Anda di halaman 1dari 8

97

Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika


ISSN 2089-6158 (Print) 2620-3944 (Online)
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020
DOI : https://doi.org/10.20961/jmpf.v10i2.46463
URL : https://jurnal.uns.ac.id/jmpf/article/view/46463

Integrasi Nanoteknologi Dalam Pembelajaran Di Era Society 5.0:


Kajian dari Perspektif Pembelajaran Fisika

Harry Affandy1
Doctorate Program of Natural Science Education, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Jalan Ir. Sutami No. 36A, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Telp/Fax (0271) 648939
*Corresponding author e-mail: affandy_hry@student.uns.ac.id

Info Artikel ABSTRAK


Riwayat Artikel : Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan dan prinsip integrasi
nanoteknologi dalam pembelajaran di Era society 5.0. Kajian integrasi tersebut
Diterima 12 Juli 2020 ditinjau dari perspektif pembelajaran Fisika. Metode kajian yang digunakan
Disetujui 25 September 2020 untuk mengungkap prinsip dan faktor yang mempengaruhi efektivitas integrasi
Diterbitkan 30 Oktober 2020 nanoteknologi dalam pembelajaran fisika, kajian yang dipaparkan pada tulisan
ini didasarkan pada analisis literatur yang relevan (desk analysis). Prinsip dasar
dalam penggunaan nanoteknologi dalam pendidikan Fisika adalah sebagai
penguat pemahaman konseptual dan intuisi Fisika, sehingga pembelajaran tidak
Kata Kunci: hanya sebatas mengetahui tetapi dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, Guru dapat menciptakan suatu kondisi yang
Fisika; dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa sehingga siswa antusias untuk
Integrasi; belajar. Tiga faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan pengemabngan dan
Nanoteknologi; integrasi nanoteknologi dalam pembelajaran fisika, yaitu: faktor desain
Society 5.0. rancangan teknologi, faktor peranan guru dalam penerapan teknologi tersebut,
dan faktor konteks pendidikan dimana teknologi tersebut diterapkan.

© 2020 The Authors


This is an open access article under the CC BY
license

PENDAHULUAN
Penghambat jalannya Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri dapat dipandang sebagai diantaranya adalah kurangnya keterampilan tenaga
suatu perubahan cara hidup manusia dan proses kerja kerja yang memadai, masalah keamanan teknologi
secara fundamental (Kompas, 2018). Pada era komunikasi, keandalan stabilitas mesin produksi,
Industri 4.0, tercipta kemajuan teknologi informasi ketidakmampuan untuk berubah oleh pemangku
yang mengintegrasikan dua dunia; dunia kehidupan kepentingan, serta banyaknya kehilangan pekerjaan
dengan dunia digital, yang tentunya berdampak karena semua berubah menjadi otomatis (Kompas,
terhadap berbagai disiplin ilmu (Kemenperin, 2017). 2018).
Kehadiran revolusi Industri 4.0 membuat Pada sisi lain, teknologi juga berdampak
wajah baru dalam fase kemajuan teknologi suatu positif, yaitu tergantung bagaimana individu dalam
bangsa. Dalam revolusi Industri 4.0, teknologi meminimalisir resiko dan memanfaatkan peluang
manufaktur telah memasuki fase pada trend yang muncul pada transformasi Revolusi Industri 4.0.
otomatisasi dan pertukaran data. Yaitu mencakup Hal ini dapat terjadi sangat berbeda dengan apa yang
sistem cyber-physic, internet of things (IoT), cloud dialami oleh manusia sebelumnya.
computation, dan cognitive computation (Fukuda, Negara Jepang menyampaikan bahwa dunia
2020). Lahirnya teknologi digital yang menyertai saat ini akan memasuki era Society 5.0 atau
Revolusi Industri 4.0 berdampak terhadap tatanan Masyarakat 5.0. Secara konsep adalah tatanan
kehidupan manusia di seluruh dunia. masyarakat yang berpusat pada manusia (human-

