Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI

CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


TAHUN 2019

Disisusun oleh :

Nama : Devita Anjari Putri, A.Md.

NIP : 199012112019022004

Pangkat/Golongan : CPNS II/C

Jabatan : Asisten Apoteker Terampil

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. RM SOEDJARWADI


PROVINSI JAWA TENGAH
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................2

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................3

BAB I Pendahuluan ......................................................................................................4

BAB II Profil RSJD Dr RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah ....................5

BAB III Hasil Orientasi ............................................................................................... 13

BAB IV Rencana Tindak Lanjut ............................................................................... 66

BAB V Penutup ............................................................................................................. 67

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
anugrahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Orientasi CPNS
Tahun 2019 RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Laporan orientasi ini disusun
sebagai laporan akhir kegiatan orientasi CPNS tahun 2019 di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah selama satu bulan.

Orientasi dilaksanakan agar Calon Pegawai Negeri Sipil RSJD Dr. RM Soedjarwadi
mengetahu setiap tugas, pokok dan fungsi di setiap unit kerja, yang kemudian menjadi ASN
(Aparatur Sipil Negara) yang kreatif, inovatif, bijaksana, tanggung jawab, memiliki rasa
pengabdian dalam melaksanakan tugas dan memiliki pengetahuan.

Terima kasih saya sampaikan kepada dr. Tri Kuncoro, M.M.R selaku Direktur
beserta seluruh staf yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada saya,
semoga yang saya dapatkan selama orientasi dapat diimplementasikan dalam
melaksanakan tugas sebagai Pegawai Negeri Sipil di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi
Jawa Tengah.

Pembuatan Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan penulisan dimasa yang akan datang.

Klaten, 10 Mei 2019

Devita Anjari Putri, A.Md.


199012112019022004

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi merupakan salah satu rumah
sakit jiwa milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berkedudukan di Kabupaten
Klaten tepatnya di Jalan Ki Pandanaran KM. 2, Desa Danguran, Kecamatan Klaten
Selatan. RSJD Dr. RM Soedjarwadi memberikan layanan kesehatan, khususnya
kesehatan jiwa seara paripurna melalui upaya akuratif, rehabilitatif, preventif, dan
promotif.
Kegiatan orientasi merupakan program kepegawaian dalam memberikan
pengarahan dan bimbingan serta mempersiapkan para pegawai baru dalam hal ini
CPNS 2019 agar dapat bekerja cepat dan tepat sesuai dengan peran dan fungsinya.
Kegiatan orientasi ini sejalan dengan Standar Operasional dan Prosedur yang
ditetapkan oleh Direktur RSJD Dr. RM Soedjarwadi sehingga pegawai baru
mendapatkan informasi mengenai organisasi, tanggung jawab, hak dan kewajiban,
prosedur kerja dan sebagainya.
Instalasi Farmasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
mendukung penyelenggaraan kegiatan farmasi Rumah Sakit. Program orientasi bagi
pegawai baru di Instalasi Farmasi diharapkan mampu memahami sistem organisasi,
uraian tugas pokok dan fungsi, prosedur kerja di Instalasi Farmasi, dan mampu
beradaptasi di lingkungan yang baru.

B. TUJUAN
1. Agar memperoleh gambaran tentang RSJD Dr. RM Soedjarwadi;
2. Mengetahui dan hafal visi, misi, nilai-nilai, dan struktur organisasi;
3. Memahami peraturan, kebijakan dan prosedur yang berlaku;
4. Mengetahui dan memahami tanggung jawab, kegiatan dan tugas profesi; dan
5. Mampu segera beradaptasi dengan lingkungan kerja di Instalasi Farmasi RSJD
Dr. RM Soedjarwadi.

4
BAB II
PROFIL RSJD DR. RM SOEDJARWADI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah berdiri
sejak tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ) yang
merupakan satelit RSJ Pusat Mangunjayan Surakarta dan RSJ Pusat kramat Jaya
Magelang. Sebagai direktur pertamanya adalah Dr. RM. Soedjarwadi.
Sejak tahun 1972 fungsi sebagai koloni berubah menjadi rumah sakit dengan
dibukanya pelayanan rawat jalan seminggu sekali, sedangkan fungsi sebagai
penampung ditingkatkan menjadi rawat inap. Hal ini dimungkinkan dengan
didatangkannya dokter spesialis jiwa dari RSJ Mangunjayan seminggu sekali.
Dengan terbitnya SK MENKES RI Nomor : 135/SK/Men.Kes/IV/78 Tahun
1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa, Makan KOSJ
berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa kelas B denga 120 TT.
Kemudian sesuai dengan Surat Nomor 1732/Menkes-Kessos/XII/2000
tanggal 12 Desember 2000, Rumah JIwa ini diserahkan oleh Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan rekomendasi Gubernur Jawa
Tengah Nomor: 445/6797/2000 tanggal 28 JUni 2000 tentang Perubahan Nama
Rumah Sakit Jiwa Klaten selanjutnya dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial RI No. 1681.A/MENKES-KESSOS/SK/XI/2000, makan
sejak tanggal 20 November 2000 nama RS Jiwa Klaten secara resmi berubah
menjadi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.
Pada tahun 2008 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi telah melaksanakan PPK-Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) bertahap. Pada tanggal 10 Juni tahun 2013 dengan
Surat Keputusan Kepmenkes RI Nomor 216/Menkes/SK/VI/2013 RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi ditetapkan sebagai Rumah Sakit Jiwa Daerah Kelas A. Pada Tahun
2014 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menjadi Rumah Sakit JIwa pertama di Indonesia
yang meraih Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan predikat PARIPURNA. Pada
tahun 2016 RSJD Dr. RM. Soedjarwadi menerapkan Sistem Manajemen Mutu SMM
ISO 9001: 2015 dan Sistem Manajemen Lingkungan SMM ISO 14001:2015. Pada

5
tahun 2018 menjadi PPK BLUD penuh Rumah Sakit khusus kelas A, serta lulus
akreditasi SNARS edisi 1 dengan predikat PARIPURNA.
Adapun yang pernah menjadi Direktur adalah :
1. Dr. RM. Soedjarwadi : 1953-1968
2. Dr. Anna Janti : 1965-1980
3. Dr. H. Drijana, Sp.KJ : 1980-1985
4. Dr. H. Suryono Hadi, Sp.KJ : 1985-1994
5. Dr. R. Boedi Boedaja, AM, Sp.KJ : 1994-1999
6. Dr. H. Mohammad Roem, Sp.KJ,SIP : 1999-2003
7. Dr. H. MArif Zainudin, Sp.KJ : 2003-2004
8. Dr. H. Rh Budhi Muljanto, Sp.KJ : 2004-2006
9. Dr. Lilis Indriastuti, Sp.Kl : Januari-Agustus 2006
10. Dr. H. Rh Budhi Muljanto : Agustus-Desember 2006
11. Dr. HM. Sigit Wahyu Purnomo, Sp,KJ :2006-2008
12. Dr. H Endro Suprayitno, Sp.KJ : 2008-2011
13. Dr. Sugiharto, M.Kes(MMR),SH : 2011-2013
14. Dr. Tri Kuncoro, M.M.R : 2013-sekarang

B. VISI, MISI, MOTTO

VISI RUMAH SAKIT


Visi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi adalah Menjadi Rumah Sakit Jiwa Pilihan
Pertama Masyarakat dengan Layanan Lengkap, Bermutu Tinggi dan Dengan Ilmu
Terkini.

Visi mulia RSJD Dr. RM. Soedjarwadi tersebut dijabarkan dalam 9 poin
tujuan, yaitu :
1. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan jiwa masyarakat;
2. Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
jiwa;
3. Terwujudnya peningkatan kuantitas dan kualitas SDM seara
berkesinambungan;

6
4. Terselenggaranya layanan yang sesuai standard nasional maupun internasional;
5. Terwujudnya gedung/bangunan rumah sakit yang terpadu dan berkelanjutan;
6. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan;
7. Teriptanya suasana pelayanan rumah sakit yang aman, nyaman, ramah, efisien
dan efektif;
8. Tersedianya lahan belajar yang bermutu terbaik bagi institusi pendidikan; dan
9. Terwujudnya rumah sakit Khusus Kelas A Pendidikan.

MISI RUMAH SAKIT

Misi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi adalah :

1. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang terbaik bagi semua lapisan


masyarakat;
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM secara berkesinambungan;
3. Menjamin kesehatan yang selalu tersertifikasi secara nasional maupun
internasional;
4. Mewujudkan penataan rumah sakit jiwa modern yang tertata dan konsisten
dengan master plan; dan
5. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang kesehatan jiwa.

MOTTO

”Melayani Dengan Ketulusan Hati.”

C. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA

Struktur Oerganisasi berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor


98 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi Dan Tatat Kerja Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut
:

7
Rumah Sakit dipimpin oleh seorang Direktur yang membawahi 1 (satu) Sub
bagian dan 3 (tiga) seksi dan kelompok jabatan Fungsional, yaitu :
1. Sub. Bagian Tata Usaha;
2. Seksi Pelayanan Medik dan Non Medik;
3. Seksi Keperawatan;
4. Seksi Penunjang Medik dan Non Medik; dan
5. Kelompok Jabatan Fungsional.

Pejabat Struktural

Direktur : dr. Tri Kuncoro, M.M.R


Kasubag Tata Usaha : Tri Sutarmi, SKM
Kasi Pelayanan Medis & Non Medis : dr. Hj. Anisa Renang Yulianti, M.Sc,
Sp.KJ
Kasi Keperawatan : Parjiyana, S.Kep, M.M.R
Kasi Penunjang medis & Non Medis : Juli Santoso, M.M.R, Apt.

8
Kelompok Jabatan Fungsional

Ketua Komite Medik : dr. Eni Kusumawati, Sp.KJ., M.Kes


Ketua Satuan Pemeriksa Interna : dr. Alhaq Nafsi Setyawan
Ketua Komite Keperawatan : Puji Prayitno, AMK
Kepala Instalasi Gawat Darurat : Dr. Eni Kusumawati Sp.KJ.,M.Kes
Kepala Instalasi Rawat Inap : dr. Primasari Pitaningsih, Sp.KJ, M.Kes
Kepala Instalasi Rawat Jalan : dr. Refilia Rukmanasari
Kepala Instalasi Farmasi : Dra. Lucia Nuraini S, Apt
Kepala Instalasi Elektrodiagnostik & : dr. Bagus Hartanto Ari W.
Elektroterapi
Kepala Instalasi Laboratorium Klinik : dr. Lim Mariana Ulfa, M.Sc, Sp.PK
Kepala Instalasi Intensif Psikiatri : dr. Primasari Pitaningsih, Sp.KJ, M.Kes
Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial : dr. Primasari Pitaningsih, Sp.KJ, M.Kes
Kepala Instalasi Radiologi : dr. Jayus Inastiawan
Kepala Instalasi Rekam Medik : dr. Primasari Pitaningsih, Sp.KJ, M.Kes
Kepala Instalasi Rehabilitasi : dr. Anis Sukandar, Sp. KJ.
Ketergantungan Obat (Napza)
Kepala Instalasi Pengolahan Data : Christian Adi Pamuji, S.Kom
Elektronik
Kepala Instalasi Gizi : Guntoro, S.Gz.
Kepala Instalasi Diklat : Hartono, S.Psi.
Kepala Instalasi Promosi Kesehatan : Suwarno, S.Kep.Ners, M.Kes
Rumah Sakit
Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Dewi Tri Nuryani, M.Sc., S.Ps
Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa : Muh. Zaini, AMK
Masyarakat
Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak & : dr. Dwi Rejeki Nursanti, Sp.KJ
Remaja

9
Kepala Sanitasi, K3 dan Pemulasaran : Jaka Arifin Budiyana, S.Kep
Jenazah
Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana & : Harwanto, A.Md
Prasarana
Kepala Instalasi Laundry : Rini Setyaningsih, ST.

D. SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah Rumah Sakit. SDM juga merupakan kuni
yang menentukan perkembangan rumah sakit. Demikian rincian SDM di RSJD Dr. RM
Soedjarwadi :
Non-
NON Dokter Dokter Dokter dokter
Tahun PNS Perawat Jumlah
PNS Spesialis Umum Gigi Non-
perawat
2010 184 47 6 11 3 89 122 231
2014 229 95 13 13 3 144 152 324
2015 237 142 16 18 2 159 185 379
2016 231 203 14 17 2 173 228 434
2017 222 226 13 18 2 178 237 448
2018 222 225 17 16 2 178 229 442
2019 207 283 16 12 2 167 196 392

E. PERALATAN KESEHATAN

Alat kesehatan adalah instrument, aparatus, mesin dan atau implant yang tidah
mengandung obat dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan

10
kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki struktur
tubuh. Peralatan kesehatan yang tersedia di RSJD Dr. RM Soedjarwadi antara lain :

Ruangan Alat Kesehatan


Camelia 1, Camelia 2, Dewandaru, Suction Pump
ECT, Edelweis, Elektrodiagnostik,
HCU, Ivy, Poli Dalam
Camelia 1, Camelia 2, HCU, Patient Monitor
Elektrodiagnostik, Hemodialisa, IGD
Camelia 1, Camelia 2, HCU, IGD Infusion Pump
Camelia 1 Pulse Oxymetri
Camelia 1, Dewandaru, Edelweis, Sphygmomanometer
Elektrodiagnostik, Geranium, Geriatri,
HCU, Hemodialisa, Poli Dalam, Poli
Jiwa, Poli Syaraf 2, Poli Umum
Camelia 1, Edelweis, IGD Nebulizer Ultrasound
Camelia 1, Camelia 2, IGD Defibrillator
Camelia 1, Camelia 2, HCU, IGD Syringe Pump
Camelia 1, Poli Syaraf 1, NIBP Monitor
Camelia 1 Medical Refrigerator
Camelia 1, Camelia 2, HCU, IGD, Poli ECG
Anak, Poli Dalam
Camelia 2, Flamboyan, Geranium, Nebulizer
HCU, Helikonia, IGD, Ivy, Poli Dalam
Camelia 2, Poli Dalam NIBP Monitor
Radiologi X-Ray CT-Scan
Electrodiagnostik Endoscopy
Electrodiagnostik EEG
Electrodiagnostik ECT
Fisioterapi Electrostimulator
Fisioterapi Diathermy

11
Fisioterapi Treadmill
HCU Suction Pump Central
HCU Ventilator
IGD Suction Pump Central
IGD Thermometer IR
Laboratorium Mikropipet
Laboratorium Centrifuge
Laboratorium Urine Analyzer
Laboratorium Photometer
Laboratorium Hematology analyzer
Laboratorium Sterilisator
Poli Dalam, Poli Syaraf, Radiologi USG
Poli Gigi Dental Unit
Poli Gigi UV Sterilizer
Poli Nyeri Diathermy
Radiologi X-Ray General Purpose
Radiologi X-Ray Dental
Radiologi X-Ray Dental Panoramic
X-Ray Dental Panoramic X-Ray DR

12
BAB III

HASIL EVALUASI

A. ORIENTASI UMUM

1. SISTEM PENGGAJIAN PNS


Sistem penggajian disampaikan oleh Ibu Sri wahyuni selaku Bendahara Gaji
RSJD Dr. RM Soedjarwadi. Sistem penggajian yang disampaikan mengacu pada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 tentang
Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Namun ada
acuan baru yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedelapan Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil, hal ini belum
disampaikan terlalu banyak karena belum adanya aturan resmi yang berlaku di
Rumah sakit.
Sistem penggajian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dilakukan melalui BKD
Provinsi selama 1 tahun, baru kemudian akan melalui Bendahara Gaji Rumah
Sakit. Dalam proses ini CPNS diwajibkan untuk mengumpulkan berkas, antara
lain :
 fotocopy NPWP;
 Fotocopy KTP;
 Fotocopy Kartu Keluarga;
 Fotoopy SK CPNS; dan
 Fotocopy Surat Nikah & Akta ( bagi yang sudah menikah).

Dalam pemberkasan ini CPNS berstatus CAPEG atau alon pegawai, dan wajib
menuliskan nama lengkap dan gelar dalam setiap isian formulirnya. Untuk
tunjangan anak yang tertanggung hanya sampai anak ke-2. Gaji pokok diberkan
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

CPNS berhak mendapatkan tunjangan sesuai peraturan, yaitu tunjangan


yang diberikan antara lain :

13
 Tunjangan 10% untuk suami atau istri;
 Tunjangan anak sebanyak 2%;
 Tunjangan fungsional atau struktural;
 Tunjangan umum;
 Tunjangan beras yang diberikan perorang tiap pada tiap anggota
keluarga; dan
 Tunjangan Golongan.

Selain tunjangan CPNS juga dikenakan potongan gaji yaitu :

 IWP ( Iuran Wajib Pegawai Negeri) sebesar 10 %;


 Dana Pensiun sebesar 8 %; dan
 BPJS Kesehatan 2 %.

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2017


tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 43
Tahun 2015 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Negeri
Sipil di Lingkungan Pemerintahan Jawa Tengah bahwa CPNS tidak mendapat
Tunjangan Penghasilan Pegawai (TPP).

2. KETENTUAN SERAGAM DINAS


Ketentuan pakaian dinas mengau pada Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 62 Tahun 2018 tentang Pakaian Dinas di Lingkungan Pemerintahan
Provinsi Jawa Tengah. Pakaian dinas merupakan identitas dan iri khas Aparatus
Sipil Negara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam menjalankan tugas dan
pelayanan kepada masyarakat secara professional dan kompeten. Pakaian Dinas
memiliki fungsi sebagai identitas ASN dan sarana pengawasan ASN, serta ciri
khas ASN. Dalam perturan tersebut disebutkan pakaian dinas, antara lain :
 Pakaian dinas harian Khaki;
 Pakaian dinas harian Bati;
 Pakaian dinas harian Tenun/Lurik;
 PSH;
 PSI;
 Pakaian Seragam KORPRI;

14
 Pakaian Adat/Pakaian Tradisional Jawa Tengah;
 Seragam petugas keamanan; dan
 Seragam olahraga.
Setiap ASN wajib menggunakan perlengkapan dan atribut pakaian dinas.
Untuk atribut yang wajib digunakan terdiri dari :
 Lencana KORPRI;
 Papan nama;
 Badge nama Pemerintahan Daerah
 Lambang daerah;
 Tanda pengenal pegawai; dan
 Lencana lambing daerah.

Untuk jadwal penggunaan pakaian dinas di RSJD Dr. RM Soedjarwadi terbagi


menjadi :

a. Pejabat Struktural dan Tenaga Administrasi


Hari Pakaian
Senin PDH Khaki
Selasa PDH Tenun/Lurik diutamakan khas Jawa Tengah
Rabu PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
Kamis PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik

b. Tenaga Kedokteran
Hari Pakaian
Senin PDH Khaki
Selasa PDH Tenun/Lurik diutamakan khas Jawa Tengah
Rabu PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
Kamis PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik

15
Pakaian Khas Rumah Sakit
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Sabtu Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan khas Jawa Tengah

c. Tenaga Keperawatan
Hari Pakaian
Senin PDH Krem
Selasa PDH Biru
Rabu PDH Kuning Muda
Kamis PDH Hijau Muda
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Pakaian Khas Rumah Sakit
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Sabtu Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Putih

d. Tenaga Kesehatan
Hari Pakaian
Senin PDH Krem
Selasa PDH Biru Muda
Rabu PDH Kuning Muda
Kamis PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Sabtu Pakaian Khas Rumah Sakit

16
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah

e. Tenaga Non Kesehatan


Hari Pakaian
Senin PDH Krem
Selasa PDH Biru
Rabu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Kamis PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Pakaian Khas Rumah Sakit
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green
Sabtu Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah

f. Tenaga Kehumasan
Hari Pakaian
Senin PDH Jas
Selasa PDH Jas
Rabu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Kamis PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah
Seragam Olahraga
Jumat
PDH Batik
Pakaian Khas Rumah Sakit
Sabtu
o Minggu 1,3 dan 5 : Baju Hijau Green

17
Hospital
o MInggu 2 dan 4 : Batik Hijau Rumah
Sakit/Menyesuaikan.
Minggu PDH Batik diutamakan Khas Jawa Tengah

3. KETENTUAN TUGAS BELAJAR, IJIN BELAJAR, SURAT KETERANGAN BELAJAR


Tugas atau ijin belajar diberikan untuk meningkatkan kemampuan dan
profesionalisme Pegawai Negeri Sipil (PNS) berbasis kompetensi, melalui
pendidikan berkelanjutan. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia Nomor 04 tahun 2013
tentang Pemberian Tugas Belajar demikian ketentuannya :
a. PNS yang telah memiliki masa kerja palinh kurang 1 (satu) tahun terhitung
sejak diangkat sebagai PNS;
b. Untuk bidang ilmu yang langka serta diperlukan oleh organisasi dapat
diberikan sejak diangkat sebagai PNS sesuai kriteria kebutuhan yang
ditetapkan oleh masing-masing instansi;
c. Mendapatkan surat tugas dari pejabat yang berwenang;
d. Bidang ilmu yang akan ditempuh sesuai dengan pengetahuan atau keahlian
yang dipersyaratkan dalam jabatan pada organisasi dan sesuai dengan
analisa beban kerja dan perenanaan SDM instansi masing-masing;
e. Usia maksimal :
1) Program Diploma I, Diploma II, Diploma III, dan Program Strata I (S-1)
atau setara berusia paling tinggi 25 tahun;
2) Program Strata II (S-2) atau setara berusia paling tinggi 37 tahun; dan
3) Program Strata III (S-3) atau setara berusia paling tinggi 40 tahun.
f. Untuk daerah terpencil, tertinggal, dan terluar atau jabatan sangat dierlukan,
usia maksimal dapat ditetapkan menjadi :
1) Program Diploma I, Diploma 11, Diploma 111, Program Diploma 111 dan
Program Strata I (S-1) atau setara berusia paling tinggi 37 (tiga puluh
tujuh) tahun;

