunikasi dan
Informasi)
“ada 13 orang anggota”.(Anggota Pokja Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
“Kami lebih kurang 37 orang, dan campur-campur dari unit kerja lain, kalau
mengenai jumlah cukup”.(Anggota Pokja Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi)
“Di pokja saya ada... jumlahnya orang,.. itu terdiri dari
koordinator pelaksana yaitu saya, kemudian ada anggota 10 orang, kemudian
ketua pokjanya ada seorang dokter “.(Anggota Pokja Tata Kelola,
Kepemimpinan, Paengarahan)
“Ya jumlah anggota kami 14 orang tenaga, dokter umum 1, 4 teknisi, 1
logistik dan 3 di bagian keperawatan, ada beberapa orang bagian umum.
“.(Anggota Pokja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan)
jumlah anggota tiap pokja rata-rata 16 orang. Tapi kendala yang ada karena tenaga
IT masih kurang. SDM di bidang IT sangat perlu untk menunjang kegiatan kesiapan
dalam tingkatan mutu suatu pelayanan. Oleh karena itu, tanpa sarana dan prasarana
yang mendukung, mutu dari sebuah institusi dapat menurun dan tidak akan mencapai
saran dan prasarana di RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai cukup memadai di bidang
fasilitas, tetapi pada ruangan kerja tim pokja masih sempit. Walaupun demikian tim
pokja akreditasi RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai masih dapat melakukan kegiatan
4.3.3 Kebijakan
Berikut merupakan hasil wawancara dengan beberapa narasumber terkait
kebijakan sudah ada dibuat oleh pihak rumah sakit untuk kegiatan akreditasi, baik
untuk tercapainya akreditasi di RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai. akan tetapi
direktur dan ketua akreditasi tidak membatasi ketua pojka untuk membuat kebijakan
sendiri untuk menunjang kegiatan akreditasi dan untuk mengatasi masalah yang
dihadapin tiap pokja. Karena tiap pokja mempunyai masalah yang berbeda-beda
4.3.4 Pendanaan
sebuah program ataupun kegiatan dapat berjalan dengan baik karena tanpa
anggaran, sebuah program ataupun kegiatan tidak dapat berjalan dan mengakibatkan
akreditasian RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai. Berikut hasil wawancara dari
narasumber:
“Kalau tentang upaya yang kita lakukan itu banyak yah,mulai dari dana,
sangat lumrah kalau suatu program butuh dana, kita sudah sediakan dana
untuk itu, dana kita ini dari APBD”.(Direktur RSUD. Dr. R.M. Djoelham
Binjai)
“dari APBD kota binjai dana akreditasi rumah sakit nya”.(Anggota Pokja
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien)
“selama ini sumber dana kegiatan akreditasi kami dai APBD kota
binjai”.(Anggota Pokja Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan)
“kegiatan akreditasi dapat berjalan lancar karena sumber dana nya dari
APBD kota binjai”.(Anggota Pokja Manajemen dan Penggunakan Obat)
sumber dana kegiatan akreditasi RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai diambil dari
APBD kota binjai. Dana tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan akreditasi
4.4 Proses
4.4.1 Komunikasi
Komunikasi dalam suatu proses pengimplementasian kebijakan merupakan
kerjasama yang baik juga sehingga tujuan dari komunikasi dapat terlaksana dan
narasumber:
“Komunikasi jelas ada, tidak mungkin ini semua bisa ini berjalan sampai
sejauh ini tanpa ada komunikasi, antara saya sebagai direktur dan ketua
akreditasi sering melakukkan diskusi, dulu sekali dalam seminggu tapi dalam
waktu dengan ini karena waktu untuk penilaian akreditasi juga udah semakin
dekat, bahkan kita lagi fokus dengan akreditasi ini, kita berkomunikasi itu
udah hampi tiap hari lah, dengan ketua dari masing-masing pokja
juga“.(Direktur RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai)
Kalau komunikasi sudah sangat pastilah, ini kan kita lagi kejar target, udah
waktunya udah mepet banget, jadi sudah harus sangat serius, bukan hanya
