ARTIKEL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Oleh:
NOVA ULANDARI
NIM/BP: 14043012/2014
JURUSAN AKUNTASI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
Pengaruh Gender, Keahlian Audit dan Tekanan Ketaatan Terhadap Audit
Judgement
(Studi Empiris pada Inspektorat di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang
Pariaman)
Nova Ulandari
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang
Jalan. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : novaulandari9@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pengaruh gender, keahlian audit dan
tekanan ketaatan terhadap audit judgement. Populasi dalam penelitian ini adalah
Inspektorat Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Sampel ditentukan
berdasarkan metode total sampling, yaitu seluruh aparatur Inspektorat Kota
Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data primer. Penelitian ini menggunakan instrumen
kuesioner sebanyak 64 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah
regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Gender tidak
berpengaruh terhadap audit judgement, dimana nilai thitung 0,836 < ttabel 2,00958
pada sig 0,407 > 0,05, (2) Keahlian audit berpengaruh signifikan positif terhadap
audit judgement, dimana thitung 2,166 > ttabel 2,00958 pada sig 0,035 < 0,05 dan (3)
Tekanan ketaatan berpengaruh signifikan positif terhadap audit judgement,
dimana thitung 9,118 > ttabel 2,00958 pada sig 0,000 < 0,05.
Kata Kunci: Audit Judgement, Gender, Keahlian Audit, Tekanan Ketaatan
ABSTRACT
The research aims to know the: Influence of gender, audit expertise and
obedience pressure to audit judgement. The population in this research were
Inspectorate of Pariaman city and regency of Padang Pariaman. The sampel is
determined by total samling method, that is all apparaturs of inspectorate of
Pariaman city and regency of Padang Pariaman. The data used in this
research is primary data. This research used questionnaires instrument as
much as 64 respondents. Data analysis technique used is multiple linear
regression. The results showed that: (1) Gender didn’t significant effect on
audit judgement, where the tcount 0,836< ttabel 2,00958 in sig 0.407 >0.05,
(2) Audit expertise has a significant positive effect on audit judgement, where
the tcount 2,166> ttable 2,00958 at sig 0,035 <0,05 and (3) obedience pressure
has a significant positive to audit judgement, where tcount 9,118 <ttable
2,00958 at sig 0,000< 0,05.
Keywords: Audit Judgement, Gender, Audit Expertise, Obedience Pressure.
1. PENDAHULUAN pemantauan, dan kegiatan
pengawasan lain terhadap
Pada masa pemerintahan
penyelenggaraan tugas dan fungsi
sekarang mengharuskan adanya
organisasi dalam rangka memberikan
transparansi dan akuntabilitas publik
keyakinan yang memadai bahwa
atas penyelenggaraan kegiatan
kegiatan telah dilaksanakan sesuai
pemerintah. Tuntutan untuk
dengan tolak ukur yang telah
menerapkan good governance
ditetapkan secara efektif dan efisien
menjadi salah satu upaya dalam
untuk kepentingan pimpinan dalam
memberantas tindakan
mewujudkan tata pemerintahan yang
penyimpangan seperti korupsi, kolusi
baik. Pengawasan internal atas
dan nepotisme yang semakin banyak
penyelenggaraan tugas dan fungsi
menjadi persoalan di sektor publik di
instansi pemerintah dilakukan oleh
Indonesia. Pemerintah memberikan
Aparat Pengawasan Intern
jawaban atas tuntutan akan
Pemerintah (APIP) sebagai auditor
pentingnya pengelolaan keuangan
internal instansi pemerintah yang
yang akuntabel dan transparan
terdiri dari Badan Pengawas
tersebut yang ditandai dengan
Keuangan dan Pembangunan
diterbitkannya Peraturan Pemerintah
(BPKP), Inspektorat Jenderal,
Nomor 24 Tahun 2005 yang kini
Inspektorat Provinsi dan Inspektorat
telah diganti dengan Peraturan
Daerah, Kabupaten/Kota.