18
2) Program Diploma I, Diploma 11, Diploma 111, Program Diploma 111 dan
Program Strata I (S-1) atau setara berusia paling tinggi 37 (tiga puluh
tujuh) tahun;
3) Program Strata 111 (S-3) atau setara berusia paling tinggi 47 (empat
puluh tujuh) tahun;
g. Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapatkan
persetujuanJakreditasi minimal B dari lembaga yang berwenang;
h. Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural dibebaskan dari jabatannya;
i. Bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional dibebaskan sementara dari
jabatannya;
j. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekejaan dalam 1 (satu) tahun terakhir
paling kurang bernilai baik,
k. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;
l. TidaPr sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS;
m. Jangka waktu pelaksanaan :
1) Program Diploma I (DI) paling lama 1 (satu) tahun;
2) Program Diploma I1 (DII) paling lama 2 (dua) tahun;
3) Program Diploma 111 (Dm) paling lama 3 (tiga) tahun;
4) Program Strata I (S-1) / Diploma IV (DIV), paling lama 4 (empat) tahun;
5) Program Strata I1 (S-2) atau setara, paling lama 2 (dua) tahun;
6) Program Strata I11 (S-3) atau setara, paling lama 4 (empat) tahun;
n. Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada huruf
m masing-masing dapat diperpanjang paling lama 1 tahun (2 semester)
sesuai kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan / atau instansi.
o. Jangka waktu pelaksanaan tugas belajar sebagaimana dimaksud pada huruf
m masing-masing dapat diperpanjang paling lama 1 tahun (2 semester)
sesuai kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan / atau instansi.
p. Dalam melaksanakan izin belajar sebagaimana dimaksud pada huruf o PNS
tetap dapat meninggalkan tugasnya sebagaimana berlaku bagi tugas belajar.
q. Dalam memberikan tugas belajar, setiap instansi hams memberikan
kesempatan yang sama bagi semua PNS sesuai dengan bidang tugasnya;

19
r. NS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar wajib bekerja kembali
untuk negara pada unit kerja pada instansi tempat pegawai bersangkutan
beke ja semula (Kewajiban Kerja) dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pemberian tugas belajar di dalam negeri, kewajiban kerja yang harus
dijalani adalah dua kali masa tugas belajar (n) atau dalam rumus (2 x n).
Sebagai contoh, untuk masa belajar 4 tahun, maka kewajiban kerja
adalah sebagai berikut: Kewajiban Keja = 2 x 4 = 8 tahun
2) Pemberian tugas belajar di luar negeri, kewajiban kerja yang hams
dijalani adalah dua kali masa tugas belajar (n) atau dalam rumus (2 x n).
Sebagai contoh, untuk masa belajar 4 tahun, maka kewajiban kerja
adalah sebagai berikut: Kewajiban Kerja = 2 x 4 = 8 tahun
3) Dengan mempertimbangkan kebutuhan organisasi dan pelayanan
kepada masyarakat, pelaksanaan perhitungan waktu kewajiban kerja
pada suatu uni kerja di suatu instansi sebagaimana dimaksud pada angka
1) dan angka 2) dapat dikurangi atau ditambah berdasarkan kebijakan
dari pimpinan tertinggi instansi yang bersangkutan
s. PNS dapat melaksanakan tugas belajar berkelanjutan secara berturut-turut
dengan persyaratan :
1) Mendapat iin dari pimpinan instansinya;
2) Prestasi pendidikan sangat memuaskan;
3) Jenjang pendidikan bersifat linier; dan
4) Dibutuhkan oleh organisasi
t. Kewajiban kerja bagi PNS sebagairnana huruf r, diakumulasikan setelah PNS
selesai melaksanakan tugas - belajar pada jenjang pendidikan terakhir.
u. PNS tidak berhak menuntut penyesuaian ijazah ke dalam pangkat yang lebih
tinggi, kecuali terdapat formasi.

Untuk ketentuan izin belajar, adalah sebagai berikut :

a. PNS yang telah memiliki masa keja paling kurang 1 (satu) tahun terhitung
sejak diangkat sebagai PNS;
b. Mendapatkan izin secara tertulis dari pejabat yang berwenang;

20
c. Tidak meninggalkan tugas jabatannya, dikecualikan sifat pendidikan yang
sedang diikuti, PNS dapat meninggalkan jabatan sebagian waktu keja atas
izin pimpinan instansi;
d. Unsur penilaian pelaksanaan peke jaan dalam 1 (satu) tahun terakhir paling
kurang bernilai baik;
e. Tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat sedang atau berat;
f. Tidak pemah melanggar kode etik PNS tingkat sedang atau berat;
g. Tidak sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS;
h. Pendidikan yang akan ditempuh dapat mendukung pelaksanaan tugas
jabatan pada unit organisasi;
i. Biaya pendim ditanggung oleh PNS yang bersangkutan;
j. Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapatkan
persetujuan/akreditasi minimal B dari lembaga yang berwenang;
k. PNS tidak berhak untuk menuntut penyesuaian ijazah ke dalam pangkat
yang lebih tinggi kecuali terdapat formasi.

4. AKREDITASI RUMAH SAKIT


Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan
rumah sakit terhadap standa akreditasi. RSJD Dr. RM Soedjarwadi telah
melaksanakan Akreditasi Rumah Sakit SNARS edisi 1 pada Mei 2018. Akreditasi
RS mengacu pada regulasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit dimana pada pasal 40 mewajibkan setiap Rumah
Sakit untuk melakukan Akreditasi secara berkala minimal 3(tiga) tahun sekali
dalam upaya meningkatkan mutu.
RSJD Dr. RM Soedjarwadi telah melalui beberapa standar akreditasi, yaitu
versi 2007, versi 2012, dan yang terakhir versi Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit (SNARS) edisi 1. SNARS edisi 1 merupakan standar akreditasi baru
yang bersifat nasional dan diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut
dengan edisi 1, karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar
nasional untuk akreditasi rumah sakit. SNARS edisi 1 lebih tajam dan detail
dalam menilai baik dokumen maupun implementasi, dimana didalamanya harus
ada regulasi, wawancara, obeservasi, dan dokumentasi.

21
Pengelompokan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 (SNARS Edisi
1) sebagai berikut:
a. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
 Sasaran 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
 Sasaran 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
 Sasaran 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai (High Alert Medications)
 Sasaran 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar
 Sasaran 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Sasaran 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
b. Standar Pelayanan Berfokus Pasien
 Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
 Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
 Asesmen Pasien (AP)
 Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
 Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
 Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
 Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
c. Standar Manajemen Rumah Sakit
 Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
 Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
 Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
 Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
 Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
d. Program Nasional
 Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
 Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
 Menurukan Angka Kesakitan TB
 Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
 Pelayanan Geriatri

22
Survei akreditasi dilaksanakan dengan menilai kesesuaian rumah sakit
terhadap standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1 melalui proses:

 Wawancara dengan staf dan pasien serta informasi lisan lainnya;


pengamatan proses penanganan pasien secara langsung;
 Tinjauan terhadap kebijakan, prosedur, panduan praktik klinis, rekam
medis pasien, catatan personel, kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan dokumen lain yang diminta dari rumah sakit;
 Tinjauan data peningkatan mutu dan keselamatan pasien, penilaian
kinerja dan hasil;
 Pelaksanaan aktivitas telusur pasien secara individual (yaitu
mengevaluasi pengalaman perawatan pasien melalui proses perawatan
di rumah sakit); dan
 Pelaksanaan aktivitas telusur terfokus terhadap sistem atau proses di
seluruh organisasi (misalnya, manajemen obat, pengendalian infeksi,
limbah dan bahan berbahaya, atau sistem dan proses rawan masalah,
berisiko tinggi, bervolume tinggi/rendah lainnya.)

Jadi jika dirangkum Akreditasi SNARS edisi 1 ini terdiri dari 16 bab, yaitu :

1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)


2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
4. Asesmen Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
13. Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)
14. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)

23
15. Program Nasional (menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta
meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka
kesakitan HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberkulosis,
pengendalian resistensi antimikroba dan pelayanan geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

5. PELAYANAN PUBLIK
Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam
bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah,
dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah,
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-undang yang
mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan efektifitas
fungsi-fungsi pemerintah kaitannya dengan layanan public adalah Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. RSJD Dr. RM
Soedjarwadi merupakan salah satu penyelenggara layanan publik.
Penyelenggaraan layanan publik terbagi menjadi :
a) Dasar hukum atau regulasi
 Undang‐undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik;
 Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
 Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Republik Indonesia;
 Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Republik Indonesia;
 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar
Layanan Informasi Publik; dan
 Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pedoman Layanan Informasi Publik
Badan Standardisasi Nasional.

24
b) Persyaratan
Persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
Persyaratan pelayanan publik antara lain :
 Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun pelayanan umum harus
jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak;
 Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan
dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk
membayar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitas;
 Kualitas, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar
dapat memberi keamanan, kenyamanan, kepastian hukum yang
dapat dipertanggungjawabkan; dan
 Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah
terpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutan
berkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut
menyelenggarakan.
c) System, mekanisme, dan prosedur
System, mekanisme,dan prosedur pelayanan yang dilakukan dalam hal
ini antara lain kesederhanaan yaitu kemudahan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi
persyaratan pelayanan. Sistem pelayan publik juga harus menjujung tinggi
nilai keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
d) Jangka waktu penyelesaian
Waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sama dengan
penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan haruslah berkaitan dengan
kepastian waktu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan ketetapan
lamanya waktu pelayanan masing-masing. Jangka waktu penyelesaian
berkaitan dengan kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara
pelayanan. Selain hal tersebut juga harus ada kepastian jadwal pelayanan,

25
yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
e) Biaya atau tariff
Biaya atau tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam
proses pemberian pelayanan, haruslah berkaitan dengan pengenaan biaya
yang secara wajar dan terperinci serta tidak melanggar ketentuan yang ada.
Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan. Kepastian biaya
pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan. Di lingkungan RSJD Dr. RM Soedjarwadi sudah
terdapat pola tariff di ruang umum.
f) Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan dalam pemberian pelayanan
yaitu hasil pelayanan sesuai dengan yang ditentukan serta terbebas dari
kesalahan-kesalahan teknis, baik dalam hal penulisan permohonan yang
telah diajukan sebelumnya.
g) Sarana prasarana atau fasilitas
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh penyelenggara
pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan perangkat
penunjang pelayanan yang memadai seperti meja, kursi, mesin tik, dll. Serta
adanya kenyamanan dan kemudahan dalam memperoleh suatu pelayanan.
h) Kompetensi pelaksana
Penilaian kompetensi pelaksana antara lain :
 Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja
sesuai ketentuan yang berlaku;
 Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepasatian
petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta
kewenangan dan tanggungjawab);

26
 Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan;
 Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam
memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat; dan
 Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan
ramah serta saling menghargai dan menghormati.
i) Pengawasan internal
Pengawasan dilakukan baik secara internal Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
RM Soedjarwadi maupun eksternal yaitu Ombudsman Republik Indonesia.
Ombudsman adalah Lembaga Negara yang mempunyai kewenangan
mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik baik yang diselenggarakan
oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Miliki Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Badan Hukum milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang
diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
Negara dan/atau anggran pendapatan dan belanja daerah.

6. BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)


Bantuan Hidup Dasar/Resusitasi Jantung Paru/Basi Life Support adalah
serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau
sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas dan atau henti jantung.
Acuan atau pedoman yang digunakan pada BHD di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
adalah American Heart Association (AHA) tahun 2017.
Respone time yang dibutuhkan untuk BHD adalah maksimal 10 menit, di
RSJD Dr. RM Soedjarwadi ditentukan maksimal 5 menit, tindakan ini bertujuan
untuk mencegah terhentinya sirkulasi. Jembatan keledai untuk langkah BHD
agar mudah diingat adalah DR tolong CAB, yang dijabarkan secara lengkap
sebagai berikut :

27
a. “Danger free”, pastikan :
 Aman penolong dengan menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang tersedia.
 Aman pasien dengan menyingkirkan segala yang berbahaya.
 Aman lingkungan, misalnya dari sumber listri atau sumber api.
b. Kaji respon pasien/korban :
 Dipanggil
 Ditepuk atau guncang bahu
 Berikan rangsang nyeri dengan tekanan pada dahi atau tulang
dada.
c. Jika pasien tidak merespon maka panggil bantuan dengan meneriakan
code blue ruangan/tempat kejadian, dan meminta batuan tim code blue di
nomor 177 (IGD).
d. Posisikan pasien terlentang di alas datar dan keras, posisi penolong
disamping kanan sejajar bahu pasien.
e. Cek nadi karotis 5-10 detik dengan 2 jari look, listen, and feel (melihat,
mendengar, merasakan hembusan nafas)
f. Jika tidak ada nadi maka cari titik kompresi di center of cest atau letakkan
2 jari kanan di ujung ulu hati lalu letakkan tangan kanan diatas tangan
kiri tegak lurus.
g. Lakukan kompresi dengan irama teratur sebanyak 30 kali, dengan
kecepatan 100 – 120 kali per menit, dengan kedalaman 5-6 cm untuk
dewasa dan 4 cm untuk anak-anak.
h. Bersihkan mulut dari benda asing, buka mulut dengan tehnik cross finger
jika ada benda asing yang tampak maka bersihkan dengan tehnik finger
swab.
i. Buka jalur nafas dengan tehnik headtilt chinlift, jika terdapat trauma atau
cedera leher lakukan dengan tehnik jawtrust.
j. Kemudian berikan ventilasi (nafas buatan) sebanyak 2 kali dengan jeda 3
detik.
k. Lakukan kompresi dan ventilasi sebanyak 5 siklus.

28
l. Lakukan evaluasi dengan cek nadi karotis bersamaan dengan look, listen
and feel (melihat, mendengar, merasakan hembusan nafas).
m. Jika tidak ada nadi, lanjutkan kompresi dan ventilasi, kemudian evaluasi
kembali nadi dan pernafasan. Saat evaluasi pernafasan posisi telinga
penolong diatas hidung pasien dan melihat dada pasien ada gerakan
pernafasan atau tidak.
n. Jika tidak ada nafas spontan, berikan ventilasi (nafas buatan) sebanyak
10-12 kali per menit, setiap 2 menit dilakukan evaluasi.
o. Jika pasien/korban sudah ada nadi dan nafas adi kuat, posisikan
pasien/korban dengan posisi miring mantap (recovery position).
Hentikan bantuan hidup dasar/basic life support/resusati jantung paru jika
pasien atau korban :
 Jika pasien/korban ada tanda-tanda kehidupan;
 Jika penolong kelelahan;
 jika ada bantuan yang lebih ahli; dan
 jika ada tanda-tanda kematian, dimana kedua pupil mata pasien/korban
midriasis maksimal.

7. KOPERASI PEGAWAI
Koperasi adalah sebuah organisasi ekonomi yang dimiliki dan dioperasikan
oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Di RSJD Dr. RM Soedjarwadi
terdapat KPRI (Koperasi Pegawai Republik Indonesia) Cermat yang diketuai
oleh I Wayan Sahopiastha, AMK, SE.
Persyaratan untuk menjadi anggota K KPRI (Koperasi Pegawai Republik
Indonesia) Cermat adalah :
 CPNS / PNS RSJD Dr. RM Soedjarwadi;
 Mengisi formulir lengkap dengan keluarga, dilengkapi photo 4x6
sebanyak 2 lembar;
 Menandatangani surat pernyataan, yang menyatakan boleh atau
tidaknya memotong gaji;
 Boleh atau tidak menyamakan Simpanan Anggota; dan
 Wajib menjadi peserta “Danlen & Danpen”

29
Selain simpan pinjam KPRI Cermat juga memiliki program arisan motor,
simpanan hari raya, dan banyak program lainnya.

8. REKAM MEDIK ELEKTRONIK


Rekam medic elektronik atau Eletronic Medial Record dalam hokum
kesehatan di era SNARS untuk menunjang ketepatan pelayanan dan keamanan
dokumen di RSJD Dr. RM Soedjarwadi. Dalam salah satu BAB di SNARS edisi 1
yaitu MIRM (Manajemen Informasi dan Rekam Medik) pada standart 1-7
membahas manajemen informasi, pada standart 8-15 membahas manajemen
rekam medis. Rekam medis sendiri adalah bukti dokumen terhadap asuhan
yang ada di rumah sakit.
Standar Manajemen Informasi dan rekam medis antara lain :
1) Penyelenggaraan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM-RS)
harus mengacu peraturan perundang-undangan;
a. Rumah sakit mengelola data dan informasi klinik serta manajerial;
2) Rumah sakit merencanakan dan merancang proses manajemen
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal maupun
eksternal;
3) Para profesional pemberi asuhan (PPA) dan para kepala bidang/divisi
serta kepala unit pelayanan berpartisipasi dalam memilih,
mengintegrasikan, dan menggunakan teknologi manajemen
informasi;
4) Sistem manajemen data dan informasi rumah sakit menyiapkan
kumpulan serta menentukan data dan informasi yang secara rutin
(reguler) dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan profesional pemberi
asuhan (PPA), kepala bidang/divisi, kepala unit pelayanan, serta
badan/pihak lain di luar rumah sakit;
5) Data dianalisis diubah menjadi informasi untuk mendukung asuhan
pasien, manajemen rumah sakit dan program manajemen mutu, serta
pendidikan dan penelitian;
6) Data dianalisis diubah menjadi informasi untuk mendukung asuhan
pasien, manajemen rumah sakit dan program manajemen mutu, serta
pendidikan dan penelitian;

30
7) Rumah sakit mendukung asuhan pasien, pendidikan, serta riset dan
manajemen melalui penyediaan informasi yang tepat waktu dari
sumber data terkini;
8) Rumah sakit mendukung asuhan pasien, pendidikan, serta riset dan
manajemen melalui penyediaan informasi yang tepat waktu dari
sumber data terkini;
9) Setiap pasien memiliki rekam medis yang formatnya selalu
diperbaharui (terkini);
10) Rumah sakit mempunyai regulasi tentang retensi rekam medis;
11) Berkas rekam medis dilindungi dari kehilangan, kerusakan, gangguan,
serta akses dan penggunaan yang tidak berhak;
12) Rumah sakit menetapkan standar kode diagnosa, kode
prosedur/tindakan, simbol, singkatan, dan artinya;
13) Rumah sakit menyediakan rekam medis untuk setiap pasien;
13.1) Rekam medis pasien memuat informasi yang memadai untuk
mengidentifikasi pasien, mendukung diagnosis, justifikasi
pengobatan, dokumen pemeriksaan dan hasil pengobatan serta
meningkatkan kesinambungan asuhan diantara PPA termasuk
manajer pelayanan pasien (MPP);
13.1.1) Rekam medis setiap pasien gawat darurat memuat jam kedatangan,
ringkasan kondisi pasien saat keluar dari gawat darurat dan instruksi
tindak lanjut asuhan;
13.2) Regulasi rumah sakit mengidentifikasi mereka yang berhak untuk
mengisi rekam medis pasien dan menentukan isi rekam medis dan
format rekam medis.
13.3) Setiap PPA yang mengisi rekam medis menulis identitas setelah
pencatatan dibuat;
14) Kerahasiaan dan privasi informasi dijaga; dan
15) Ringkasan pasien pulang (discharge summary) dibuat untuk semua
pasien rawat inap.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82


Tahun 2013 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Sistem Informasi

31
Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu sistem
teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh
alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan
dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat,
dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan.

Sesuai pasal 3 bahwa Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS, bias


disediakan pemerintah atau Rumah Sakit membuat sendiri. Pelaksanaan
pengelolaan dan pengembangan SIMRS ) harus mampu meningkatkan dan
mendukung proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit yang meliputi:
a. kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan, peningkatan
efisiensi, kemudahan pelaporan dalam pelaksanaan operasional;
b. Kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan identifikasi
masalah dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan
manajerial; dan
c. Budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem
dan pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan organisasi.

SIMRS harus mengacu pada Undang – undang dimulai dari pendaftaran baik
Rawat Jalan maupun Rawat Inap bias melalui online atau telepon dan bayi baru
lahir kaitanya dengan akta kependudukan. Dalam hal ini tentunya diperlukan
SDM (Sumber Daya Manusia) yang mengerjakan, Rumah Sakit mengelola data
informasi klinik yang diberikan oleh dokter, perawat, gizi, farmasi, fisoterapis,
psikolog dan administrasi. Selain hal tersebut variable lainnya adalah daftar
data pasien, data kunjungan pasien, dan asuransi.

Melalui SIMRS ini diharapkan informasi yang ada bisa sampai kepada
masyarakat dengan tepat, misalnya ketersediaan kamar, antrian, dan lain
sebagainya. Rumah Sakit mengalamai perubahan nilai, antara lain :

a. Mutu pelayanan Rumah Sakit


b. Keselamatan pasien (pasien selamat maka pemberi layanan juga
selamat)
c. Hukum

32
Karena perubahan tersebut maka munculah akreditasi rumah sakit,
oleh KARS yang kedudukannya sama dengan JCI. Dan juga mengacu pada
Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Kerumahsakitan. Pada pasal 32
mengenai hak pasien dimana pasien dapat menggugat atau menuntut jika tidak
sesuai standart atau mengeluhkan ke media cetak atau elektronik. Pada pasal
44 mengenai Perlindungan Hukum Rumah Sakit dimana Rumah Sakit memiliki
hak jawab melalui Direktur. Pasal 29 melindungi dan memberi bantuan hukum
selama kita bekerja sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur), maka
pentingnya mengikuti setiap SOP yang ada. Pada pasal 46 rumah sakit
bertanggung jawab secara hukum atas semua kerugian karena kelalaian, sebab
itu ada kewajiban bagi Rumah Sakit membuat bukti legal yaitu dokumen atau
rekam medis, dimana semua yang dilakukan ditulis dan disampaikan kepada
pasien.

Rekam medis dalam MIRM standard 8, antara lain :

a) Terdapat unit kerja yang mengelola rekam medis yang memiliki regulasi
dan program untuk mengelola rekam medis sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan;
b) Organisasi pengelola rekam medis dipimpin tenaga rekam medis yang
memiliki kompetensi dan kewenangan mengelola rekam medis sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan; dan
c) Tersedia tempat penyimpanan rekam medis yang menjamin keamanan
dan kerahasiaan rekam medis.

Rekam medis berisi :

 Identitas pasien;
 Pemeriksaan fisik dan penunjang;
 Pengobatan; dan
 Tindakan dan pelayanan lain
Yang semuanya ini diberikan kepada pasien.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia

33
Kedokteran, menyatakan rahasia kedokteran mencakup data dan informasi
mengenai :
a. Identitas pasien;
b. Kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis, pengobatan atau tindakan
kedokteran; dan
c. Hal lain yang berkenaan dengan pasien.

Rekam medis elektronik mengacu pada UU ITE atau Undang-Undang Nomor


11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mana
menjelaskan legalisasi tandatangan elektronik sebagai alat verifikasi dan
autentikasi dan ditambah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik.

Pembuatan Rekam Medis Elektronik ini dapat dilakukan oleh staf rumah
sakit yang memiliki sertifikat keandalan atau vendor yang memiliki sertifikat
keandalan sesuai pasal 41 pada PP Nomor 82 Tahun 2012. Dan pasal 52 terkait
tanda tangan elektronik yang berfungsi sebagai autentifikasi dan verifikasi atas
:

a. Identitas Penanda Tangan; dan


b. Keutuhan dan keautentikan Informasi Elektronik.

