Disisusun oleh :
NIP : 199012112019022004
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
anugrahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Orientasi CPNS
Tahun 2019 RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Laporan orientasi ini disusun
sebagai laporan akhir kegiatan orientasi CPNS tahun 2019 di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah selama satu bulan.
Orientasi dilaksanakan agar Calon Pegawai Negeri Sipil RSJD Dr. RM Soedjarwadi
mengetahu setiap tugas, pokok dan fungsi di setiap unit kerja, yang kemudian menjadi ASN
(Aparatur Sipil Negara) yang kreatif, inovatif, bijaksana, tanggung jawab, memiliki rasa
pengabdian dalam melaksanakan tugas dan memiliki pengetahuan.
Terima kasih saya sampaikan kepada dr. Tri Kuncoro, M.M.R selaku Direktur
beserta seluruh staf yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada saya,
semoga yang saya dapatkan selama orientasi dapat diimplementasikan dalam
melaksanakan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah.
Pembuatan Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan penulisan dimasa yang akan datang.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi merupakan salah satu rumah
sakit jiwa milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berkedudukan di Kabupaten
Klaten tepatnya di Jalan Ki Pandanaran KM. 2, Desa Danguran, Kecamatan Klaten
Selatan. RSJD Dr. RM Soedjarwadi memberikan layanan kesehatan, khususnya
kesehatan jiwa seara paripurna melalui upaya akuratif, rehabilitatif, preventif, dan
promotif.
Kegiatan orientasi merupakan program kepegawaian dalam memberikan
pengarahan dan bimbingan serta mempersiapkan para pegawai baru dalam hal ini
CPNS 2019 agar dapat bekerja cepat dan tepat sesuai dengan peran dan fungsinya.
Kegiatan orientasi ini sejalan dengan Standar Operasional dan Prosedur yang
ditetapkan oleh Direktur RSJD Dr. RM Soedjarwadi sehingga pegawai baru
mendapatkan informasi mengenai organisasi, tanggung jawab, hak dan kewajiban,
prosedur kerja dan sebagainya.
Instalasi Farmasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
mendukung penyelenggaraan kegiatan farmasi Rumah Sakit. Program orientasi bagi
pegawai baru di Instalasi Farmasi diharapkan mampu memahami sistem organisasi,
uraian tugas pokok dan fungsi, prosedur kerja di Instalasi Farmasi, dan mampu
beradaptasi di lingkungan yang baru.
B. TUJUAN
1. Agar memperoleh gambaran tentang RSJD Dr. RM Soedjarwadi;
2. Mengetahui dan hafal visi, misi, nilai-nilai, dan struktur organisasi;
3. Memahami peraturan, kebijakan dan prosedur yang berlaku;
4. Mengetahui dan memahami tanggung jawab, kegiatan dan tugas profesi; dan
5. Mampu segera beradaptasi dengan lingkungan kerja di Instalasi Farmasi RSJD
Dr. RM Soedjarwadi.
4
BAB II
PROFIL RSJD DR. RM SOEDJARWADI
A. SEJARAH PERKEMBANGAN
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah berdiri
sejak tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ) yang
merupakan satelit RSJ Pusat Mangunjayan Surakarta dan RSJ Pusat kramat Jaya
Magelang. Sebagai direktur pertamanya adalah Dr. RM. Soedjarwadi.
Sejak tahun 1972 fungsi sebagai koloni berubah menjadi rumah sakit dengan
dibukanya pelayanan rawat jalan seminggu sekali, sedangkan fungsi sebagai
penampung ditingkatkan menjadi rawat inap. Hal ini dimungkinkan dengan
didatangkannya dokter spesialis jiwa dari RSJ Mangunjayan seminggu sekali.
Dengan terbitnya SK MENKES RI Nomor : 135/SK/Men.Kes/IV/78 Tahun
1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa, Makan KOSJ
berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa kelas B denga 120 TT.
Kemudian sesuai dengan Surat Nomor 1732/Menkes-Kessos/XII/2000
tanggal 12 Desember 2000, Rumah JIwa ini diserahkan oleh Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan rekomendasi Gubernur Jawa
Tengah Nomor: 445/6797/2000 tanggal 28 JUni 2000 tentang Perubahan Nama
Rumah Sakit Jiwa Klaten selanjutnya dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial RI No. 1681.A/MENKES-KESSOS/SK/XI/2000, makan
sejak tanggal 20 November 2000 nama RS Jiwa Klaten secara resmi berubah
menjadi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.
Pada tahun 2008 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi telah melaksanakan PPK-Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) bertahap. Pada tanggal 10 Juni tahun 2013 dengan
Surat Keputusan Kepmenkes RI Nomor 216/Menkes/SK/VI/2013 RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi ditetapkan sebagai Rumah Sakit Jiwa Daerah Kelas A. Pada Tahun
2014 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menjadi Rumah Sakit JIwa pertama di Indonesia
yang meraih Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan predikat PARIPURNA. Pada
tahun 2016 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menerapkan Sistem Manajemen Mutu SMM
ISO 9001: 2015 dan Sistem Manajemen Lingkungan SMM ISO 14001:2015. Pada
5
tahun 2018 menjadi PPK BLUD penuh Rumah Sakit khusus kelas A, serta lulus
akreditasi SNARS edisi 1 dengan predikat PARIPURNA.
Adapun yang pernah menjadi Direktur adalah :
1. Dr. RM. Soedjarwadi : 1953-1968
2. Dr. Anna Janti : 1965-1980
3. Dr. H. Drijana, Sp.KJ : 1980-1985
4. Dr. H. Suryono Hadi, Sp.KJ : 1985-1994
5. Dr. R. Boedi Boedaja, AM, Sp.KJ : 1994-1999
6. Dr. H. Mohammad Roem, Sp.KJ,SIP : 1999-2003
7. Dr. H. MArif Zainudin, Sp.KJ : 2003-2004
8. Dr. H. Rh Budhi Muljanto, Sp.KJ : 2004-2006
9. Dr. Lilis Indriastuti, Sp.Kl : Januari-Agustus 2006
10. Dr. H. Rh Budhi Muljanto : Agustus-Desember 2006
11. Dr. HM. Sigit Wahyu Purnomo, Sp,KJ :2006-2008
12. Dr. H Endro Suprayitno, Sp.KJ : 2008-2011
13. Dr. Sugiharto, M.Kes(MMR),SH : 2011-2013
14. Dr. Tri Kuncoro, M.M.R : 2013-sekarang
Visi mulia RSJD Dr. RM. Soedjarwadi tersebut dijabarkan dalam 9 poin
tujuan, yaitu :
1. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan jiwa masyarakat;
2. Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
jiwa;
3. Terwujudnya peningkatan kuantitas dan kualitas SDM seara
berkesinambungan;
6
4. Terselenggaranya layanan yang sesuai standard nasional maupun internasional;
5. Terwujudnya gedung/bangunan rumah sakit yang terpadu dan berkelanjutan;
6. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan;
7. Teriptanya suasana pelayanan rumah sakit yang aman, nyaman, ramah, efisien
dan efektif;