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Inspektorat daerah adalah
tentang Standar Akuntansi
salah satu auditor internal instansi
Pemerintah (SAP). SAP menjadi
pemerintah daerah. Dalam
pedoman untuk menyatukan persepsi
melaksanakan pengawasan internal,
antara penyusun, pengguna dan
inspektorat tidak hanya terbatas pada
auditor.
kegiatan pemeriksaan tapi juga
Pengelolaan keuangan negara
melaksanakan fungsi pembinaan
yang transparan dan akuntabel itu
terhadap Satuan Kerja Pemerintah
dapat diwujudkan dengan wajib
Daerah (SKPD). Kegiatan
melaksanakan pengendalian atas
pengawasan yang dilakukan
penyelenggaraan kegiatan
diantaranya pengawasan internal
pemerintah. Sistem Pengendalian
secara berkala (audit reguler),
Intern Pemerintah (SPIP) merupakan
penanganan kasus pengaduan di
pedoman dalam melaksanakan
lingkungan Pemerintah Daerah (audit
pengendalian atas penyelenggaraan
dengan tujuan tertentu), reviu
kegiatan pemerintah, agar sistem
Laporan Keuangan Pemerintah
pengendalian ini dapat dijalankan
Daerah, evaluasi Akuntabilitas
secara efektif, maka perlu dilakukan
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP),
pengawasan intern yang secara tegas
monitoring tindak lanjut hasil
telah dinyatakan dalam Peraturan
pemeriksaan, serta kegiatan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.
pengawasan lainnya.
Peraturan Pemerintah Nomor
Reviu laporan keuangan
60 Tahun 2008 menjelaskan bahwa
pemerintah daerah adalah penelaahan
Pengawasan Intern adalah seluruh
atas penyelenggaraan akuntansi dan
proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
penyajian LKPD oleh inspektorat
1
untuk memberikan keyakinan bahwa masih kurangnya pengawasan
terbatas bahwa akuntansi telah yang dilakukan aparat pengawasan
diselenggarakan berdasarkan Sistem internal pemerintah (APIP) sehingga
Akuntansi Pemerintah Daerah dan berpengaruh terhadap judgement
LKPD telah disajikan sesuai SAP. yang dihasilkannya. Untuk mencegah
Hasil dari reviu tidak memberikan kasus tersebut APIP dituntut untuk
dasar untuk menyatakan opini bersikap profesional. Sikap
sebagaimana dalam audit BPK, akan profesionalisme dapat dicerminkan
tetapi hasil dari reviu ini berupa dari ketepatan APIP dalam membuat
rekomendasi untuk dikoreksi atau suatu judgement.
ditindaklanjuti. Menurut Jamilah, dkk (2007)
Fakta yang terjadi audit judgement adalah kebijakan
dilapangan, fungsi aparat auditor atau pertimbangan dalam
pengawasan internal pemerintah ini menentukan pendapat mengenai hasil
masih kurang optimal, karena auditnya yang mengacu pada
laporan hasil dari pemeriksaan pembentukan suatu gagasan,
tergantung kepada kepala daerahnya pendapat atau perkiraan tentang
untuk menindaklanjuti hasil audit suatu objek, peristiwa, status, atau
tersebut. Jika kepala daerah jenis peristiwa lainnya. Judgement
mengabaikan laporan tersebut, maka sangat tergantung dari persepsi
akan berdampak pada tidak individu mengenai suatu situasi yang
maksimalnya peran aparat ada, dimana audit judgement
pengawasan intern pemerintah diperlukan pada saat berhadapan
dilingkungan pemerintahan. dengan ketidakpastian dan
Judgement yang dibuat oleh aparatur keterbatasan informasi maupun data
Inspektorat saat ini masih menjadi yang didapat. Hal ini menuntut
sorotan, karena masih banyak pemeriksa internal untuk bisa
temuan-temuan audit yang tidak membuat asumsi yang bisa
terdeteksi oleh aparatur Inspektorat digunakan untuk membuat
sebagai auditor internal, akan tetapi judgement dan mengevaluasi
ditemukan oleh auditor eksternal judgement.