9. Pencegah dan Pengendalian Infeksi (PPI) & HAND HYGENE


A. Pencegah dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Pencegahan dan pengendalian infeksi dirumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau
mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat
sekitar rumah sakit. RSJD Dr. RM Soedjarwadi memiliki IPCN berjumlah 2 orang,
IPCN (Infection Prevention Control Nurse) adalah tenaga praktisi atau
profesional, yang bekerja khusus dibidang infeksi atau berhubungan dengan
infeksi yang terjadi akibat pemberian pelayanan kesehatan baik di rumah sakit

34
maupun dipelayanan kesehatan lainnya. Penyelenggaraan PPI di Rumah Sakit
merupakan suatu kewajiban bagi rumah sakit yang terakreditasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 53 bahwa setiap orang harus mendapatkan layanan kesehatan.
RSJD Dr. RM Soedjarwadi memiliki komite PPI dan tim PPI yang kedudukannya
di bawah Direktur.
Selain IPCN juga terdapat IPCLN (Infection Prevention and Control Link
Nurse) yang ditempatkan ditempat yang paling beresiko. Sarana PPI antara lain :
1) Tempat sekretariatan atau pojok PPI;
2) Dukungan manajemen; dan
3) Kebijakan dan SOP (standar operasional prosedur).

Tugas PPI terbagi menjadi :

1) Monitoring, dilakukan setiap hari diseluruh ruangan dan


bertanggungjawab langsung kepada Direktur;
2) Evaluasi, permasalahan kesehatan apa saja yang disebabkan oleh infeksi.
Karena infeksi menimbulkan banyak permasalahan; dan
3) Pelaporan, pelaporan PPI juga diketahui oleh Direktur.

B. Hand Hygene
Hand hygiene atau praktik cuci tangan saat ini dipertimbangkan
sebagai salah satu elemen kunci terpenting dalam upaya pencegahan
infeksi. Praktik hand hygiene telah memiliki bukti ilmiah yang cukup bahwa
apabila dilakukan dengan benar dapat secara signifikan mengurangi risiko
perpindahan iinfeksi di fasilitas kesehatan.
Ada 5 (five) momen dalam mencuci tangan, antara lain :
1) Sebelum kontak dengan pasien;
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik;
3) Setelah kontak dengan pasien;
4) Setelah terkena atau terpapar airan tubuh pasien; dan
5) Setelah menyentuh benda-benda disekitar atau kontak dengan
lingkungan pasien.

35
Kemudian ada 2 macam cara cuci tangan yaitu :

1) Dengan menggunakan Handrub


Waktu yang digunakan saat menggunakan handrub adalah 20-30
detik yang masing-masing langkahnya dilakukan 4 kali. Berikut adalah
langkah-langkah dalam penggunaan handrub :
 Lepaskan semua asesoris tangan;
 Tuangkan cairan handrub sebanyak 2-3 cc ke telapak tangan;
 Gosokkan kedua telapak tangan berlawanan jarum jam 4 kali.
 Gosok punggung tangan kiri 4 kali;
 Gosok punggung tangan kanan 4 kali;
 Gosok sela-sela jari 4 kali;
 Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci 4 kali;
 Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman tangan
kanan 4 kali;
 Gosok berputar pada ibu jari tangan kanan dalam genggaman
tangan kiri 4 kali;
 Gosok dengan memutar berlawanan jarum jam ujung jari-jari
tangan kanan di telapak tangan kiri 4 kali; dan
 Gosok dengan memutar berlawanan jarum jam ujung jari-jari
tangan kiri di telapak tangan kanan 4 kali.
2) Dengan menggunakan Handwash
Waktu yang digunakan saat menggunakan handwash adalah 40-60
detik yang masing-masing langkahnya dilakukan 8 kali. Berikut adalah
langkah-langkah dalam penggunaan handwash :
 Lepaskan semua asesoris tangan;
 Nyalakan keran air, basahi tangan dengan air bersih yang
mengalir;
 Tuangkan cairan handwash/sabun sebanyak 3-5 cc ke telapak
tangan;
 Gosokkan kedua telapak tangan berlawanan jarum jam 8 kali.
 Gosok punggung tangan kiri 8 kali;

36
 Gosok punggung tangan kanan 8 kali;
 Gosok sela-sela jari 8 kali;
 Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci 8 kali;
 Gosok berputar pada ibu jari tangan kiri dalam genggaman tangan
kanan 8 kali;
 Gosok berputar pada ibu jari tangan kanan dalam genggaman
tangan kiri 8 kali;
 Gosok dengan memutar berlawanan jarum jam ujung jari-jari
tangan kanan di telapak tangan kiri 8 kali; dan
 Gosok dengan memutar berlawanan jarum jam ujung jari-jari
tangan kiri di telapak tangan kanan 8 kali.
 Bilas kedua tangan dengan air mengalir;
 Keringkan dengan kertas tisue sekali pakai; dan
 Gunakan kertas tissue tersebut untuk menutup keran dan buang
ke tempat sampah non infeksius ( warna hitam).

10. PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

Psikologi industri dan organisasi membahas psikologi dalam lingkup


organisasi atau aturan kerja. Dalam hal ini saya diajarkan menjadi pribadi yang
dewasa dalam oranisasi, yang sebelumnya masing-masing CPNS diwajibkan
menggambar suatu bentuk yang sudah disediakan oleh psikolog. Kemudian
kami diajarkan mengenai koordinasi dan kerja tim melaui sebuah permaian
merangkai kata dari kalimat-kalimat peribahasa.

11. PENANGANAN BENCANA & APAR


A. Penanganan Bencana
Bencana dapat terjadi kapan dan dimana saja, sebab itu Rumah Sakit perlu
memiliki sistem penanganan baik dalam menghadapi benana dalam rumah sakit
maupun korban bencana yang dibawa ke rumah sakit. Salah satu bencana yang
bisa saja di alami di rumah sakit adalah kebakaran, karena dalam rumah sakit
terdapat perangkat-perangkat elektrikan yang memungkinkan terjadinya api

37
yang tidak diinginkan dan kurangnya sarana K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) yang kurang memadai. Kebakaran dapat menyebabkan kerugian harta
benda, korban jiwa atau caat, kerugian rumah sakit, dan ekonomi sosial.
Teori api disebut dengan segitiga api (fire triangle), elemen-elemen dimana
kebakaran dapat terjadi. Segitiga api merupakan syarat munulnya api, jika salah
satu unsur saja dihilangkan maka api akan padam, unsur-unsur tersebut adalah
:
1) Oksigen
Secara normal kandungan oksigen suatu udara adalah 20%
2) Bahan bakar
Bahan bakar dapat berbentuk apa saja yang dapat terbakar.
Jika bentuk padatan maka semakin kecil bentuknnya maka bahan
tersebut semakin mudah menyala. Jia bahan berbentu cair makan
semakin rendah titik nyalanya maka semakin mudah juga bahan
tersebut menyala. Sedangkan dalam bentuk gas dengan
konsentrasi yang diperlukan dalam batas penyalaannya.
3) Panas atau penyalaan
Hal ini disebabkan oleh berbagai macam sumber yang dapat
menaikkan suhu diatas titik nyala misalnya dapat berasal dari
listrik statis, percikan listrik (konsleting), perlengkapan pemanas,
papan pemanas, punting rokok, perikan api yang berasal dari
kegiatan pengelasan dan lain sebagainya.

Fenomena kebakaran dimulai dari pertumbuhan api kemudian pembakaran


penuh (flashover) dimana puncak temperature api kebakaran 500-1000o C baru
terjadi penurunan atau surutnya api. Dasar sistem pemadaman api ada 3 yaitu :

38
b. Cara penguraian
Suatu cara pemadaman api dengan jalan memisahkan atau
menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Cara pendinginan
Pemadaman api dengan jalan menurunkan panas, sehingga
temperature bahan yang terbakar turun sampai dibawah
titiknya.
d. Cara isolasi
Pemadaman api dengan jalan menurunkan kadar oksigen
sampai dibawah 12%. Ara ini disebut juga dengan lokalisasi,
yaitu mencegah reaksi dengan oksigen,
e. Kombinasi ketiganya.
Penanggulangan kebakaran terbagi menjadi :
a. Sebelum
 Pengendalian energy
 Proteksi : pasif, aktif (fire safety fire emergency respon-
penanganan emergensi awal)
b. Selama
 Deteksi alaram
 Pemadaman
 Lokalisir
 Evakuasi & resue
 Pengamanan
c. sesudah
 Investigasi
 Analisis
 Rekomendasi
 Rehabilitasi

Yang paling berbahaya dari kebakaran adalah asapnya karena dapat


menyebabkan keracunan CO2. Saat kebakaran terjadi diperlukan adanya

39
klasifikasi kebakaran yang bertujuan untuk memudahkan media pemadam
yang tepat dari berbagai bahan bakar. Klasifikasi kebakaran antara lain :

 Kelas A : Bahan padat (kertas, kayu, plastic, dll kecuali logam)


 Kelas B : Bahan cair atau gas mudah terbakar
 Kelas C : Instalasi listrik yang masi bertegangan
 Kelas D : Bahan logam (magnesium, titanium, dll)

B. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)


Dikatakan alat pemadam api ringan karena bisa dijinjing, dipindahkan, dan
dibawa pleh 1 orang. Berat APAR antara lain 0,5-16 kg dimana persyaratan
pengisiannya adalah 13-15 bar. ada berbagai macam isi tabung APAR, antara
lain :
1) Water/air : air tawar.
2) Foam/busa : tekanan N2 menghasilkan gelembung.
3) Dry powder : berbahan kimia untuk mengikat oksigen.
4) CO2 : digukan pada kebakaran pada alat-alat elektrikal didalam ruangan
dan tidak boleh lama karena pemadam beresiko keracunan CO2.
5) Hallotronn : tidak meningglkan residu.

Langkah-langkah penanganan kebakaran :

 Jangan panic;
 Identifikasi titik/sumber api;
 Panggil bantuan dengan cara : teriak CODE RED dan tempat kejadian
3 kali, telepon ke nomor 141 (satpam);
 Cari tombol alarm kebakaran terdekat bila ada;
 Ambil APAR terdekat : cek segel, cek manometer jika jarum di warna
hijau artinya APAR masih baik digunakan, dan cek kartu
pemeliharaan;
 Angkat APAR dengan kaki kuda-kuda;
 Panggul APAR dengan kepala APAR di bagian depan;

40
 Posisikan pemadam mengikuti arah / searah dengan angin dengan
jarak 1-3 meter;
 Tarik segel APAR;
 Todongkan nozel APAR arahkan ke titik api; dan
 Tekan tuas APAR dengan gerakan menyapu.

Kapan pemadam harus berhenti menggunakan APAR :

 JIka api sudah padam;


 Jika sudah dating bantuan yang lebih ahli;
 Jika isi APAR sudah habis; dan
 Jika api membesar.

Setiap ruangan-ruang di RSJD Dr. RM Soedjarwadi memiliki jadwal yang


tertulis nama-nama petugas yang bertanggungjwab dan disertai dengan helm
yang memiliki fungsi masing-masing, antala lain fungsi-fungsinya adalah:

1) Helm warna merah : evakuasi kebakaran


2) Helm warna kuning : evakuasi pasien
3) Helm warna biru : evakuasi aset
4) Helm warna putrih : evakuasi dokumen

12. REVOLUSI MENTAL


Revolusi mental adalah perubahan dalam arah kita berpikir, bertindak,
bekerja dalam menghapi keadaaan tertentu. Ide revolusi mental digaungkan
oleh Presiden Joko Widodo. Nilai-nilai dari revolusi mental, antara lain:
a. Integritas : jujur, dapat dipercaya, berkarakter, tanggung jawab;
b. Etos kerja : produktif, kerja keras, daya saing, optimis, inovatif; dan
c. Gotong royong : kerjasama, berorientasi pada kemaslahatan,
solidaritas.