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 98
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

centered) dari kecanggihan teknologi yang perhatian, termasuk bagaimana dunia Pendidikan
dihasilkan. Revolusi industri 4.0 dengan salah satu mempersiapkannya (Foresti et al., 2020).
produk berupa kecanggihan teknologi informasi, Pendidikan berperan besar dalam
dinilai berpotensi dalam mendegradasi peran mewujudkan kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan
manusia. Hal ini yang membuat Jepang mencetuskan bertugas menyiapkan generasi yang mampu
sebuah konsep yaitu Society 5.0. Salah satu ide dasar beradaptasi dan mendukung perkembangan
dari konsep ini, diharapkan produk kecerdasan buatan teknologi. Pendidik melalui proses pembelajaran
akan mentransformasi big data dari produk transaksi sebagai ujung tombak dalam penyiapan tersebut,
internet pada segala bidang kehidupan menjadi suatu termasuk pendidik fisika. Pendidik fisika perlu
kearifan yang baru. Yaitu, menciptakan harapan merancang dan mengembangkan pembelajaran yang
untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk
membuka peluang-peluang baru bagi kemanusiaan lebih siap dalam pemanfaatan dan pengembangan
(Nieuważny et al., 2020). teknologi yang dapat membantu pekerjaan manusia
Konsep Society 5.0 adalah konsep masyarakat dan untuk membuat hidup lebih bermakna.
masa depan yang dicita-citakan oleh pemerintah Trend produk perkembangan teknologi saat
Jepang. Pemerintah Jepang mengemukakan bahwa ini adalah yang berbasis Nanoteknologi.
era Industry 4.0 lebih berfokus pada proses produksi, Nanoteknologi adalah sebuah cabang ilmu yang
sedangkan Society 5.0 lebih menekankan pada upaya berfokus pada materi-materi pada ukuran antara 1
menempatkan manusia sebagai pusat inovasi (human hingga 100 nanometer (1 nm = 10-9 meter). Pada
centered) adapun kemajuan teknologi dimanfaatkan dasarnya, nanoteknologi adalah perluasan ilmu-ilmu
untuk meningkatkan kualitas hidup, tanggung jawab yang ada pada skala nano (Gehrke, 2018). Salah satu
sosial dan berkembang keberlanjutan (Fukuda, 2020). aspek skala nano yang terpenting adalah bahawa
Kompleksitas kondisi kehidupan masyarakat semakin objek-objek menjadi kecil, semakin besar
era Society 5.0, peserta didik tidak cukup dibekali nisbahnya antara luas permukaan dengan isi padu.
dengan kemampuan membaca, menulis dan berhitung Salah satu aspek skala nano yang terpenting adalah
atau lebih dikenal dengan sebutan “Tree R” (reading, bahwa semakin benda menjadi kecil, semakin besar
writing, arithmetic), tetapi juga perlu dibekali nisbahnya antara luas permukaan dengan volume
kompetensi masyarakat global atau juga disebut (Satterfield et al., 2009).
kecakapan abad 21, yakni kemampuan Fenomena ini telah memungkinkan
berkomunikasi, kreatif, berpikir kritis, dan penciptaan bahan-bahan yang menarik serta
berkolaborasi atau dikenal dengan sebutan “4Cs”, penggunaan-penggunaan yang baru. Fenomena ini
yaitu communicators, creators, critical thinkers, and telah memungkinkan penciptaan bahan-bahan yang
collaborators (Ustundag & Cevikcan, 2018). menarik serta petunjuk-petunjuk yang baru. Bahan-
Era society 5.0 ditandai peningkatan program bahan yang legap menjadi transparan (tembaga);
digitalisasi yang didukung oleh empat faktor: 1) bahan yang stabil menjadi bahan dapat bakar
peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan (aluminium); padat menjadi cair pada suhu kamar
konektivitas; 2) munculnya analisis, kemampuan, dan (emas); dan insulator menjadi konduktor (silikon).
kecerdasan bisnis; 3) terjadinya bentuk interaksi baru Produk nanoteknologi berupa alat-alat solek
antara manusia dengan mesin; dan 4) instruksi dan lotion pelindung cahaya matahari yang lebih
transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D baik, serta seluar kalis air. Perolehan-perolehan
printing (Fukuda, 2020). cemerlang dalam nanoteknologi telah menghasilkan
Revolusi industri 4.0 dan society 5.0 alat-alat solek dan lotion pelindung sinar matahari
merupakan momentum perubahan bagi negara yang lebih baik, serta celana kedap air.
berkembang, termasuk Indonesia. Bangsa Indonesia Teknologi nano adalah pembuatan dan
memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalan penggunaan materi atau devais pada ukuran sangat
dan menjadi negara maju. Meskipun Indonesia kecil. Materi atau devais ini berada pada ranah 1
memiliki karakter demografi yang berbeda dengan hingga 100 nanometer (nm). Satu nm sama dengan
Jepang dan bahkan diproyeksikan Indonesia akan satu-per-miliar meter (0.000000001 m), yang berarti
mencapai bonus demografi mulai tahun 2020 sampai 50.000 lebih kecil dari ukuran rambut manusia.
dengan tahun 2035, namun model society 5.0 yang Saintis menyebut ukuran pada ranah 1 hingga 100 nm
diperkenalkan Jepang yang fokus pada kerja sama ini sebagai skala nano (nanoscale), dan material yang
antara manusia dan mesin dan menitikberatkan pada berada pada ranah ini disebut sebagai kristal-nano
kesiapan masyarakat secara inklusif (baik tua-muda (nanocrystals) atau material-nano (nanomaterials).
atau di perkotaan-perdesaan) untuk menyambut Skala nano terbilang unik karena tidak ada
perubahan teknologi, robotisasi, internet of thing, struktur padat yang dapat diperkecil. Hal unik lainnya
artificial intelligence, maupun big data harus menjadi adalah bahwa mekanisme dunia biologis dan fisis