8. Tersedianya lahan belajar yang bermutu terbaik bagi institusi pendidikan; dan
9. Terwujudnya rumah sakit Khusus Kelas A Pendidikan.
MOTTO
7
Rumah Sakit dipimpin oleh seorang Direktur yang membawahi 1 (satu) Sub
bagian dan 3 (tiga) seksi dan kelompok jabatan Fungsional, yaitu :
1. Sub. Bagian Tata Usaha;
2. Seksi Pelayanan Medik dan Non Medik;
3. Seksi Keperawatan;
4. Seksi Penunjang Medik dan Non Medik; dan
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
Pejabat Struktural
8
Kelompok Jabatan Fungsional
9
Kepala Sanitasi, K3 dan Pemulasaran : Jaka Arifin Budiyana, S.Kep
Jenazah
Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana & : Harwanto, A.Md
Prasarana
Kepala Instalasi Laundry : Rini Setyaningsih, ST.
Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah Rumah Sakit. SDM juga merupakan kuni
yang menentukan perkembangan rumah sakit. Demikian rincian SDM di RSJD Dr. RM
Soedjarwadi :
Non-
NON Dokter Dokter Dokter dokter
Tahun PNS Perawat Jumlah
PNS Spesialis Umum Gigi Non-
perawat
2010 184 47 6 11 3 89 122 231
2014 229 95 13 13 3 144 152 324
2015 237 142 16 18 2 159 185 379
2016 231 203 14 17 2 173 228 434
2017 222 226 13 18 2 178 237 448
2018 222 225 17 16 2 178 229 442
2019 207 283 16 12 2 167 196 392
E. PERALATAN KESEHATAN
Alat kesehatan adalah instrument, aparatus, mesin dan atau implant yang tidah
mengandung obat dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
10
kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki struktur
tubuh. Peralatan kesehatan yang tersedia di RSJD Dr. RM Soedjarwadi antara lain :
11
Fisioterapi Treadmill
HCU Suction Pump Central
HCU Ventilator
IGD Suction Pump Central
IGD Thermometer IR
Laboratorium Mikropipet
Laboratorium Centrifuge
Laboratorium Urine Analyzer
Laboratorium Photometer
Laboratorium Hematology analyzer
Laboratorium Sterilisator
Poli Dalam, Poli Syaraf, Radiologi USG
Poli Gigi Dental Unit
Poli Gigi UV Sterilizer
Poli Nyeri Diathermy
Radiologi X-Ray General Purpose
Radiologi X-Ray Dental
Radiologi X-Ray Dental Panoramic
X-Ray Dental Panoramic X-Ray DR
12
BAB III
HASIL EVALUASI
A. ORIENTASI UMUM
Dalam pemberkasan ini CPNS berstatus CAPEG atau alon pegawai, dan wajib
menuliskan nama lengkap dan gelar dalam setiap isian formulirnya. Untuk
tunjangan anak yang tertanggung hanya sampai anak ke-2. Gaji pokok diberkan
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
13
Tunjangan 10% untuk suami atau istri;
Tunjangan anak sebanyak 2%;
Tunjangan fungsional atau struktural;
Tunjangan umum;
Tunjangan beras yang diberikan perorang tiap pada tiap anggota
keluarga; dan
Tunjangan Golongan.
14
Pakaian Adat/Pakaian Tradisional Jawa Tengah;
Seragam petugas keamanan; dan
Seragam olahraga.
Setiap ASN wajib menggunakan perlengkapan dan atribut pakaian dinas.
Untuk atribut yang wajib digunakan terdiri dari :
Lencana KORPRI;
Papan nama;
Badge nama Pemerintahan Daerah
Lambang daerah;
Tanda pengenal pegawai; dan
Lencana lambing daerah.
b. Tenaga Kedokteran
Hari Pakaian
Senin PDH Khaki
Selasa PDH Tenun/Lurik diutamakan khas Jawa Tengah
Rabu PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
Kamis PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
15
Pakaian Khas Rumah Sakit
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Sabtu Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
c. Tenaga Keperawatan
Hari Pakaian
Senin PDH Krem
Selasa PDH Biru
Rabu PDH Kuning Muda
Kamis PDH Hijau Muda
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Pakaian Khas Rumah Sakit
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Sabtu Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Putih
d. Tenaga Kesehatan
Hari Pakaian
Senin PDH Krem
Selasa PDH Biru Muda
Rabu PDH Kuning Muda
Kamis PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Sabtu Pakaian Khas Rumah Sakit
16
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
f. Tenaga Kehumasan
Hari Pakaian
Senin PDH Jas
Selasa PDH Jas
Rabu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Kamis PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Pakaian Khas Rumah Sakit
Sabtu
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
17
Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
18
2) Program Diploma I, Diploma 11, Diploma 111, Program Diploma 111 dan
Program Strata I (S-1) atau setara berusia paling tinggi 37 (tiga puluh
tujuh) tahun;
3) Program Strata 111 (S-3) atau setara berusia paling tinggi 47 (empat
puluh tujuh) tahun;
g. Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapatkan
persetujuanJakreditasi minimal B dari lembaga yang berwenang;
h. Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural dibebaskan dari jabatannya;
i. Bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional dibebaskan sementara dari
jabatannya;
j. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekejaan dalam 1 (satu) tahun terakhir
paling kurang bernilai baik,
k. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;
l. TidaPr sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS;
m. Jangka waktu pelaksanaan :
1) Program Diploma I (DI) paling lama 1 (satu) tahun;
2) Program Diploma I1 (DII) paling lama 2 (dua) tahun;
3) Program Diploma 111 (Dm) paling lama 3 (tiga) tahun;
4) Program Strata I (S-1) / Diploma IV (DIV), paling lama 4 (empat) tahun;
5) Program Strata I1 (S-2) atau setara, paling lama 2 (dua) tahun;
6) Program Strata I11 (S-3) atau setara, paling lama 4 (empat) tahun;
n. Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada huruf
m masing-masing dapat diperpanjang paling lama 1 tahun (2 semester)
sesuai kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan / atau instansi.
o. Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada huruf
m masing-masing dapat diperpanjang paling lama 1 tahun (2 semester)
sesuai kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan / atau instansi.
p. Dalam melaksanakan izin belajar sebagaimana dimaksud pada huruf o PNS
tetap dapat meninggalkan tugasnya sebagaimana berlaku bagi tugas belajar.
q. Dalam memberikan tugas belajar, setiap instansi hams memberikan
kesempatan yang sama bagi semua PNS sesuai dengan bidang tugasnya;
19
r. NS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar wajib bekerja kembali
untuk negara pada unit kerja pada instansi tempat pegawai bersangkutan
beke ja semula (Kewajiban Kerja) dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pemberian tugas belajar di dalam negeri, kewajiban kerja yang harus
dijalani adalah dua kali masa tugas belajar (n) atau dalam rumus (2 x n).
Sebagai contoh, untuk masa belajar 4 tahun, maka kewajiban kerja
adalah sebagai berikut: Kewajiban Keja = 2 x 4 = 8 tahun
2) Pemberian tugas belajar di luar negeri, kewajiban kerja yang hams
dijalani adalah dua kali masa tugas belajar (n) atau dalam rumus (2 x n).
Sebagai contoh, untuk masa belajar 4 tahun, maka kewajiban kerja
adalah sebagai berikut: Kewajiban Kerja = 2 x 4 = 8 tahun
3) Dengan mempertimbangkan kebutuhan organisasi dan pelayanan
kepada masyarakat, pelaksanaan perhitungan waktu kewajiban kerja
pada suatu uni kerja di suatu instansi sebagaimana dimaksud pada angka
1) dan angka 2) dapat dikurangi atau ditambah berdasarkan kebijakan
dari pimpinan tertinggi instansi yang bersangkutan
s. PNS dapat melaksanakan tugas belajar berkelanjutan secara berturut-turut
dengan persyaratan :
1) Mendapat iin dari pimpinan instansinya;
2) Prestasi pendidikan sangat memuaskan;
3) Jenjang pendidikan bersifat linier; dan
4) Dibutuhkan oleh organisasi
t. Kewajiban kerja bagi PNS sebagairnana huruf r, diakumulasikan setelah PNS
selesai melaksanakan tugas - belajar pada jenjang pendidikan terakhir.
u. PNS tidak berhak menuntut penyesuaian ijazah ke dalam pangkat yang lebih
tinggi, kecuali terdapat formasi.
a. PNS yang telah memiliki masa keja paling kurang 1 (satu) tahun terhitung
sejak diangkat sebagai PNS;
b. Mendapatkan izin secara tertulis dari pejabat yang berwenang;
20
c. Tidak meninggalkan tugas jabatannya, dikecualikan sifat pendidikan yang
sedang diikuti, PNS dapat meninggalkan jabatan sebagian waktu keja atas
izin pimpinan instansi;
d. Unsur penilaian pelaksanaan peke jaan dalam 1 (satu) tahun terakhir paling
kurang bernilai baik;
e. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;
f. Tidak pemah melanggar kode etik PNS tingkat sedang atau berat;
g. Tidak sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS;
h. Pendidikan yang akan ditempuh dapat mendukung pelaksanaan tugas
jabatan pada unit organisasi;
i. Biaya pendim ditanggung oleh PNS yang bersangkutan;
j. Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapatkan
persetujuan/akreditasi minimal B dari lembaga yang berwenang;
k. PNS tidak berhak untuk menuntut penyesuaian ijazah ke dalam pangkat
yang lebih tinggi kecuali terdapat formasi.
21
Pengelompokan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi
1) sebagai berikut:
a. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
Sasaran 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai (High Alert Medications)
Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar
Sasaran 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
b. Standar Pelayanan Berfokus Pasien
Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Asesmen Pasien (AP)
Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
c. Standar Manajemen Rumah Sakit
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
d. Program Nasional
Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
Menurukan Angka Kesakitan TB
Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
Pelayanan Geriatri
22
Survei akreditasi dilaksanakan dengan menilai kesesuaian rumah sakit
terhadap standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1 melalui proses:
Jadi jika dirangkum Akreditasi SNARS edisi 1 ini terdiri dari 16 bab, yaitu :
23
15. Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta
meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka
kesakitan HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberkulosis,
pengendalian resistensi antimikroba dan pelayanan geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)
5. PELAYANAN PUBLIK
Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah,
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-undang yang
mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan efektifitas
fungsi-fungsi pemerintah kaitannya dengan layanan public adalah Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. RSJD Dr. RM
Soedjarwadi merupakan salah satu penyelenggara layanan publik.
Penyelenggaraan layanan publik terbagi menjadi :
a) Dasar hukum atau regulasi
Undang‐undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik;
Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Republik Indonesia;
Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Republik Indonesia;
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar
Layanan Informasi Publik; dan
Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pedoman Layanan Informasi Publik
Badan Standardisasi Nasional.
24
b) Persyaratan
Persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
Persyaratan pelayanan publik antara lain :
Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus
jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak;
Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan
dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk
membayar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitas;
Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar
dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan; dan
Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah
terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan
berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut
menyelenggarakan.
c) System, mekanisme, dan prosedur
System, mekanisme,dan prosedur pelayanan yang dilakukan dalam hal
ini antara lain kesederhanaan yaitu kemudahan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi
persyaratan pelayanan. Sistem pelayan publik juga harus menjujung tinggi
nilai keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
d) Jangka waktu penyelesaian
Waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sama dengan
penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan dengan
kepastian waktu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan ketetapan
lamanya waktu pelayanan masing-masing. Jangka waktu penyelesaian
berkaitan dengan kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara
pelayanan. Selain hal tersebut juga harus ada kepastian jadwal pelayanan,
25
yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e) Biaya atau tariff
Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam
proses pemberian pelayanan, haruslah berkaitan dengan pengenaan biaya
yang secara wajar dan terperinci serta tidak melanggar ketentuan yang ada.
Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan. Kepastian biaya
pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan. Di lingkungan RSJD Dr. RM Soedjarwadi sudah
terdapat pola tariff di ruang umum.
f) Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan dalam pemberian pelayanan
yaitu hasil pelayanan sesuai dengan yang ditentukan serta terbebas dari
kesalahan-kesalahan teknis, baik dalam hal penulisan permohonan yang
telah diajukan sebelumnya.
g) Sarana prasarana atau fasilitas
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara
pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan perangkat
penunjang pelayanan yang memadai seperti meja, kursi, mesin tik, dll. Serta
adanya kenyamanan dan kemudahan dalam memperoleh suatu pelayanan.
h) Kompetensi pelaksana
Penilaian kompetensi pelaksana antara lain :
Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja
sesuai ketentuan yang berlaku;
Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepasatian
petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta
kewenangan dan tanggungjawab);
26
Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan;
Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat; dan
Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan
ramah serta saling menghargai dan menghormati.
i) Pengawasan internal
Pengawasan dilakukan baik secara internal Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
RM Soedjarwadi maupun eksternal yaitu Ombudsman Republik Indonesia.
Ombudsman adalah Lembaga Negara yang mempunyai kewenangan
mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik baik yang diselenggarakan
oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Miliki Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Badan Hukum milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang
diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
Negara dan/atau anggran pendapatan dan belanja daerah.
27
a. “Danger free”, pastikan :
Aman penolong dengan menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang tersedia.
Aman pasien dengan menyingkirkan segala yang berbahaya.
Aman lingkungan, misalnya dari sumber listri atau sumber api.
b. Kaji respon pasien/korban :
Dipanggil
Ditepuk atau guncang bahu
Berikan rangsang nyeri dengan tekanan pada dahi atau tulang
dada.
c. Jika pasien tidak merespon maka panggil bantuan dengan meneriakan
code blue ruangan/tempat kejadian, dan meminta batuan tim code blue di
nomor 177 (IGD).
d. Posisikan pasien terlentang di alas datar dan keras, posisi penolong
disamping kanan sejajar bahu pasien.
e. Cek nadi karotis 5-10 detik dengan 2 jari look, listen, and feel (melihat,
mendengar, merasakan hembusan nafas)
f. Jika tidak ada nadi maka cari titik kompresi di center of cest atau letakkan
2 jari kanan di ujung ulu hati lalu letakkan tangan kanan diatas tangan
kiri tegak lurus.
g. Lakukan kompresi dengan irama teratur sebanyak 30 kali, dengan
kecepatan 100 – 120 kali per menit, dengan kedalaman 5-6 cm untuk
dewasa dan 4 cm untuk anak-anak.
h. Bersihkan mulut dari benda asing, buka mulut dengan tehnik cross finger
jika ada benda asing yang tampak maka bersihkan dengan tehnik finger
swab.
i. Buka jalur nafas dengan tehnik headtilt chinlift, jika terdapat trauma atau
cedera leher lakukan dengan tehnik jawtrust.
j. Kemudian berikan ventilasi (nafas buatan) sebanyak 2 kali dengan jeda 3
detik.
k. Lakukan kompresi dan ventilasi sebanyak 5 siklus.
28
l. Lakukan evaluasi dengan cek nadi karotis bersamaan dengan look, listen
and feel (melihat, mendengar, merasakan hembusan nafas).
m. Jika tidak ada nadi, lanjutkan kompresi dan ventilasi, kemudian evaluasi
kembali nadi dan pernafasan. Saat evaluasi pernafasan posisi telinga
penolong diatas hidung pasien dan melihat dada pasien ada gerakan
pernafasan atau tidak.
n. Jika tidak ada nafas spontan, berikan ventilasi (nafas buatan) sebanyak
10-12 kali per menit, setiap 2 menit dilakukan evaluasi.
o. Jika pasien/korban sudah ada nadi dan nafas adi kuat, posisikan
pasien/korban dengan posisi miring mantap (recovery position).
Hentikan bantuan hidup dasar/basic life support/resusati jantung paru jika
pasien atau korban :
Jika pasien/korban ada tanda-tanda kehidupan;
Jika penolong kelelahan;
jika ada bantuan yang lebih ahli; dan
jika ada tanda-tanda kematian, dimana kedua pupil mata pasien/korban
midriasis maksimal.
7. KOPERASI PEGAWAI
Koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi yang dimiliki dan dioperasikan
oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
terdapat KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Cermat yang diketuai
oleh I Wayan Sahopiastha, AMK, SE.
Persyaratan untuk menjadi anggota K KPRI (Koperasi Pegawai Republik
Indonesia) Cermat adalah :
CPNS / PNS RSJD Dr. RM Soedjarwadi;
Mengisi formulir lengkap dengan keluarga, dilengkapi photo 4x6
sebanyak 2 lembar;
Menandatangani surat pernyataan, yang menyatakan boleh atau
tidaknya memotong gaji;
Boleh atau tidak menyamakan Simpanan Anggota; dan
Wajib menjadi peserta “Danlen & Danpen”
29
Selain simpan pinjam KPRI Cermat juga memiliki program arisan motor,
simpanan hari raya, dan banyak program lainnya.
30
7) Rumah sakit mendukung asuhan pasien, pendidikan, serta riset dan
manajemen melalui penyediaan informasi yang tepat waktu dari
sumber data terkini;
8) Rumah sakit mendukung asuhan pasien, pendidikan, serta riset dan
manajemen melalui penyediaan informasi yang tepat waktu dari
sumber data terkini;
9) Setiap pasien memiliki rekam medis yang formatnya selalu
diperbaharui (terkini);
10) Rumah sakit mempunyai regulasi tentang retensi rekam medis;
11) Berkas rekam medis dilindungi dari kehilangan, kerusakan, gangguan,
serta akses dan penggunaan yang tidak berhak;
12) Rumah sakit menetapkan standar kode diagnosa, kode
prosedur/tindakan, simbol, singkatan, dan artinya;
13) Rumah sakit menyediakan rekam medis untuk setiap pasien;
13.1) Rekam medis pasien memuat informasi yang memadai untuk
mengidentifikasi pasien, mendukung diagnosis, justifikasi
pengobatan, dokumen pemeriksaan dan hasil pengobatan serta
meningkatkan kesinambungan asuhan diantara PPA termasuk
manajer pelayanan pasien (MPP);
13.1.1) Rekam medis setiap pasien gawat darurat memuat jam kedatangan,
ringkasan kondisi pasien saat keluar dari gawat darurat dan instruksi
tindak lanjut asuhan;
13.2) Regulasi rumah sakit mengidentifikasi mereka yang berhak untuk
mengisi rekam medis pasien dan menentukan isi rekam medis dan
format rekam medis.
