Pendidikan Kimia
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya media yang dapat memfasilitasi guru dalam menyampaikan
materi pelajaran, media yang dapat digunakan secara berulang meskipun di luar jam pelajaran. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendesain video pembelajaran berorientasi everyday life phenomena pada materi
termokimia dengan bantuan software wondershare filmora yang valid berdasarkan validitas ahli mteri, ahli
media, uji praktikalitas guru dan siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development
(R&D) denganmodel pengembangan Borg and Gall yang meliputi tahapan (1) penelitian dan pengumpulan
informasi, (2)perencanaan, (3) pengembangan bentuk awal produk, (4) uji praktikalitas dan respon siswa, (5)
revisi produk. Uji lapangan awal dilakukan di SMA Negeri 2 Tambang terhadap peserta didik kelas XII MIPA
1. Hasil validasi ahli media dan ahli materi diperoleh nilai sebesar 86,25 % dengan kriteria sangat valid. Uji
praktikalitas guru mendapatkan hasil sebesar 92,5% dengan kategori sangat praktis, dan uji praktikalitas
peserta didik mendapatkan hasil sebesar 84,20% dengan kategori sangat praktis.
Kata kunci: Video Pembelajaran, Wondershare Filmora, Everyday Life Phenomena, Termokimia
Abstract
This research was instigated by the lack of media that can facilitating teachers in explaining learning material,
andthe media that could be used frequently although outside lesson hours. This research aimed at designing
everyday life phenomena-oriented learning video on Thermochemistry lesson by using Wondershare Filmora
software, and itshould be valid based on the validation by the experts of material and media, teacher and student
practicality test.It was R&D (Research and Development) with Borg and Gall development model, and the steps
were (1) researching and collecting information, (2) planning, (3) developing the initial form of the product, and
4) testing the practicality and student response, and (5) revising the product. Preliminary field testing was
conducted to the twelfth-grade students of MIPA 1 at State Senior High School 2 Tambang. The score of
validation by the experts of media and material was 86.25% with very valid criterion. The score of teacher
practicality test was 92.5% with very practical category, and the score of student practicality test was 84.20%
with very practical category.
model, merumuskan tujuan yang akan dicapai Teknik pengumpulan data dalam penelitian
secara bertahap (3) Pengembangan bentuk ini menggunakan instrumen berupa angket, dan
awal produk, pada tahap ini mulai disusun wawancara. Instrumen pada penelitian ini terdiri
desain awal model dan perangkat yang atas 3 jenis instrumen yaitu instrumen pada studi
diperlukan (4) Uji lapangan awal, tujuan pendahuluan, instrumen validasi, dan instrumen
dilakukannya uji coba ini untuk mengetahui pada uji coba lapangan. Instrumen pada studi
apakah produk yang dibuat dapat memenuhi pendahuluan adalah angket analisis kebutuhan
kriteria yang telah ditentukan guru dan observasi. Instrumen validasi ahli
(5) Revisi produk yaitu melakukan perbaikan adalah angket validasi aspek kesesuaian isi,
terhadap produk awal yang dihasilkan konstruksi, dan keterbacaan. Instrumen pada uji
berdasarkan hasil uji coba awal [9]. coba lapangan adalah angket uji praktikalitas
Populasi dalam penelitian ini adalah 2 oleh guru dan angket uji respon siswa [11].