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 99
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

berlangsung pada skala 0.1 hingga 100 nm. Pada buku-buku yang berkaitan langsung maupun tidak
dimensi ini material menunjukkan sifat fisis yang langsung dengan judul penelitian ini. Pada penelitian
berbeda; sehingga ilmuwan berharap akan ini berusaha dikumpulkan dan dikaji berbagai pustaka
menemukan efek yang baru pada skala nano dan yakni, buku-buku yang relevan dan tulisan ilmiah
memberi terobosan bagi teknologi. lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
Terobosan nanoteknologi sangat penting Tahap pertama, masing-masing literatur
diajarkan di sekolah, karena dapat meningkatkan utama dan pendukung dikaji secara menyeluruh
minat dan motivasi belajar. Sayangnya dalam untuk menemukan ide utama dari sumber tersebut
Pendidikan di Indonesia belum mengintegrasikan yang terkait dengan topik kajian ini, yaitu menjawab
Konsep Nanoteknologi dalam pembelajaran, pertanyaan: Apa pandangan pakar terkait dengan
khususnya pembelajaran Fisika. integrasi nanoteknologi dalam pembelajaran fisika?
Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan Pertanyaan pokok tersebut kemudian dijabarkan
alam, sehingga fisika juga harus berdasarkan temuan dalam dua sub-pertanyaan, yaitu: (1) Apa prinsip
yang ilmiah dan terjadi di sekitar. Sehingga dalam penggunaan nanoteknologi dalam pembelajaran
pembelajaran fisika harus ditanamkan tentang konsep fisika? dan (2) Apa faktor yang mempengaruhi
dasar hingga pengembangan keterampilan sains dan keberhasilan integrasi nanoteknologi dalam
berpikir. pembelajaran fisika?
Pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan
masih minim inovasi. Pembelajaran cenderung HASIL DAN PEMBAHASAN
berpusat pada pendidik (Utami et al., 2017). Pendidik
hanya mentransfer pengetahuannya saja tanpa Merujuk pada rumusan masalah dalam kajian
memikirkan apakah peserta didik sudah memahami ini adalah menjawab dua hal, yaitu bagaimana
konsep yang disampaikan atau belum (Utami et al., peranan nanoteknologi dalam pembelajaran fisika
2017). Oleh karena itu, penting untuk dilakukan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya,
kajian mengenai integrasi Nanoteknologi dalam maka diskusi pada bagian ini difokuskan pada dua hal
pembelajaran. tersebut.

METODE 3.1. Peranan Nanoteknologi dalam Pembelajaran


Fisika
Metode kajian yang digunakan untuk Kajian dalam fisika bersifat non-fisik, yaitu
mengungkap prinsip dan faktor yang mempengaruhi
mengkaji struktur ide-ide yang bersifat abstrak.
efektivitas integrasi nanoteknologi dalam
pembelajaran fisika, kajian yang dipaparkan pada Dengan demikian, Ketika seseorang sedang belajar
tulisan ini didasarkan pada analisis literatur yang fisika, sesungguhnya dia sedang mengkaji ide-ide
relevan (desk analysis). fisika dimana ide-ide tersebut terhimpun dalam
Pemilihan literatur didasarkan pada dua kumpulan konsep dan prinsip yang saling berkaitan
pertimbangan kriteria, yaitu (1) literatur yang antara yang satu dengan yang lainnya. Keterkaitan
dijadikan dasar memiliki kaitan langsung dengan tersebut kemudian membentuk suatu sistem.
topik pertanyaan yang ingin diungkap, bukan literatur
Abstraknya objek kajian Fisika ini ditengarai
sekunder, dan (2) konten dari literatur tersebut dapat
diyakini validitas dan kredibilitasnya, yaitu sebagai penyebab sulitnya siswa memahaminya.
bersumber dari literatur yang dipublikasikan oleh Dalam hal ini, teknologi digital dipandang sebagai
penerbit yang bereputasi. alternatif media yang efektif untuk membantu siswa
Riset kepustakaan dilakukan dengan metode menemukan dan mengembangkan konsepsi mereka
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat tentang Fisika yang abstrak tersebut (Herayanti et al.,
serta mengolah bahan penelitian. Sumber data yang
2017).
diambil sebagai berikut: (1) Sumber data primer,
yaitu data yang diperoleh dari data-data sumber Kemajuan teknologi menawarkan berbagai
primer yaitu sumber asli yang memuat informasi atau kemudahan bagi manusia untuk memperoleh
data berupa artikel ilmiah dan buku. (2) Sumber data informasi dalam waktu singkat. Pemenuhan
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang kebutuhan manusia akan informasi menjadi lebih
bukan asli, yang memuat informasi atau data tersebut, cepat dengan hadirnya internet. Salah satu manfaat
yaitu dari jurnal nasional maupun internasional. internet bagi pendidikan adalah sebagai media
Teknik pengumpulan data yang digunakan
pembelajaran.
adalah teknik library research, yakni penelitian
kepustakaan dengan menelaah dan menganalisis