perpokja, tetapi semua pokja harus saling berkomunikasi dan berinteraksi,
karena masing-masing pokja ini saling berkaitan satu sama lain”.(Ketua
akreditasi RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai)
“Kalau komunikasi ada, tapi tidak bisa secara bersamaan, karena kita kita
punya tugas masing-masing selain panitia akreditasi, kan ada dokter ada
perawat, jadi pandai-pandai kitalah mengatur waktu untuk komunikasi, tapi
kalau akhir-akhir ini kita semua udah sangat konsentrasi dengan akreditasi
yang baru ini”.(Anggota Pokja Sasaran Keselamatan Pasien)
“Komunikasi ada, sering malahan, yah minimal 3 kali seminggu”.(Anggota
Pokja Hak Pasien dan Keluarga)
“Pasti adalah komunikasi, pandai-pantai kita aja mengatur waktu”.(Anggota
Pokja Pendidikan Pasien dan Keluarga)
“Ga mungkin ga ada komunikasi, kita ini kan kerja tim, saling berbagi tugas
saling melengkapi lah, kalau ga tau ya belajar dari teman lainnya, atau baca
buku pedomannya”.(Anggota Pokja Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien)
“Kita itukan terdiri dari 10 anggota, jadi harus saling kerja sama,
komunikasi, bahkan dengan anggota pokja yang lain kita harus
berkomunikasi karena setiap pokja itu punya hubungan terkait dengan pokja
yang lain”.(Anggota Pokja Milleneum Development Goals)
“Akreditasi ini kan penilaian mulai dari masuk dari security sampai petugas
kesehatan dan non kesehatan, ya kami mau ga mau harus saling
berkomunikasi dengan semua pokja bukan hanya pokjanya, dan itu kami
lakukan, apalagi sekarang ini kitakan lagi sibuk sekali mengurus akreditasi
ini”.( Anggota Pokja Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan)
“Berkomunikasilah, 3-4 kali seminggu, bahkan tanpa surat…maksudnya
rapat resmi, kita sering kali diskusi tentang akreditasi”.(Anggota Pokja
Assesmen Pasien)
“Komunikasi? 2-3 kali seminggu, tapi minggu-minggu ini udah hampir tipa
harilah”.(Anggota Pokja Pelayanan Pasien)
“Kalau komunikasi sudah sangat seringlah, dalam minggu ini misalnya udah
ada 3 kali”.(Anggota Pokja Pelayanan Anastesi dan Bedah)
“Adalah komunikasi minimal 2 kali dalam seminggu, itu udah sangat
minimal, karena sering juga habis jam kerja kita harus diskusi lagi”.(Anggota
Pokja Manajemen dan Penggunakan Obat)
“Komunikasi? Penting kali itu, makanya kita saling berkomunikasi, bukan
hanya sesama pokja MKI, semua pokja malahan, ketua akreditasi selalu
berkomunikasi dengan kami, memantau apa yang sudah kami
lakukan”.(Anggota Pokja Manajemen Komunikasi dan Informasi)
“Selalu komunikasi, diskusi”.(Anggota Pokja Kualifikasi dan Pendidikan
Staf)
“Komunikasi ada, lancar dan berkualitas, selalu ada diskusi, yah cari-cari
solusi tentang masalah yang kita kurang paham mengenai akreditasi
ini”.(Anggota Pokja Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
“Komunikasi jelas adalah, direktur selalu memantau kita, tentang tugas, hal
hal yang harus dikerjakan, dan kami sesame anggota pokja berdiskusi bekerja
sama dalam pengerjaan khhususnya dokumen-dokumen akreditasi”.(Anggota
Pokja Tata Kelola, Kepemimpinan, Pengarahan)
“Dokumen dari akreditasi ini sangat banyak, jadi kita wajib menjalin
komunikasi dengan semua anggota –anggota pokja sendiri, dan juga pokja
yang lain”.(Anggota Pokja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan)
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat disimpulkan bahwa
komunikasi yang terjalin sangat baik antara direktur dengan ketua akreditasi, antara
ketua akreditasi dengan ketua pokja dan antara ketua pokja dengan anggota tim pokja
Adapun guna komunikasi tersebut untuk memperlancar kinerja tim akreditasi dalam
kerja yang nyaman sehingga setiap anggota merasa lebih semangat untuk melakukan
tugas dan tanggung jawab mereka. Jika komunikasi tidak baik, maka kegiatan
akreditasi akan terhambat. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa rapat dan diskusi.