orang guru Tambang dan30 orang siswa kelas 1) Tahap Pengumpulan Data
XII MIPA 1 SMA Negeri 2Tambang. Sampel Tahap studi lapangan dilakukan melalui
penelitian terdiri dari 2 orang guru kimia SMA proses wawancara dengan guru mata pelajaran
Negeri 2 Tambang dan 12 orang siswa XII kimia di SMA Negeri 2 Tambang yang
MIPA 1 SMA Negeri 2 Tambang. Sedangkan menyatakan bahwa penggunaan media
teknik yang digunakan dalam pengumpulan pembelajaran berbasis video masih jarang
data ini berupa observasi, angket dan digunakan karena keterbatasan media yang
wawancara dengan teknik analisis data yang tersedia, sehingga guru sulit untuk
digunakan adalah teknik analisis deskriptif menyampaikan materi kimia yang abstrak, serta
kualitatif dan teknik analisis deskriptif kurangnya media yang dapat digunakan secara
kuantitatif yang dapat mendeskripsikan hasil berulang di luar jam pelajaran. Pada studi
uji validitas dan uji praktikalitas. pustaka dilakukan analisis terhadap materi
Hasil persentase kevalidan kemudian termokimia yang meliputi KI, KD, indikator,
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif analisis konsep, dan RPP, serta mengkaji
berdasarkan pada Tabel 1 [10]. mengenai teori media pembelajaran berupa
videodan pembelajaran berbasis fenomena [12].
Tabel 1. Kriteria Hasil Uji Validitas Media Setelah dilakukan analisi KI dan KD selanjutnya
peneliti membuat instrumen penelitian berupa
No. Interval Kriteria angket. Instrumen dibuat berdasarkan
1 81% – 100% Sangat Valid
permasalahan yang akan dipecahkan dan tujuan
2 61% – 80% Valid
3 41% – 60% Cukup Valid yang ingin dicapai. Pada penelitian ini hasil yang
4 21% – 40% Kurang ingin dicapai yaitu tingkat validitas suatu media
Valid dan tingkat praktikalitas oleh guru dan siswa.
5 0% – 20% Tidak Valid Pada instrumen yang dibuat terdapat beberapa
hal yang ingin dicapai yaitu penulisan, bahasa
yang digunakan, keseimbangan antara
3. Hasil dan Pembahasan backsound dan background, kesesuaian dalam
penggunaan warna pada setiap layout kesesuaian
Pengembangan media pembelajaran anatara KI/ KD dengan fakta, konsep, dan
menggunakan software wondershare filmora prinsip pada materi pembelajaran, bentuk media
berorientasi everyday life phenomena dalam pembelajaran, keterpaduan antara contoh
materi termokimia ini yang merupakan desain everyday life phenomena dengan materi yang
penelitian pengembangan atau research and disampaikan secara sederhana dan menarik
development (R&D) dengan model Borg & sehingga dapat digunakan secara mandiri.
Gall. Pada desain penelitian ini terdiri atas 10 Dari instrumen penelitian dibuat
tahapan, namun pada penelitian ini hanya selanjutnya dilakukan validasi oleh bapak Arif
dibatasi hingga 5 tahapan yaitu hanya pada Yasthophi, S.Pd, M.Si. Tujuan dilakukannya
tahap revisi produk. validasi instrumen adalah untuk mengetahui
apakah instrumen layak atau tidak layak. gelas yang berisi es dapat terjadi karena udara
Kelayakan instrumen ditentukan oleh tiga hal yang berada di luar gelas (sistem) banyak
menurut Soenarto (2013:200) yaitu: mengandung uap air, gelas yang berisi es
a. Instrumen yang didapatkan sesuai dengan bersuhu rendah dan terasa dingin sehingga udara
permasalahan yang akan dipecahkan dan yang bersentuhan dengan gelas akan mengalami
tujuan yang ingin dicapai. penurunan suhu. Jika suhu udara sudah sangat
b. Instrumen harus memenuhi kriteria rendah maka uap air akan mengembun dan
penilaian kinerja pendidik antara lain yaitu berubah menjadi tetesan-tetesan air di luar gelas
kejelasankompetensi yang harus dipenuhi, tersebut. Peristiwa tersebut sesuai dengan hukum
kejelasan petunjuk penggunaan instrumen, II Termodinamika. Pada peristiwa tersebut
kemudahan menerapkan instrumen, terjadi proses penyerapan panas di dalam gelas.
ketepatan penilaian instrumen, kejelasan Peristiwa tersebut merupakan sistem tertutup
umpan balik instrumen dan sebagainya. karena hanya terjadi proses pertukaran kalor dan
c. Instrumen memenuhi kriteria penampilan tidak terjadi proses pertukaran zat. Peristiwa
seperti : kejelasan petunjuk penggunaan tersebut menggunakan media sebagai pembatas
instrumen, keterbacaan panduan rigid yaitu mempertukarkan kalor menggunakan
penggunaan dan sebagainya [13]. gelas sebagai media.
