Anda di halaman 1dari 3

A. Menyanyi adalah salah satu kegiatan utama yang ada pada seni musik.

Secara sederhana, kegiatan


menyanyi adalah kegiatan menghasilkan suara yang merdu dan indah dengan cara mengikuti not yang ada
pada partitur musik. Menyanyi ini bisa dilakukan dengan menggunakan lirik tertentu ataupun tanpa
menggunakan lirik. Seniman yang melakukan kegiatan bernyanyi disebut juga dengan vokalis.
Berikut adalah teknik dasar dalam menyanyi:
Sikap badan: posisi badan yang paling baik untuk melakukan kegiatan bernyanyi adalah berdiri karena
dengan berdiri kita bisa mengencangkan otot perut kita dengan maksimal dan juga memudahkan
penarikan napas.
Pernapasan: teknik pernapasan yang paling baik dalam bernyanyi adalah pernapasan diafragma karena
memungkinkan kita untuk menarik napas yang panjang.
Artikulasi: teknik bernyanyi yang merupakan pembacaan lirik yang jelas dan mudah dimengerti oleh para
pendengar. Artikulasi ini sangat penting terutama ketika kita menyanyikan lagu daerah karena setiap
liriknya mengandung makna yang mendalam.
Resonansi: adanya getaran yang bisa dirasakan oleh benda lain dengan adanya getaran yang dihasilkan
oleh suara seorang vokalis.
B. Sejarah suling bambu juga banyak berkembang di daratan China. Di negara ini, suling banyak
terbuat dari bambu. Hal ini tidaklah mengherankan karena bambu banyak ditemukan di negara
ini. Walau begitu, ada juga suling yang dibuat dari bahan utama batu giok dan tulang belulang
hewan. Suling di China sudah cukup berkembang bentuknya. Suling bambu China memakai
membran resonansi yang ada di dalam lubang.

Dampak dari membran resonansi ini adalah suara suling bambu yang lebih cerah. China memiliki
beberapa jenis penyebutan untuk suling karena perbedaan fungsi dan nadanya. Jenis suling
bambu yang sering dipakai di dalam orkestra modern adalah Bangdi, Qudi, Xindi, dan Dadi,
Jepang juga tidak ketinggalan dalam mengembangkan alat musik tiup ini. Suling bambu disebut
dengan Fie di Negeri Sakura ini. Suling di Jepang memakai bahan baku utama dari bambu juga.
Bambu untuk membuat suling disebut dengan Shinobue di Jepang. Suling bambu di negeri ini
banyak memiliki nada-nada tinggi. Di wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh, suling disebut
dengan nama Bansuri. Bansuri memiliki panjang mencapai 14 inchi. Hal ini membuat Bansuri
terlihat panjang dibandingkan suling bambu di negara-negara lain. Bansuri memiliki hubungan
erat dengan epos Bhagawad Gita. Bansuri disebut sebagai alat musik yang erat hubungannya
dalam kisah cinta antara Khrisna dan Radha. Pertunjukkan Bansuri sering kita lihat di televisi.

Menggali budaya musik Maluku, lewat suling bambu yang ditiup secara horizontal, yang tumbuh di
masyarakat Kristen Ambon; dan suling bambu yang ditiup ke arah vertikal yang hidup di komunitas
Muslim Ambon.
Suling bambu dikenalkan oleh Joseph Kam, penginjil asal Belanda, yang datang ke Ambon awal abad
ke-16. Dia punya latar belakang musik flute, mungkin karena di sini banyak pohon bambu, jadi yang
dikembangkan suling bambu. Rence menceritakan suling bambu Maluku kerap dipakai masyarakat
untuk mengiringi liturgi di gereja. Tapi, kebiasaan memainkan alat musik ini mulai punah.
Dengan kondisi seadanya, kelompok kecil ini mulai berlatih. Karena alat musik ini tidak dijual di
toko, maka ia memproduksi sendiri. Bambu diolah dijadikan alat musik. Setiap nada dipastikan presisi
dengan tunner (alat penyelaras nada skala diatonik). Agar seperti orkestra, jangkauan nada pun dibagi
menjadi lima kelompok suara. Register nada tinggi dipegang suara satu, nada menengah untuk suara
dua dan tiga, terakhir nada rendah untuk suara empat dan lima.
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NEGERI 22 AMBON

OLEH :

NAMA : CHRISTIAN D GOMIES

KELAS : 72 (Tujuh Dua)

Anda mungkin juga menyukai