Renungan dalam revolusi mental bahwa dapat dan memperbaiki mental kita
adalah diri sendiri dan orang hidup butuh keseimbangan.

41
Untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong, ada 9 prioritas jalan perubahan
(Nawacita) yang salah satunya melalui Revolusi Karakter Bangsa yang
dijabarkan dalam Perpres Nomor 2 tahun 2015 untuk membangun sebuah
bangsa yang maju, modern dan bermartabat. Dari rumusan Visi pada Kabinet
Kerja tersebut, pemerintah menetapkan 9 (sembilan) program prioritas
pembangunan yang dikenal dengan PROGRAM NAWACITA sebagai berikut:

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan


memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;
2) Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;
3) Membangun indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan;
4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6) Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing pasar
international;
7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik;
8) Melakukan revolusi karakter bangsa;
9) Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi 17 sosial
Indonesia

13. MUTU RUMAH SAKIT


Menurut Prof. A Donabedian mutu adalah sifat atau nilai yang dimiliki oleh
suatu program/produk/pelayanan. Ada tiga pendekatan evaluasi mutu meliputi
aspek :
a) Input/struktur (sumberdaya);
b) Proses (pengubahan/tranformasi); dan
c) Outcome (hasil akhir).

42
Ada dua komite di rumah sakit :
1) Komite mutu : peningkatan mutu dan manajemen resiko
2) Komite keselamatan pasien.

Ada 12 indikator mutu prioritas:

a) Indikator prioritas pengukuran rumah sakit


1) Indikator Area Klinis
 IGD : Kelengkapan Assessmen resiko PK, resiko bunuh diri,
dan resiko lari.
 Rawat Inap : angka kejadian pasien lari dan angka kekerasan
fisik.
2) Indikator Area Manajerial
 Waktu tunggu obat di apotek rawat jalan 1
 Ketersediaan antispikotik
 Angka plafon klan BPJS pasien skizofrenia kurang dari biaya
rumah sakit.
3) Indikator Area Keselamatan Pasien
 Kepatuhan pasien dengan mencocokan foto pada lembar CPO
sebelum memberikan obat
 Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui
telepon
 Ketepatan pelabelan obat High Alert
 Kepatuhan cuci tangan
 Kelengkapan assesmen resiko jatuh setiap pasien rawat inap
 Kelengkapan assesmen resiko lari

Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:

1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;

43
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.

Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan


Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:

1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;


2) Memimpin dan mendukung staf;
3) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4) Mengembangkan sistem pelaporan;
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien; dan
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Insiden keselamatan pasien (IKP) merupakan kejadian berpotensi


mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang
tidak seharusnya terjadi.

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event Suatu kejadian


yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan atau karena tidak bertindak bukan karena kondisi pasien.

Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss Suatu Insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.

Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke


pasien, tetapi tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena "keberuntungan"
(misal; pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), atau "peringanan" (suatu obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui
secara dini lalu diberikan antidotumnya).

44
Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi
insiden.

Kejadian Sentinel (Sentinel Event) : Suatu KTD yang mengakibatkan


kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat
tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti : operasi pada bagian tubuh
yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang
serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

Sasaran keselamatan pasien antara lain :

1) Ketepatan identifikasi pasien

Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa


meningkatkan atau memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien.
Aplikasinya seperti identifikasi sebelum pemberian atau pengambilan darah,
konsumsi obat dan tindakan lainnya. Salah satu pendukung poin ini adalah
penggunaan gelang identitas pasien.

2) Peningkatan komunikasi efektif

Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar komunikasi


bisa berjalan dengan efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi
dengan akurat, sehingga informasinya bisa diterapkan secara konsisten.

3) Peningkatan keamanan obat atau high alert yang harus diwaspadai

Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan
kepada pasien. Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian
label, penetapan lokasi dan penyimpanannya.

4) Kepastian terhadap lokasi, prosedur dan pasien operasi

Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum


mendapatkan tindakan operasi.

45
5) Pengurangan terhadap risiko infeksi setelah menggunakan pelayanan
kesehatan

Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan


infeksi sesuai dengan pedomannya.

6) Pengurangan risiko jatuh

Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah


langkah untuk memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua
langkah akan diawasi untuk memastikan keberhasilannya. Dengan begitu
segala risiko tersebut tidak akan menimpa pasien yang tengah dirawatnya.

14. KETENTUAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL


Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil
untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

Setiap PNS wajib:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS;

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;

4. menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan


penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,


seseorang, dan/atau golongan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut


perintah harus dirahasiakan;

46
9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;

10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada


hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;

11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan


sebaik-baiknya;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;

15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan


karier; dan

17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang.

Setiap PNS dilarang:

1. menyalahgunakan wewenang;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau


orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;

3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya


masyarakat asing;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau


meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan,


atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara

47
langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun


baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk
diangkat dalam jabatan;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang
dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;

11. menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan


Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau


atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

13. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan


cara:

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau


merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan


terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

48
14. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara
memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk
atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-
undangan; dan

15. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala


Daerah, dengan cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala


Daerah/Wakil Kepala Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan


kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau


merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye;
dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan


terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan,
himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Etika terhadap sesama pegawai di RSJD Dr. RM Soedjarwadi meliputi :


a. Saling menghormati sesame warga Negara yang memeluk agama atau
kepercayaan yang berlainan;
b. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesame pegawai;
c. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertical maupun
horizontal dalam suatu unit kerja, instansi maupun antar instansi;
d. Menghargai perbedaan pendapat;
e. Menjujung tinggi harkat dan martabat pegawai; dan
f. Menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesame pegawai.

49
Etikan terhadap diri sendiri meliputi :

a) Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;
b) Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c) Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok maupun golongan;
d) Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,
ketrampilan dan sikap;
e) Memiliki daya juang yang tinggi;
f) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
g) Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
h) Berpenampilan sederhana, rapid dan sopan;
i) Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi; dan
j) Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

Etika dalam bermasyarakat meliputi :

a) Mewujudkan pola hidup sederhana;


b) Memberikan pelayanan yang empati, hormat dan santun tanpa pamrih
dan tanpa unsur pemaksaan; dan
c) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka dan adil tidak
diskriminatif.

Etika dalam berorganisasi antara lain :

a) Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;

b) Menjaga informasi yang bersifat rahasia;


c) Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang;
d) Membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;
e) Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
dalam rangka mencapai tujuan;
f) Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
g) Patuh dan taat terhadap standard operasional dan tata kerja;

50
h) Mengembangkan pemikiran seara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi; dan
i) Berorientasi pada upaya kualitas kerja.

Etika dalam bernegara antara lain :

a) Melaksanakan sepenuhnya Panasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia tahun 1945;
b) Mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia;
c) Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
d) Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan tugas;
e) Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa;
f) Tanggap, terbuka, jujur dan akurat serta tepat waktu dalam melaksanakan
setiap kebijakan dan program pemerintah;
g) Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber dara Negara secara
efisien dan efektif; dan
h) Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

15. ZONA INTEGRITAS – WILAYAH BEBAS DARI KORUPSI


Zona Integritas adalah predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah
yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi bersih Melayani
(WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal penegahan korupsi
dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi bersih Melayani
(WBBM) merupakan predikat yang diberikan kepada unit kerja pada instansi
pemerintah yang memenuhi indikasi bebas dari korupsi (KKN) dan melayani
public dengan baik.
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan
kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar kriteria dalam
manajemen perubahan, penataan tatlaksana, penataan system manajemen

51
sumber daya manusia, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas
kinerja.
Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (menuju WBBM) adalah
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar
kriteria manajemen perubahan, penataan tatalaksana, penataan system
manajemen sumber daya manusia, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Hakikat pembangunan zona integritas adalah membangun dan
mengimplementasikan program reformasi birokrasi seara baik sehingga
mampu menumbuh kembangkan budaya kerja birokrasi yang anti korupsi dan
budaya birokrasi melayani public secara baik di lingkungan kementrian,
lembaga, dan pemerintah daerah. Pembangunan zona integritas dilakukan
dengan membangun percontohan-percontohan pada tingkat unit kerja
kementrian, lembaga, dan pemerintah daerah sebagai unit menuju WBK-BBM.

C. ORIENTASI PADA UNIT KERJA

1. STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI

DIREKTUR RUMAH
SAKIT

KEPALA INSTALASI
FARMASI

ADMINISTRASI
FARMASI

PENGELOLAAN MANAJEMEN PELAYANAN


SEDIAAN FARMASI MUTU FARMASI KLINIK

PELAYANAN PELAYANAN RAWAT


RAWAT JALAN INAP DAN IGD

RAWAT RAWAT
JALAN 1 JALAN 2

STAF STAF STAF STAF

STAF STAF STAF STAF

52
2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSTALASI FARMASI

Instalasi farmasi adalah unit non structural yang menyediakan fasilitas


dan menyelenggarakan kegiatan farmasi Rumah Sakit, yang dipimpin oleh
seorang Kepala Instalasi farmasi yaitu Dra. Lucia Nuraini S, Apt yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur. Tugas pokok dan fungsi
instalasi ini adalah melaksanakan kegiatan penyimpanan, penyaluran obat-
obatan, gas medis, alat kedokteran, alat kesehatan bagi unit pelaksana
fungsional yang memerlukan, yang dilakukan oleh tenaga atau pegawai dalam
jabatan fungsional.

Sumber daya manusia (SDM) Di instalasi Farmasi RSJD Dr. RM


Soedjarwadi terdiri dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang harus
memenuhi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundangan yang berlaku.

Instalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi berada dibawah pimpinan


seorang Apoteker yang memiliki kompetensi :
a. Mempunyai kemampuan untuk memimpin;
b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola dan
mengembangkan pelayanan farmasi;
c. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri;
d. Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dengan pihak lain; dan
e. Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan
memecahkan masalah.

Uraian jabatan atau tugas kepala Instalasi Farmasi RSJD Dr. RM


Soedjarwadi, antara lain :

a. Mengelola Pelayanan Farmasi secara professional dan bermutu


berdasarkan etika profesi;
b. Merumuskan segala keputusan dan kebijakan yang berhubungan
dengan pelyanan farmasi;
c. Terlibat dalam pemecahan dan manajemen penggunaan sumber
daya yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;

53
d. Terlibat dalam panitia multi disiplin dimana masalah farmasi
dibicarakan;
e. Terlibat dalam penerimaan pegawai baru di Instalasi Farmasi;
f. Menyusun program kegiatan di Instalasi Farmasi;
g. Menilai dan mengevaluasi kinerja staf Instalasi Farmasi dan
disimpan secara rahasia;
h. Menyediakan informasi dan edukasi serta konseling bagi pasien dan
masyarakat;
i. Melaksanakan program pendidikan dan pelatihan serta
pengembangan karyawan Instalasi Farmasi;
j. Meningkatkan mutu pelayanan farmasi;
k. Memberika usul dan saran kepada Direktur mengenai hal yang
berkaitan dengan pelayanan Instalasi Farmasi;
l. Mengikuti pertemuan yang ada di Rumah Sakit;
m. Mengadakan pertemuan Instalasi Farmasi secara rutin; dan
n. Melaksanakan tugas yang diberkan direktur.