2) Tahap Perencanaan Produk Berdasarkan penjelasan termokimia di
Pada tahap awal perancangan media atas dapat disimpulkan contoh diatas merupakan
pembelajaran yaitu dilakukan pemilihan contoh termokimia yang terjadi dalam kehidupan
software untuk membuat video pembelajaran sehari- hari dan embun diluar gelas merupakan
dan memilih software wondershare filmora. contoh reaksi endoterm hal tersebut sesuai
Aplikasi wondershare filmora dipilih karena dengan KD 3.4 yaitu membedakan reaksi
Wondershare filmora merupakan salah satu eksoterm dan endoterm berdasarkan hasil
software video editor yang dirancang untuk percobaan dan diagram tingkat energi.
membuat video, pengeditan video dengan 3) Tahap Pengembangan Produk
sederhana dan mudah tetapi memiliki kualitasyang Uji validitas digunakan untuk melihat
bagus.
tingkat kevalidan dari suatu produk media
Software Wondershare Filmora pembelajaran sebelum dilakukan secara uji skala
merupakan sebuah aplikasi untuk membuat dan terbatas. Pada uji validitas ini dilakukan oleh
mengedit video baik berupa kumpulan gambar, satu orang validator yang ahli dalam media
maupun gabungan dari beberapa video menjadi pembelajaran dan satu orang validator yang ahli
sebuah video baru yang berkualitas, materi pembelajaran kimia. Untuk melakukan
Wondershare Filmora juga digunakan untuk proses validitas dilakukan dengan cara
editting video dengan menggunakan effect, memberikan video pembelajaran dan sejumlah
transition, dan elements sehingga membuat angket validasi.
media pembelajaran lebih menarik [14]. Setelah a. Uji validitas Media Pembelajaran
dilakukan pemilihan software peneliti memilih Pada uji validitas media ini terdiri dari 10
model pembelajaran, dimana penulis memilih butir pertanyaan yang terdiri dari 9 aspek
everyday life phenomena, model pembelajaran tampilan audio dan visual serta 1 butir
ini dipilih karena model pembelajaran pertanyaan aspek kualitas pengolahan program.
berorientasi fenomena merupakan strategi yang Pada butir pertama dari audio visual adalah
dapat menciptakan lingkungan belajar yang aspek penulisan yang terdiri atas ketepatan
bisa mendorong siswa untuk menciptakan penggunaan huruf dan warna yang digunakan
pengetahuan dan keterampilan melalui dalam video pembelajaran. Menurut Prastowo
pengamatan langsung.
Pada materi termokimia terdapat
beberapa contoh everyday life phenomena
diantaranya yaitu embun diluar gelas yang
berisi es dan termos. Pada contoh embun diluar
(2014: 229) , penggunaan kata yang digunakan 100% dan dikategorikan sangat valid.
secara benar dan pemilihan warna dan jenis
huruf yang sesuai dalam video akan
memperoleh nilai yang baik [15]. Pada video
pembelajaran yang sudah dibuat, pemilihan
jenis huruf dan penggunaan warna pada huruf
sudah sesuai, dengan hasil yang diberikan oleh
validator yaitu 75% dan kedua aspek tersebut
dikategorikan valid, dan dibuktikan dengan
Gambar 1 berikut.
Gambar 2. Desain Background
gambar dan warna yang digunakan namun valid. Video yang dibuat sederhana dan menarik
dalambeberapa gambar kombinasi warna dan sehingga peserta didik lebih mudah memahami
background kurang sesuai sehingga materi yang disampaikan dari media tersebut.
mendapatkan nilai 75% yang dikategorikan Media video sangat dibutuhkan untuk
valid. menyesuaikan tuntutan kompetensi yang harus
dikuasai siswa serta menjadi pilihan untuk
menunjang proses belajar yang menyenangkan
dan menarik bagi siswa.