yaitu Badan Pemeriksa Keuangan Ada beberapa faktor yang
(BPK). Badan Pemeriksa Keuangan dapat mempengaruhi auditor dalam
menyebutkan bahwa berdasarkan membuat audit judgement, yaitu
hasil pemeriksaan terhadap Laporan faktor teknis maupun faktor non
Keuangan Pemerintah Daerah teknis. Faktor teknis yang meliputi
(LKPD) Provinsi Sumatera Barat keahlian audit, tekanan ketaatan
pada tahun anggaran 2016 terdapat berpengaruh dalam memperoleh dan
30 temuan. Temuan tersebut berupa mengevaluasi informasi, tekanan dari
ketidakpatuhan terhadap perundang- atasan maupun klien atau entitas
undangan, ketidakpatuhan dalam yang diperiksa saat melakukan
pelaporan keuangan serta kecurangan pemeriksaan dapat mempengaruhi
dan ketidakpatuhan dalam Sistem judgement auditor (Praditaningrum,
Pengendalian Internal (SPI). 2012). Sedangkan faktor non teknis
(Sumbarprov. 2018). Berdasarkan yang mempengaruhi auditor dalam
kasus diatas, maka dapat dikatakan membuat judgement adalah
2
perbedaan gender auditor (Chung (Rahmawati,2016). Seorang auditor
dan Monroe, 2001). dituntut untuk mempunyai sifat
Gender diduga menjadi salah independen dalam melakukan
satu faktor yang mempengaruhi audit tugasnya, sehingga hasil audit
judgement. Gender dapat diartikan tersebut bebas dari campur tangan
sebagai pembeda peran antara laki- pihak lainnya dan hasil audit tersebut
laki dan perempuan yang tidak hanya bisa dipertanggungjawabkan kepada
mengacu pada perbedaan biologis pihak yang berkepentingan. Auditor
atau seksualnya, tetapi juga dalam melaksanakan tugasnya harus
mencakup nilai-nilai sosial budaya berpegang kepada kode etik profesi
(Berninghausen dan Kerstan dalam dan juga Standar Akuntansi
Zulaikha, 2006). Menurut Umar Pemerintah (SAP), tapi seringkali
(1995:45), Gender adalah suatu auditor mendapatkan tekanan dalam
konsep yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaannya.
mengidentifikasi perbedaan laki-laki Berdasarkan teori ketaatan dapat
dan perempuan dari segi budaya. dijelaskan bahwa individu yang
Keahlian merupakan faktor memiliki kekuasaan merupakan
penting yang dimiliki oleh seorang suatu sumber yang dapat
auditor untuk bekerja sebagai tenaga mempengaruhi perilaku orang lain
profesional. Hayes-Roth dengan perintah yang diberikan
mendefinisikan keahlian sebagai (Jamilah,dkk., 2007).
keberadaan dari pengetahuan tentang Hartanto, (2001) dalam
suatu lingkungan tertentu, Praditaningrum, (2012) mengatakan
pemahaman terhadap masalah yang bahwa bawahan yang mendapat
timbul dan keterampilan untuk tekanan ketaatan dari atasan dapat
memecahkan masalah tersebut (Asih, mengalami perubahan psikologis dari
2006 dalam Nugraha, 2015). seseorang yang berperilaku
Menurut Abdolmohammadi dan autonomis, dimana dia yang biasanya
Wright (1987) dalam Praditaningrum berperilaku mandiri, menjadi
dan Januarti (2012), keahlian audit perilaku agen. Disaat auditor
dapat dikelompokkan ke dalam dua mendapatkan tekanan kerja dari
golongan yaitu: keahlian teknis dan atasannya untuk memenuhi
keahlian non teknis. Keahlian teknis keinginan atasannya atau harus
adalah kemampuan mendasar dari melakukan hal yang menyimpang
seorang auditor yang berupa dari kode etik dan standar auditing,
pengetahuan prosedural dan di situasi inilah yang membuat
kemampuan klerikal lainnya dalam auditor bimbang atau dilema dalam
lingkup akuntansi dan auditing mempertahankan independensinya.
secara umum. Sedangkan keahlian Masih terdapat
non teknis merupakan kemampuan ketidakkonsistenan dari hasil
dari dalam diri seorang auditor yang penelitian mengenai audit judgement
banyak dipengaruhi oleh faktor di Indonesia. Ketidakkonsistenan ini
personal dan pengalaman. disebabkan karena judgement auditor
Tekanan Ketaatan dinilai tersebut merupakan sebuah
menjadi salah satu faktor yang pertimbangan subyektif dari seorang
mempengaruhi audit judgement auditor dan sangat tergantung pada
3
persepsi individu mengenai situasi. menghindarinya dan menghindari
Selain itu hasil penelitian terdahulu tanggung jawab, sehingga mereka
juga belum dapat digeneralisir untuk harus dipaksa atau diancam dengan
seluruh indonesia. hukuman untuk mencapai tujuan.