4.4.2 Pelatihan
Berikut merupakan hasil wawancara dengan beberapa narasumber terkait
“adanya SK akreditasi , kita juga upayakan SDM yang cukup dan berkualitas,
kita juga melakukan Survei Akreditasi dan bimbingan akreditasi oleh KARS,
terus kita juga melakukan seminar, workshop, pelatihan untuk masing-masing
pokja”.(Direktur RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai)
“kami telah melakukan workshop, seminar, pelatihan tiap pokja”.(Ketua
akreditasi RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai)
“tim kami sudah mengadakan pelatihan dan seminar untuk mendukung
kegiatan akreditasi”.(Anggota Pokja Sasaran Keselamatan Pasien)
“sudah melakukan pelatihan dan seminar”.(Anggota Pokja Hak Pasien dan
Keluarga)
“sudah ada pelatihan, seminar dan kami sudah ada melakukan bimbingan ke
KARS”.(Anggota Pokja Pendidikan Pasien dan Keluarga)
“kami mengikuti pelatihan, seminar-seminar dan workshop baik yang
diadakan pihak rumah sakit maupun dari luar”.(Anggota Pokja Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien)
“biasanya seperti seminar-seminar dan pelatihan kami selalu
ikutin”.(Anggota Pokja Milleneum Development Goals)
“kegiatan seminar dan pelatihan kami adakan untuk menunjang kegiatan
akreditasi”.(Anggota Pokja Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan)
“seminar dan pelatihan kami ikutin”.(Anggota Pokja Assesmen Pasien)
“ada seminar dan pelatihan yang kami ikutin sesuai dengan pokja
kami”.(Anggota Pokja Pelayanan Pasien)
“tiap pokja ada mengikuti seminar sesuai dengan pokja nya masing-
masing”.(Anggota Pokja Pelayanan Anastesi dan Bedah)
“kami ikut seminar tentang manajemen obat yang diadakan oleh pihak
luar”.(Anggota Pokja Manajemen dan Penggunakan Obat)
“kami mengadakan seminar dan pelatihan untuk menunjang kegiatan
akreditasi”.(Anggota Pokja Manajemen Komunikasi dan Informasi)
“ada seminar, pelatihan dan workshop yang kami ikuti”.(Anggota Pokja
Kualifikasi dan Pendidikan Staf)
“ikut seminar dan pelatihan yang ada”.(Anggota Pokja Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi)
“kami mengikuti seminar dan pelatihan”.(Anggota Pokja Tata Kelola,
Kepemimpinan, Pengarahan)
“sudah ada beberapa kali kami mengadakan seminar dan
pelatihan”.(Anggota Pokja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan)
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dapat disimpulkan bahwa
Pelatihan-pelatihan, seminar dan workshop yang dikutin sesuai dengan pokja masing-
karena dokumen merupakan acuan kerja, bukti pelaksanaan dan penerapan kebijakan,
program dan kegiatan, serta bagiandari salah satu persyaratan Akreditasi RSUD. Dr.
dokumentasi pelayanan merupakan bukti serta tolak ukur tim akreditasi dalam
Binjai. Pencapaian yang telah disiapakn oleh RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai
dalam kesiapan akreditasi sudah mencapai lebih dari 80%. Dokumentasi pelayanan
yang ada di tim akreditasi RSUD. Dr. R.M. Djoelham Binjai berupa dokumen-
dokumen serta file-file yang harus dimiliki oleh tim dalam kegiatan akreditasi rumah
sakit.
