Tujuan pemberontakan RMS untuk memisahkan diri dari pangkuan Republik Indonesia
Serikat sekaligus menjadi latar belakang mengapa pean RMS dilancarkan di bawah pimpinan
Dr. Soumokil.
Adanya ketimpangan pembangunan di daerah yang tidak seberapa dibandingkan
pembangunan di pulau Jawa membuat terbentuknya Gerakan Republik Maluku Selatan.
Keinginan pemerintah pusat untuk menggabungkan wilayah Negara Indonesia Timur ke
dalam RIS menyebabkan timbulnya pergolakan politik di wilayah NIT. Sebelum RMS
diproklamasikan, Gubernur Sembilan Serangkai telah melakukan propaganda pemisahan
wilayah Maluku dari RIS.
Gubernur Sembilan Serangkai sendiri terdiri dari mantan pasukan KNIL di Maluku yang
ingin mempertahankan NIT sebagai negara federasi. Pada tanggal 25 April 1950, Dr. C.R.
Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS).
Soumokil berkeinginan untuk memisahkan wilayah Maluku Selatan yang terdiri dari daerah
Seram, Ambon dan Buru dari wilayah Republik Indonesia Serikat dan membentuk negara
sendiri. Demi mewujudkan cita-citanya tersebut, Soumokil pun mengumpulkan kekuatan
militer dan memberontak pemerintah RIS.
Pemberontakan RMS
1. Dampak positif
Adanya pemberontakan RMS pastinya membuat masyarakat, terutama masyarakat Maluku
kembali sadar akan pentingnya kesatuan bangsa. Selain itu, diterapkannya kembali
penghargaan dan juga pengembalian pedoman atau orientasi adat istiadat serta budaya
Maluku pada masyarakat setempat. Dimana kondisi tersebut juga menyadarkan masyarakat
Maluku akan pentingnya dan kokohnya adat istiadat dan juga kebudayaan Maluku itu sendiri.
2. Dampak Negatif
• Jatuhnya korban jiwa dan kerusakan materiil
• Hubungan antar kelompok di Maluku terganggu
• Mengancam stabilitas NKRI
• Migrasi besar-besaran ke Belanda
• Hubungan Indonesia dan Belanda terganggu
• Terjadinya aksi terorisme di Belanda
• Memberikan dampak berkelanjutan
Tujuan pemberontakan RMS adalah dalam rangka untuk memisahkan diri dari pangkuan
Republik Indonesia Serikat sehingga dapat mendirikan negara sendiri. Oleh karena itu,
pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dikategorikan ke dalam pemberontakan
karena faktor kepentingan
Mantan pasukan KNIL pendukung RMS juga memanfaatkan bekas benteng milik Jepang
yang ada di daerah Ambon. Medan yang menyulitkan ini membuat perang yang terjadi antara
pasukan KNIL RMS dengan pasukan TNI sangat dahsyat dan frontal.
Pasukan TNI akhirnya mampu merebut kembali kota Ambon yang diklaim sebagai ibukota
RMS. Hal ini menandai berakhirnya pemberontakan yang dijalankan oleh Dr. Ch.R.S.
Soumokil dan dukungan mantan pasukan KNIL RMS.
Meski berhasil merebut kembali, sayangnya dari pihak TNI kehilangan komandannya di
lapangan. Tokoh yang gugur dalam penumpasan pemberontakan RMS adalah Letnan Kolonel
Soediarto dan Letnan Kolonel Slamet Riyadi yang gugur saat terjadi baku tembak.