Fungsi Kepala Instalasi Farmasi, antara lain :

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi; dan


b. Pelayanan Kefarmasian dalam penggunaa perbekalan farmasi.

Uraian jabatan atau tugas jabatan koordinator pengelolaan perbekalan


Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi, antara lain :

a. Mengelola perbekalan farmasi seara professional dan bermutu


berdasarkan etika profesi;
b. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan farmasi;
c. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal;
d. Menerina perbekalan farmasi dari panitia engadaan Rumah Sakit;
e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian;
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan farmasi
Rumah Sakit;

54
g. Melaksanakan pengendalian, penghapusan, administrasi serta
pelaporan dan evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pengelolaan
perbekalan farmasi;
h. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Instalasi dan Direktur
mengenai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;
i. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
j. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.

Fungsi koordinator pengelolaan perbekalan farmasi adalah seleksi


perbekalan farmasi, perenanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian ke unit pelayanan serta melakukan pengawasan,
penghapusan dan pengendalian perbekalan farmasi.

Uraian jabatan atau tugas jabatan Koordinator Pelayanan Kefarmasian


dalam penggunaan obat dan alat kesehatandi Intalasi Farmasi RSJD Dr. RM
Soedjarwadi, antara lain :

a. Mengelola pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat


kesehatan professional dan bermutu berdasarkan etika profesi;
b. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien;
c. Megidentifikasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan;
d. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan;
e. Memberikan informasi kepada petuga kesehatan, pasien dan
keluarga;
f. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga;
g. Melakukan pencatatan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan setiap
kegiatan pelayanan farmasi;
h. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Instalasi dan Direktur
mengenai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;
i. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan

55
j. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.

Fungsi Koordinator Pengelolaan Perbekalan Farmasi adalah mengelola


pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.

Uraian jabatan atau tugas jabatan Koordinator Manajemen Mutu di


Intalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi, antara lain :

a. Mengelola manajemen mutu pelayanan farmasi seara professional


dan bermutu berdasarkan etikan profesi;
b. Mengkoordinir terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin
efektifitas pelayanan obat dan keamanan pasien;
c. Meningkatkan efisiensi pelayanan farmasi dan kepuasan pelanggan;
d. Menurunkan keluhan pelanggan atas pelayanan farmasi;
e. Mengelola Pelayanan Informasi Obat;
f. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian mutu pelayana farmasi;
g. Melaksanakan pelaporan kegiatan peningkatan mutu pelayana
farmasi;
h. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur mengenai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;
i. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
j. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.

Fungsi Manajemen Mutu Pelayanan Farmasi adalah :

a. Pelayanan Informasi Obat;


b. Evaluasi pelayanan farmasi; dan
c. Pengendalian pelayanan farmasi.

Uraian jabatan atau tugas jabatan Petugas Pelayanan Farmasi Rawat


Jalan di Intalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi, antara lain :

a. Memberikan pelayanan kefarmasian pada Instalasi Farmasi rawat


jalan;

56
b. Melakukan engkajian instruksi pengobatan atau resep rawat jalan;
c. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat dan alat kesehatan rawat jalan;
d. Melakukan peracikan dan memeriksa perbekalan farmasi sebelum
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien rawat jalan;
e. Mengkaji ulang instruksi pengobatan atau resep pasien;
f. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga;
g. Melakukan verifikasi obat sebelum diserahkan kepada pasien atau
keluarga pasien;
h. Menyerahkan obat atau alat kesehatan kepada pasien atau keluarga
pasien dengan informasi secukupnya;
i. Melakukan konsultasi dengan dokter, perawat dan petugas
kesehatan lainnya tentang masalah yang berkaitan dengan pelayanan
obat dan alat kesehatan rawat jalan;
j. Melakukan monitoring dan evaluasi , pencatatan dan pelaporan
pelayanan farmasi rawat jalan;
k. Memberikan usul dan saran kepada Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur mengenai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi;
l. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
m. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.

Fungsi Petugas Pelayanan Farmasi Rawat Jalan antara lain :

a. Pelayanan Kefarmasian Rawat Jalan;


b. Monitoring, evaluasi pencatatan dan pelaporan Pelayanan Farmasi
Rawat Jalan; dan
c. Pengendalian Pelayanana Farmasi Rawat Jalan

Uraian jabatan atau tugas jabatan Petugas Pelayanan Farmasi Rawat


Inap dan Instalasi Gawat Darurat di Intalasi Farmasi RSJD Dr. RM
Soedjarwadi, antara lain :

57
a. Memberikan pelayanan kefarmasian pada Instalasi Farmasi rawat
inap dan IGD;
b. Melakukan pengkajian instruksi pengobatan atau resep rawat inap
dan IGD;
c. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan
dengan penggunaan obat dan alat kesehatan;
d. Melakukan peracikan dan memeriksa perbekalan farmasi sebelum
diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien rawat inap dan IGD;
e. Mengkaji ulang instruksi pengobatan atau resep pasien;
f. Memberikan konseling kepada pasien dan keluarga;
g. Melakukan verifikasi obat sebelum diserahkan kepada pasien atau
keluarga pasien;
h. Menyerahkan obat atau alat kesehatan kepada pasien atau keluarga
pasien;
i. Melakukan konsultasi dengan dokter, perawatan dan petugas
kesehatan lainnya tentang masalah yang berkaitan dengan pelayanan
obat dan alat kesehatan pelayanan farmasi rawat inap dan IGD;
j. Melakukan monitoring dan evaluasi, pecatatan dan pelaporan
pelayanan farmasi rawat ianp;
k. Memberikan usul dan saran kepada koordinator pelayanan farmasi,
Kepala Instalasi dan Direktur mengenai hal yang berkaitan dengan
pelayanan farmasi;
l. Mengikuti pertemuan rutin Instalasi Farmasi; dan
m. Melaksanakan tugas yang diberikan Kepala Instalasi Farmasi dan
Direktur.

Fungsi Petugas Pelayanan Farmasi Rawat Inap dan Instalasi Gawat


Darurat di Intalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi, antara lain :

a. Pelayanan kefarmasian rawat inap dan IGD;


b. Monitoring, evaluasi penatatan dan pelaporan pelayanan farmasi
rawat inap dan IGD; dan
c. Pengendalian pelayanan farmasi rawat inap dan IGD.

58
Kegiatan administrasi di Instalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi
dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, tugas Administrasi Pelayanan
Kefarmasian di Intalasi Farmasi, antara lain :

a. Menyelesaikan administrasi yang berkaitan dengan kegiatan


pelayanan farmasi; dan
b. Menyelesaikan administrasi klaim pelayanan farmasi.

Uraian jabatan atau tugas jabatan Petugas Petugas Piket Pelayanan


Farmasi di Intalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi, antara lain :
a. Memberikan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan
alat kesehatan professional dan bermutu berdasarkan etika profesi;
b. Memberikan pelayanan kefarmasian pada jam dinas shift siang atau
malam;
c. Selanjutknya melaksanakan pelayanan farmasi sebagaimana uraian
jabatan petugas pelayanan farmasi rawat inap dan IGD;
d. Melakukan verifikasi, menyeraghkan dan memberikan informasi
dalam menggunakan obat dan alat kesehatan; dan
e. Melakukan serah terima pekerjaan setiap pergantian shift kepada
petuga shift berikutnya.

Fungsi jabatan Petugas Petugas Piket Pelayanan Farmasi di Intalasi


Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi adalah pelayanan kefarmasian pada jam
dinas shift siang atau malam.

3. PROSEDUR KERJA/PELAYANAN (SOP UNIT KERJA)


a) Prosedur Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi :
1) Penanggung jawab pengelolaan dan penyimpanan sediaan
farmasi menginventarisir sediaan farmasi yang ada dalam
penyimpanan.

59
2) Penanggung jawab pengelolaan dan penyimpanaan sediaan
farmasi membuat laporan persediaan yang ada dalam
penyimpanan.
3) Kepala Instalasi Farmasi dibantu penanggung jawab pengelolaan
dan penyimpanan sediaan farmasi berdasarkan konsumsi tahun
sebelumnya, sisa persediaan, anggaran yang tersedia membuat
perhitungan jumlah sediaan yang dibutuhkan untuk satu tahun,
untuk perencanaan kebutuhan obat tahunan.
b) Prosedur Pengadaan Sediaan Farmasi:
1) Instalasi Farmasi bersama Tim Farmasi dan Terapi membuat
perencanaan berdasarkan Formularium Rumah Sakit, anggaran
yang tersedia dan sisa stok di ruang penyimpanan Instalasi
Farmasi.
2) Perencanaan diserahkan kepada Direktur.
3) Direktur memerintahkan pengadaan kepada Pejabat Pengadaan
Barang dan Jasa Rumah Sakit.
4) Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa memproses pengadaan.
5) Barang dating diterima Panitia pemeriksa dan penerima barang
Rumah Sakit.
6) Panitia pemeriksa dan penerima barag rumah sakit menyerahkan
kepada Instalai Farmasi.
7) Instalasi Farmasi menerima obat-obatan dan bahan medis habis
pakai selanjutnya dikelola di bagian pengelolaan sediaan farmasi.
c) Prosedur Penyimpanan Sediaan Farmasi :
1) Petugas penyimpanan sediaan farmasi memasukkan semua
barang yang masuk pada SIM penerimaan sediaan farmasi dan
mencatat pemasikan barang di kartu stok masing-masing sediaan
farmasi.
2) Petugas penyimpanan sediaan farmasi Instalasi Farmasi
menyimpan barang yang masuk dengan memperhatikan
pengaturan tata ruang penyimpanan untuk mempermudah
bergerak, menjaga sirkulasi udara, meletakkan diatas pallet/rak

60
dan memperhatikan kondisi penyimpanan khusus kondisi
penyimpanan khusus (narkotika, psikotropika, high alert, LASA,
thermolabil, bahan berbahaya dan beracun).
3) Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan
alfabetis. Untuk mempermudah pengendalian dilakukan langkah :
a. Menggunakan prinsip FIFO (first in first out) dan FEFO (first
expired first out)
b. Menyusun perbekalan farmasi kemasan besar di atas pallet
c. Menggunakan almari khusus untuk penyimpanan narkotika
dan psikotropika
d. Perbekalan farmasi penggunaan dalam dan luar
penyimpanannya dipisahkan
e. Mencantumkan nama perbekalan farmasi pada tiap almari
f. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan
dilakukan rotasi stok untuk mengantisipasi obat yang ED
(Expired Date).
4) Berdasarkan jenisnya, penyimpanan dilakukan dengan cara :
a. Di almari biasa tidak terkunci
b. Di almari terkunci (high alert)
c. Di almari khusus (narkotika & psikotropika)
d. Penyimpanan obat LASA (dengan pemberian stiker LASA atau
stiker berwarna
e. Penyimpanan obat high risk sesuau aturan yang ditetapkan
produsen obat atau bahan obat
f. Pemisahan penyimpanan untuk obat korosif, irritant dan
mudah terbakar
g. Penyimpanan berdasarkan suhu penyimpanan.
5) Setiap pengeluaran sediaan farmasi dicatat pada kartu stok
masing-masing sediaan farmasi dan diadministrasikan.
d) Prosedur Pendistribusian Sediaan Farmasi :
1) Masing-masing unit mengisi menu pemintaan barang melalui SIM
dengan mengisi quantity yang diminta kemudian

