Anda di halaman 1dari 22

LKTI PIS 2022

Menakar Kesiapan Pendidikan di Indonesia dalam Menghadapi Society


5.0

BIDANG LOMBA: Pendidikan

Diusulkan oleh:

Tiara Mahardika 21053109 2021


Wiwin Anjelina Butarbutar 21053113 2021
Rianti Hanafiah 21053032 2021

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
DAFTAR ISI

Abstrak........................................................................................................................................................3
Abstract.......................................................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................................4

BAB 2.........................................................................................................................................................6
A. Landasan teori.................................................................................................................................6

BAB 3.........................................................................................................................................................6
METODE PENULISAN.........................................................................................................................6

BAB 4.........................................................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................................................6
Pendidikan Indonesia Pada Era Revolusi Industri 4.0.............................................................................6
Gambar. 1 Perubahan menuju society 5.0(Government, 2018).............................................................10
Gambar. 2 Contoh teknologi pada Society............................................................................................10
2. Upaya yang harus Dilakukan Indonesia dalam Mengahadapi Era Society 5.0 pada Dunia
Pendidikan.............................................................................................................................................11

DAFTARPUSTAKA.................................................................................................................................16

Lampiran1.................................................................................................................................................17
1. Ketua.............................................................................................................................................17
B. Kegiatan Kemahasiswaan yang pernah di ikuti............................................................................18
Lampiran 2............................................................................................................................................19
Lampiran 3............................................................................................................................................19
Menakar Kesiapan Pendidikan di Indonesia dalam Menghadapi Society
5.0
TIARA MAHARDIKA1, WIWIN ANJELINA BUTARBUTAR2,
RIANTI HANAFIAH3.

1
Universitas Negeri Padang, Indonesia
2
Universitas Negeri Padang, Indonesia
3
Universitas Negeri Padang, Indonesia

Correspondingauthor:

Abstrak

Dinamika transformasi pendidikan telah berkembang secara pesat, seiring dengan teknologi yang
semakin berkembang. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya sistem dan metode pembelajaran
yang didukung oleh teknologi dunia digital. Perkembangan tersebutditandai dengan determinasi era
globalisasi (Silfia, 2018). Determinasi globalisasi ini ditandai dalam era industri 5.0. Era revolusi
industri 5.0 terjadi karena adanya dampak dari revolusi 4.0. Pada era revolusi industri 4.0 siswa diuntut
untuk berfikir kritis oleh karena itu, pembelajaran case – base Learning atau pembelajaran berbasis
kasus menjadi metode yang bisa diterapkan pada proses pembelajaran. Case-base Learning sendiri
merupakan teknik pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi siswa dalam menganalisis
suatu kasus dan memberikan pemecahan masalah terhadap kasus tersebut. Solusi pemecahan kasus
tersebut harus relevan dengan refleksi kehidupan sehari-hari. Case-base learning bertujuan agar siswa
terbiasa memecahkan masalah dalam kehidupan nyata dengan benar.

Katakunci: pendidikan indosesia, society 5.0, teknologi

Abstract

The dynamics of educational transformation has developed rapidly, along with the
growing technology. This can happen due to the existence of systems and learning methods that
are supported by the technology of the digital world. This development is marked by the
determination of the era of globalization (Silfia, 2018). This determination of globalization is
marked in the industrial era 5.0. The era of the industrial revolution 5.0 occurred because of the
impact of the 4.0 revolution. In the era of the industrial revolution 4.0, students are required to
think critically, therefore, case-based learning or case-based learning is a method that can be
applied to the learning process. Case-base Learning itself is a learning technique centered on
developing students' potential in analyzing a case and providing problem solving for the case.
The solution to solving the case must be relevant to the reflection of everyday life. Case-based
learning aims to make students accustomed to solving problems in real life correctly.

Keyword: Indonesian education, society 5.0, technology


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

perkembangan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan manusia semakin pesat.