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 100
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

Terdapat tiga fungsi internet sebagai media Rancangan pengembangan dilakukan melalui model
dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai pengembangan pengajaran oleh Plomp (1997) yang
komplemen (pelengkap), suplemen (tambahan), dan terdiri dari empat tahap yaitu tahap pengkajian awal,
substitusi (pengganti). Internet sebagai media tahap perencanaan, tahap realisasi/konstruksi, dan
pembelajaran menjadi salah satu pilihan yang tahap implementasi seperti terlihat pada gambar 1.
mendukung kegiatan pembelajaran. Penguasaan teknologi menjadi syarat yang
Media dalam pembelajaran merupakan alat harus dipenuhi untuk mempersiapkan society 5.0.
yang membantu terlaksananya proses belajar Fokus utamanya adalah kualitas sumber daya
mengajar (Smaldino, Sharon E. Lowther & Russell, manusia, agar tidak terhambat oleh disrupsi namun
2011). Media pembelajaran adalah semua alat yang dapat memanfaatkan teknologi untuk peningkatan
digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran produktivitas dengan pesat. Semua pihak harus
kepada peserta didik yang disusun secara terencana terlibat dalam menyiapkan sumber daya manusia
oleh pendidik yang dapat merangsang peserta didik memasuki. Pendidikan yang berkualitas berpotensi
untuk belajar secara efektif dan efisien dalam meningkatkan inovasi serta produktivitas, termasuk
lingkungan belajar yang kondusif. mempercepat kemunculan dan penguasaan teknologi
Pemanfaatan media pembelajaran dapat baru (Smaldino, Sharon E. Lowther & Russell, 2011).
dimanfaatkan untuk visualisasi yang menggambarkan Pendidik menyiapkan peserta didik dengan
perkembangan dan manfaat mempelajari Fisika pembelajaran yang selain mendukung penguasaan
dalam nanoteknologi. Media bukanlah satu-satunya konten, juga mendukung penguasaan keahlian dan
komponen penentu keberhasilan dalam proses kemampuan beradaptasi. Upaya yang dapat
pencapaian hasil belajar. Penggunaan model dilakukan adalah pembelajaran menggunakan cara
pembelajaran yang tepat, metode yang akurat, yang lebih kreatif dan memanfaatkan teknologi.
pendekatan pengajaran yang memberikan dampak Pendidik fisika perlu membekali peserta didik
signifikan juga harus mendapat perhatian, terutama dengan keterampilan abad 21, melalui pembelajaran.
oleh para pengajar, guru maupun dosen. Pendidik fisika harus memiliki visi penyiapan peserta
didik menuju society 5.0. Keterampilan abad 21
3.2. Prinsip Integrasi Nanoteknologi dalam
dibutuhkan peserta didik untuk berkembang sesuai
Pembelajaran Fisika
zamannya dan kemajuan teknologi, serta bersaing
Proses pengintegrasian konteks nanoteknologi secara global. Keterampilan abad 21 terdiri atas:
di dalam pembelajaran kimia bertujuan agar siswa berpikir kritis dan pemecahan masalah, berkolaborasi
dapat lebih mengetahui manfaat dari ilmu dan kepemimpinan, ketangkasan dan beradaptasi,
pengetahuan yang mereka pelajari dan proses inisiatif dan entrepreneur, berkomunikasi efektif,
pembelajaran yang mereka lakukan. Selain itu, proses mengakses dan menganalisis informasi, dan
pembelajaran juga akan menjadi lebih bermakna. membangun rasa ingin tahu dan imajinasi (Khine &
Proses pengintegrasian konteks nanoteknologi Fisher, 2003)
ini dapat dilakukan dengan cara membuat modul atau Keterampilan abad 21 relevan untuk Society
bahan ajar yang didalamnya berisi materi-materi 5.0. Pada society 5.0, teknologi bukan sesuatu yang
terkait aplikasi nanoteknologi dan peranannya mengancam tetapi membantu, memudahkan, dan
didalam kehidupan manusia. Dalam pembuatan meningkatkan aktivitas atau pekerjaan manusia.
modul tersebut, dilakukan beberapa tahapan seperti Teknologi sangat vital dan diperlukan. Oleh sebab
analisis kebutuhan yang biasa disebut tahap itu, pemenuhan teknologi untuk implementasi society
pengkajian awal, dan lain-lain. Setelah perangkat 5.0 sangat diperlukan. Teknologi yang dibutuhkan
dinyatakan layak digunakan dilanjutkan dengan untuk mengimplementasikannya belum
pengujian keefektifan perangkat pembelajaran sepenuhnya ada, dan penyiapannya membutuhkan
dengan menggunakan desain pra eksperimen. Dalam pengembangan berkelanjutan di berbagai bidang
penelitian ini akan dikembangkan bahan ajar (Mokhtar, 2017). Melalui pembelajaran fisika dan
pembelajaran kimia SMA berupa modul lembar kerja keterampilan abad 21, diharapkan membekali peserta
siswa, dan RPP dengan mengintegrasikan konteks didik untuk lebih siap menjalani kehidupan sosial
nanoteknologi ke dalam materi pembelajaran kimia. bermasyarakat dengan dukungan teknologi yang