61
menginformasikan kepada petugas unit penyimpanan apabila
unitlayanan tersebut sudah melakukan permintaan melalui SIM.
2) Petugas penyimpanan sediaan farmasi menetak permintaan unit
layanan melalui SIM kemudian menyiapkannya dengan
mempertimbangkan jumlah sediaan dengan kebutuhan tiap unit
tersebut
3) Setelah selesai menyiapkan barang yang diminta, petugas
penyimpanan sediaan farmasi melakukan administrasi dengan
SIM melalui pengeluaran material gudang atau transaksi mutasi
barang dengan mencetak rangkap 2 untuk arsip unit
penyimpanan dan unit peminta sediaan. Petugas penyimpanan
sediaan farmasi membubuhkan tanda tangan di bagian yang
melaksanakan.
4) Sediaan farmasi yang telah disiapkan diambil oleh unit yang
memerlukan dengan membubuhkan tanda tangan di bagian yang
menerima barang.
e) Prosedur Pemusnahan :
1) Petugas Instalasi Farmasi memisahkan sediaan farmasi yang
kadaluwarsa atau rusak dari sediaan farmasi lain sebelum
dilakukan pemusnahan
2) Petugas instalasi farmasi menyerahkan daftar sediaan farmasi
yang kadaluwarsa atau rusak ke bagian Pengurus Barang Rumah
Sakit.
3) Bagian Pengurus Barang Rumah Sakit menatat dan merekap
semua sediaan farmasi yang diserahkan dan melaporkan kepada
Pejabat yang berwenang Pemerintah Daerah.
4) Setelah ijin dari Pejabat yang berwenang Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Tengah, penghapusan sediaan farmasi dilaksanakan
oleh Direktur Rumah Sakit sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Instalasi farmasi menyerahkan sediaan farmasi yang kadaluwarsa
atau rusak dimana obat tersebut telah dikeluarkan dari wadah
aslinya dan dirusak sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi,

62
dengan berita acara ke bagian Instalasi Sanitasi, K3 dan
Pemulasaran Jenazah.
6) Instalasi Sanitasi, K3 dan Pamulasaran Jenazah menyerahkan
kepada pihak yang berwenang untuk memusnahkan sediaan
farmasi yang kadaluwarsa atau rusak sesuai dengan MOU RSJD
Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengan dengan pihak lain.
f) Prosedur Pelayanan farmasi
1) Petugas farmasi menerima resep kemudian dibaca dan dikaji.
2) Teliti seksama resep yang diterima, resep yang memenuhi
persyaratan berikan prioritas pelayanan obat kepada pasien yang
membutuhkan obat secepat mungkin (CITO/Urgent).
3) Petugas farmasi mengentry sekaligus membuat etiket obat
maksimal 30 hari pemakaian untuk rawat jalan, untuk rawat inap
diberikan sesuai resep namun pemberian dilakukan secara UDD
(unit dose dispensing) harian jika ada hari libur pemberian
disesuaikan.
4) Untuk pasien rawat jalan, pasien dipersilahkan ke kasir untuk
menyelesaikan administrasi.
5) Petugas farmasi mengecek perhitungan obat dan mengambil obat
yang dibutuhkan, apabila ada obat yang butuh diracik maka
petugas meracik sesuai perhitungan.
6) Obat dikemas dan dicek ulang kesesuaian dengan resep.
7) Untuk pasien rawat jalan Apoteker menyerahkan obat kepada
pasien atau keluarga pasien dengan memberi penjelasa secara
umum mengenai nama, kekuatan, indikasi, penyimpanan, aturan
minum obat dan informasi lain yang dianggap penting. Untuk
pasien rawat inap obat diberikan kepada perawat.

4. PERALATAN KERJA UNIT


Peralatan yang tersedia di Instalasi Farmasi RSJD Dr. RM Soedjarwadi :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan obat;
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip;

63
c. Kepustakaan yang memadai untuk melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat;
d. Lemari khusus untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika;
e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk obat yang
thermolabil; dan
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan pembuangan limbah yang baik.

Rincian peralatan yang tersedia :

a. Peralatan kantor
 Mebeulair : meja, kursi, lemari buku, filling cabinet,dll.
 Komputer
 Printer
 Printer etiket
 Alat tulis kantor
 Telephon
b. Peralatan sistem informasi farmasi yang terintegrasi dengan system
informasi rumah sakit , meliputi :
 Jaringan
 Perangkat keras
 Perangkat lunak
c. Peralatan Penyimpanan
 Lemari atau rak obat
 Palet
 Lemari pendingin showcase untuk obat-obat thermolabil
 AC untuk menjaga suhu ruang
 Thermometer ruang yang memonitor suhu dan kelembaban
 Lemari penyimpanan khusus narkotika
 Lemari penyimpanan khusus psikotropika
 Lemari penyimpanan khusus obat high alert
 Jolly box
d. Peralatan keamanan :
 CCTV

64
e. Peralatan pendistribusian/pelayanan obat :
 Nampan obat
 Gunting
 Mortar dan stamper
 Sealing machine
 Blender obat
 Alat untuk peracikan kapsul
 Straples
f. Peralatan konsultasi dan Pelayanan Informasi Obat :
 Buku kepustakaan : MIMS, ISO, Formularium RS, dll
 Leaflet dan brosur
 Meja
 Kursi
 Komputer
 Lemari arsip

65
BAB IV

RENCANA TINDAK LANJUT

A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN UNIT KERJA


1) Pada setiap ruangan di Instalasi Farmasi masih kurang memiliki tempat
peracikan yang sesuai standar.
2) Penyimpanan obat-obat prekursor masih bersama dengan obat-obat lain.
Berdasarkan peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun
2018 tentang Pengawasan Pengelolaan obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
dijelaskan penyimpanan Prekursor farmasi harus disimpan ditempat yang
aman berdasarkan analisis risiko, analisis risiko antara lain pembatasan
akses personil, diletakkan dalam satu area atau tempat penyimpanan mudah
diawasi secara lansung oleh penanggungjawab.
3) Untuk ruangan yang tidak dijaga tiga shift atau 24 jam pantauan suhu dan
kelembaban tidak dilakukan saat libur.
4) Ruangan penyimpanan Bahan berbahaya dan beracun tidak memiliki
pendingin ruangan dan pantauan suhu.
5) Pada depo Rajal II penempatan thermometer ruang seharusnya tidak
langsung terpapar pada AC atau pendingin udara, dan AC dimatikan saat
petugas pulang.

B. USULAN PERBAIKAN UNIT KERJA

1) Sebaiknya dibuat sekat khusus setiap ruangan untuk ruang peracikan


khusus, ruang peracikan diharapkan memiliki exhouse dan sirkulasi udara
yang cukup.
2) Sebaiknya obat jenis prekursor disimpan dalam satu area atau tempat
tersendiri.
3) Sebaiknya saat kondisi tertantu pantauan suhu bisa dilakukan oleh petugas
yang masuk, atau didelegasikan kepada perawat ruang agar suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan obat bisa selalu terkontrol.

66
4) Ruang penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun sebaiknya dilengkapi
dengan AC agar tidak terjadi penurunan kadar atau penguapan pada cairan
Alkohol, atau mudah terbakar pada bahan yang mudah terbakar.
5) Penempatan pantauan suhu seharusnya tidak terpapar langsung dengan AC
agar pantauan lebih relevan, jadi diperlukan pemindahan lokasi
thermometer. Saat petugas pulang seharusnya AC tetap dinyalakan agar
kondisi suhu saat ruangan ditinggalkan tetap stabil pada suhu ruang.

C. RENCANA AKSI INDIVIDU UNTUK PEBAIKAN UNIT KERJA


Rencana aksi yang saya berikan karena saran saya berkaitan dengan sarana
dan prasarana akan saya sampaikan kepada Kepala Instalasi Farmasi ketika rapat
rutin Instalasi Farmasi agar dipertimbangkan untuk disampaikan kepada Direktur
RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah.
Untuk penyimpanan obat prekursor jika Kepala Instalasi menyetujui saran
saya, saya akan memindah penyimpanan obat prekursor sesuai dengan perintah
Kepala Instalasi Farmasi. Demikian juga untuk thermometer di Rajal II, saya akan
memindah menempatannya sesudah mendapat instruksi langsung oleh Kepala
Instalasi Farmasi.

67
BAB V

PENUTUP

A. EVALUASI PELAKSANAAN ORIENTASI


Orientasi telah berlangsung dengan baik diawali dengan pengarahan di
Ruang Ondrowino pada tanggal 1 – 8 April 2019 dilanjut dengan orientasi ruangan
Instalasi Farmasi pada tanggal 9- 30 April 2019. Melalui orientasi ini saya sangat
dibekali dengan banyak pengetahuan baru mengenai kerumahsakitan yang
tentunya sangat bermanfaat sebagai bekal dalam menjalankan tugas.
Orientasi disambut sangat hangat oleh Direktur RSJD Dr. RM Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah yang menggugah semangat untuk melayani masyarat melalui
profesi saya, yang dilanjut dengan berbagai pembekalan. Selama satu bulan
orientasi saya juga mendapatkan In House Training yaitu Rekam Medis Elektronik
dan Penanggulangan Bencana serta APAR.
Orientasi ini diketahui melakukan perpindahan jadwal untuk beberapa
pemateri dikarenakan pemateri berhalangan di waktu yang sudah ditetapkan,
namun saya rasa ini tidak mengganggu jalannya orientasi karena panitia sudah
dengan baik mengatur ulang semua jadwal.
Saat kami berkeliling ruangan didampingi oleh panitia, saya rasa waktu yang
diberikan terlalu cepat sehingga kami kurang memahami fungsi dan detail ruang.
Saat orientasi ruangan saya diberikan bimbingan oleh Kepala Instalasi
mengenai Instalasi Farmasi secara singkat yang kemudian diberi jadwal untuk
orientasi di Instalasi Rawat Jalan I, Rawat Jalan II, Rawat Inap dan IGD serta
Gudang. Karena banyaknya unit yang perlu kami pelajari dan sedikit waktu orintasi
maka untuk setiap ruang kami hanya memiliki kesempatan 3-4 hari untuk
mempelajari detail-detail Instalasi Farmasi.

B. SARAN PERBAIKAN METODE ORIENTASI


Untuk metode yang telah dilakukan sudah baik dan berguna, namun ada
beberapa saran mengenai proses pelaksanaan orientasi. Sebaiknya untuk materi
Bantuan Hidup Dasar dilakukan dalam In House Training, sehingga masing-masing

68
dari kami bisa mempraktekan langsung dengan alat peraga yang disediakan karena
pentingnya materi ini dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk kegiatan berkeliling Rumah Sakit untuk mengenal setiap unit saya
rasa waktu yang dibutuhkan kurang panjang, sehingga kami kurang detail dalam
mengenal fungsi setiap ruangnya. Ditambah banyaknya CPNS yang didampingi oleh
satu panitia menyebabkan suara penjelasan panitia kadang tidak terdengar, oleh
karena itu saran saya untuk setiap kelompok jumlahnya lebih dibatasi dan
dikoordinir lebih baik lagi sehingga tidak bertemu dilokasi secara bersamaan
sehingga menghambat pengenalan tempat orientasi.
Untuk mengenal suatu unit kerja dibutuhkan waktu lebih banyak sehingga
kami mampu langsung terjun ke lapangan dan mengikuti alur dengan baik saat
Surat Keputusan Penempatan sudah diterbitkan.

69
LAMPIRAN

Lembar Jadwal dan daftar hadir pada unit kerja

70

Anda mungkin juga menyukai