Anda di halaman 1dari 29

Tugas 1

SIFAT BAHAN/MATERIAL

Sifat-sifat material :

1. Sifat mekanik, merupakan sifat material terhadap pembahanan yang diberikan.


Pembahanan dibagi menjadi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.
2. Sifat fisik, merupakan sifat material yang tidak disebabkan oleh pembahanan. Sifat
fisik material sebagai berikut : konduktivitas panas, temperatur cair, dan panas
spesifik. Sifat fisik dapat membawa penyempurnaan material atau bahkan penemuan
material baru.
3. Sifat teknologi, merupakan kemampuan suatu material yang dapat dibentuk atau
diproses. Produk yang memiliki kekuatan tinggi dapat dibentuk menggunakan
beberapa proses pembentukan, misalnya dengan pengerolan atau penempaan.

Pembahasan

Material biasanya disebut dengan bahan untuk membuat sesuatu. Material merupakan


bahan mentah yang digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau makanan.

Berikut beberapa sifat bahan :

1. Sifat mekanikal, sifat ini meliputi; kekuatan, tekanan, elastisitas.


2. Sifat termal, sifat ini meliputi; temperatur, koefisien.
3. Sifat listrik atau magnetik, sifat ini meliputi; konduktivitas, magnetisasi.
4. Sifat kimia, sifat ini meliputi korositas, oksidasi, ketahanan.

Material teknik merupakan jenis material yang biasanya dipakai dalam industri
misalnya :

 Logam, meliputi; baja, besi, titanium.


 Polimer, meliputi; polipropilen, polikarbonat.
 Karet, meliputi; karet alam, isopren, neopren.
 Gelas, meliputi; gelas silika, gelas soda.
 Keramik, meliputi; nitrida silikon gelas borosilikat.
 Hibrida, meliputi; sandwich, foam.
Tugas 2

BETON

Pengertian beton
Beton adalah suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu
campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan koral atau agregat lainnya,
dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk
dan dimensi struktur yang di inginkan.(George Winter, 1993).
Perancangan campuran beton perlu dilakukan untuk menentukan perbandingan campuran
bahan guna mendapatkan beton dengan sifat yang diperlukan dan paling murah. Sifat yang
diminta tergantung pada pembangunan beton. Sifat-sifat yang dapat diatur oleh perbandingan
campuran adalah kekuatan, ketahanan kedap air dan kemampuan pengerjaan. Ada dua cara
dalam menghitung perbandingan campuran yang diperlukan. Pertama, tentukan perbandingan
campuran kira-kira dengan Teori perbandingan air-semen menentukan kekuatan beton kalau
persyaratan di bawah ini di penuhi:

1. Kualitas dan pengujian semen adalah sama, 


2. Kekuatan agregat lebih tinggi daripada pasta, 
3. Beton sangat mampat, dan 
4. Beton dapat diolah dan plastis. 

SIFAT BETON
Beton Keras
Beton keras mempunyai sifat-sifat yang meliputi kekuatan tekan, regangan dan tegangan,
rangkak dan susut, keawetan yang tinggi, reaksi terhadap temperatur, serta kekedapan
terhadap air. Kekuatan tekan beton merupakan sifat beton yang paling penting karena sangat
mempengaruhi kualitasnya, terutama mutu struktur yang diproduksi dari material ini.
Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas beton keras di antaranya uji
kekuatan tekan, uji kekuatan tarik belah, uji kekuatan lentur, uji lekatan antara beton dan
tulangan, serta uji modulus elastisitas beton.

Beton Segar
Sifat-sifat yang dimiliki oleh beton segar ini berpengaruh besar terhadap pemilihan alat-alat
yang akan digunakan untuk pengerjaan dan pemadatan beton selanjutnya. Sifat ini pula yang
bakal menentukan karakteristik dari beton tersebut ketika sudah mengeras nanti.
Terdapat dua persyaratan yang wajib dipenuhi dalam pembuatan beton segar yakni :

1. Sifat-sifat yang harus dimiliki beton yang mengeras dalam jangka waktu yang lama.
Contohnya seperti kekuatan, kestabilan, dan keawetan.
2. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh beton ketika dalam kondisi plastis yakni
workabilitas demi mempermudah pengerjaan tanpa perlu bleeding dan segregation.
Meskipun sifat workabilitas beton segar tidak dapat dibandingkan, tetapi kontrol terhadap
kualitas tetap menjadi pekerjaan yang penting sekali.