4.5 Output
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham dengan wawancara mendalam kepada beberapa
informan, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham dapat dikatakan siap
Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham siap untuk diakreditasi. Berikut pernyataan
beberapa informan:
“kami siap untuk Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham diakreditasi
karena pencapaian kami sudah mencapai 80% dan target kami untuk akreditasi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham adalah akreditasi
paripurna”.(Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham)
“saat ini pencapaian kami sudah 80% dan kami berencana untuk diakreditasi
awal tahun 2017”.(ketua akreditasi)
Dari pernyataan narasumber diatas, dapat disimpulkan bahwa Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham siap untuk diakreditasi pada awal tahun2017
karena Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham kesiapan menghadapi
4.6 Lampiran Hasil Observasi Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah R.M.
Djoelham Menghadapi Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
Melalui hasil observasi yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R.M. Djoelham menunjukkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.
Djoelham dalam proses kesiapan dalam menghadapi akreditasi versi 2012. Tetapi dari
hasil wawancara dengan informan akan terus memperbaiki dan menambah segala
sarana dan prasarana yang berkaitan dengan standar akreditasi versi 2012.
Tabel 4.6 Lampiran Hasil Observasi Kesiapan Rumah Sakit Umum Daerah
R.M. Djoelham Menghadapi Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012
manajemen, keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya ( resources)
lainnya di Puskesmas dan Rumah Sakit. Hal penting yang harus diperhatikan adalah
kejujuran, efektivitas dan efesiensi, serta kuantitas dan kualitas dari masukan yang
ada.
bermutu pula. Semua sumber daya yang ada perlu diorganisasikan dan dikelola sesuai
Permenkes RI No. 012 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa akreditasi rumah
sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga
bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk
61
Menurut Komisi Akreditasi Rumah Sakit, (2012), Akreditasi rumah sakit versi
2012 terdapat 15 Bab/kelompok kerja (Pokja), 323 standar dan 1218 elemen penilaian
(EP), antara lain akses pelayanan dan kontinuitas pelayanan (APK), hak pasien dan
keluarga (HPK), asesmen pasien (AP), pelayanan anestesi dan bedah (PAB),
(PPI), tata kelola kepemimpinan dan pengarahan (TKP), manajemen fasilitas dan
development GOALs.
terhadap rumah sakit. Adapun penilaian penilaian akreditasi tersebut terdiri dari 15
untuk meningkat pelayanan rumah sakit, agar mampu bersaing secara global dan
mendapat pengakuan dari KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit). RSUD Dr. R. M
membentuk Tim akreditasi sebanyak 15 tim berdasarkan pokja berserta angota tim
akan dicapai oleh RSUD Dr. R. M Djoelham adalah tingkat paripurna, karena pada
tahun 2012, RSUD Dr. R. M Djoelham telah mendapatka akreditasi dasar pada
efisiensi dan tidak mendorong motivasi para pelaku dalam melaksanakan kebijakan
(Nugroho, 2012).
suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung
sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan.
manusia yang ada di RSUD Dr. R.M. Djoelham sudah cukup memamadai. Fasilitas
penunjang dalam kegiataan akreditasi pun sudah cukup. RSUD Dr. R.M. Djoelham
bahwa sumber daya manusia di bidang IT sangat kurang dan perlu ditambah agar
kegiatan akreditasi di RSUD Dr. R.M. Djoelham berjalan dengan lancar dan baik
tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham dalam penerapan sistem
Djoelham ini sudah tersedia wastafel mencuci tangan di beberapa tempat yang
berguna untuk selalu menjaga kebersihan sebelum dan sesudah mengunjungi pasien.