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 101
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

canggih, bahkan menginisiasi pengembangan yang optimal diperoleh oleh AI, yang mampu
teknologi untuk kehidupan bermasyarakat. melampaui kemampuan manusia, dan akan diberikan
Pendidik fisika perlu melakukan pembelajaran kembali ke ruang nyata.
fisika untuk melatihkan keterampilan abad 21 Akibatnya, proses ini akan memberikan nilai
sehingga mendukung society 5.0. Pembelajaran baru kepada industri dan masyarakat dalam berbagai
tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip cara yang sebelumnya mustahil untuk dilakukan.
pembelajaran keterampilan abad 21, yaitu: (1) Dengan kata lain society 5.0, sebuah masa di mana
relevansi pembelajaran; (2) disiplin; (3) masyarakat berpusat pada manusia yang
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi; menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan
(4) mendorong transfer pembelajaran; (5) belajar penyelesaian masalah sosial oleh sistem yang
untuk belajar; (6) perbaikan kesalahpahaman secara mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik
langsung; (7) kerja sama tim; (8) pemanfaatan melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang lahir di
teknologi untuk mendukung pembelajaran; dan (9) era Revolusi industri 4.0.
peningkatan kreativitas (Smaldino, Sharon E. Society 5.0 akan menyeimbangkan
Lowther & Russell, 2011). pembangunan ekonomi dan menyelesaikan masalah
Sementara itu, Zubaidah, (2010) menjelaskan sosial. Perkembangan dan tantangan dunia hari demi
beberapa hal yang harus dilakukan pendidik dalam hari semakin kompleks, para praktisi pendidikan
pembelajaran keterampilan abad 21, yaitu update harus tanggap dalam menyikapi perubahan yang ada.
kualitas, membantu perkembangan partisipasi, Diperlukan reformasi sekolah, peningkatan kapasitas,
personalisasi dan penyesuaian belajar, penekanan profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis,
pembelajaran berdasarkan masalah dan proyek, sarana dan prasarana andal, dan teknologi
mendorong kerjasama dan komunikasi, melibatkan pembelajaran yang mutakhir untuk menghadapi
dan memotivasi peserta didik, membudayakan perkembangan zaman di era society 5.0. Sejauh ini
kreativitas dan inovasi, penggunaan sarana belajar langkah yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah
yang tepat, desain aktivitas pembelajaran yang memperbaharui substansi dari
relevan, ajarkan keterampilan metakognitif, Konteks nanoteknologi yang diintegrasikan ke
hubungan yang baik dalam pembelajaran, dan dalam modul pembelajaran fisika dan kaitannya
pembelajaran berpusat pada siswa yang tanpa batas, dengan disiplin ilmu lain disajikan pada Tabel 1.
dan penilaian yang mendalam. Tabel 1. Integrasi Nanoteknologi dan Kaitannya dengan Disiplin
Society 5.0, big data berkembang secara Ilmu Lain
signifikan, big data terbentuk dari sensor, terhubung
Materi Fisika Integrasi Konsep Interdisiplin
melalui internet of things (IoT), dianalisis Nanoteknologi Ilmu
menggunakan artificial intelligence (AI) dan Besaran dan Skala dan Ukuran Matematika
dimanfaatkan untuk mensejahterakan masyarakat”. Satuan nanoteknologi
Gravitasi Gaya pada ukuran nano
Society 5.0 mencapai derajat yang tinggi dalam
Konsep dasar Area permukaan bidang; Kimia,
konvergensi cyber space (ruang virtual) dan physical molekul Gaya Van der Waals Matamatika
space (ruang nyata). Struktur dan Karbon nanotube dan Kimia
Dalam Society 5.0, sejumlah besar informasi karakteristik Grafit
dari sensor-sensor dalam ruang nyata diakumulasi partikel
Struktur dan Lotus Effect Biologi
dalam ruang virtual. Dalam ruang virtual, data yang
karakteristik
besar ini akan dianalisa oleh Artificial Intelligence cairan
(AI), dan hasil analisis akan diberikan kembali kepada Elektronika Nanoelektronik dan
manusia di ruang nyata dalam berbagai bentuk. Dasar aplikasinya
Medan Magnet Magnetik dalan ukuran Kimia
Dalam masyarakat informasi yang lalu, praktek
nano; Aplikasi dalam
umumnya adalah dengan mengumpulkan informasi besi; dan Nanopartikel
melalui jaringan dan informasi tersebut dianalisis
oleh manusia. Namun, dalam Society 5.0, masyarakat, Semua benda kecil atau besar bahkan makhluk
benda-benda, dan sistem-sistem semuanya hidup tersusun dari atom-atom berukuran nano.
dihubungkan dalam ruang virtual dam hasil-hasil Karakteristik benda sangat bergantung pada susunan