Berdasarkanuraianyangtelahdijelaska Individu yang bertipe Y memiliki
ndiatas makapenelititertarik untuk locus of control internal dimana
melakukan penelitian yang berjudul mereka menyukai pekerjaan, mampu
mengendalikan diri untuk mencapai
“Pengaruh Gender, Keahlian
tujuan, bertanggung jawab, dan
Audit dan Tekanan Ketaatan mampu membuat keputusan inovatif
terhadap Audit Judgement (Studi (Robin dan Judge 2007, dalam
Empiris pada Inspektorat di Praditaningrum 2012).
Kota Pariaman dan Kabupaten
Padang Pariaman)”. 2.3 Teori Kognitif
Teori kognitif memandang
2. KAJIAN TEORI belajar sebagai proses yang memberi
fungsi unsur-unsur kognisi terutama
2.1 Teori Penetapan Tujuan
pikiran untuk mengenal dan
Teori penetapan tujuan ini memahami stimulus yang datang dari
mengasumsikan bahwa seseorang luar. Teori ini lebih menekankan
yang memiliki tujuan yang spesifik bagaimana proses atau upaya
dan menantang kinerjanya akan lebih mengoptimalkan kemampuan aspek
baik dibandingkan dengan tujuan rasional yang dimiliki oleh orang
yang tidak jelas (Locke dan Latham, lain.
1990 dalam Praditaningrum 2012). Hogart (1992) dalam
Teori penetapan tujuan Jamilah,dkk (2007) mengartikan
mengasumsikan bahwa ada suatu judgement sebagai proses kognitif
hubungan langsung antara definisi yang merupakan perilaku pemilihan
dari tujuan yang spesifik dan terukur keputusan. Judgement yang
dengan kinerja: jika manajer tahu apa merupakan dasar dari sikap
sebenarnya tujuan yang ingin dicapai profesional, dapat dibentuk
oleh mereka, maka mereka akan berdasarkan pengalaman dan
lebih termotivasi untuk mengerahkan keahlian.
usaha yang dapat meningkatkan
kinerja mereka (Locke dan Latham, 2.4 Audit Judgement
1990).
Audit judgement merupakan
suatu pertimbangan pribadi atau cara
2.2 Teori X dan Y McGregor
pandang auditor dalam menanggapi
McGregor mengemukakan informasi yang mempengaruhi
dua pandangan mengenai manusia pembuatan keputusan atau judgement
yaitu teori X (negatif) dan teori Y dalam pelaksanaan pengawasan dan
(positif). Individu yang bertipe X pemeriksaan. Audit judgement juga
memiliki locus of control eksternal dapat diartikan sebagai cara pandang
dimana mereka pada dasarnya tidak auditor dalam menanggapi informasi
menyukai pekerjaan, berusaha yang berhubungan dengan tanggung
4
jawab dan risiko audit yang akan di keputusan sehingga akan
hadapi oleh auditor sehubungan mempengaruhi audit judgment.
dengan judgement yang dibuatnya. Ruegger dan King (1992)
dalam Jamilah,dkk (2007)
Menurut Jamilah, dkk (2007) menyatakan wanita umumnya
audit judgement adalah kebijakan memiliki tingkat pertimbangan moral
auditor dalam menentukan pendapat yang lebih tinggi dari pada pria.
mengenai hasil auditnya yang Laki-laki relatif kurang mendalam
mengacu pada pembentukan suatu dalam menganalisis inti dari suatu
gagasan, pendapat atau perkiraan keputusan. Gender adalah suatu
tentang suatu objek, peristiwa, status, konsep kultural yang berupaya
atau jenis peristiwa lainnya. membuat pembedaan dalam hal
Judgement sering dibutuhkan oleh peran, perilaku, mentalitas, dan
auditor dalam melaksanakan audit karakteristik emosional antara laki-
atas laporan keuangan suatu entitas laki dan perempuan.