13.3) Setiap PPA yang mengisi rekam medis menulis identitas setelah
pencatatan dibuat;
14) Kerahasiaan dan privasi informasi dijaga; dan
15) Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua
pasien rawat inap.
31
Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu sistem
teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh
alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan
dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat,
dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.
SIMRS harus mengacu pada Undang – undang dimulai dari pendaftaran baik
Rawat Jalan maupun Rawat Inap bias melalui online atau telepon dan bayi baru
lahir kaitanya dengan akta kependudukan. Dalam hal ini tentunya diperlukan
SDM (Sumber Daya Manusia) yang mengerjakan, Rumah Sakit mengelola data
informasi klinik yang diberikan oleh dokter, perawat, gizi, farmasi, fisoterapis,
psikolog dan administrasi. Selain hal tersebut variable lainnya adalah daftar
data pasien, data kunjungan pasien, dan asuransi.
Melalui SIMRS ini diharapkan informasi yang ada bisa sampai kepada
masyarakat dengan tepat, misalnya ketersediaan kamar, antrian, dan lain
sebagainya. Rumah Sakit mengalamai perubahan nilai, antara lain :
32
Karena perubahan tersebut maka munculah akreditasi rumah sakit,
oleh KARS yang kedudukannya sama dengan JCI. Dan juga mengacu pada
Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Kerumahsakitan. Pada pasal 32
mengenai hak pasien dimana pasien dapat menggugat atau menuntut jika tidak
sesuai standart atau mengeluhkan ke media cetak atau elektronik. Pada pasal
44 mengenai Perlindungan Hukum Rumah Sakit dimana Rumah Sakit memiliki
hak jawab melalui Direktur. Pasal 29 melindungi dan memberi bantuan hukum
selama kita bekerja sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), maka
pentingnya mengikuti setiap SOP yang ada. Pada pasal 46 rumah sakit
bertanggung jawab secara hukum atas semua kerugian karena kelalaian, sebab
itu ada kewajiban bagi Rumah Sakit membuat bukti legal yaitu dokumen atau
rekam medis, dimana semua yang dilakukan ditulis dan disampaikan kepada
pasien.
a) Terdapat unit kerja yang mengelola rekam medis yang memiliki regulasi
dan program untuk mengelola rekam medis sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan;
b) Organisasi pengelola rekam medis dipimpin tenaga rekam medis yang
memiliki kompetensi dan kewenangan mengelola rekam medis sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan; dan
c) Tersedia tempat penyimpanan rekam medis yang menjamin keamanan
dan kerahasiaan rekam medis.
Identitas pasien;
Pemeriksaan fisik dan penunjang;
Pengobatan; dan
Tindakan dan pelayanan lain
Yang semuanya ini diberikan kepada pasien.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia
33
Kedokteran, menyatakan rahasia kedokteran mencakup data dan informasi
mengenai :
a. Identitas pasien;
b. Kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis, pengobatan atau tindakan
kedokteran; dan
c. Hal lain yang berkenaan dengan pasien.
Pembuatan Rekam Medis Elektronik ini dapat dilakukan oleh staf rumah
sakit yang memiliki sertifikat keandalan atau vendor yang memiliki sertifikat
keandalan sesuai pasal 41 pada PP Nomor 82 Tahun 2012. Dan pasal 52 terkait
tanda tangan elektronik yang berfungsi sebagai autentifikasi dan verifikasi atas
:
34
maupun dipelayanan kesehatan lainnya. Penyelenggaraan PPI di Rumah Sakit
merupakan suatu kewajiban bagi rumah sakit yang terakreditasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 53 bahwa setiap orang harus mendapatkan layanan kesehatan.
RSJD Dr. RM Soedjarwadi memiliki komite PPI dan tim PPI yang kedudukannya
di bawah Direktur.
Selain IPCN juga terdapat IPCLN (Infection Prevention and Control Link
Nurse) yang ditempatkan ditempat yang paling beresiko. Sarana PPI antara lain :
1) Tempat sekretariatan atau pojok PPI;
2) Dukungan manajemen; dan
3) Kebijakan dan SOP (standar operasional prosedur).
B. Hand Hygene
Hand hygiene atau praktik cuci tangan saat ini dipertimbangkan
sebagai salah satu elemen kunci terpenting dalam upaya pencegahan
infeksi. Praktik hand hygiene telah memiliki bukti ilmiah yang cukup bahwa
apabila dilakukan dengan benar dapat secara signifikan mengurangi risiko
perpindahan iinfeksi di fasilitas kesehatan.
Ada 5 (five) momen dalam mencuci tangan, antara lain :
1) Sebelum kontak dengan pasien;
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik;
3) Setelah kontak dengan pasien;
4) Setelah terkena atau terpapar airan tubuh pasien; dan
5) Setelah menyentuh benda-benda disekitar atau kontak dengan
lingkungan pasien.
35
Kemudian ada 2 macam cara cuci tangan yaitu :
36
Gosok punggung tangan kanan 8 kali;
Gosok sela-sela jari 8 kali;
Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci 8 kali;
Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman tangan
kanan 8 kali;
Gosok berputar pada ibu jari tangan kanan dalam genggaman
tangan kiri 8 kali;
Gosok dengan memutar berlawanan jarum jam ujung jari-jari
tangan kanan di telapak tangan kiri 8 kali; dan
Gosok dengan memutar berlawanan jarum jam ujung jari-jari
tangan kiri di telapak tangan kanan 8 kali.
Bilas kedua tangan dengan air mengalir;
Keringkan dengan kertas tisue sekali pakai; dan
Gunakan kertas tissue tersebut untuk menutup keran dan buang
ke tempat sampah non infeksius ( warna hitam).
37
yang tidak diinginkan dan kurangnya sarana K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) yang kurang memadai. Kebakaran dapat menyebabkan kerugian harta
benda, korban jiwa atau caat, kerugian rumah sakit, dan ekonomi sosial.