KARAKTERISTIK BETON
Di bawah ini karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh beton secara lengkap, antara lain :

1. Beton mempunyai tegangan tekan yang tinggi.


2. Sayangnya, tegangan tarik yang dimiliki oleh beton sangat rendah.
3. Beton juga tidak bisa diterapkan pada konstruksi yang menahan momen lengkung.
4. Jika dipaksakan memikul gaya tarik, beton akan mengalami keretakan.
5. Kekuatan beton dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang dipakai.
6. Beton akan mencapai kekuatan penuh setelah berumur 28 hari.
7. Beton adalah material murah yang bisa dimanfaatkan untuk menahan beban tekan.
8. Beton memiliki tingkat kekakuan yang tinggi.
9. Beton mempunyai daya ketahanan yang baik terhadap api.
10. Beton tidak terlalu membutuhkan perawatan yang intensif.
11. Seiring berjalannya waktu, volume beton akan berkurang akibat susut dan rangkak.
12. Beton merupakan bahan bangunan yang memiliki bobot termasuk sangat berat.
13. Struktur yang terbuat dari beton mampu bertahan hingga mencapai lebih dari 50
tahun.
14. Pada masa perkerasan, beton rentan sekali mengalami keretakan.
15. Tulangan baja yang ditanamkan dalam beton akan meningkatkan kekuatan tariknya.
SEMEN
Semen adalah bahan perekat kimia yang memberikan perkerasan terhadap material campuran
seperti batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya menjadi suatu bentuk yang kaku
dan tahan lama. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan".
Semen merupakan suatu bahan perekat kimia yang memberikan perkerasan terhadap
material campuran lain menjadi suatu bentuk yang tahan lama dan kaku. Kapur dan tanah liat
merupakan bahan alami yang memiliki banyak keterbatasan, oleh sebab itu dalam semen
diproduksi dengan kondisi terkontrol yang kemudian dikemas serta dapat diangkut ke tempat
yang diperlukan dengan mudah.
Bahan baku semen
Dalam semen terdapat 2 bahan baku yakni batu kapur dan tanah liat, yang dimana terdapat
senyawa senyawa yang dibutuhkan dalam pembuatan semen.
 Batu kapur/gamping merupakan bahan alam yang mengandung senyawa kalsium
oksida (CaO), sedangkan
 Tanah liat/Lempung adalah bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida
(SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida
(MgO).
Proses Pembuatan/Produksi Semen
 Pyro Process(Proses pembakaran)
Langkah selanjutnya setelah melalui proses di blending silo, material akan
masuk dalam pre heater untuk proses pemanasan awal. Setelah proses pemanasan
awal, material pun dibakar di rotary kiln dengan suhu sekitar 1400 derajat. Output
pembakaran berupa lava yang mengalir tersebut didinginkan di suatu alat bernama
Clinker Cooler. Lava yang didinginkan secara mendadak itu menghasilkan output
berbentuk granular yang biasa dikenal dengan clinker atau terak. Clinker tersebut
diratakan dan dikecilkan kembali ukurannya di Heavy-Duty Roller Breaker..
 Cement Grinding(penggilingan semen)
Setelah melalui proses pembakaran yang menghasilkan clinker, material
berupa batu kapur, gypsum, dan material alternatif pun kembali dikomposisikan untuk
digiling lagi di Finish Mill atau Cement Grinding. Output dari proses ini bukan berupa
debu lagi namun serbuk semen.
 Cement Silo(semen sillo)
Serbuk semen tersebut lantas tidak serta merta masuk dalam tahap final namun
disimpan lagi dalam Cement Silo. Tujuannya adalah homogenisasi kualitas semen
yang disesuaikan pada tipe semen yang ingin dijual sekaligus menjadi tempat
penyimpanan semen sebelum rilis ke packer.
 Cement Packing Bulk Truck(pengepakkan masal semen)
Proses ini adalah proses terakhir dalam produksi semen. Apabila semen curah
bisa langsung diproses saat di Cement Silo yang diangkut oleh Bulk Truck, maka
pengantongan semen harus diproses dahulu di packer machine dan palatizer machine
untuk bisa didistribusika
Jenis-Jenis Semen
Terdapat 2 jenis semen yakni semen hidrolik dan semen non hidrolik. Terdapat perbedaannya
dimana Semen hidrolik adalah semen yang menggunakan air untuk memulai reaksi kimia,
yang akan mengeraskan campuran (semen dan material lain). Ketika akhirnya terbentuk, akan
menciptakan bangunan yang tahan air.
Berbeda dengan semen hidrolik, semen non-hidrolik adalah semen yang tidak mengeras saat
terkena air. Akibatnya, proses pengeringannya jauh lebih lama dibandingkan semen hidrolik.
Kalau kita membangun rumah dengan semen non-hidrolik, kita harus menyediakan waktu
lama hanya untuk menunggu tembok mengering.
Semen non-hidrolik lebih murah dibandingkan semen hidrolik. Namun, karena proses
pengeringan yang lama, ditambah ketidakmampuannya digunakan di lingkungan yang basah,
semen non-hidrolik jarang digunakan untuk keperluan konstruksi.