Butir pernyataan yang terakhir adalah
aspek kualitas pengolahan program yaitu
maintaenable (dapat dipelihara/ dikelola dengan
mudah), untuk menggunakan media
pembelajaran ini siswa tidak perlu menggunakan
tenaga ahli ataupun orang yang memiliki
kemampuan khusus dalam mengoperasikan
Gambar 3. Kombinasi Antara Gambar
media ini, dan juga tidak adanya biaya dalam
danWarna
perawatan media ini, sehingga didapatkan nilai
Butir pernyataan selanjutnya adalah dari validator media yaitu 75% dan
aspek keterpaduan yang terdiri atas kesesuaian dikategorikan valid.
contoh yang digunakan pada media b. Uji Validitas Materi
pembelajaran dengan materi yang Penilaian dilakukan dengan memberikan
disampaikan diperoleh nilai yaitu 75% dan produk berupa video pembelajaran dan angket
dikatakan valid. Hal ini dikarenakan dalam yang berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 2
dalam tampilan gambar contoh materi kurang butir pernyataan aspek kelayakan penyajian, 4
sesuai dengan background. butir pernyataan aspek kelayakan isi, 3 butir
pernyataan aspek kualitas pembelajaran, dan 1
butir pernyataan aspek kebahasaan. Butir
pertama yaitu aspek kelayakan penyajian isi
materi, Menurut Mustika (2018), materi yang
disampaikan harus jelas dan disesuaikan dengan
kebenaran materi berdasarkan RPP, silabus, dan
sumber materi yang digunakan sehingga materi
yang disampaikan mudah dimengerti oleh
peserta didik. Butir kedua yaitu pembangkit
motivasi belajar. Pada pernyataan ini nilai yang
Gambar 4. Contoh Materi Termokimia
diberikan oleh validator yaitu 75% dan
dikategorikan valid.
Gambar yang dibuat dalam media
Butir ketiga yaitu kesesuaian materi yang
pembelajaran sesuai dengan materi
disajikan dengan kompetensi inti (KI) dan
pembelajaran yang ingin disampaikan,
Kompetensi dasar (KD). Depdiknas menyatakan
pemilihan gambar yang sesuai bertujuan untuk
bahwa media pembelajaran harus memenuhi
menghindari terjadinya miskonsepsi pada
Kompetensi Dasar (KD) dan tujuan
siswa. Hal ini di perkuat dengan pendapat
pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta
Sudarma, dkk (2015) yang menyatakan bahwa
didik agar media pembelajaran bermakna dan
gambar mampu menyampaikan banyak makna
dapat digunakan dengan mudah oleh peserta
dan memperjelas suatu pesan yang di
didik [18]. Validator ahli materi memberikan
sampaikan. Butir pernyataan berikutnya yaitu
nilai 100% dan dikategorikan sangat valid,
sederhana dan menarik. Pada butir ini
menunjukkan bahwa materi yang disajikan
mendapatkan nilai 100% dari validator ahli
didalam video pembelajaran sudah sesuai dan
media pembelajaran yang dikategorikansangat
mengacu dengan kompetensi inti (KI) dan
Kompetensi dasar (KD) serta indikatornya. Mustika (2018) menyebutkan bahwa pada
Butir keempat ialah keruntutan materi kegiatan pembelajaran yang interktif yaitu
yang tersaji dalam media pembelajaran, nilai pembelajaran yang melibatkan peserta didik
yang diberikan oleh validator yaitu 100% dan dalam suatu aktivitas, dan memberi kesempatan
dikategorikan sangat valid. Materi yang kepada siswa untuk bertanya dan mengajukan
disampaikan dalam video pembelajaran pendapat, serta pendidik mampu mengajak
haruslah sesuai dengan silabus, RPP, dan siswa untuk membangun konsep bukan
sumber materi yang digunakan, sehingga memberikan informasi, sehingga terjadi
materi pembelajaran lebih mudah dipahami interaksi antara pendidik dan peserta didik
oleh siswa. Butir kelima yaitu kesesuaian dalampembelajaran. Hal ini akan memberikan
gambar yang disajikan untuk memperjelas kemudahan bagi peserta didik untuk
konsep materi, nilai yang diberikan oleh memahami materi yang tersaji, dan juga
validator yaitu 100% dan dikategorikan sangat dibuktikan denganhasil validasi yaitu 75% dan
sangat valid. dikategorikan valid.