(Zulaikha, 2006).
2.6 Keahlian Audit
Menurut Puspa (2006), dalam
Susetyo (2009) terdapat dua macam Keahlian diartikan sebagai
pertimbangan audit yaitu : seseorang yang memiliki tingkat
1) Penentuan Tingkat Materialitas keterampilan tertentu atau
2) Perekayasaan Transaksi pengetahuan yang tinggi dalam
subyek tertentu yang diperoleh dari
pelatihan dan pengalaman. Hayes-
2.5 Gender
Roth dalam Praditaningrum (2012)
Gender adalah pembedaan mendefinisikan keahlian sebagai
pria dan wanita atas dasar fisik yaitu keberadaan dari pengetahuan tentang
berdasarkan struktur anatomi tubuh suatu lingkungan tertentu,
pria dan tubuh wanita. Istilah pemahaman terhadap masalah yang
genderdapat diartikan sebagai timbul dari lingkungan tersebut dan
pembedaan peran antara laki-laki dan keterampilan untuk memecahkan
perempuan yang tidak hanya masalah tersebut.
mengacu pada perbedaan biologis Menurut Abdolmohammadi
atau seksualnya, tetapi juga dan Wright (1987) dalam
mencakup nilai-nilai sosial budaya Praditaningrum dan Januarti (2012),
(Yustrianthe, 2012). keahlian audit dapat dikelompokkan
Perbedaan peran dan perilaku ke dalam dua golongan yaitu:
antara laki-laki dan perempuan dapat keahlian teknis dan keahlian non
disebabkan oleh beberapa hal, seperti teknis. Keahlian teknis adalah
sosialisasi, budaya yang berlaku, kemampuan mendasar dari seorang
serta kebiasaan yang ada.Pandangan auditor yang berupa pengetahuan
terhadap gender (pria atau wanita) prosedural dan kemampuan klerikal
dihubungkan dengan sifat positif dan lainnya dalam lingkup akuntansi dan
negatif. Perbedaan gender inilah auditing secara umum.Sedangkan
yang menyebabkan perbedaan pola keahlian non teknis merupakan
berpikir dan perbedaan pengambilan kemampuan dari dalam diri seorang
5
auditor yang banyak dipengaruhi 1) Keinginan Klien Untuk
oleh faktor personal dan pengalaman. Menyimpang
Keahlian auditor sebagai 2) Perintah Dari Atasan
seseorang yang memiliki
pengetahuan prosedural dan 2.8 Penelitian Terdahulu
kemampuan klerikal lainnya dalam Zulaikha(2006) meneliti
lingkup akuntansi dan auditing tentang pengaruh interaksi gender,
secara umum, dapat diperoleh kompleksitas tugas dan pengalaman
melalui pendidikaan formal maupun auditor terhadap audit judgment.
keikutsertaan dalam pelatihan atau Hasil penelitian ini menunjukkan
seminar. Selain itu, kemampuan dari bahwa dalam profesi sebagai auditor,
dalam diri seorang auditor juga peran ganda perempuan ternyata
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak berpengaruh secara signifikan
personal dan pengalaman. terhadap akuratnya informasi yang
Pengalaman auditor dapat dilihat dari diproses dalam membuat judgment.
lamanya seseorang auditor bekerja Pengalaman sebagai auditor juga
dan banyaknya tugas/pemeriksaan memberikan pengaruh secara
yang dilakukan oleh auditor. langsung terhadap judgment auditor.