Walaupun belum tersedianya hand rub. Kemudian adanya petunjuk tertulis cara
mencuci tangan dengan benar yang di tempel di dinding, adanya palang pengaman
5.1.3 Kebijakan
dikendalikan. Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga dimensi, yaitu : (1) monitoring
kebijakan, atau pengawasan kebijakan, (2) evaluasi kebijakan dan (3) pengganjaran
kebijakan.
ayat (1) dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Untuk melaksanakan ketentuan
pasal 40 ayat (1) ini ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 012 Tahun 2012 dimana dalam pasal 1disebutkan bahwa Akreditasi Rumah
Sakit, selanjutnya disebut Akreditasi, adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang
Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah
Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara
mendapat status akreditasi Dasar, Madya, atau Utama, pada waktu dilakukan
akreditasi ulang 3 (tiga) tahun lagi, harus terjadi peningkatan status akreditasinya dari
akreditasi pertama.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan bahwa RSUD Dr. R.M.
Dr. R.M. Djoelham juga memberikan kesempatan kapada tiap pokja untuk membuat
persiapan akreditasi tetapi tetap berkoordinasi kepada direktur dan ketua akreditasi
bahwa kebijakan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan disetiap pokja nya. Karena
setiap pokja mempunyai hambatan yang berbeda-beda, maka setiap pokja dapat
membuat kebijakan yang berbeda-beda tetapi tetap di ketahui dan disetujuin oleh
5.1.4 Pendanaan
Selain sumber daya manusia adalah dana (anggaran) dan peralatan yang
anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan publik yang harus diberikan
yang telah di lakukan bahwa sumber dana untuk melaksanakan akreditasi berasal dari
seluruh dana kegiatan persiapan akreditasi RSUD Dr. R.M. Djoelham diambil dari
5.2. Proses
5.2.1 Komunikasi
Implementasi yang efektif akan terlaksana, jika para pembuat keputusan mengetahui
mengenai apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pengambil
ada pada tim akreditasi sangat baik. Jika terjadi hambatan atau kendala dalam
komunikasi sangat lah penting. Ada atau tidaknya kendala/hambatan direktur, ketua
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan dari kesiapan RSUD Dr. R.M. Djoelham dalam menghadapi akreditasi rumah
5.2.2 Pelatihan
keterampilan dan sikap petugas yang bersangkutan lebih maju dalam melaksanakan
tugas tertentu.
rumah sakit, telah disusun langkah-langkah pada fase persiapan dan fase
akreditasi.Kegiatan pada fase persiapan untuk tingkat rumah sakit dalam program
maupun pusat.
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham sudah
ada yang mengikuti pelatihan, hanya saja jumlah SDM yang mengikutinya masih
dilaksanakan secara intensif dan berkala. Karena selama ini pelatihan yang diikuti
oleh beberapa tenaga kesehatan tersebut dibuat oleh Dinkes yang mengikutsertakan
Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan bahwa RSUD Dr. R.M.
Djoelham telah melakukan Survei Akreditasi dan bimbingan akreditasi oleh KARS,
RSUD Dr. R.M. Djoelham tercapainya akreditasi tingkat paripurna. seluruh kegiatan
pelatihan, bimbingan dan seminar yang dilakukan sudah sesuai dengan pedoman yang
diberikan oleh KARS. Serta RSUD Dr. R.M. Djoelham telah menunjukan anggotanya
bahwa kesiapan RSUD Dr. R.M. Djoelham menghadapi akreditasi dengan melakukan
dan seminar yang dilakukan RSUD Dr. R.M. Djoelham bertujuan untuk
Dr. R.M. Djoelham. Serta tim KARS telah melakukan survei akreditasi di RSUD Dr.
R.M. Djoelham.