Teori api disebut dengan segitiga api (fire triangle), elemen-elemen dimana
kebakaran dapat terjadi. Segitiga api merupakan syarat munulnya api, jika salah
satu unsur saja dihilangkan maka api akan padam, unsur-unsur tersebut adalah
:
1) Oksigen
Secara normal kandungan oksigen suatu udara adalah 20%
2) Bahan bakar
Bahan bakar dapat berbentuk apa saja yang dapat terbakar.
Jika bentuk padatan maka semakin kecil bentuknnya maka bahan
tersebut semakin mudah menyala. Jia bahan berbentu cair makan
semakin rendah titik nyalanya maka semakin mudah juga bahan
tersebut menyala. Sedangkan dalam bentuk gas dengan
konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.
3) Panas atau penyalaan
Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sumber yang dapat
menaikkan suhu diatas titik nyala misalnya dapat berasal dari
listrik statis, percikan listrik (konsleting), perlengkapan pemanas,
papan pemanas, punting rokok, perikan api yang berasal dari
kegiatan pengelasan dan lain sebagainya.
38
b. Cara penguraian
Suatu cara pemadaman api dengan jalan memisahkan atau
menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Cara pendinginan
Pemadaman api dengan jalan menurunkan panas, sehingga
temperature bahan yang terbakar turun sampai dibawah
titiknya.
d. Cara isolasi
Pemadaman api dengan jalan menurunkan kadar oksigen
sampai dibawah 12%. Ara ini disebut juga dengan lokalisasi,
yaitu mencegah reaksi dengan oksigen,
e. Kombinasi ketiganya.
Penanggulangan kebakaran terbagi menjadi :
a. Sebelum
Pengendalian energy
Proteksi : pasif, aktif (fire safety fire emergency respon-
penanganan emergensi awal)
b. Selama
Deteksi alaram
Pemadaman
Lokalisir
Evakuasi & resue
Pengamanan
c. sesudah
Investigasi
Analisis
Rekomendasi
Rehabilitasi
39
klasifikasi kebakaran yang bertujuan untuk memudahkan media pemadam
yang tepat dari berbagai bahan bakar. Klasifikasi kebakaran antara lain :
Jangan panic;
Identifikasi titik/sumber api;
Panggil bantuan dengan cara : teriak CODE RED dan tempat kejadian
3 kali, telepon ke nomor 141 (satpam);
Cari tombol alarm kebakaran terdekat bila ada;
Ambil APAR terdekat : cek segel, cek manometer jika jarum di warna
hijau artinya APAR masih baik digunakan, dan cek kartu
pemeliharaan;
Angkat APAR dengan kaki kuda-kuda;
Panggul APAR dengan kepala APAR di bagian depan;
40
Posisikan pemadam mengikuti arah / searah dengan angin dengan
jarak 1-3 meter;
Tarik segel APAR;
Todongkan nozel APAR arahkan ke titik api; dan
Tekan tuas APAR dengan gerakan menyapu.
Renungan dalam revolusi mental bahwa dapat dan memperbaiki mental kita
adalah diri sendiri dan orang hidup butuh keseimbangan.
41
Untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong, ada 9 prioritas jalan perubahan
(Nawacita) yang salah satunya melalui Revolusi Karakter Bangsa yang
dijabarkan dalam Perpres Nomor 2 tahun 2015 untuk membangun sebuah
bangsa yang maju, modern dan bermartabat. Dari rumusan Visi pada Kabinet
Kerja tersebut, pemerintah menetapkan 9 (sembilan) program prioritas
pembangunan yang dikenal dengan PROGRAM NAWACITA sebagai berikut:
42
Ada dua komite di rumah sakit :
1) Komite mutu : peningkatan mutu dan manajemen resiko
2) Komite keselamatan pasien.
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
43
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss Suatu Insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
44
Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.
Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan
kepada pasien. Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian
label, penetapan lokasi dan penyimpanannya.
45
5) Pengurangan terhadap risiko infeksi setelah menggunakan pelayanan
kesehatan
46
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
1. menyalahgunakan wewenang;
3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
47
langsung atau tidak langsung merugikan negara;
8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
48
14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk
atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
49
Etikan terhadap diri sendiri meliputi :
a) Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;
b) Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c) Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan;
d) Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,
ketrampilan dan sikap;
e) Memiliki daya juang yang tinggi;
f) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
g) Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h) Berpenampilan sederhana, rapid dan sopan;
i) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi; dan
j) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
50
h) Mengembangkan pemikiran seara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi; dan
i) Berorientasi pada upaya kualitas kerja.
51
sumber daya manusia, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas
kinerja.
Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (menuju WBBM) adalah
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
kriteria manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan system
manajemen sumber daya manusia, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Hakikat pembangunan zona integritas adalah membangun dan
mengimplementasikan program reformasi birokrasi seara baik sehingga
mampu menumbuh kembangkan budaya kerja birokrasi yang anti korupsi dan
budaya birokrasi melayani public secara baik di lingkungan kementrian,
lembaga, dan pemerintah daerah. Pembangunan zona integritas dilakukan
dengan membangun percontohan-percontohan pada tingkat unit kerja
kementrian, lembaga, dan pemerintah daerah sebagai unit menuju WBK-BBM.
DIREKTUR RUMAH
SAKIT
KEPALA INSTALASI
FARMASI
ADMINISTRASI
FARMASI
RAWAT RAWAT
JALAN 1 JALAN 2
52
2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSTALASI FARMASI
53
d. Terlibat dalam panitia multi disiplin dimana masalah farmasi
dibicarakan;
e. Terlibat dalam penerimaan pegawai baru di Instalasi Farmasi;
f. Menyusun program kegiatan di Instalasi Farmasi;
g. Menilai dan mengevaluasi kinerja staf Instalasi Farmasi dan
disimpan secara rahasia;
h. Menyediakan informasi dan edukasi serta konseling bagi pasien dan
masyarakat;
i. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan serta
pengembangan karyawan Instalasi Farmasi;
j. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi;
k. Memberika usul dan saran kepada Direktur mengenai hal yang
berkaitan dengan pelayanan Instalasi Farmasi;
l. Mengikuti pertemuan yang ada di Rumah Sakit;
m. Mengadakan pertemuan Instalasi Farmasi secara rutin; dan
n. Melaksanakan tugas yang diberkan direktur.
