Anda di halaman 1dari 4

Pemberontakan RMS

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Apta Nayottama Ghufron [ 08 ]
Anatasya Cindy Choirunnisa [ 06 ]
Reva Miladya Eka Sabila [ 31 ]
Ilham miftakhul rizki [ 20 ]
Winda Widyastuti [ 35 ]

 Latar Belakang Pemberontakan RMS

Tujuan pemberontakan RMS untuk memisahkan diri dari pangkuan Republik Indonesia
Serikat sekaligus menjadi latar belakang mengapa pean RMS dilancarkan di bawah pimpinan
Dr. Soumokil.
Adanya ketimpangan pembangunan di daerah yang tidak seberapa dibandingkan
pembangunan di pulau Jawa membuat terbentuknya Gerakan Republik Maluku Selatan.
Keinginan pemerintah pusat untuk menggabungkan wilayah Negara Indonesia Timur ke
dalam RIS menyebabkan timbulnya pergolakan politik di wilayah NIT. Sebelum RMS
diproklamasikan, Gubernur Sembilan Serangkai telah melakukan propaganda pemisahan
wilayah Maluku dari RIS.
Gubernur Sembilan Serangkai sendiri terdiri dari mantan pasukan KNIL di Maluku yang
ingin mempertahankan NIT sebagai negara federasi. Pada tanggal 25 April 1950, Dr. C.R.
Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS).
Soumokil berkeinginan untuk memisahkan wilayah Maluku Selatan yang terdiri dari daerah
Seram, Ambon dan Buru dari wilayah Republik Indonesia Serikat dan membentuk negara
sendiri. Demi mewujudkan cita-citanya tersebut, Soumokil pun mengumpulkan kekuatan
militer dan memberontak pemerintah RIS.

 Pemberontakan RMS

Sebelum RMS diproklamasikan, Gubernur Sembilan Serangkai yang beranggotakan pasukan


KNIL dan partai Timur Besar terlebih dahulu melakukan propaganda terhadap NKRI untuk
memisahkan wilayah Maluku. Di sisi lain, menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah
berhasil mengumpulkan kekuatan dari masyarakat yang berada di daerah Maluku Tengah.
Sementara itu, sekelompok orang yang menyatakan dukungannya terhadap NKRI diancam
dan dimasukkan ke penjara karena dukungannya terhadap NKRI dipandang buruk oleh
Soumokil.
Pada 25 April 1950, para anggota RMS memproklamasikan berdirinya Republik Maluku
Selatan dengan J.H Manuhutu sebagai Presiden, Albert Wairisal sebagai Perdana Menteri dan
para menteri yang terdiri atas Mr.Dr.C.R.S Soumokil, D.j. Gasperz, J. Toule, S.J.H
Norimarna, J.B Pattiradjawane, P.W Lokollo, H.F Pieter, A. Nanlohy, Dr.Th. Pattiradjawane,
Ir.J.A. Manusama, dan Z. Pesuwarissa.
Pada 27 April 1950 Dr.J.P. Nikijuluw ditunjuk sebagai Wakil Presiden RMS untuk daerah
luar negeri dan berkedudukan di Den Haag, Belanda. Pada 3 Mei 1950, Soumokil
menggantikan Munuhutu sebagai Presiden RMS. Pada 9 Mei 1950, dibentuk sebuah
Angkatan Perang RMS (APRMS) dengann Sersan Mayor KNIL, D.J Samson sebagai
panglima tertinggi, sersan mayor Pattiwale sebagai kepala staf dan anggota staf lainnya
terdiri dari Sersan Mayor Kastanja, Sersan Mayor Aipassa, dan Sersan Mayor Pieter. Untuk
sistem kepangkatannya mengikuti sistem dari KNIL.
Pemerintah mengutus Dr. J. Leimena untuk menyampaikan permintaan berdamai kepada
RMS agar tetap bergabung dengan NKRI. Tetapi, langkah pemerintah tersebut ditolak oleh
Soumokil. Penolakan ini membuat pemerintah Indonesia memutuskan untuk melaksanakan
ekspedisi militer. Kolonel A.E. Kawilarang dipilih sebagai pemimpin dalam melaksanakan
ekspedisi militer tersebut. Beliau adalah panglima tentara dan teritorium Indonesia Timur
yang dirasa mengerti dan paham bagaimana kondisi Indonesia di wilayah timur.
Akhirnya kota Ambon dapat dikuasai pada awal November 1950. Akan tetapi, ketika
melakukan perebutan Benteng Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur. Namun,
perjuangan gerilya kecil-kecilan masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962. Setelah itu,
pada tanggal 12 Desember 1963, Soumokil akhirnya dapat ditangkap dan kemudian
dihadapkan pada Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta. Berdasarkan keputusan
Mahkamah Militer Luar Biasa, Soumokil dijatuhi hukuman mati. Pada akhirnya
pemberontakan RMS berhasil dihentikan oleh pemerintah Indonesia