Dr. R.M. Djoelham untuk dapat diakreditasi. Untuk itu, dalam melakukan
disimpulkan bahwa saat ini RSUD Dr. R.M. Djoelham telah siap untuk di akreditasi
karena Hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian yang diminta dari 15 (lima
belas) bab yang dilakukan oleh 15 (lima belas) kelompok kerja RSUD Dr. R.M.
banyak menyangkut standar struktur dan proses. Yang dinilai dalam akreditasi ini
adalah “compliance” rumah sakit atas standar tersebut. Standar proses tentu lebih
terkait dengan kegiatan atau teknis keprofesian, juga bagaimana kegiatan tersebut
dikelola. Sebagai contoh, prosedur tetap atau SOP yang tertulis untuk suatu kegiatan
rumah sakit terhadap SOP bukan sekedar adanya SOP tertulis (dokumentasi), tetapi
apakah SOP tersebut telah dijalankan atau tidak (observasi langsung dan wawancara
Hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian yang diminta dari 15 (lima
belas) bab yang dilakukan oleh 15 (lima belas) kelompok kerja sudah mencapai 80%.
Adapun penilaian mandiri (self assesment) RSUD Dr. R.M Djoelham adalah sebagai
berikut pada Bab I Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) Hasil pemenuhan
standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 62% dan yang
Tercapai Sebagian (TS) sebesar 19% maka total hasil pencapaian pemenuhan standar
dan elemen penilaian Bab I Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit (SKP) sebesar
81%, pada Bab II Hak Pasien dan Keluarga (HPK) Hasil pemenuhan standar dan
elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 70% dan yang Tercapai
Sebagian (TS) sebesar 20% maka hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen
penilaian pada bab II Hak Pasien dan Keluarga (HPK) sebesar 90 %, pada Bab III
Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Hasil pemenuhan standar dan elemen
penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 40% dan yang Tercapai Sebagian
(TS) sebesar 40% maka hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian
pada bab III Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) sebesar 80 %, pada Bab IV
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) Hasil pemenuhan standar dan
elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 51% dan yang Tercapai
Sebagian (TS) sebesar 30% maka hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen
penilaian pada Bab IV Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) sebesar
dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 60% dan yang Tercapai
Sebagian (TS) sebesar 25% maka hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen
standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 65,24% dan yang
Tercapai Sebagian (TS) sebesar 19,05% maka hasil pencapaian pemenuhan standar
dan elemen penilaian pada Bab VI Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan
(APK) sebesar 84,29 %, pada Bab VII Assessmen Pasien (AP) hasil pemenuhan
standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 50% dan yang
Tercapai Sebagian (TS) sebesar 30% maka hasil pencapaian pemenuhan standar dan
elemen penilaian pada Bab VII Assessmen Pasien (AP) sebesar 80 %, pada Bab VIII
Pelayanan Pasien (PP) hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai
Penuh (TP) sebesar 70% dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 20% maka hasil
pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab VIII Pelayanan
Pasien (PP) sebesar 90 %, pada Bab IX Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) hasil
pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 50%
dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 31% maka hasil pencapaian pemenuhan
standar dan elemen penilaian pada Bab IX Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 50%
dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 30% maka hasil pencapaian pemenuhan
standar dan elemen penilaian pada Bab X Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 60%
dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 20% maka hasil pencapaian pemenuhan
standar dan elemen penilaian pada Bab XI Manajemen Komunikasi dan Informasi
(MKI) sebesar 80 %, pada Bab XII Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) hasil
pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 70%
dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 20% maka hasil pencapaian pemenuhan
standar dan elemen penilaian pada Bab XII Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
sebesar 90 %, pada Bab XIII Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) hasil
pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 60%
dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 30% maka hasil pencapaian pemenuhan
standar dan elemen penilaian pada Bab XIII Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) sebesar 90 %, pada Bab XIV Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan
(TKP) hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian sudah Tercapai Penuh (TP)
sebesar 60% dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar 20% maka hasil pencapaian
pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab XIV Tata Kelola,
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian
sudah Tercapai Penuh (TP) sebesar 50% dan yang Tercapai Sebagian (TS) sebesar
40% maka hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab XV
dokumen bimbingan KARS, dokumen serta bukti-bukti dilakukan nya seminar dan
pelatihan dan dokumen berupa laporan hasil rapat tim akreditasi RSUD Dr.R.M
5.3. Output
(2011) tentang tingkat kelulusan dan kriteria ada 4 tingkatan yaitu tingkat dasar,
tingkat madya, tingkat Utama dan tingkat paripurna, Menurut Direktur, RSUD Dr.