Butir kesembilan yaitu Pemberiancontoh-
contoh yang berorientasi Everyday Life
Phenomena. Dalam hal ini dibuktikan dengan
adanya contoh termokimia dalam kehidupan
sehari- hari, seperti embun diluar gelas yang
berisi es, termos, dan lain-lain. Khanasta, I.,
Sinon, I.L.S., dan Widyaningsih, S.W. (2016)
menyatakan bahwa model pembelajaran
berorientasi fenomena merupakan strategi yang
Gambar 5. Penjelasan Konsep dapat menciptakan lingkungan belajar yang bisa
mendorong siswa untuk menciptakan
Gambar yang digunakan bertujuan pengetahuan dan keterampilan melalui
untuk mengilustrasikan informasi yang akan pengamatan langsung. Dalam hal ini fenomena
disampaikan terutama informasi yang sulit yang dimaksud adalah gejala atau peristiwa yang
untuk dijelaskan dengan kata-kata. Jadi, dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari
gambar yang digunakan haruslah sesuai [19]. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nisa
dengan materi yang akan disampaikan di Amalia Rhaudah (2019) yang menyatakan bahwa
dalam media pembelajaran. Butir keenam pembelajaran berorientasi fenomena bisa
ialah materi yang disampaikan dalam video memberikan kesempatan kepada siswa untuk
pembelajaran meliputi keakuratan fakta, belajar mandiri dan saling bertukar pikiran
konsep, dan prinsip. Nilai yangdiberikan oleh dengan temannya dalam mengamati setiap
validator yaitu 100% dan dikategorikan valid. fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-
Di dalam media pembelajaran materi yang hari. Selain itu dalam materi pembelajaran dapat
akan disampaikan sudah sesuai dengan diperoleh teori terkait pembelajaran berorientasi
konsep, fakta dan prinsip yang sudah ada. fenomena, seperti yang dinyatakan oleh
Butir ketujuh keefektifan media digunakan Khanasta, Sinon, & Widyaningsih (2016) bahwa
untuk belajar mandiri. Nilai yangdiperoleh model pembelajaran berorientasi fenomena
yaitu 100% dan dikategorikan sangat valid. merupakan strategi untuk menciptakan
Dari hasil penilaian yang sangat validmaka lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa
video pembelajaran yang telah dibuatdapat membentuk pengetahuan dan keterampilan
digunakan secara mandiri oleh pesertadidik. melalui pengamatan langsung. Fenomena yang
Pada media pembelajaran yang sudahdibuat dimaksud dalam hal ini yakni gejala atau
terdapat beberapa contoh soal yang disertai peristiwa yang biasa dijumpai oleh siswa dalam
dengan pembahasan. Butir kedelapan yaitu kesehariannya, baik yang terjadi di alam maupun
kemudahan materi yang tersaji bagi siswa yang terjadi pada teknologi.
untuk memahami materi pembelajaran. Butir kesepuluh yaitu Kejelasan
[1] Hendra Suwardana. Revolusi Industri [10] Rhaudah, Nisa Amalia, M. Setyarini, Noor
4.0 Berbasis Revolusi Mental. Tuban: Fadiawati. Pengembangan Lembar Kerja
JatiUnik 2017, 1 (2). ISSN: 2597-6257: Siswa Berbasis Everyday Life Phenomena
103. pada Materi Asam Basa. Bandar Lampung:
[2] Wahyudi Setiawan, Fitriah M Suud, & FKIP Universitas Lampung: 4-5, 2019.