Digitalisasi sampai artifical intelligence atau kecerdasan buatan telah menguasai hampir
semua kehidupan manusia. Indonesia sendiri telah masuk ke dalam sebuah peradaban
baru berkonsepkan kemajuan intelektualitas yang disebut Revolusi Industri 4.0.
Sebagai antisipasi gejolak disrupsi dampak revolusi industri 4.0 yang berpotensi
mengecilkan peran manusia dan menggerus jatidiri kemanusiaan, muncul pula konsep
Smart Society 5.0.
Masyarakat 5.0 atau society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai
tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan beragam inovasi yang lahir di
era revolusi industri 4.0.
Society 5.0 juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada
manusia dan berbasis teknologi.
Serpa (2018) menyampaikan bahwa Society 5.0 mengusulkan untuk “memajukan potensi
hubungan individu dengan teknologi dalam mendorong peningkatan kualitas hidup
semua orang melalui masyarakat super pintar (super smart society) ” (Serpa & Ferreira,
2018, paragraf 1) dan yang muncul, sebagian, sebagai konsekuensi penerapan konsep
Industri 4.0. dan dampaknya (Shamim, 2017 et al).

Konsep ini pertama kali digagas oleh bangsa Jepang dan merupakan penyempurnaan dari
berbagai konsep yang sudah ada sebelumnya. Mulai dari Society 1.0 di mana manusia
berada di era berburu dan mengenal tulisan. Kemudian Society 2.0 yang merupakan era
pertanian, di mana masyarakat sudah mulai bercocok tanam. Society 3.0 yang sudah
memasuki era industri, yaitu ketika manusia sudah memanfaatkan mesin untuk
membantu aktivitas. Serta Society 4.0 atau revolusi industri 4.0, di mana manusia sudah
mengenal teknologi komputer hingga internet. Kini, Society 5.0 hadir dengan mengusung
konsep bahwa semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Artinya, internet
tidak hanya berguna untuk berbagi informasi dan menganalisis data, melainkan juga
untuk menjalani kehidupan. Dengan demikian, akan tercipta keseimbangan antara peran
manusia (masyarakat) dan pemanfaatan teknologi.

Berkembangnya era revolusi industri 5.0 tentunya berdampak dalam dunia pendidikan.
Era revolusi industri 5.0 telah mengubah cara berpikir tentang pendidikan. Revolusi
industri 5.0 dalam dunia pendidikan menekankan pada pendidikan karakter, moral, dan
keteladanan. Hal ini dikarenakan ilmu yang dimiliki dapat digantikan oleh teknologi
sedangkan penerapan soft skill maupun hard skill yang dimiliki tiap peserta didik tidak
dapat digantikan oleh teknologi. Dalam hal ini diperlukan kesiapan dalam hal pendidikan
berbasis kompetensi, pemahaman dan pemanfaatan IoT (Internet of Things),
pemanfaatan virtual atau augmented reality dan penggunaan serta pemanfaatan AI
(Artifical Intelligence).

B) Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka dapat disusun rumusan


masalah bagaimana kesiapan pendidikan di Indonesia dalam menghadapi society 5.0 ?

C) Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
kesiapan pendidikan di Indonesia dalam menghadapi society 5.0

D) Manfaat Penelitian
Diharapkan tulisan ini bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi pelajar lain
untuk lebih mengenal peran society 5.0
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan teori
Teori yang menjadi dasar dalam penulisan ini meliputi konsep mengenai (1)
pengertian society 4.0, (2) peran society 4.0, (3) pengertian pendidikan (4)
perkembangan society 5.0, (5) peran society 5.0. penulisan ini mengenai kesiapan
pendidikan indonesia dalam menghadapi society 5.0.

BAB 3
METODE PENULISAN

metode yang digunakan adalah teknik kepustakaan yakni dengan menggunakan


data sekunder. Penulis mengumpulkan beberapa sumber yang memeuat data mengenai
Kesiapan Pendidikan di Indonesia dalam Menghadapi Society. Sumber didapatkan dari
jurnal, literatur online dari sumber daya dan juga sumber dari buku bacaan.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan Indonesia Pada Era Revolusi Industri 4.0