54
g. Melaksanakan pengendalian, penghapusan, administrasi serta
pelaporan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi;
h. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Instalasi dan Direktur
mengenai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;
i. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
j. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.
55
j. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.
56
b. Melakukan engkajian instruksi pengobatan atau resep rawat jalan;
c. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat dan alat kesehatan rawat jalan;
d. Melakukan peracikan dan memeriksa perbekalan farmasi sebelum
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien rawat jalan;
e. Mengkaji ulang instruksi pengobatan atau resep pasien;
f. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga;
g. Melakukan verifikasi obat sebelum diserahkan kepada pasien atau
keluarga pasien;
h. Menyerahkan obat atau alat kesehatan kepada pasien atau keluarga
pasien dengan informasi secukupnya;
i. Melakukan konsultasi dengan dokter, perawat dan petugas
kesehatan lainnya tentang masalah yang berkaitan dengan pelayanan
obat dan alat kesehatan rawat jalan;
j. Melakukan monitoring dan evaluasi , pencatatan dan pelaporan
pelayanan farmasi rawat jalan;
k. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur mengenai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;
l. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
m. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.
57
a. Memberikan pelayanan kefarmasian pada Instalasi Farmasi rawat
inap dan IGD;
b. Melakukan pengkajian instruksi pengobatan atau resep rawat inap
dan IGD;
c. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat dan alat kesehatan;
d. Melakukan peracikan dan memeriksa perbekalan farmasi sebelum
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien rawat inap dan IGD;
e. Mengkaji ulang instruksi pengobatan atau resep pasien;
f. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga;
g. Melakukan verifikasi obat sebelum diserahkan kepada pasien atau
keluarga pasien;
h. Menyerahkan obat atau alat kesehatan kepada pasien atau keluarga
pasien;
i. Melakukan konsultasi dengan dokter, perawatan dan petugas
kesehatan lainnya tentang masalah yang berkaitan dengan pelayanan
obat dan alat kesehatan pelayanan farmasi rawat inap dan IGD;
j. Melakukan monitoring dan evaluasi, pecatatan dan pelaporan
pelayanan farmasi rawat ianp;
k. Memberikan usul dan saran kepada koordinator pelayanan farmasi,
Kepala Instalasi dan Direktur mengenai hal yang berkaitan dengan
pelayanan farmasi;
l. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
m. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.
58
Kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi
dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, tugas Administrasi Pelayanan
Kefarmasian di Intalasi Farmasi, antara lain :
59
2) Penanggung jawab pengelolaan dan penyimpanaan sediaan
farmasi membuat laporan persediaan yang ada dalam
penyimpanan.
3) Kepala Instalasi Farmasi dibantu penanggung jawab pengelolaan
dan penyimpanan sediaan farmasi berdasarkan konsumsi tahun
sebelumnya, sisa persediaan, anggaran yang tersedia membuat
perhitungan jumlah sediaan yang dibutuhkan untuk satu tahun,
untuk perencanaan kebutuhan obat tahunan.
b) Prosedur Pengadaan Sediaan Farmasi:
1) Instalasi Farmasi bersama Tim Farmasi dan Terapi membuat
perencanaan berdasarkan Formularium Rumah Sakit, anggaran
yang tersedia dan sisa stok di ruang penyimpanan Instalasi
Farmasi.
2) Perencanaan diserahkan kepada Direktur.
3) Direktur memerintahkan pengadaan kepada Pejabat Pengadaan
Barang dan Jasa Rumah Sakit.
4) Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa memproses pengadaan.
5) Barang dating diterima Panitia pemeriksa dan penerima barang
Rumah Sakit.
6) Panitia pemeriksa dan penerima barag rumah sakit menyerahkan
kepada Instalai Farmasi.
7) Instalasi Farmasi menerima obat-obatan dan bahan medis habis
pakai selanjutnya dikelola di bagian pengelolaan sediaan farmasi.
c) Prosedur Penyimpanan Sediaan Farmasi :
1) Petugas penyimpanan sediaan farmasi memasukkan semua
barang yang masuk pada SIM penerimaan sediaan farmasi dan
mencatat pemasikan barang di kartu stok masing-masing sediaan
farmasi.
2) Petugas penyimpanan sediaan farmasi Instalasi Farmasi
menyimpan barang yang masuk dengan memperhatikan
pengaturan tata ruang penyimpanan untuk mempermudah
bergerak, menjaga sirkulasi udara, meletakkan diatas pallet/rak
60
dan memperhatikan kondisi penyimpanan khusus kondisi
penyimpanan khusus (narkotika, psikotropika, high alert, LASA,
thermolabil, bahan berbahaya dan beracun).
3) Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan
alfabetis. Untuk mempermudah pengendalian dilakukan langkah :
a. Menggunakan prinsip FIFO (first in first out) dan FEFO (first
expired first out)
b. Menyusun perbekalan farmasi kemasan besar di atas pallet
c. Menggunakan almari khusus untuk penyimpanan narkotika
dan psikotropika
d. Perbekalan farmasi penggunaan dalam dan luar
penyimpanannya dipisahkan
e. Mencantumkan nama perbekalan farmasi pada tiap almari
f. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan
dilakukan rotasi stok untuk mengantisipasi obat yang ED
(Expired Date).
4) Berdasarkan jenisnya, penyimpanan dilakukan dengan cara :
a. Di almari biasa tidak terkunci
b. Di almari terkunci (high alert)
c. Di almari khusus (narkotika & psikotropika)
d. Penyimpanan obat LASA (dengan pemberian stiker LASA atau
stiker berwarna
e. Penyimpanan obat high risk sesuau aturan yang ditetapkan
produsen obat atau bahan obat
f. Pemisahan penyimpanan untuk obat korosif, irritant dan
mudah terbakar
g. Penyimpanan berdasarkan suhu penyimpanan.
5) Setiap pengeluaran sediaan farmasi dicatat pada kartu stok
masing-masing sediaan farmasi dan diadministrasikan.
d) Prosedur Pendistribusian Sediaan Farmasi :
1) Masing-masing unit mengisi menu pemintaan barang melalui SIM
dengan mengisi quantity yang diminta kemudian
61
menginformasikan kepada petugas unit penyimpanan apabila
unitlayanan tersebut sudah melakukan permintaan melalui SIM.