Tipe-Tipe Semen
1. Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai
pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, dan lain-lain.
2. Semen PortLand type II
Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang
memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,
10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas
tanah rawa dan landasan jembatan
3. Semen Portland type III
Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang memerlukan
kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk
pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air
yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland type IV
Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi yang memerlukan
jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan
memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen
seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana
kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor
kritis.
5. Semen Portland type V
Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air
yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit
tenaga nuklir.

Pengujian Semen
1. Kehalusan (Blaine)
Kehalusan sangat mempengaruhi pengerasan semen portland dan juga kekuatannya,
makin halus semen maka makin cepat dan lebih efektif terjadinya interaksi dengan air serta
kuat tekannyapun makin tinggi. Nilai kehalusan (blaine) dihitung dengan permeability udara
terhadap sampel semen yang dipadatkan pada kondisi tertentu.
2. Kebutuhan air semen (Normal consistency)
Normal consistency (NC) merupakan suatu nilai perbandingan antara massa air yang
digunakan dan massa semen yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan air dipengaruhi oleh
kandungan aluminat dan untuk pengujian sifat fisis semen, jumlah air campuran yang
digunakan mengacu pada kondisi normal konsistensi.
3. Waktu pengikat semen (Setting Time)
Waktu ikat merupakan penentu awal dan akhir pengikatan pasta semen, disamping
kehalusan. Waktu ikat dipengaruhi oleh komposisi mineral dan air yang dipakai. Selain untuk
menghidrasikan semen, air juga berfungsi untuk memberi mobilitas bagi pasta semen . Pada
saat bercampur dengan air semen mengalami pengikatan dan mengeras. Lamanya pengikatan
juga dipengaruhi oleh suhu udara di sekitarnya.
4. Pemuaian (Autoclave)
Autoclave bertujuan untuk menentukan tingkat perkembangan pasta semen atau
menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi cepat kaku. Sebelum pengujian
kekekalan bentuk dilakukan terlebih dahulu ditentukan jumlah air dan menghetahui
pengikatan awal yang akan digunakan untuk pembuatan semen. Pengujian kekekalan bentuk
dilakukan dua percobaan dengan tujuan untuk mengetahui peristiwa kerja (retak, pecah atau
perubahan bentuk lainnya) yang diperlihatkan setelah pengujian. Adapun rentan waktu yang
sudah ditentukan di ruang lembab dengan kelembaban relatif + 90%, yaitu :
- Percobaan cepat Percobaan cepat dapat dilakukan dengan cara merebus benda uji
yang telah di simpan 3 x 24 jam di ruang lembab selama 3 jam.
- Percobaan lambat Benda uji yang telah disimpan selama 3 x 24 jam di dalam ruang
lembab di rendam dalam bak air yang berisi air dingin selama 25 hari. Pengujian
dengan autoclave meliputi pemuaian dari semen portland, dengan melakukan
pengujian terhadap benda uji.
5. Pengujian komposisi kimia
Pengujian komposisi kimia semen Pengujian komposisi kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan XRF. Pengujian komposisi kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi yang
terkandung di dalam semen.
6. Kuat tekan mortar
Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun beton. Kuat
tekan dimaksud sebagai kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban tekan, kuat
tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral utama. Umumnya kuat tekan diukur pada hari ke
28. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan ialah :
a. Kualitas semen
b. Kualitas selain semen ( kualitas air, kualitas agregat halus dan kualitas additive)
Metode ini menggunakan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran sisi 50 mm. Kuat tekan
merupakan suatu acuan yang digunakan oleh spesifikasi lain dan metode uji lainnya.