Semakin lama seorang auditor Sedangkan kompleksitas tugas tidak
menekuni profesinya maka auditor berpengaruh signifikan terhadap
itu akan dinilai semakin keakuratan judgment, demikian pula
berpengalaman.
ketika kompleksitas berinteraksi
Tolak ukur dari keahlian
dengan peran gender juga tidak
audit tehadap audit judgement yaitu
berpengaruh secara signifikan.
pengetahuan auditor, kemampuan
Jamilah,dkk (2007) meneliti
dalam melakukan audit dan
tentang pengaruh gender, tekanan
sertifikasi atau pengakuan keahlian
(M. Taufiq Effendy, 2010). ketaatan, dan kompleksitas tugas
terhadap audit judgement. Hasil dari
2.7 Tekanan Ketaatan penelitian ini menunjukkan gender
dan kompleksitas tugas tidak
Tekanan ketaatan adalah berpengaruh signifikan terhadap
salah satu faktor yang sangat audit judgement, sedangkan tekanan
mempengaruhi audit judgement. ketaatan berpengaruh signifikan
Tekanan ketaatan pada umumnya terhadap audit judgement. Penelitian
dihasilkan oleh individu yang ini dilakukan pada KAP yang ada di
memiliki kekuasaan. Tekanan Jawa Timur.
ketaatan merupakan kondisi dimana Penelitian lain tentang audit
seorang auditor dihadapkan pada judgement dilakukan oleh alamri,
sebuah dilema penerapan standar dkk (2017). Peneliti melakukan
profesi auditor (Jamilah, dkk 2007). penelitian tentang Pengaruh
Tolak ukur dari tekanan ketaatan Keahlian, Pengalaman, Kompleksitas
terhadap audit judgement yaitu Tugas Dan Independensi Terhadap
perintah dari atasan dan keinginan Audit Judgement Auditor Internal
klien untuk menyimpang dari standar Pada Inspektorat Provinsi Gorontalo.
professional auditor ( Jamilah,dkk, Secara parsial (Uji t) menunjukan
2007 ). bahwa variabel keahlian dan
6
pengalaman tidak berpengaruh Selain itu, kaum wanita juga
terhadap audit judgement, sedangkan memiliki daya ingat yang lebih tajam
kompleksitas tugas dan independensi terhadap suatu informasi baru
berpengaruh positif terhadap audit dibandingkan kaum pria dan
judgement auditor internal pada demikian halnya kemampuan dalam
Inspektorat Provinsi Gorontalo. mengolah informasi yang sedikit
Berbeda dengan penelitian menjadi lebih tajam. Argumen ini
Praditaningrum dan Januarti (2012) didukung oleh hasil penelitian dari
tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Praditaningrum (2012) dan
Berpengaruh Terhadap Audit Rahmawati (2016). Berdasarkan
Judgment yang menyatakan bahwa uraian di atas, maka dapat
gender, pengalaman audit, keahlian dirumuskan hipotesis sebagai
audit dan tekanan ketaatan berikut:
berpengaruh terhadap audit H1 : Gender berpengaruh terhadap
judgement sedangkan kompleksitas audit judgement.
tugas tidak berpengaruh terhadap
audit judgement. Penelitian ini 2) Pengaruh Keahlian Audit
dilakukan pada BPK RI Perwakilan
Terhadap Audit Judgement
Provinsi Jawa Tengah.
Keahlian adalah kemahiran
2.9 Hubungan Antar Variabel seseorang dalam suatu ilmu
“pengetahuan”. Keahlian auditor
1) Pengaruh Gender Terhadap dalam melakukan audit menunjukkan
Audit Judgement tingkat kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh auditor. Dengan
Pengambilan keputusan harus
semakin banyaknya sertifikat dan
didukung oleh informasi yang
semakin sering mengikuti pelatihan
memadai. Pandangan terhadap
atau seminar, auditor diharapkan
gender (pria atau wanita)
akan semakin ahli dalam
dihubungkan dengan sifat positif dan
melaksanakan tugasnya. Dengan
negatif. Kaum pria dalam
semakin banyak pengetahuan yang
pengolahan informasi tersebut
dimiliki oleh auditor mengenai
biasanya tidak menggunakan seluruh
bidang yang digelutinya maka
informasi yang tersedia sehingga
auditor akan semakin mengetahui
keputusan yang diambil kurang
berbagai masalah secara lebih
komprehensif. Lain halnya dengan
mendalam. Selain itu dengan
wanita, mereka dalam mengolah
pengetahuan yang luas, auditor akan
informasi lebih teliti dengan
lebih mudah dalam mengikuti
menggunakan informasi yang lebih
perkembangan yang semakin
lengkap dan mengevaluasi kembali
komplek.