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 102
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

atomnya. Perbedaan struktur/susunan atom dapat samping. Yang terbentuk hanyalah yang diinginkan,
mengubah sifat molekul yang dihasilkannya. Jika tidak lebih dan tidak kurang.
atom-atom yang sama disusun ulang membentuk Dalam nanoteknologi pijakan utamanya
struktur yang berbeda, molekul atau materi akan adalah atom yang didalamnya terdapat elektron yang
membentuk sifat yang berbeda pula (Siegel, 1999). bergerak mengelilingi inti atom yang terdiri dari
Atom-atom yang terdapat dalam grafit sama proton dan neutron yang jumlahnya tergantung dari
persis dengan atom-atom sejenis yang terdapat dalam nomor atom (sama dengan jumlah elektron dan
berlian (diamond) yang indah. Yang berbeda adalah proton) serta nomor massa (jumlah proton + neutron).
susunan strukturnya saja. Beberapa atom membentuk unsur sebuah bahan.
Atom-atom dalam partikel pasir sangat mirip Unsur-unsur yang dikenal sebanyak 103 dan telah
dengan atom-atom dalam chip komputer yang disusun dalam tabel periodik. Unsur teringan adalah
canggih. Bahkan atom-atom penyusun air, udara, dan hidrogen, lalu helium dan lainnya.
partikel debu sebenarnya sama dengan atom-atom Elektron bermuatan listrik negatif dan proton
dalam sebuah kentang. Sedikit saja susunan struktur bermuatan listrik positif, itulah sebabnya elektron
atomnya diubah, karakteristik suatu benda bisa selalu berada mengelilingi inti atom, karena adanya
berubah drastis. Inilah konsep utama dalam gaya tarik inti. Jika elektron atau proton berdiri
nanoteknologi. sendiri maka interaksi itu dilukiskan dengan hukum
Sebenarnya prinsip yang digunakan dalam coulomb dimana gaya tarik-menarik muatan tak
nanoteknologi sudah banyak diterapkan dalam sejenis atau tolak-menolak muatan sejenis
ukuran makro. Misalnya, manusia yang hidup pada berbanding lurus dengan besarnya muatan masing
zaman batu membuat berbagai peralatan dan masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
perkakas dari bebatuan yang digerinda. Untuk keduanya. Artinya gaya tarik semakin kuat jika jarak
membuat peralatan logam, manusia melebur bijih muatan makin dekat dan semakin lemah jika jarak
logam dan membentuknya menjadi berbagai muatan jauh.
peralatan. Semua proses itu sebenarnya merupakan
3.3. Faktor Penentu Keberhasilan Integrasi
proses mengatur kembali susunan (memanipulasi)
Nanoteknologi dalam Pembelajaran Fisika
atom-atom dari material alami yang ada di Bumi.
Tetapi yang disusun ulang adalah tumpukan atomnya, Dengan memperhatikan prinsip dasar
bukan atom-atom individual. penggunaan teknologi dalam pembelajaran seperti
Seiring dengan berjalannya waktu, manusia yang dijelaskan di atas, Smaldino, Sharon E. Lowther
terus mengembangkan teknik penyusunan ulang & Russell, (2011), mengemukakan tiga faktor yang
tumpukan atom tersebut sehingga ketepatannya perlu diperhatikan terkait dengan pengemabngan dan
semakin baik (semakin presisi) dan biaya produksi integrasi teknologi digital dalam pembelajaran
semakin murah (John C Miller, 2005). matematika, yaitu: faktor desain rancangan teknologi,
Ada satu prinsip dasar yang digunakan dalam faktor peranan guru dalam penerapan teknologi
manipulasi atom. Molekul-molekul memiliki tersebut, dan faktor konteks pendidikan dimana
selektivitas yang unik. Sebagai contoh, atom teknologi tersebut diterapkan.
bermuatan positif akan selalu menarik atom lain yang Faktor desain rancangan teknologi adalah
bermuatan negatif. Jika ada lebih dari satu atom terkait dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
bermuatan negatif, atom yang ditariknya adalah yang Apakah desain teknologi dapat digunakan dengan
memiliki keelektronegatifan paling tinggi (gaya tarik- mudah oleh pengguna? Apakah desain teknologi
menariknya paling besar). efektif digunakan untuk mencapai tujuan? Apakah
Jika diletakkan atom-atom/molekul-molekul desain teknologi valid secara isi dan konstruksi
yang memiliki karakteristik sesuai dengan kemauan, berdasarkan teori pembelajaran terkait?
atom-atom tersebut otomatis langsung saling Sedangkan, faktor peranan guru menyangkut
berinteraksi (self-assembly). Karena menggunakan dengan besarnya peranan guru dalam mensukseskan
atom individual, maka produk yang didapatkan tidak integrasi teknologi dalam pembelajaran. Dalam hal
ada pengotor/kontaminannya. Prosesnya juga tidak ini, perlu ada kejelasan peranan guru dalam
menghasilkan polusi karena tidak ada produk pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 103
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