 Dampak Pemberontakan RMS

1. Dampak positif
Adanya pemberontakan RMS pastinya membuat masyarakat, terutama masyarakat Maluku
kembali sadar akan pentingnya kesatuan bangsa. Selain itu, diterapkannya kembali
penghargaan dan juga pengembalian pedoman atau orientasi adat istiadat serta budaya
Maluku pada masyarakat setempat. Dimana kondisi tersebut juga menyadarkan masyarakat
Maluku akan pentingnya dan kokohnya adat istiadat dan juga kebudayaan Maluku itu sendiri.

2. Dampak Negatif
• Jatuhnya korban jiwa dan kerusakan materiil
• Hubungan antar kelompok di Maluku terganggu
• Mengancam stabilitas NKRI
• Migrasi besar-besaran ke Belanda
• Hubungan Indonesia dan Belanda terganggu
• Terjadinya aksi terorisme di Belanda
• Memberikan dampak berkelanjutan

 Tujuan Pemberontakan RMS

Tujuan pemberontakan RMS adalah dalam rangka untuk memisahkan diri dari pangkuan
Republik Indonesia Serikat sehingga dapat mendirikan negara sendiri. Oleh karena itu,
pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dikategorikan ke dalam pemberontakan
karena faktor kepentingan

 Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Pemberontakan RMS

Dalam rangka mengatasi persoalan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS),


pemerintah RIS telah mengambil beberapa langkah penyelesaian pemberontakan RMS mulai
dari cara damai hingga tindakan tegas.
Pada awalnya pemerintah Republik Indonesia Serikat mengirimkan juru runding yaitu dr.
Leimena untuk menyelesaikan konflik secara damai. Sayangnya, cara damai yang sudah
ditempuh pemerintah RIS mengalami kegagalan.
Pemerintah RIS memandang bahwa persoalan pemberontakan di Maluku Selatan ini harus
menggunakan tindakan tegas. Akhirnya pemerintah mengirimkan operasi militer penumpasan
RMS dalam rangka merebut kembali wilayah yang menjadi basis pertahanan RMS.
Untuk menumpas pemberontakan RMS pemerintah mengirimkan APRIS di bawah pimpinan
Kolonel Kawilarang. Angkatan Perang RIS (APRIS) yang dikirim oleh pemerintah cukup
dibuat repot ketika harus menghadapi KNIL yang mendukung pendirian RMS.
KNIL dari RMS mempunyai kualifikasi sebagai pasukan komando. Ditambah lagi, Pulau
Ambon yang digunakan sebagai basis kekuatan KNIL RMS memiliki medan pertahanan
alami yang sulit ditembus.

Mantan pasukan KNIL pendukung RMS juga memanfaatkan bekas benteng milik Jepang
yang ada di daerah Ambon. Medan yang menyulitkan ini membuat perang yang terjadi antara
pasukan KNIL RMS dengan pasukan TNI sangat dahsyat dan frontal.
Pasukan TNI akhirnya mampu merebut kembali kota Ambon yang diklaim sebagai ibukota
RMS. Hal ini menandai berakhirnya pemberontakan yang dijalankan oleh Dr. Ch.R.S.
Soumokil dan dukungan mantan pasukan KNIL RMS.
Meski berhasil merebut kembali, sayangnya dari pihak TNI kehilangan komandannya di
lapangan. Tokoh yang gugur dalam penumpasan pemberontakan RMS adalah Letnan Kolonel
Soediarto dan Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang gugur saat terjadi baku tembak.

Terimakasih sudah menyimak semoga


harimu Bahagia dan tidak ada yang bertanya
sekian terimakasih dari Kelompok 5

Anda mungkin juga menyukai