Istilah Industri 4.0. lahir dari ide revolusi keempat dimana European Parliamentary
Reseach Service dalam (Annisa, 2021) menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi empat
kali. Revolusi Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750- 1850. Saat itu terjadi
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian. manufaktur, pertambangan, transportasi,
dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya di dunia.
Revolusi Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi
dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi
manufaktur. Termasuk sistem cyber-fisik, Internet of Things (IoT), Komputasi awan dan
komputasi kognitif. konselir Jerman, (Humaidi, 2019) berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah
transformasi komprenhensif dari kesuluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan
teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Menurut (Mubyarto & Sohibien,
2020) bahwa Revolusi Industri 4.0 adalah sebuah era industri digital dimana seluruh bagian
yang ada di dalamnya saling berkolaborasi dan berkomunikasi secara real time dimana saja
kapan saja dengan pemanfaatan IT (teknologi informasi) berupa internet dan CPS, IoT dan IoS
guna menghasilkan inovasi baru atau optimasi lainnya yang lebih efektif dan efisien.
Era revolusi industri 4.0 ialah era dimana teknologi informasi berkembang pesat
dan mewarnai setiap kehidupan manusia. Era revolusi industri 4.0 ditandai dengan
berkembangnya internet of things yang merambah diberbagai bidang kehidupan
masyarakat saat ini. Salah satu nya yaitu dibidang pendidikan. Oleh sebab itu ada
beberapa upaya yang perlu dilakukan seperti revitasisasi kurikulum dan pemanfaatan
teknologi informasi yang tepat. Menurut pendapat Muhadjir Effendy (Mendikbud) bahwa
merambahnya revousi industri 4.0 masuk ke dalam dunia pendidikan maka diperlukan
perbaikan kurikulum dengan peningkatan kompetensi peserta didik, antara lain
(Yusnaini, 2019):

1. Critical thinking
2. Creativity and Innovation
3. Interpersonal skill and communication
4. Teamwork and collaboration
5. Confident
Seiring dengan berkembangnya teknologi, cara belajar mengajar berubah di era
revolusi industri 4.0. Dua sarana yang akan memudahkan proses belajar mengajar ialah
internet dan komputer. Proses pembelajaran yang dulunya harus dilakukan dengan tatap
muka secara langsung antara guru dan siswa, sekarang pada era revolusi industri 4.0
pembelajaran dapat dilakukan dengan kelas online melalui media sosial atau media
lainnya yang mendukung proses pembelajaran online. Dengan adanya internet dan
kecepatan search engine melahirkan gerakan literasi digital. Pencarian teori, konsep,
praktik, dan jenis keilmuan apapun via internet menjadi sangat mudah dan sangat cepat.
Dengan kecepatan pengaksesan data dan internet, pemerintah Indonesia mulai
mencanangkan tiga jenis literasi (salah satunya literasi digital) dalam menghadapi
revolusi industry 4.0 pada tahun 2017 (Risdianto, 2019). Konsep literasi ini tidak hanya
bertumpu pada “membaca” namun juga peningkatan kemampuan untuk menganalisis
dan menggunakan informasi-informasi digital yang diperoleh (Aoun, 2017) untuk
keperluan yang benar, menghindari hoax, dll.

Pada segi Pembelajaran di era revolusi industri 4.0, para pendidik dapat menerapkan
model hybrid/blended learning. Blended learning merupakan metode yang
menggabungkan pembelajaran tatap muka dikelas dengan pembelajaran online (Wilson,
2015). Contoh dari blended learning yaitu penggunaan sistem learning management
system pada sebuah perguruan tinggi ataupun sekolah. Sistem learning management
sistem dapat mempermudah proses pembelajaran karena sitem ini berjalan secara online
jadi siswa dan pengajar tidak perlu melakukan tatap muka secara langsung. Mereka dapat
melakukan diskusi online, ujian online, dan siswa dapat mengunduh materi secara online
pada sistem. Sistem ini dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
Prinsip Pembelajaran Pendidikan Di Era revolusi 4.0

Prinsip pokok pembelajaran 4.0 dapat dikembangkan dan dijelaskan sebagai


berikut:

Instruction should be student-centered

Pengembangan pembelajaran semestinya menggunakan pendekatan pembelajaran yang


berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif
mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya.

Education should be collaborative

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orangorang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya.
Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa
berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.

Learning should have context

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan
siswa di luar sekolah.