AGREGAT
Agregat adalah kumpulan butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami dari
bebatuan atau hasil yang didapatkan dari bebatuan alami yang dihancurkan dengan mesin
pemecah batu. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, dimana pemilihan
agregat ini sangat penting dalam pembuatan beton dikarenakan agregat merupakan kompenen
penting dalam pembuatan beton. Kandungan agregat dalam beton ini diperkirakaan sekitar
70%-75% dari volume beton, dengan demikian agregat ini sangat berpengaruh pada sifat-sifat
beton. Selain berguna dalam pembuatan beton, agregat juga sering digunakan dalam
pengerasan jalan dan bantalan kereta api.
Jenis – Jenis Agregat
Agregat terbagi dalam beberapa jenis, meliputi :
 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75
mm sampai 150 mm.
Ada beberapa Jenis Agregat kasar pada umumnya, meliputi
- Batu Pecah Alami : dimana bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang
digali.
- Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu pengikisan tepi maupun dasar
sungai yang mengalir.
- Agregat Kasar Buatan : berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton
berbobot ringan.
- Agregat untuk melindungi nuklir dan bobot berat : Agregat kasar ini diklasifikasi
berupa baja pecah, barit, magnatit dan limonit.
- Batasan gradasi untuk agregat Kasa
 Agregat Halus
Agregat halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar, dimana agregat halus ini
berupa pasir alam dari hasil desintegtasi alami bebatuan atau dari pasir buatan hasil dari alat
pemecah batu. Agregat halus berukuran 0.063 mm sampai 4,76 mm yang meliputi pasir kasar
dan pasir halus.
Batasan gradasi untuk agregat halus

Pengujian Agregat
a. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (SNI 1969 : 2008)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat kering permukaan
jenuh atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat jenis semu (apparent), serta penyerapan air
oleh agregat kasar.
b. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus (SNI 1970 : 2008)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis (bulk), berat kering permukaan jenuh
atau Saturated Surface Dry (SSD) dan berat jenis semu (apparent), serta penyerapan air oleh
agregat halus.
c. Pengujian kelekatan agregat oleh aspal (SNI 06-2439-1991)
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kelekatan agregat terhadap aspal. Kelekatan
agregat terhadap aspal adalah persentase luas permukaan batuan yang tertutup aspal terhadap
keseluruhan luas permukaan.
d. Pengujian analisa saringan
yang bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan kasar dengan
menggunakan saringan.
e. Pengujian Sand Equivalent (SNI 3423 : 2008)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar debu atau lumpur atau bahan yang
mempunyai lempung pada tanah atau agregat halus.
f. Pengujian keausan agregat (SNI-2417 : 2008)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan
menggunakan mesin Los Angels.
Fungsi Agregat
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Walaupun
berfungsi sebagai bahan pengisi, karena volume agregat pada beton ± 70% volume beton,
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar/beton, serta memberikan kekuatan
pada beton, sehingga kualitas agregat sangat mempengaruhi mutu beton yang akan
dihasilkan. Karena itu karakteristik agregat perlu dipelajari.
Agregat yang dipergunakan untuk mendapatkan beton dengan kualitas baik, paling sedikit
mempunyai dua kelompok ukuran, pada beton umumnya kelompok tersebut adalah kelompok
agregat halus (ukuran butir ≤ 4,50 mm) dan kelompok agegat kasar (ukuran butir > 4,50 mm).
 Agregat Kasar/Kerikil/Split
-Bahan pengisi, ± 70% volume beton
-Memberikan stabilitas volume dan keawetan
-Memberikan kekuatan
 Agregat Halus/Pasir
-Memberikan sifat-dapat-dikerjakan dan keseragaman campuran
-Membantu semen dalam merekatkan agregar kasar
-Mencegah terjadinya segregasi pasta semen dengan agregat kasar

AIR
A. Definisi dan Sifat-Sifat Air.
Air adalah senyawa kimia yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan
bagi penghuni di muka bumi. Fungsi air seumur hidup tidak bisa digantikan oleh
senyawa lain. Penggunaan air yang paling penting adalah untuk konsumsi atau
sebagai air minum. Air merupakan suatu molekul yang mengandung 2 atom hidrogen
dan 1 atom oksigen yang berikatan secara kovalen. Menurut Sitorus (2011).
Air mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah.
2. Dapat berubah wujud.
3. Meresap melalui celah-celah.
4. Memiliki massa.
5. Dapat melarutkan beberapa zat.

