Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Landasan Teori

1. Konsep Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan proses internalisasi kultur kedalam

individu dan masyarakat sehingga menjadi beradab. Menurut Ki Hajar

Dewantoro, sebagaimana dikutip oleh Zaim Elmubarok, pendidikan

merupakan daya upaya untuk memajukan pertumbuhan nilai moral

(kekuatan batin, karakter), fikiran (intellect), dan tumbuh anak yang

antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan

kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak

yang kita didik selaras.1) Pendidikan bukan sarana transfer ilmu

pengetahuan saja, namun sebagai sarana proses pengkluturan dan

penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi).2)

Pendidikan juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk

memberikan berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan

diri. Konsep pendidikan semakna dengan education, yang dalam

bahasa latinnya educare, yang berarti melatih. Pendidikan juga

bermakna sebuah proses yang membantu menumbuhkan,


1)
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung : Alfabeta, Bandung, 2009)
hal. 2
2)
M. Mahbudi. Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan
Karakter. ( Yogyakarta: Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2012), hal. 37

10
11

mendewasakan, mengarahkan, mengembangkan berbagai potensi agar

dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat.3)

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan tempat

berproses peserta didik dalam menumbuhkembangkan potensinya

sesuai tingkat perkembangannya di sekolah/ madrasah. Madrasah

merupakan lembaga yang berperan sebagai penyelenggara pendidikan

dan pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni. Tujuan dari

adanya pendidikan adalah membentuk kepribadian, kemandirian,

keterampilan sosial dan karakter.4) Oleh sebab itu berbagai program

dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter.

Konsep karakter pertama kali digagas oleh pedadog Jerman F.

W. Foerster. Menurut bahasa, karakter berarti kebiasaan. Sedangkan

menurut istilah, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan

kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.5) Menurut

Foerster sebagaimana dikutip oleh Zaim Elmubarok, ada empat ciri

prinsip dasar dalam pendidikan karakter yaitu keteraturan nilai,

koherensi nilai, otonomi, keteguhan dan kesetiaan.6)

3)
Ibid.,
4)
Ibid., hal. 38
5)
Ibid.,
6)
Zaim Elmubarok, Op.Cit. hal 105
12

Menurut Suyanto, sebagaimana dikutip Suparlan karakter

adalah cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap

individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan

keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.7) Karakter merupakan

pondasi yang kukuh terciptanya empat hubungan manusia yaitu

hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan dengan alam,

hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan kehidupan

dirinya didunia-akhirat.8)

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

karakter adalah kebiasaan dan keyakinan yang mengarahkan seseorang

pada perilaku yang menjadi ciri khas yang kemudian melahirkan nilai

yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan yang berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirangkai menjadi

suatu makna yaitu pendidikan karakter. Pendidikan karakter

merupakan upaya sadar dan terencana dalam mengetahui kebenaran

atau kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan

7)
Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. ( Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bekerjasama Pustaka Pelajar, 2013), hal. 3
8)
Ibid.,hal. 4
13

sehari-hari.9) Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai

metode mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang

membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai anggota

keluarga, masyarakat, dan bernegara agar mampu membuat keputusan

yang bertanggung jawab.10) Menurut Fakhry Gaffar, pendidikan

karakter adalah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi

satu dalam perilaku kehidupan.11)

Menurut Kemendiknas sebagaimana dikutip oleh Yunus Abidin,


yang menyatakan bahwa pendidikan karakter dimaknai sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri
peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga
Negara religius, nasionalis, produktif dan kreatif.12)

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada peserta didik, yang meliputi komponen pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

mulia, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri sesama manusia,

lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia dengan

kepribadian yang baik.