A.S Rahmatullah. Pendidikan [11] Silmi Kafah, M. Setyarini,Noor Fadiawati.
Kebahagiaan dalam Revolusi Industri 4. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
Ponorogo: Al Murabbi 2018, 5 (1): 101. Berorientasi Everyday Life Phenomena
[3] Subhan, Denny Kurniadi. Pengembangan pada Materi Sifat Koligatif Larutan.Bandar
Media Pembelajaran Interaktif pada Lampung: FKIP Universitas Lampung: 5,
Pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar. 2018.
Padang: Jurnal Vokasional Teknik [12] Adib, Helen Sabera. Teknik
Elektronika dan Informatika 2019, 7 (1). Pengembangan Instrumen Penelitian
ISSN: 2302- 3295: 74. Ikatan Kimia. Ilmiah di Perguruan Tinggi Keagamaan
Pekanbaru: Konfigurasi 2019, 3 (1). ISSN: Islam 2017. Semarang: ISBN : 978-602-
2549-1679: 23. 61599-6-0: 146.
[4] Yenni Kurniawati. Analisis Kesulitan [13] Bouato, Yunita Fitryane Lihawa, Rusiyah
Penguasaan Konsep Teoritis dan Rusiyah. Pengembangan Media
Praktikum Kimia Mahasiswa Calon Pembelajaran Berbasis
Guru Kimia. Pekanbaru: Konfigurasi Sparkol Videoscribe yang diintegrasikan
2017, 1(1). ISSN: 4549-1679: 149-150. dengan Wondershare Filmora pada Mata
[5] Ratna Kusumawardani, Herdini, Roza Pelajaran Geografi Materi Mitigasi
Linda. Penerapan pendekatan Science, Bencana Alam. Gorontalo: Jambura Geo
Environtment, Technology and Society EducationJournal 2020, 1 (2): 72.
(SETS) untuk Meningkatkan Prestasi [14] A Prastowo. Pengembangan Bahan Ajar
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Tematik. Jakarta: Kencana Prenada Media
Struktur Atom dan Sistem Periodik Group, 2014.
Unsur di Kelas X SMA Negeri 1 Ujung [15] Rompas, Joy Heybert, Sherwin R.U.A,
Batu.Universitas Riau: 3, 2016. Sary D.E. Penerapan Video Mapping
[6] Yesi Gusmania, Tri Wulandari. Multi Proyektor untuk Mempromosikan
Efektivitas Penggunaan Media Kabupaten Minahasa Selatan. Manado:
Pembelajaran Berbasis Video Terhadap Jurnal Teknik Informatika 2019, 14 (4):
Pemahaman Konsep Matematematika 495.
Siswa. Batam: Jurnal Pythagoras 2018,
7(1): 61-67. ISSN: 2305- [16] Wisada, P. Darma, I Komang Sudarma, I
5314. Wayan Ilia Yuda. Pengembangan Media
[7] Ririn Andini, Subandi, Surjani Pembelajaran Berorientasi Pendidikan
Wonoraharjo. Efektivitas Media Karakter, (Buleleng: Journal of Education
Pembelajaran Problem Technology 2019, 3 (3): 145.
Solving Menggunakan LKS dengan [17] Depdiknas. Panduan Pengembangan
Berbantuan Diagram Ve dalam Bahan Ajar. Jakarta: BP Mitra Usaha
Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa pada Indonesia, 2008.
Materi Termokimia. Malang: Jurnal [18] Khoirotul Islakhiyah, Sutopo, Lia Yuliati.
Pendidikan 2018, 3 (9): 1024-1025. Pembelajaran Berbasis Fenomena untuk
[8] Endang Mulyatiningsih. Metode Meningkatkan Kemampuan Penalaran
Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Ilmiah dalam Pembelajaran IPA di SMP.
Bandung: Alfabeta, 2012 Malang: UM: 993, 2016.
[9] Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-
Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta,
2007.