Schools should be integrated with society

Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab,
sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya

Di era revolusi industri 4.0 siswa dituntut untuk berfikir kritis oleh karena itu,
pembelajaran case – base Learning atau pembelajaran berbasis kasus menjadi metode
yang bisa diterapkan pada proses pembelajaran. Case-base Learning sendiri merupakan
teknik pembelajaran yang berpusat pada pengembangan potensi siswa dalam
menganalisis suatu kasus dan memberikan pemecahan masalah terhadap kasus tersebut.
Solusi pemecahan kasus tersebut harus relevan dengan refleksi kehidupan sehari-hari.
Case-base learning bertujuan agar siswa terbiasa memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata dengan benar. (Bhakti, 2018). Sebuah proses pembelajaran tidak lepas dari peran
pengajar atau guru untuk itu di era revolusi industri 4.0 ini dibutuhkan pengajar yang
memiliki core competence yang kuat meliputi educational competence, competence in
research, competence for digital, competencein globalization, dan competence in future
straties.

Era revolusi industri 4.0 ini guru memiliki bebrapa tantangan dalam dunia
pendidikan yaitu kesiapan guru dalam akses dan penguasaan teknologi, masih rendahnya
tingkat media literasi dikalangan guru, dan hanya sebagian guru yang mempunyai akses
terhadap teknologi informasi. Tantangan bagi jumlah siswa yang masih terlalu banyak
sehingga menimbulkan kesulitan dalam proses pembelajaran serta akses terhadap
teknologi informasi yang masih belum merata (Wibawa, 2018). Untuk itu, peran
pemerintah dalam pemerataan pembangunan dan pemerataan fasilitas pendidikan di
wilayah Indonesia harus lebih diutamakan lagi agar nantinya pada saat
pengimplementasian pembelajaran berbasis internet dan teknologi dapat merata hingga
keseluruh wilayah yang ada di negara Indonesia.

Pendidikan di era revolusi industri 4.0 dipandang sebagai pengembangan tiga


kompetensi besar abad ke-21, yakni kompetensi berpikir, bertindak dan hidup di dunia.
Sistem pembelajaran pada masa revolusi 4.0 yang menerapkan kreativitas, berpikir kritis,
kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan karakter, dengan
beberapa aspek dan komponen pembelajaran pendidikan 4.0. Untuk menghadapi
pembelajaran di revolusi industri 4.0, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir
kritis, pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

1. Urgensi Society 5.0


Society 5.0 merupakan sebuah konsep yang di gagas oleh pemerintah Jepang dengan
mempertimbangkan aspek teknologi agar mempermudah kehidupan manusia. Gagasan
ini juga didukung oleh pertimbangan aspek humaniora sehingga diperoleh konsep
keseimbangan dalam implementasi teknologi tersebut. Untuk mencapai sebuah
komunitas masyarakat yang didefinisikan sebagai super smart society, dibutuhkan
berbagai future services dalam beberapa sektor. Hal tersebut dapat terpenuhi jika adanya
kemampuan teknologi yang kuat dan adanya sumber daya manusia yang kompeten dalam
bidang masing-masing untuk menjalankan profesinya secara digital sekaligus
berkontribusi untuk memberikan layanan yang lebih baik untuk masyarakat.
Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat. Melalui
konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan
berkelanjutan. Orang–orang akan disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan pada
waktu yang dibutuhkan. Society 5.0 dapat diartikan sebagai sebuah konsep masyarakat
yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi.
Gambar. 1 Perubahan menuju society 5.0(Government, 2018)

Dalam era society 5.0 masyarakat dihadapkan dengan teknologi yang


memunkinkan pengaksesan dalam ruang maya yang terasa seperti ruang fisik. Dalam
teknologi society 5.0 AI berbasis big data dan robot untuk melakukan atau mendukung
pekerjaan manusia. Berbeda dengan revolusi industri 4.0 yang lebih menekankan pada
bisnis saja, namun dengan teknologi era society 5.0 tercipta sebuah nilai baru yang
akan menghilangkan kesenjangan sosial, usia, jenis kelamin, bahasa dan menyediakan
produk serta layanan yang dirancang khusus untuk beragam kebutuhan individu dan
kebutuhan banyak orang.
Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 ialah keseimbangan dalam
perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada
era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya sosialisasi
antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi lainnya) akan berkurang.
agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan teknologi tidak hanya
sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat
memasyurkan kehidupan antar umat. Contoh dari society 5.0 dibidang sosial yaitu
dengan penggunaan AI untuk menganalisis big data dari berbagai informasi seperti satelit
buatan, radar cuaca didarat, pengamatan daerah bencana dengan drone, dan informasi
kerusakan dari sensor bangunan.