matematika, yaitu kejelasan apa yang harus dilakukan komunikasi untuk penelusuran dan pengolahan,
guru dan bagaimana melakukannya. Dengan penyajian data, berkomunikasi dan berdiskusi,
demikian, keberhasilan integrasi teknologi dalam augmented dan virtual reality untuk mendukung
pembelajaran menyangkut tingkat kemampuan atau pemahaman fenomena fisika, serta teknologi antar
profesionalisme guru dalam mengorkestrasi kegiatan muka berbasis sensor untuk mendukung investigasi
pembelajaran matematika berbasis integrasi laboratorium. Semua masih memungkinkan untuk
teknologi. Dalam hal ini, perlu ada kegiatan pelatihan dikembangkan secara berkelanjutan dalam rangka
profesionalisme guru dalam menerapkan teknologi untuk menciptakan super smart society yang salah
dalam pembelajaran. satunya dapat dilakukan melalui penciptaan
Upaya perlu dilakukan secara terus-menerus lingkungan pembelajaran fisika.
dan berkelanjutan dalam rangka memfasilitasi
pembelajaran yang kreatif dan memanfaatkan KESIMPULAN
teknologi menuju society 5.0. Sangat jelas bahwa
pada era itu teknologi berperan sangat penting untuk Era society 5.0 secara langsung atau tidak
membantu manusia, termasuk pendidik fisika dalam langsung berpengaruh pada segala bidang kehidupan,
melakukan pembelajaran. di bidang pendidikan harus diperkuat dengan
Teknologi menjadi sebuah lingkungan melakukan perubahan kompetensi yang dibelajarkan
pembelajaran, bahkan ruang kelas untuk kepada peserta didik. Prinsip dasar dalam
pembelajaran dapat dikelola berbasis teknologi. penggunaan nanoteknologi dalam pendidikan Fisika
Sebuah ruang kelas yang cerdas berbasis teknologi adalah sebagai penguat pemahaman konseptual dan
(smart classroom) menjadi alternatif baru lingkungan intuisi Fisika, sehingga pembelajaran tidak hanya
belajar. sebatas mengetahui tetapi dapat bermanfaat dalam
Lingkungan belajar merupakan tempat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
peserta didik untuk bereksplorasi, bereksperimen dan Guru dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat
mengekspresikan diri untuk mendapatkan konsep dan menimbulkan motivasi belajar pada siswa sehingga
informasi baru sebagai wujud dari hasil belajar (Nur, siswa antusias untuk belajar.
2001). Proses belajar dengan lingkungan belajar Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan terkait
tertentu akan menghasilkan perilaku baru dari dengan pengemabngan dan integrasi nanoteknologi
kegiatannya tersebut. dalam pembelajaran fisika, yaitu: faktor desain
Dari definisi tersebut, lingkungan belajar rancangan teknologi, faktor peranan guru dalam
menjadi faktor penting yang dapat mengoptimalkan penerapan teknologi tersebut, dan faktor konteks
proses dan hasil belajar. Lingkungan belajar dapat pendidikan dimana teknologi tersebut diterapkan.
berupa lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik berupa kondisi lingkungan yang ada Daftar Pustaka
di sekitar yaitu sarana fisik. Lingkungan sosial berupa
pola interaksi yang terjadi dalam proses Foresti, R., Rossi, S., Magnani, M., Guarino Lo
pembelajaran. Smart classroom yang Bianco, C., & Delmonte, N. (2020). Smart
direkomendasikan bukan sekedar penciptaan society and artificial intelligence: big data
scheduling and the global standard method
lingkungan fisik berbasis teknologi untuk
applied to smart maintenance. Engineering,
pembelajaran, akan tetapi interaksi sosial yang 6(7), 835–846.
dibangun dengan memanfaatkan teknologi. Pendidik https://doi.org/10.1016/j.eng.2019.11.014
memiliki peran penting dalam menciptakan Fukuda, K. (2020). Science, technology and
lingkungan sosial yang kondusif berbasis teknologi. innovation ecosystem transformation toward
Pendidik dan peserta didik, antar peserta didik society 5.0. International Journal of
dapat berinteraksi dalam lingkungan tersebut. Bahkan Production Economics, 220, 1–14.
Gehrke, P. J. (2018). Public understanding of
memungkinkan untuk belajar dan berkolaborasi
nanotechnology: how publics know. in nano-
dengan peserta didik dari luar dan sumber dari luar. publics, 21–37. Palgrave Pivot, Cham.
Smart classroom yang dimaksud antara lain https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-
bekerja berdasarkan teknologi informasi dan 319-69611-9_2