9)
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, cet. kedua. (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hal. 6
10)
M. Mahbudi. Op. Cit., hal. 40
11)
Ibid.,
12)
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, cet
pertama,(Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hal. 60
14

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi

lulusan.13) Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan

mengarah pada pembentukan budaya sekolah/ madrasah, yaitu nilai-

nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta

simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah/ madrasah,

dan masyarakat sekitarnya.14)

Menurut Arthur sebagaimana dikutip oleh Yusuf Abidin,

mengemukakan tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah

adalah sebagai berikut:

a) Sebuah misi, komitmen, dan tekad yang kuat untuk


mengembangkan karakter peserta didik.
b) Meningkatkan partisipasi staf, peserta didik dan orang tua
dalam proses pengambilan keputusan dapat menentukan
kualitas yang diinginkan untuk dipelihara di sekolah.
c) Meningkatkan standar kerja akademik, proses belajar
mengajar dan khususnya strategi yang mendorong
berkembangnya pembelajaran kooperatif.
d) Meningkatkan standar perilaku siswa yang dipahami oleh
semua dan menerapkanya dalam komunitas sekolah,
komunitas yang lebih luas, dan lingkungan global.
e) Dihasilkannya program penghargaan yang terencana dengan
baik yang dikomuikasikan, mendorong dan memperkuat
kualitas karakter, sikap, dan perilaku dari seluruh komunitas
sekolah.

13)
Novan Ardy Wiyani, Op. Cit., hal. 11
14)
Mulyasa, Op. Cit., hal. 9
15

f) Lahirnya komitmen sekolah untuk melaksanakan pendidikan


karakter secara komprehensif dan menggunakan setiap
kesempatan yang tersedia yang memperkuatnya.15)

Sedangkan menurut Heritage Foundation sebagaimana dikutip

oleh Novan Ardy Wiyani, merumuskan sembilan karakter dasar yang

menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut

adalah sebagai berikut:

a) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya


b) Tanggung jawab, disiplin dan mandiri
c) Jujur
d) Hormat dan santun
e) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
f) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
g) Keadilan dan kepemimpinan
h) Baik dan rendah hati serta
i) Toleransi, cinta damai dan persatuan.16)

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan karakter yaitu pencapaian hasil belajar yang diimbangi

dengan pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara

utuh, terpadu, dan seimbang.

c. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Menurut Kurt Baier sebagaimana dikutip oleh Rohmat

Mulyana, nilai berarti tentang keinginan, kebutuhan, kesenangan

seseorang sampai pada sanksi dan tekanan dari masyarakat.17)

15)
Yunus Abidin, Op., Cit. hal. 61
16)
Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter di SD: Konsep, Praktik, dan
Strategi,cet. kesatu (Jakarta: Ar- Ruzz Media, 2013), hal. 48
17)
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, cet kedua, (Bandung: Alfabeta,
2011), hal. 8
16

Sedangkan pengertian nilai menurut Fraenkel sebagaimana yang

dikutip oleh Mawardi Lubis, “nilai adalah standar tingkah laku,

keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia

dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan”. 18)

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter

menurut Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dalam buku

panduan pendidikan karakter, menyebutkan sumber nilai karakter itu

terdiri atas empat sumber yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan

pendidikan nasional. Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut,

selanjutnya diperinci menjadi 18 karakter, yaitu: religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.19) (Keterangan terlampir).

Proses pembentukan nilai, menurut Krathwohl sebagaimana

yang dikutip oleh Mawardi Lubis, proses pembentukan nilai pada anak

dapat dikelompokan dalam 5 tahap, yaitu: tahap receiving (menyimak),

tahap responding (menanggapi), tahap valuing (memberi nilai), tahap

organizing (mengorganisasikan), dan tahap characterization

(karakterisasi).20) Tahap-tahap proses pembentukan nilai ini lebih

18)
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2014),
hal 19
19)
Suyadi, Op. Cit., hal. 8
20)
Ibid., hal. 17
17

banyak ditentukan dari arah mana dan bagaimana seseorang menerima

nilai-nilai dari luar,kemudian menginternalisaikan nilai-nilai tersebut

dalam dirinya. Yang dimaksud penulis adalah proses

menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan

ekstrakurikuler.