2) Petugas penyimpanan sediaan farmasi menetak permintaan unit
layanan melalui SIM kemudian menyiapkannya dengan
mempertimbangkan jumlah sediaan dengan kebutuhan tiap unit
tersebut
3) Setelah selesai menyiapkan barang yang diminta, petugas
penyimpanan sediaan farmasi melakukan administrasi dengan
SIM melalui pengeluaran material gudang atau transaksi mutasi
barang dengan mencetak rangkap 2 untuk arsip unit
penyimpanan dan unit peminta sediaan. Petugas penyimpanan
sediaan farmasi membubuhkan tanda tangan di bagian yang
melaksanakan.
4) Sediaan farmasi yang telah disiapkan diambil oleh unit yang
memerlukan dengan membubuhkan tanda tangan di bagian yang
menerima barang.
e) Prosedur Pemusnahan :
1) Petugas Instalasi Farmasi memisahkan sediaan farmasi yang
kadaluwarsa atau rusak dari sediaan farmasi lain sebelum
dilakukan pemusnahan
2) Petugas instalasi farmasi menyerahkan daftar sediaan farmasi
yang kadaluwarsa atau rusak ke bagian Pengurus Barang Rumah
Sakit.
3) Bagian Pengurus Barang Rumah Sakit menatat dan merekap
semua sediaan farmasi yang diserahkan dan melaporkan kepada
Pejabat yang berwenang Pemerintah Daerah.
4) Setelah ijin dari Pejabat yang berwenang Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Tengah, penghapusan sediaan farmasi dilaksanakan
oleh Direktur Rumah Sakit sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Instalasi farmasi menyerahkan sediaan farmasi yang kadaluwarsa
atau rusak dimana obat tersebut telah dikeluarkan dari wadah
aslinya dan dirusak sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi,
62
dengan berita acara ke bagian Instalasi Sanitasi, K3 dan
Pemulasaran Jenazah.
6) Instalasi Sanitasi, K3 dan Pamulasaran Jenazah menyerahkan
kepada pihak yang berwenang untuk memusnahkan sediaan
farmasi yang kadaluwarsa atau rusak sesuai dengan MOU RSJD
Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengan dengan pihak lain.
f) Prosedur Pelayanan farmasi
1) Petugas farmasi menerima resep kemudian dibaca dan dikaji.
2) Teliti seksama resep yang diterima, resep yang memenuhi
persyaratan berikan prioritas pelayanan obat kepada pasien yang
membutuhkan obat secepat mungkin (CITO/Urgent).
3) Petugas farmasi mengentry sekaligus membuat etiket obat
maksimal 30 hari pemakaian untuk rawat jalan, untuk rawat inap
diberikan sesuai resep namun pemberian dilakukan secara UDD
(unit dose dispensing) harian jika ada hari libur pemberian
disesuaikan.
4) Untuk pasien rawat jalan, pasien dipersilahkan ke kasir untuk
menyelesaikan administrasi.
5) Petugas farmasi mengecek perhitungan obat dan mengambil obat
yang dibutuhkan, apabila ada obat yang butuh diracik maka
petugas meracik sesuai perhitungan.
6) Obat dikemas dan dicek ulang kesesuaian dengan resep.
7) Untuk pasien rawat jalan Apoteker menyerahkan obat kepada
pasien atau keluarga pasien dengan memberi penjelasa secara
umum mengenai nama, kekuatan, indikasi, penyimpanan, aturan
minum obat dan informasi lain yang dianggap penting. Untuk
pasien rawat inap obat diberikan kepada perawat.
63
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat;
d. Lemari khusus untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika;
e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk obat yang
thermolabil; dan
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan pembuangan limbah yang baik.
a. Peralatan kantor
Mebeulair : meja, kursi, lemari buku, filling cabinet,dll.
Komputer
Printer
Printer etiket
Alat tulis kantor
Telephon
b. Peralatan sistem informasi farmasi yang terintegrasi dengan system
informasi rumah sakit , meliputi :
Jaringan
Perangkat keras
Perangkat lunak
c. Peralatan Penyimpanan
Lemari atau rak obat
Palet
Lemari pendingin showcase untuk obat-obat thermolabil
AC untuk menjaga suhu ruang
Thermometer ruang yang memonitor suhu dan kelembaban
Lemari penyimpanan khusus narkotika
Lemari penyimpanan khusus psikotropika
Lemari penyimpanan khusus obat high alert
Jolly box
d. Peralatan keamanan :
CCTV
64
e. Peralatan pendistribusian/pelayanan obat :
Nampan obat
Gunting
Mortar dan stamper
Sealing machine
Blender obat
Alat untuk peracikan kapsul
Straples
f. Peralatan konsultasi dan Pelayanan Informasi Obat :
Buku kepustakaan : MIMS, ISO, Formularium RS, dll
Leaflet dan brosur
Meja
Kursi
Komputer
Lemari arsip
65
BAB IV
66
4) Ruang penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun sebaiknya dilengkapi
dengan AC agar tidak terjadi penurunan kadar atau penguapan pada cairan
Alkohol, atau mudah terbakar pada bahan yang mudah terbakar.
5) Penempatan pantauan suhu seharusnya tidak terpapar langsung dengan AC
agar pantauan lebih relevan, jadi diperlukan pemindahan lokasi
thermometer. Saat petugas pulang seharusnya AC tetap dinyalakan agar
kondisi suhu saat ruangan ditinggalkan tetap stabil pada suhu ruang.
67
BAB V
PENUTUP
68
dari kami bisa mempraktekan langsung dengan alat peraga yang disediakan karena
pentingnya materi ini dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk kegiatan berkeliling Rumah Sakit untuk mengenal setiap unit saya
rasa waktu yang dibutuhkan kurang panjang, sehingga kami kurang detail dalam
mengenal fungsi setiap ruangnya. Ditambah banyaknya CPNS yang didampingi oleh
satu panitia menyebabkan suara penjelasan panitia kadang tidak terdengar, oleh
karena itu saran saya untuk setiap kelompok jumlahnya lebih dibatasi dan
dikoordinir lebih baik lagi sehingga tidak bertemu dilokasi secara bersamaan
sehingga menghambat pengenalan tempat orientasi.
Untuk mengenal suatu unit kerja dibutuhkan waktu lebih banyak sehingga
kami mampu langsung terjun ke lapangan dan mengikuti alur dengan baik saat
Surat Keputusan Penempatan sudah diterbitkan.
69
LAMPIRAN
70