R.M Djoelham sudah pernah melakukkan akreditasi versi 2007, tetapi sekarang
RSUD melakukan persiapan Akreditasi versi 2012, dan sekarang sudah pada tahap
Paripurna, dimana tingkat paripurna ini adalah tahap akhir untuk penilaian akreditasi.
sertifikat akreditasi tingkat paripurna bila setiap bab dari standar akreditasi rumah
sakit mempunyai nilai minimal 80%. dari penelitian ini diketahui bahwa RSUD Dr.
pemenuhan standar dan penilaian mandiri (self assesment). penilaian mandiri (self
bertujuan untuk mengukur kesiapan dan kemampuan rumah sakit dalam rangka
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 ini lebih berfokus pada pasien,
kuat pada process, output dan outcome dan kuat di implementasi. Berbeda dengan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007 yang berfokus pada provider, kuat pada
6.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
1. Masukan (input)
dengan baik.
c. Sarana dan prasarana untuk pokja Manajemen Penggunaan Obat dan pokja
2. Proses
a. Komunikasi
akreditasi dan ketua pokja akreditasi RSUD Dr. R.M. Djoelham sudah terjalin
76
b. Pelatihan
c. Dokumentasi Pelayanan
Hasil pemenuhan standar dan elemen penilaian yang diminta dari 15 (lima
belas) bab yang dilakukan oleh 15 (lima belas) kelompok kerja sudah
mencapai 80%. Adapun penilaian mandiri (self assesment) RSUD Dr. R.M
ii. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada bab II
iii. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada bab
iv. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
vi. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
84,29 %,
vii. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
viii. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
ix. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
xi. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
xii. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
xiii. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
xiv. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
%,
xv. hasil pencapaian pemenuhan standar dan elemen penilaian pada Bab
6.2 Saran
memadai.
2. Kepada Tim Akreditasi Rumah Sakit di RSUD Dr. R.M. Djoelham untuk:
versi 2012
Cecep, 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit Sebuah Kajian Hukum Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Akreditasi Rumah Sakit Indonesia. Direktorat
Jenderal Bina Pelayanan Medik, Komisi Akreditasi Rumah Sakit, Jakarta.
Indriani, ririn astika, 2014. Pelaksanaa Program Diare di Puskesmas Medan Deli
Kecamatan Medan Deli Tahun 2014. Universitas Sumatera Utara (USU). Skripsi.
Kementerian Kesehatan RI dan Komisi Akreditasi (KARS), 2011. Standar Akreditasi
Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Jakarta.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).2012. Panduan Survei, Jakarta.
Manullang, 2008, Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Ghalia Indonesia (GI).
Moleong, Lexy, J.,2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya
Muninjaya, A.A. Gde. 2011. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta: PT. Gramedia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 Tertanggal 15
Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit, Jakarta : Kementerian Kesehatan.
, Nomor 56 Tahun 2014 Tertanggal 18 Agustus 2014 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit, Jakarta : Kementerian Kesehatan.
, Nomor 417/ Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan.
, Nomor 428/Menkes/SK/XII/2012 tertanggal 7 Desember 2012 tentang
Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta : Kementerian Kesehatan.
, Nomor 659/ Menkes/ Per/VIII/2009 tertanggal 14 Agustus 2009 tentang
Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia. Jakarta : Kementerian Kesehatan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tertanggal 28 Oktober 2009
tentang Rumah Sakit.