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah

suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai

sosial dalam diri peserta didik. Adapun metode yang digunakan adalah

keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan

peranan dan lain-lain.21)

2. Konsep Kegiatan Ekstrakurikuler

a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81A

tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada Lampiran III,

kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional

suplemen dan komplemen kurikulum yang perlu disusun dan

dituangkan dalam rencana kerja tahunan/ kalender pendidikan satuan

pendidikan….22) Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan

pembelajaran diluar kegiatan intrakurikuler yang diselenggarakan

21)
Zaim Elmubarok, Op. Cit. hal 61
22)
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembang SDM Pendidikan dan
Penjamin Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kepramukaan Bahan Ajar
Implementasi Kurikulum 2013 untuk Kepala Sekolah, Op. Cit., hal. 1
18

secara kontekstual dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.23)

Sedangkan menurut Muhaimin sebagaimana dikutip oleh Rahmat

Raharjo:

“Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar


mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka,
melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan atau madrasah”.24)

Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang

menggariskan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan setia menjadi

warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.25) Menurut

Taylor sebagaimana dikutip oleh Rohmat Mulyana, the individual is

educated by the way he spends his time and the situations into which

he is put, or into which he accidentially falls.26) Kalimat tersebut

mengandung arti setiap individu mendapatkan pendidikan melalui cara

saat ia meluangkan waktunya dan situasi ketika ia dilibatkan, atau

dalam peristiwa yang seketika dialaminya.

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam

pelajaran yang bertujuan untuk melatih siswa pada pengalaman-

23)
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, cet kelima, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 242
24)
Rahmat Raharjo, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum; Membangun Generasi Cerdas
dan Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa, cet kedua, (Yogyakarta: Azzagrafika, 2013), hal. 67
25)
Ibid., hal 168
26)
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, cet kedua, (Bandung: Alfabeta,
2011) , hal. 212
19

27)
pengalaman nyata. Pengalaman-pengalaman yang bersifat nyata

dapat membawa peserta didik pada kesadaran atas sesama, lingkungan,

dan Allah. Kegiatan ekstrakurikuler biasanya dikembangkan melalui

kegiatan perkemahan, kelompok pecinta lingkungan, tadzabur alam,

kunjungan wisata, studi banding, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),

pesantren kilat, atau kunjungan kerumah jompo.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan yang

dilakukan untuk mengisi waktu luang diluar jam pembelajaran peserta

didik dalam satuan pendidikan, yang bertujuan untuk memperluas ilmu

pengetahuan, mengembangkan potensi, prestasi serta tanggungjawab

sosial sesuai dengan minat dan bakatnya.

b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Tujuan ekstrakurikuler yaitu pengembangan kepribadian

peserta didik. Pengembangan kepribadian yang matang dan kaffah

dalam konteks pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tentunya dalam

tahap-tahap kemampuan peserta didik.28) Mereka dituntut untuk

mampu mengembangkan minat dan bakat, menghargai orang lain,

bersikap kritis terhadap kesenjangan, berani mencoba hal-hal positif

yang menantang, peduli terhadap lingkungan, sampai pada melakukan

kegiatan-kegiatan intelektual dan ritual keagamaan.

27)
Ibid., hal. 162
28)
Novan Ardy Wiyani, Op. Cit., hal. 169
20

Secara konsepsional Kurikulum 2013 telah ditata dari landasan

filosofis, landasan teoritis dan membangun struktur kurikulum yang

komprehensif untuk mencapai kompetensi inti dengan amanat:

kompetensi sikap (spiritual dan sosial), kompetensi pengetahuan dan

kompetensi keterampilan. Ketiga amanat inilah yang harus

diperjuangkan dalam setiap proses pendidikan di sekolah, termasuk

dengan keberadaan ekstrakurikuler.29)

Struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan bahwa

kegiatan ekstrakurikuler bertujuan memberikan kesempatan peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan

kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi

sekolah.30) Oleh karena itu, kegiatan ekstrakurikuler sangatlah penting

karena bertujuan untuk :

a) Memperluas, memperdalam pengetahuan dan kemampuan/


kompetensi yang relevan dengan program kurikuler.
b) Memberikan pemahaman terhadap hubungan antarmata
pelajaran.
c) Menyalurkan bakat dan minat peserta didik.
d) Melengkapi pembinaan manusia seutuhnya.31)

Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus bertitik tolak

pada kegiatan yang dapat menunjang serta mendukung program

intrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud adalah

29)
Ibid
30)
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, cet keenam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 283
31)
Rahmat Raharjo, Op. Cit. hal. 173
21

kegiatan ekstrakurikuler di MIN Muktisari Kebumen tahun pelajaran

2016/ 2017.

c. Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Muhaimin, sebagaimana dikutip oleh Rahmat

Raharjo, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler mempunyai beberapa

fungsi, sebagai berikut:

a) Edukatif dan ritual, kegiatan-kegiatan tersebut sangat


menunjang proses pembinaan dan pendidikan praktis disela-
sela kehidupan mereka.
b) Pengembangan, yaitu untuk mengembangkan kemampuan
dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat,
dan minat mereka.
c) Sosial, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial peserta didik.
d) Rekreatif, yaitu untuk mengembangkan suasana rileks,
menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang
menunjang proses perkembangan.
e) Persiapan karir, yaitu untuk mengembangkan kesiapan
peserta didik.32)

Fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang

tujuan pendidikan akan terwujud, manakala pengelolaan kegiatan

ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya khususnya pengaturan

bagi peserta didik dalam peningkatan kedisiplinan dan bagi semua

petugas. Biasanya mengatur peserta didik diluar jam pembelajaran

lebih sulit dari mengatur mereka dikelas, oleh karena itu pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan

peningkatan kerja administrasi lebih tinggi.

d. Prinsip Dasar Kegiatan Ekstrakurikuler

32)
Ibid., hal. 170
22

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang

dilakukan di sekolah/ madrasah diukur dengan indikator yang telah

ditentukan dalam perencanaan dalam pencapaian tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler

hendaknya berdasarkan prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler.

Prinsip-prinsip kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

a) Prinsip berorientasi pada tujuan, yaitu kegiatan


ekstrakurikuler memiliki tujuan yang ingin dicapai, maka
perlu dirancang alat evaluasi sebagai penentu keberhasilan
pelaksanaan program.
b) Prinsip sosial dan kerjasama, yaitu kegiatan ekstrakurikuler
yang dilakukan harus didasarkan pada kehidupan sosial
peserta didik sebagai makhluk sosial. Dalam kegiatan ini,
peserta didik dilatih untuk menumbuhkan sikap sosial seperti
bekerjasama dalam kelompok, saling membantu, dan
bersikap toleransi.
c) Prinsip motivasi, yaitu prinsip semangat memberikan
motivasi kepada peserta didik, oleh semua komponen
pendidikan.
d) Prinsip pengkoordinasian dan tanggung jawab, yaitu
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada orang-
orang tertentu yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler
untuk efektivitas dan efisiensi kegiatan. Tanggung jawab
yang dilimpahkan seseorang harus mempertimbangkan bakat,
kemampuan, serta pengalaman-pengalaman yang pernah
dilaluinya.
e) Prinsip relevansi, yaitu kesesuaian kegiatan dengan
kebutuhan peserta didik, baik internal maupun eksternal.
f) Individual, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat masing-masing peserta didik.
g) Pilihan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan
keinginan dan diikuti secara sukarela oleh peserta didik.
h) Keterlibatan aktif, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang
menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
i) Menyenangkan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana
yang disukai dan menggembirakan peserta didik.
23

j) Etos kerja, yaitu kegiatan ekstrakurikuler membangun


semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan
berhasil.33)

Keaktifan peserta didik akan berkembang apabila dilandasi dengan

pendayagunaan potensi yang dimilikinya.34) Dengan demikian kegiatan

ekstrakurikuler harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki setiap

peserta didik.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan perbandiangan dan referensi, peneliti merujuk pada

penelitian sebelumnya yaitu:

1. Penelitian yang berjudul “Pendidikan Karakter di Madrasah ”, tesis karya

Moh. Nasrul Amin, NIM.1320411237, Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2015.35) Masalah dalam

penelitian tersebut yaitu membahas tentang pendidikan karakter di

Madrasah, sebagai solusi dari banyaknya kenakalan anak-anak akibat

media massa dengan membandingkan dua madrasah sebagai

perbandingannya. Pendidikan karakter di MTs Hidayatush Syibyan dan

MTs Muhammadiyah 1. Penelitian tersebut fokus pada nilai-nilai karakter

yang ditanamkan di MTs Hidayatush Syibyan dan MTs Muhammadiyah 1,

serta persamaan dan perbedaan pendidikan karakter di MTs Hidayatush

33)
Ibid., hal 188.
34)
M. Subana, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode
Teknik, dan Media Pengajaran. (Bandung: Pustaka Setia, 2011).
35)
Moh. Nasrul Amin, Pendidikan Karakter di Madrasah, (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2015)
24

Syibyan dan MTs Muhammadiyah 1. Metode analisis yang digunakan

adalah penelitian kualitatif.

Hasil dari penelitian tersebut yaitu pelaksanaan pendidikan karakter


di MTs Hidayatush Syibyan melalui proses pembelajaran
intrakurikuler, ekstrakurikuler atau pengembangan diri dan budaya
madrasah dan MTs Muhammadiyah 1 melalui pengintegrasian
nilai-nilai pendidikan karakter dalam seluruh mata pelajaran, proses
pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler atau pengembangan
diri dan budaya madrasah, nilai-nilai karakter yang ditanamkan di
MTs Hidayatush Syibyan yaitu 20 karakter, 18 dari Kemendiknas
dan 2 nilai iman dan taqwa, dan MTs Muhammadiyah 1 yaitu 18
nilai karakter yang merujuk Kemendiknas, persamaannya adalah
kedua madrasah tersebut sama-sama berlandaskan visi misi dan
tujuan madrasah, pendidikan karakter melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler atau pengembangan diri dan
budaya madrasah serta 18 karakter menurut Kemendiknas.
Perbedaan pendidikan karakter di MTs Hidayatush Syibyan dan
MTs Muhammadiyah 1 yaitu penambahan nilai 18 dari
Kemendiknas, yaitu iman dan taqwa di MTs Hidayatush Syibyan.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh bahwa hasil penelitian

yang dilakukan, mempunyai kesamaan dengan penelitian peneliti, yaitu

membahas pendidikan karakter. Namun yang membedakannya adalah

pada pengambilan objek yang diteliti, yaitu peneliti tersebut meneliti

dalam kegiatan satuan pendidikan tingkat MTs sedangkan penelitian ini

meneliti objek tingkat dasar/ MI, penelitian tersebut meneliti secara umum

kegiatan di madrasah sedangkan peneliti hanya fokus pada kegiatan

ekstrakurikuler, serta penelitian tersebut menggunakan metode studi

komparasi, sedangkan peneliti hanya meneliti satu tempat saja tanpa

membandingkan. Dengan demikian penelitian ini adalah penelitian

lanjutan dan mengembangkan dari penelitian sebelumnya.


25

2. Penelitian yang berjudul ”Manajemen Pembentukan Karakter melalui

Program Intra dan Ekstrakurikuler di MTs N Jatinom Klaten”, tesis karya

Atang Ghofar Mu’alim, NIM 13.204.11.134, Mahasiswa Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2015.36) Permasalahan yang

diangkat adalah pentingnya karakter dalam dunia pendidikan sebagai bekal

mengatasi kondisi masyarakat saat ini dengan mengatur manajemen

pendidikan melalui program intra dan ekstra. Fokus penelitian tersebut

adalah mengenai implementasi pembentukan karakter peserta didik di

MTs N Jatinom Klaten, bagaimana tingkat keberhasilan pembentukan

karakter peserta didik di MTs N Jatinom Klaten, dan faktor pendukung

dan penghambat pembentukan karakter peserta didik di MTs N Jatinom

Klaten. Metode analisis yang digunakan adalah penelitian kualitatif (field

research).