Gambar. 2 Contoh teknologi pada Society


5.0 dibidang sosial

Di bidang pendidikan pada era society 5.0 bisa jadi siswa atau mahasiswa dalam
proses pembelajarannya langsung berhadapan dengan robot yang khusus dirancang untuk
menggantikan pendidik atau dikendalikan oleh pendidik dari jarak jauh. Bukan tidak
mungkin proses belajar mengajar bisa terjadi dimana saja dan kapan saja baik itu dengan
adanya pengajar ataupun tidak.

2. Upaya yang harus Dilakukan Indonesia dalam Mengahadapi Era Society 5.0 pada
Dunia Pendidikan
Belum selesai dengan era revolusi industri 4.0 Indonesia dikejutkan dengan konsep
baru yaitu society 5.0. Fokus keahlian bidang pendidikan saat ini meliputi cretivity,
critical thingking, communicaion dan collaboration atau yang dikenal dengan 4Cs
(Risdianto, 2019). Beberapa kemampuan yang harus dimiliki saat ini meliputi :
leadership, digital literacy, communication, emotional intelligence, enterpreneurship,
global citizenship, problem solving, team-working. Apakah pendidikan kita siap untuk
menghadapi society 5.0?. Beberapa cara yang bisa dilakukan oleh dunia pendidikan di
Indonesia untuk menghadapi society 5.0 yaitu:
a) Pertama dilihat dari infrastruktur, pemerintah harus berusaha untuk meningkatkan
pemerataan pembangunan dan perluasan koneksi internet ke semua wilayah Indonesi,
karena seperti yang kita ketahui bahwa saat ini belum semua wilayah Indonesia dapat
terhubung dengan koneksi internet.
b) Kedua, dari segi SDM yang bertindak sebagai pengajar harus memiliki
keterampilan dibidang digital dan berfikir kreatif. Menurut Zulkifar Alimuddin,
Director of Hafecs ( Highly Functioning Education Consulting Services ) menilai di
era masyarakat 5.0 ( society 5.0 ) guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam
mengajar di kelas (Alimuddin, 2019).
c) Ketiga, pemerintah harus bisa menyinkronkan antara pendidikan dan industri agar
nantinya lulusan dari perguruan tinggi maupun sekolah dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh industri sehingga nantinya
dapat menekan angka pengangguran di Indonesia. Keempat, menerapkan teknologi
sebagai alat kegiatan belajar – mengajar.
d) Terakhir sekolah dan tenaga pengajar juga wajib menerapkan blended learning kepada
peserta didik dan memberikan informasi kepada wali mereka untuk melakukan
pembelajaran tatap muka dan jarak jauh dalam waktu yang bersamaan.

Society 5.0 merupakan sebuah masa di mana masyarakat berpusat pada manusia
yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial oleh
sistem yang mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. Society 5.0 akan
menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan menyelesaikan masalah sosial. Tiga
kemampuan tertimggi yang dibutuhkan adalah kemampuan memecahkan masalah
kompleks, berpikir kritis, dan kreativitas. Penguasaan ketiga kemampuan utama yang
dibutuhkan masa depan menjadi tanggung jawab dunia pendidikan. Anak-anak yang
sekarang duduk di bangku sekolah merupakan pemilik masa depan tersebut. Masa depan
dengan kontribusi masyarakat 5.0, tapi sekaligus berada pada era VUCA yang penuh
dengan gejolak, tidak pasti, rumit serta serba kabur. Para pemegang masa depan tersebut
tidak cukup dibekali dengan timbunan ilmu pengetahuan, tapi juga cara berpikir.
Cara berpikir yang harus selalu dibiasakan ialah cara berpikir untuk untuk
beradaptasi dengan masa depan yaitu analisis, kritis, dan kreatif. Cara berpikir itulah
yang disebut cara berpikir tingkat tinggi Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Kemampuan HOTS dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Yakni, dengan
memberikan ruangkepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbais
aktivitas. Ini dapat mendorong peserta didik untuk mrmbangun kreativitas dan berpikir
kritis. Para guru boleh memilih model pembelajaran, seperti discovery learning, project
based learning, problem based learning, dan inquiry learning. Semua model tersebut
mengajari dan mengembangkan nalar kritis anak didik.

Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), Muhammad


Nasir, menerangkan bahwa ada empat hal yang harus menjadi perhatian perguruan
tinggi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi.
1) Pertama, pendidikan berbasis kompetensi menjadi salah satu misi utama
perguruan tinggi di era sekarang (Pemerintah, 2005). Setiap mahasiswa
mempunyai bakat dan kemampuannya masing–masing oleh karena itu,
pendekatan teknologi informasi dibutuhkan untuk membantu menentukan
program studi yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
2) Kedua, pemanfaatan ( IoT ) Internet of things pada dunia pendidikan. Dengan
adanya IoT dapat membantu komunikasi antara dosen, mahasiswa dalam proses
belajar mengajar.
3) Tiga, pemanfaatan virtual/augmented reality dalam dunia pendidikan. Dengan
digunakannya augmented reality dapat membantu mahasiswa dalam memahami
teori-teori yang membutuhkan simulasi tertentu sesuai dengan kondisi
sebenarnya. Teknologi 3D pada augmented reality membuat pemakainya
merasakan simulasi digital, layaknya kegiatan fisik nyata. Misalkan pada
simulasi pesawat terbang yang digunakan oleh para siswa penerbangan untuk
lolos uji coba, sebelum melakukan praktik terbang langsung dengan pesawat
sebenarnya.
Pemanfaatan tiga teknologi diatas yaitu artificial intelligence, IoT dan
augmented reality diharapkan bisa menciptakan lulusan yang berkualitas dan memiliki
kompetensi yang siap pakai di dunia industri (Munanda, 2019).
Selain hal tersebut tenaga pendidik juga harus memiliki kecakapan dan memiliki
kemampuan leadership, digital literacy, communication, entrepreneurship, dan problem
solving. Karena zaman yang semakin maju ditambah lagi di era revolusi industri 5.0
disemua sektor akan menjadi lebih maju. Jika dunia Pendidikan tidak dipersiapkan dan
mengikuti perkembangan zaman yang begitu pesat, maka pendidikan di Indonesia akan
sangat tertinggal jauh. Tenaga pendidik di abad society 5.0 ini harus menjadi guru
penggerak yang mengutamakan murid, inisiatif untuk melakukan perubahan terutama
untuk peserta didik, mengambil tindakan tanpa ada yang menyuruh, dan terus berinovasi
serta keberpihakan kepada peserta didik.
Pada era 5.0, industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas
manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana, dikenal dengan istilah Internet
of Things (IoT). Industri 5.0 telah memperkenalkan teknologi produksi massal yang
fleksibel, mesin akan beroperasi secara independen atau berkoordinasi dengan manusia,
mengontrol proses produksi dengan melakukan sinkronisasi waktu dengan melakukan
penyatuan dan penyesuaian produksi. Salah satu karakteristik unik dari industri 5.0
adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Berkembangnya era revolusi industri 5.0 tentunya berdampak dalam
dunia pendidikan. Era revolusi industri 5.0 telah mengubah cara berpikir tentang
pendidikan. Perubahan yang dibuat bukan hanya cara mengajar, namun yang terpenting
adalah perubahan dalam perspektif konsep pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum untuk saat ini dan masa depan harus melengkapi kemampuan
siswa dalam dimensi pedagogik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama
(kolaborasi) dan berpikir kritis dan kreatif. Mengembangkan soft skill dan transversal
skill, serta keterampilan tidak terlihat yang berguna dalam banyak situasi kerja seperti
keterampilan interpersonal, hidup bersama, kemampuan menjadi warga negara yang
berpikiran global, serta literasi media dan informasi.
Tetapi sebenarnya Revolusi Industri 5.0 bukanlah hal baru. Karena merupakan
antithesis dari Revolusi Industri 4.0, era yang kembali pada masa industri. Kolaborasi
manusia dan teknologi dan digital semakin nyata. Banyak robot yang sudah mulai
diarahkan untuk berkolaborasi dan bersentuhan langsung dengan manusia. Dapat
dibayangkan dibidang pendidikan manusia dan robot akan berkolaborasi dalam proses
pembelajaran, baik dalam ruang kelas nyata maupun virtual seperti sekarang ini. Peserta
didik bisa saja berhadapan dengan robot yang dikendalikan pendidik. Tetapi, dengan
adanya sistem yang baru di era ini peran guru tidak akan terganti oleh teknologi. Karena
disini terdapat peran guru yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh teknologi,
diantaranya adalah interaksi secara langsung di kelas, ikatan emosional antara guru dan
siswa, dan juga penanaman karakter dan teladan seorang guru.

