Republik Maluku Selatan - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
Republik Maluku Selatan - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas
Selatan
bekas negara di Asia Tenggara
Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang
diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon, dan
Buru. RMS di Ambon dikalahkan oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik di
Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada
pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam
pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Christian
Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam
pengasingan dilantik di Belanda. Pemerintahan terasing ini masih berdiri dan dipimpin oleh
John Wattilete, pengacara berusia 55 tahun, yang dilantik pada April 2010.
Republik Maluku Selatan
1950–1963
Bendera Lambang
Pemerintahan Republik
Presidena
Sejarah
Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau. Jajahan Belanda mencapai jumlah tersebut
pada abad ke-19 dengan didirikannya Hindia Belanda. Perbatasan Indonesia saat ini
terbentuk melalui ekspansi kolonial yang berakhir pada abad ke-20. Pasca-pendudukan oleh
Kekaisaran Jepang tahun 1945, para pemimpin nasionalis di Pulau Jawa menyatakan
kemerdekaan Indonesia. Tidak semua wilayah dan suku di Indonesia yang langsung
bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.[1] Pemberontakan pribumi pertama
yang terorganisasi muncul di Maluku Selatan dengan bantuan pemerintah dan militer
Belanda. Kontra-revolusioner Maluku Selatan awalnya bergantung pasa perjanjian
pascakolonial yang menjanjikan bentuk negara federal.
Sejarah
Dari tahun 1780 hingga 1802, rakyat Seram bergabung dengan aliansi pasukan Maluku Utara,
Papua, dan Inggris dalam pemberontakan gabungan. Pemimpin perlawanan pangeran Nuku
(Sultan Tidore yang diasingkan) menempatkan dirinya di Seram dan bertujuan menyatukan
Maluku Utara dan Selatan di bawah kepemimpinannya. Para perampoknya menargetkan
pulau-pulau Maluku Selatan di bawah pengaruh Belanda.[4] Ketika Inggris meninggalkan
arena pada 1802 rencananya digagalkan dan Belanda memulihkan dominasinya.[3]
Pada tanggal 25 April 1950, mendemobilisasi mantan Tentara Kerajaan Hindia Belanda
(KNIL) dan orang Maluku Selatan lainnya yang tetap setia pada mahkota Belanda,
melancarkan pemberontakan dan memproklamasikan kemerdekaan "Republik Maluku
Selatan". Pada 17 Agustus 1950, Presiden Indonesia, Soekarno, memproklamasikan
pemulihan negara kesatuan Republik Indonesia. Sistem pemerintahan demokrasi liberal