80
I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terkahir :
Asal Instansi :
Tanggal Wawancara :
II. Daftar Pertanyaan
A. Pertanyaan untuk Kepala RSUD Dr.R.M.Djoelham Binjai
1. Apakah pengertian dari akreditasi rumah sakit versi 2012?
2. Apakah RSUD Dr. R.M Djoelham Sudah melakukan Akreditasi
Versi 2012?
3. Apakah ada kebijakan yang dilakukan oleh Direktur terhadap
pelaksanaan kesiapan akreditasi versi 2012? (Kalau ada, sebutkan)
4. Sudah sampai sejauhmana yang telah dilakukan rumah sakit dalam
kesiapan menghadapi akreditasi?
5. Darimana sumber dana akreditasi rumah sakit? (Sudah cukup kah?)
6. Bagaimana koordinasi antara direktur dengan tim akreditasi?
7. Apakah dilakukan monitoring?
8. Apakah dilakukkan evaluasi?
9. Apa kendala dalam menghadapi akreditasi rumah sakit?
10. Apa solusi dalam menghadapi kendala tersebut?
11. Apa harapan anda terhadap rumah sakit setelah selesai melakukan
akredtasi?
B. Petanyaan untuk Ketua Tim Akreditasi RSUD Dr.R.M.Djoelham
Binjai
1. Apakah pengertian Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012?
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR :
TENTANG
DIREKTUR
2. Undang-Undang …
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
11. Peraturan …
11. Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 16 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kota Binjai (Lembaran Daerah Kota
Binjai tahun 2011 Nomor 16, tambahan Lembaran
Daerah Kota Binjai Nomor 13);
KETIGA ...
KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya
Keputusan ini dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Bidang Kesehatan Tahun Anggaran
2016;
Ditetapkan di : Binjai
DIREKTUR
MAHANIARI MANALU
NOMOR :
SUSUNAN KEANGGOTAAN
KOMITE AKREDITASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. RM. DJOELHAM BINJAI
PERUBAHAN PERTAMA
TAHUN 2016
Pokja – Pokja :
Anggota :
1. Dr. Marlina Jumrakh Sp. A
2. Dr. Edyan Pinem Sp. PD
3. Dr. Khalid Huda Sagala, Sp.PD
4. Dr. Muntasir Sp. P
5. Sri Fuji Rahayu, AM. Keb
6. Eva Kasviana Tarigan, S. ST
7. Kristina Natalia Sembiring
8. Mariance Elisabet Sitorus, AM.Keb
9. Apni Kartika Pangaribuan, S.ST
10. Sri Sumiati, S. Kep, Ners
11. Ayusta Darma. S. Kep, Ners
12. Nuriani Bangun, Amk
Sekretaris : Giyatno
Anggota :
1. Purnama Raya Siregar, S.Sos
2. Jubaidah Simanjuntak
3. Rozana, A.MRo
4. Salminawati Ginting, S.Kep, Ners
5. Yuli Yersi, S.Kep, Ners
6. Rubini
7. Nora Agustina Pasaribu, AMK
8. Agustina Sebayang, SH
9. Zulfadhli Harahap
12) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
Ketua : Ir. Darianto Bangun, M. Si
Sekretaris : Herta Lamria
Anggota :
1. Drg. Edison Pangaribuan
2. Dr. Abdi Gunawan, Sp.B
3. Dra. Hj. Deliana
4. Nanarita Tarigan, S.Kep, Ners, M. Kep
5. Juliana, S.Si
6. Sandro Varade Purba, SKM
7. Masniar Siregar, Amd. An.Kes
8. Sandra Dewi, A.Mf
9. Lisbeth Roselina Samosir
10. Hasraieni Salta, SKM
11. Ema Murniati, A.Md
Anggota :
DIREKTUR
MAHANIARI MANALU