informasi tersebut dan tidak
gampang menyerah (Meyerdan Levy, Pengetahuan dan pengalaman
1986 dalam Jamilah,dkk 2007). mempunyai hubungan yang erat
Kaum wanita relatif lebih dengan keahlian auditor (Asih,
efisien dibandingkan kaum pria 2006). Pengetahuan yang dimiliki
selagi mendapat akses informasi. oleh auditor ini didapatkan dari
7
pendidikan yang ditempuhnya. keadaan ini, entitas yang diperiksa
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh dapat mempengaruhi proses
Permen PAN dan RB pengawasan dan pemeriksaan yang
No:PER/05/M.PAN/03/2008 tentang dilakukan oleh auditor
latar belakang pendidikan, Auditor (Jamilah,dkk.2007). Berdasarkan
APIP mempunyai tingkat pendidikan teori penetapan tujuan, auditor yang
formal minimal strata satu (S1) atau tidak mengetahui dengan pasti
yang setara. Agar judgement yang tujuannya biasanya cenderung
dihasilkan baik maka APIP harus mudah berperilaku menyimpang
mempunyai kriteria tertentu dari dengan menuruti perintah dari atasan
auditor yang diperlukan untuk dan entitas yang diperiksa untuk
merencanakan audit, berperilaku menyimpang dari standar
mengidentifikasi kebutuhan etika dan profesional. Hal ini akan
profesional auditor dan untuk mengakibatkan auditor tidak mampu
mengembangkan teknik dan membuat judgement yang baik dan
metodologi audit agar sesuai dengan tepat.
situasi dan kondisi yang dihadapi
unit yang dilayani oleh APIP. Tekanan Ketaatan merupakan
kondisi dimana seorang auditor
Berdasarkan teori kognitif, dihadapkan pada dilema penerapan
praktik-praktik dalam bidang standar auditor (Tielman, 2012
auditing sebagai auditor independen dalam Rosadi 2016). Tekanan
dapat menjadi sarana pembelajaran biasanya diberikan oleh seseorang
dan pengalaman bagi auditor. yang mempunyai kekuasaan atau
Auditor akan mengintegrasikan kewenangan lebih kepada orang lain.
pengalaman serta pengetahuan yang Tekanan ketaatan dapat membuat
dimilikinya dalam melaksanakan seorang auditor melakukan tindakan
tugas yang akan datang. Sehingga menyimpang dari kode etik, tindakan
keahlian dan pengetahuan auditor menyimpang tersebut dilakukan
akan selalu berkembang dan semata-mata untuk memenuhi
mendukung auditor untuk membuat perintah.
judgement profesional. Berdasarkan uraian di atas,
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis
terdahulu tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
hipotesis sebagai berikut: H3 :Tekananketaatan berpengaruh
H2 : Keahlian audit berpengaruh negatif terhadap audit judgement.
positif terhadap judgement yang
diambil oleh auditor. 2.10 Rerangka Konseptual
10
a. Jika nilai Sig < dari α = 0,05 maka 2) Menghitung rata-rata skor total
sebaran data tidak berdistribusi item dengan menggunakan
normal. rumus:
b. Jika nilai Sig ≥ dari α = 0,05 maka 5SS+4S+3N+2TS+1STS
sebaran data berdistribusi normal. 5
Dimana :
2. Uji Multikolinearitas SS = Sangat Setuju
Uji multikolinearitas S = Setuju
bertujuan untuk menguji apakah N = Netral
model regresi ditemukan adanya TS = Tidak Setuju
korelasi antara variabel bebas, untuk STS= Sangat Tidak Setuju
menguji adanya multikolinearitas
dilakukan dengan melihat nilai VIF 3) Menghitung nilai rerata
(Variance Inflating Factor). Jika jawaban responden
nilai VIF < 10 dan >tolerance 0,1, menggunakan rumus:
n
maka variabel tersebut terdapat
multikolinearitas, dan jika nilai VIF Xi
> 10 dan <tolerance 0,1, maka Mean h 1
n
variabel tersebut bebas
multikolinearitas.