Harry Affandy
Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 104
Volume 10, Nomor 2, pp. 97-104 2020

Herayanti, L., Fuaddunnazmi, M., & Habibi, H.


(2017). Pengembangan perangkat
pembelajaran fisika berbasis moodle. Jurnal
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 3(2), 197.
https://doi.org/10.29303/jpft.v3i2.412
Kemenperin. (2017). Empat strategi indonesia masuk
revolusi industri keempat. Kemenperin.
Khine, M. S., & Fisher, D. (2003). Technology-rich
learning environments: a future perspective. in
technology-rich learning environments: a
future perspective.
https://doi.org/10.1142/5325
Kompas. (2018). Menuju revolusi industri 4 . 0. 1–6.
Mokhtar, S. B. (2017). A techno-religious framework
to scaffold spiritual intelligence among
students. University of Malaya.
Nieuważny, J., Masui, F., Ptaszynski, M., Rzepka, R.,
& Nowakowski, K. (2020). How religion and
morality correlate in age of society 5.0:
statistical analysis of emotional and moral
associations with buddhist religious terms
appearing on japanese blogs. Cognitive Systems
Research, 59, 329–344.
https://doi.org/10.1016/j.cogsys.2019.09.026
Nur, M. (2001). Media pengajaran dan teknologi
untuk pembelajaran. Usaha Nasional.
Satterfield, T., Kandlikar, M., Beaudrie, C. E. H.,
Conti, J., & Herr Harthorn, B. (2009).
Anticipating the perceived risk of
nanotechnologies. Nature Nanotechnology,
4(11), 752–758.
https://doi.org/10.1038/nnano.2009.265
Smaldino, Sharon E. Lowther, D. L., & Russell, J. D.
(2011). Instructional technology and media for
learning. Pearson Education.
Ustundag, A., & Cevikcan, E. (2018). Industry 4.0:
managing the digital transformation. Springer.
Utami, I. S., Septiyanto, R. F., Wibowo, F. C., &
Suryana, A. (2017). Pengembangan STEM-A
(science, technology, engineering, mathematic
and animation) berbasis kearifan lokal dalam
pembelajaran fisika. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, 6(1), 67.
https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.1581
Zubaidah, S. (2010). Berpikir kritis: kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran sains.
Seminar Nasional Sains 2010 Dengan Tema
“Optimalisasi Sains Untuk Memberdayakan
Manusia,” June, 1–14.

Harry Affandy

Anda mungkin juga menyukai