3. Pendidikan Karakter Mempersiapkan Era Society 5.0


Pendidikan karakter merupakan usaha dan upaya yang dilakukakan di dalam
membangun karakter para siswa agar merealisasikan nilai-nilai secara normatif. Berdasarkan
titik konsep tersebut, maka hal yang dapat dilakukan dalam menguatkan implementasi dari
pendidikan karakter adalah dengan berupaya secara intens untuk dapat membangun jenis
karakter akan ditanamankan pada siswa (Sudrajat, 2011).
Pada upaya meningkatkan pendidikan karakter sendiri, pemerintah telah membuat
program gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada tahun 2010. PPK tersebut
termaktub dalam delapan butir Nawacita, yakni gerakan revolusi mental dan revolusi karakter
di sektor pendidikan (Jumarudin, Gafur, & Suardiman, 2014). Ada lima elemen nilai karakter
yang terdapat dalam dimensi pendidikan yang perlu untuk digalakkan,yakni:

 Keagamaan
Keagamaan merupakan penanaman pendidikan karakter dalam dimensi teologis.
Manifestasi dari penanaman karakter dengan mengedepankan nilai-nilai agama adalah
dengan menghargai dan menghormati pluralitas yang ada, toleransi antar umat
beragama, tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain, dan saling mencintai
antar umat tanpa membeda-bedakan dari segi apapun. Perkembangan revolusi industri
5.0 tentu memberikan tantangan tersendiri, khususnya dalam dimensi keagamaaan.
 Nasionalis
Penanaman karakter nilai nasionals merupakan manifestasi cara bersikap dan bertindak
yang menitikberatkan kebutuhan atau kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Sub nilai yang dapat diambil dari penanaman nilai
nasionalis lainnya dapat ditemukan adanya pola perilaku peserta didik yang dapat
menghormati nilai-nilai keluhuran budaya bangsa, sikap toleransi, saling menghargai
dan menghormati serta cinta terhadap tanah air.
 Mandiri
Nilai karakter mandiri dapat dimaknai sebagai perilaku individu yang tangguh serta
tidak mengedepankan bantuan orang lain. Implikasi kedepan adalah sikap kreatif,
adanya rasa tanggungjawab, percaya diri, mampu menyelesaikan masalah, dan
mempunyai keterampilan sesuai kemampuannya. (Nefri, 2017).
 Gotong Royong
Penanaman karakter gotong royong merupakan cerminan dari sikap saling kerja sama
(teamwork) dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan jalinan komunikasi antar
sesama. Implikasi penamanan karakter gotong royong yakni peningkatan rasa
kebersamaan, tolong- menolong antar sesama, persatuan, mengutamakan musyawarah
untuk mufakat dan juga rela berkorban demi sesama.
 Integritas
Integritas merupakan nilai karakter yang bersifat fundamental yang dimiliki individu
untuk dapat menjadi manusia yang sapat dipercaya, berdedikasi, dan memiliki
komitmen yang kuat serta kredibilitas yang mumpuni. Pada perkembangan era 5.0
karakter atau pribadi yang berintegritas tentu sangat diperlukan dan dibutuhkan sekali.
Hal tersebut mengingat kepada era 5.0 yang diketahui banyak kekurangan pribadi-
pribadi yang berintegritas dan berwawasan luas. Pribadi-pribadi yang kurang
berintegritas tersebut dapat terjadi dikarenakan pola hidup serta pengaruh gaya
kebarat- baratan, yang menurut penulis hal tersebut juga telah melunturkan budaya
yang ada dibangsa sendiri.