Hasil penelitiannya adalah yaitu implementsi pembentukan karakter


peserta didik di MTs N Jatinom Klaten yaitu sesuai dengan fungsi
manajemen yang ada dan strategi pembentukan karakter. Tingkat
keberhasilan pembentukan karakter peserta didik di MTs N Jatinom
Klaten yaitu seseorang peserta didik mampu untuk menanamkan
nilai karakter dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
faktor pendukung dan penghambat pembentukan karakter peserta
didik di MTs N Jatinom Klaten yaitu keterbatasan biaya, waktu,
pengajar, dan lingkungan yang kurang kondusif dan motivasi
peserta didik yang sangat semangat dalam melaksanakan kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang peneliti lakukan mempunyai kesamaan dengan penelitian

di atas, yaitu membahas ekstrakurikuler. Perbedaannya adalah pada

36)
Atang Ghofar Mu’alim, Manajemen Pembentukan Karakter melalui Program Intra dan
Ekstrakurikuler di MTs N Jatinom Klaten, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015)
26

pengambilan objek penelitian yaitu pada satuan pendidikan tingkat Mts

dan materi penelitian tersebut yaitu tentang manajemen pembentukan

karakter melalui program intra dan ekstra sedangkan penelitian ini

meneliti objek tingkat dasar/ MI, dan tentang nilai-nilai pendidikan

karakter yang ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

3. Penelitian yang berjudul ”Konsep dan Implementasi Pendidikan Karakter

di SD Negeri Munggu Kecamatan Petanahan Tahun Pelajaran 2013/

2014”, skripsi karya Nurul Hakim, NIM 2093672, Mahasiswa Institut

Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen tahun 2013. Permasalahan yang

diangkat adalah hilangnya jati diri bangsa akibat terkikis arus globalisasi,

hal ini merupakan tanggungjawab lembaga pendidikan atau madrasah.

Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti tersebut masih

banyak terjadi permasalahan dan terutama guru belum dapat

mengaplikasikan pendidikan karakter dengan baik. Fokus penelitian

menitikberatkan pada pemahaman guru tentang konsep pendidikan

karakter, proses implementasi pendidikan karakter pada peserta didik kelas

VI.A dan VI.B SD Negeri Munggu Kecamatan Petanahan Kebumen

Tahun Pelajaran 2013/2014 serta dampak dari pendidikan karakter

tersebut. Metode analisis yang digunakan adalah penelitian kualitatif (field

research).

Adapun hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa guru


Pendidikan Agama Islam SD Negeri Munggu sudah dapat
mengartikan, memahami maksud, dan tujuan konsep pendidikan
karakter dan budaya bangsa. Kemudian dalam mengimplementasi
substansi nilai karakter dan budaya bangsa kepada peserta didik
sudah dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi guru belum dapat
27

menyusun RPP berkarakter dengan baik. Ada 18 substansi nilai


karakter bangsa yang diintegrasikan kedalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yaitu: Religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, tanggung jawab.

Persamaannya adalah membahas tentang pendidikan karakter, dan

perbedaannya adalah penelitian tersebut memfokuskan pada konsep

pemahaman atau implementasi guru dalam menerapkan pendidikan

karakter dikelas, sedangkan peneliti memfokuskan pada implementasi

pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler.37)

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan pendidikan karakter

melalui kegiatan ekstrakurikuler dan nilai-nilai pendidikan karakter yang

diterdapat dalam kegiatan ekstrakurikuler di MIN Muktisari Kebumen tahun

pelajaran 2016/ 2017.

37)
Nurul Hakim, KonsepImplementasi Pendidikan Karakterdi SD Negeri Munggu
Kecamatan Petanahan Tahun Pelajaran 2013/ 2014,(Yogyakarta : Institut Agama Islam Nahdlatul
Ulama Kebumen tahun , 2013)

Anda mungkin juga menyukai