Dimana:
Xi = Skor Total
3. Uji Heterokedastisitas
n = Jumlah Responden
Uji heterokedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah
4) Menghitung nilai TCR masing-
dalam model regresi terjadi
masing kategori jawaban dari
ketidaksamaan varian dari residual
deskriptif variabel, maka dapat
satu pengamatan ke pengamatan
dihitung dengan menggunakan
yang lain. Apabila sig > 0,05 maka
rumus:
tidak terdapat gejala
Rs
heterokedastisitas. Model regresi TCR x100
yang baik adalah homokedastisitas n
atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dimana:
TCR = Tingkat Capaian
3.7 Teknik Analisis Data Responden
1. Analisis Deskriptif Rs = Rata-rata skor jawaban
a. Verifikasi Data, yaitu memeriksa responden (Rerata)
kembali kuesioner yang telah diisi n = Nilai skor jawaban
oleh responden untuk memastikan 2. Metode Analisis Data
apakah pertanyaan sudah dijawab a. Uji Regresi Berganda
lengkap oleh responden. Dalam penelitian ini, teknik
b. Menghitung Nilai Jawaban analisis yang digunakan adalah
1) Menghitung frekuensi dari teknik analisis berganda. Persamaan
jawaban yang diberikan analisis regresi berganda dapat
responden atas setiap item dirumuskan sebagai berikut:
pernyataan yang diajukan. Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + е
11
Dimana: variabel independen terhadap
Y = Audit Judgement variabel dependennya.
a = Konstanta Dengan kriteria pengujian :
b1, b2, b3= Koefisien regresi variabel a) Jika thitung> ttabel maka Ha
independen diterima.
X1 = Gender b) Jika thitung < ttabel maka Ha ditolak.
X2 = Keahlian Audit Selain kriteria tersebut, untuk
X3 = Tekanan Ketaatan melihat ada tidaknya pengaruh
E = Error semua variabel independen terhadap
variabel dependen dapat ditentukan
b. Uji Koefisien Determinasi dengan melihat tingkat signifikansi
Untuk mengetahui kontribusi dan koefisian positif dengan nilai α =
dari variabel independen terhadap 0,05. Apabila tingkat signifikansi <
variabel dependen dilihat dari 0,05 berarti Ha diterima danH0
adjusted R square-nya, pemilihan ditolak. Sebaliknya, apabila tingkat
nilai adjusted R square karena signifikansi > 0,05 berarti Ha ditolak
penelitian ini menggunakan analisis dan H0 diterima.
regresi dengan jumlah variabel lebih
dari satu. Koefisien determinasi (R2) 3.8 Definisi Operasional
pada intinya mengukur seberapa jauh 1) Audit Judgement
kemampuan model dalam Audit judgement merupakan
menerangkan variasi variabel kebijakan auditor atau pertimbangan
dependen. dalam menentukan pendapat
mengenai hasil auditnya yang
c. Uji Model ( F- test ) mengacu pada pembentukan suatu
Uji F dilakukan bertujuan gagasan, pendapat atau perkiraan
untuk menguji apakah hasil analisis tentang suatu objek, peristiwa, status,
jalur modelnya sudah fix atau belum atau jenis peristiwa lainnya (Jamilah,
dan untuk dapat mengetahui dkk 2007).
pengaruh antara variabel endogen
dan variabel eksogen secara 2) Gender
keseluruhan atau secara simultan. Gender adalah suatu konsep
Patokan yang digunakan dalam kultural yang berupaya membuat
pengujian ini adalah membandingkan pembedaan dalam hal peran,
nilai sig yang diperoleh dengan perilaku, mentalitas, dan
derajat signifikasi pada level = karakteristik emosional antara laki-
0,05. Apabila nilai sig yang laki dan perempuan (Jamilah, Dkk,
diperoleh lebih kecil dari derajat 2007). Gender merupakan variabel
signifikasi maka model yang independen yang dibedakan menjadi
digunakan sudah fix. 2 kategori laki-laki dan perempuan.