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan
Era society 5.0 merupakan era di mana masyarakat yang berpusat pada manusia
(human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Pendidikan di era society 5.0
yaitu pendidikan yang memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar dan
pembelajaran yang mampu mewujudkan peran manusia, dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik seluas-luasnya untuk mengembangkan potensinya.
Era society 5.0 ini secara tidak langsung membawa dampak perubahan yang
semakin laju pada beberapa lini kehidupan, seperti ekonomi, sosial, budaya dan juga
pendidikan tentunya. Hal ini sangat erat dengan perubahan dalam lini pendidikan
karena, sumber daya yang disiapkan dalam menghadapi setiap era adalah individu
yang awalnya adalah peserta didik dilingkungan pendidikan. Oleh karena itu,
pendidikan dirasa harus melakukan perubahan dan perkembangan sesuai dengan
tuntutan era, yakni dalam hal ini era society 5.0 yang sejalan dengan revolusi industri
4.0 yang menitikberatkan pada laju perkembangan teknologi. Pada pendidikan itu
sendiri, era society 5.0 mempengaruhi perkembangan pembelajaran baik dari segi
model, metode dan medi pembelajarannya.

B. Saran
Dengan adanya peran society 5.0 didalam dunia pendidikan dihararapkan dapat membawa
perubahan besar bagi sekolah, tenaga pengajar, hingga peserta didik. Diharapakan juga agar
siswa dan tenaga pendidik bisa bekerja sama dan menerapkan society 5.0 ini dengan baik dan
optimal.
DAFTARPUSTAKA
Putriani & Hudaidah. (2021). Penerapan Pendidikan Indonesia Di Era Revolusi Industry
4.0. universitas pahlawan.
Sumarno, S. (2019). Pembelajaran Kompetensi Abad 21 Menghadapi Era Society 5.0.
Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan Dan Pembelajaran), 3, 272-287.
Retrieved from
Ahmad, I. (2018). Proses Pembelajaran Digital Dalam Era Revolusi Industri 4.0. Direktur
Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan. Kemenristek Dikti.
Lampiran1

A. IdentitasDiriKetuadanAnggota

1. Ketua
1. NamaLengkap Tiara Mahardika

2. JenisKelamin Perempuan

3. ProgramStudi PendidikanEkonomi

4. NIM 21053109

5. Tempat Padang Panjang, 11 Agustus 2002


danTanggalL
ahir
6. AlamatE-mail tiaramahardika420@gmail.com

7. NomorTelepon/HP 085272125285

2. Anggota
1. NamaLengkap Wiwin Anjelina Butarbutar

2. JenisKelamin Perempuan

3. ProgramStudi Pendidikan Ekonomi

4. NIM 21053113

5. TempatdanTanggal Lumban Butarbutar,22 Juli 2002


Lahir

6. AlamatE-mail wiwinenjel@gmail.com

7. NomorTelepon/HP 082273109471

1. NamaLengkap Rianti Hanafiah

2. JenisKelamin Perempuan

3 ProgramStudi Pendidikan Ekonomin


.

4. NIM 21053032
5 TempatdanTanggal
. Lahir

6 AlamatE-mail
.

7. NomorTelepon/HP

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang pernah di ikuti


No. JenisKegiatan StatusDalam Waktu
Kegiatan danTem
pat

1.

2.

C. PenghargaanYangPernahDiterima
No. JenisPenghargaan PihakPemberiPenghargaan Tahun

1.

2.

Semua data yang saya isikan dan tercantum di dalam biodata ini adalah benar
dandapatdipertanggungjawabkansecarahukum.Apabiladikemudianhariternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerimasanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Lomba
LKTI PIS 2022.

Padang, 12 Agustus 2022


Ketua,

Tiara Mahardika
Lampiran2:BiodataDosenPendamping

A.IdentitasDiri
BiodataDosenPendamping

A. IdentitasDiri
1. NamaLengkap(dengang
elar)

2. JenisKelamin

3. ProgramStudi

4. NIP/NIDN

5. TempatdanTanggalLahir

6. AlamatE-mail

7. NomorTelepon/HP

Lampiran3

KontribusianggotapenulistermasukDosenPendamping
No. Nama PosisiP BidangIlmu Kontribusi
enulis

1. Tiara Mahardika Penulis Pendidikan MelakukanP


Pertama Ekonomi engumpulan
datamelalui
datasekunde
r diBPS
(BadanPusat
Statistik)

2. Wiwin Anjelina Penulis Pendidikan


Butarbutar Kedua Ekonomi

3. Rianti Hanfiah Penulis EkonomiPem


ketiga bangunan

Anda mungkin juga menyukai