B. Air dalam bidang Teknik Sipil.


Dalam bidang keilmuan teknik sipil, air tawar merupakan bahan dasar
pembuatan beton yang penting dan paling murah. Air berfungsi sebagai reaktor
(±25% berat semen) semen dan pelumas antar butir-butir agregat. Selain itu air juga
diperlukan untuk perawatan beton. Air pada beton mempunyai fungsi sebagai
pengencer. Agar cairan beton dapat padat dan mengisi ruang-ruang sehingga
membentuk cetakan. Ciri-ciri air yang baik untuk campuran beton adalah tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Persyaratan air untuk campuran beton (SNI 03-6861.1-2002) :
a. Harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual.
b. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
c. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan merusak beton (asam-asam,
zat organic, dsb) lebih dari 15 gram/liter.
d. Kandungan khlorida (Cl) < 0.50 gram/liter, dan senyawa sulfat < 1 gram/liter
sebagai SO3.
e. Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan beton yang menggunakan air
suling maka penurunan kekuatan beton menggunakan air yang diperiksa tidak
lebih dari 10%.
f. Khusus untuk beton pratekan, kecuali syarat-syarat diatas, air tidak boleh
mengandung klorida lebih dari 0,05 gram/liter.
Persyaratan khusus air untuk beton menurut ACI 318-83.
a. Air yang dipakai untuk pengaduk beton harus bersih, bebas dari bahan yang
merugikan seperti minyak, alkali, garam, bahan organic yang dapat membahayakan
bagi beton dan tulangan.
b. Air untuk beton pratekan atau beton yang dilekati aluminium, termasuk air yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion chloride. Untuk mencegah
korosi, kadar chloride pada beton setelah 28 hari termasuk chloride yang terdapat
pada agregat, air, bahan tambah dan bahan beton lainnya.
Pengaruh dan ukuran air terhadap beton:
1. Jumlah air memengaruhi sifat mudah dikerjakan (workability) beton segar, kualitas
beton segar dan kekuatan beton.
2. Jumlah air ditentukan oleh perbandingan berat terhadap berat semen (fas) dan tingkat
kemudahan pengerjaan. Nilai fas kurang dari 0,35 menyebabkan beton segar sulit
dikerjakan.
3. Kelebihan air (berdasarkan fas) dari yang dibutuhkan untuk reaksi kimia dengan
semen dipakai sebagai pelumas. Penambahan air (dari jumlah air berdasarkan fas)
dengan tujuan meningkatkan kemudahan pengerjaan akan mengakibatkan kualitas
beton turun dan betonnya porous.
BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambah adalah bahan selain unsur utama beton (air, semen dan agregat) yang
ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera, atau selama pengadukan beton dengan
tujuan untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton segar dan atau beton keras, sehingga
didapatkan sifat-sifat khusus dari beton yaitu kemudahan pengerjaan, waktu pengikata,
pengerasan, kekedapan dan keawetan. Bahan tambah umumnya ditambahkan dalam jumlah
yang relatif sedikit dan harus dengan pengawasan yang ketat.
Bahan Kimia Tambahan
Bahan tambah kimia (chemical admixture) berupa cairan atau bubuk yang
dicampurkan pada adukan beton.
Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih
ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral
atau material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan
yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan mineral
atau material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu.
Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia
diantaranya yaitu:
a. Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton (water reduction). Hal
ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan
kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton
yang lebih encer.
b. Zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton (retarder).
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton.
Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton
dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu
ditambahkan zat kimia ini.
c. Zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton
(accelerators). Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi
beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan
penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan
NaNO3
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga
perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan
memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat
waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
Menurut SK SNI 03-2495-1998, bahan tambah kimia dapat dibedakan menjadi 7 jenis yaitu:
a. Tipe A (Water-Reducing Admixtures)
Berfungsi untuk mengurangi jumlah air yang dipakai dengan pemakaian bahan
tambah ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor
air semen yang sama.
b. Tipe B (Retarding Admixtures)
Berfungsi untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini digunakan
misalnya pada satu kasus dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan
tempat penuangan adukan yang cukup jauh, sehingga selisih waktu antara mulai
pencampuran dan pemadatan lebih dari 1 jam.
c. Tipe C (Accelerating Admixtures)
Bahan tambah kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton.
Bahan ini digunakan jika penuangan adukan dilakukan dibawah permukaan air
atau pada struktur beton yang memerlukan waktu penyelesaian segera, misalnya
perbaikan landasan pacu (runway) pesawat udara, balok prategang, jembatan dan
sebagainya.
d. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixtures)
Bahan tambah kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan
memperlambat proses ikatan.
e. Tipe E (Water Reducing and Accelerating Admixtures)
Bahan kimia berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat
proses ikatan dan pengerasan beton.
f. Tipe F (Water Reducing High Range Admixtures)
Berfungsi mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% atau lebih untuk
menghasilkan beton sesuai dengan konsistensi yang ditetapkan. Bahan tambahan
jenis ini dapat berupa superplasticizer yang termasuk dalam bahan tambah kimia
baru dan disebut bahan tambah kimia pengurang air.
Terdapat 3 jenis plasticizer yaitu:
a. Kondensi sulfonate melamin formadehit dengan kandungan klorida
0,005%.
b. Sulfonat nafthalin formadehit dengan kandungan klorida yang dapat
diabaikan.
c. Modifikasi lignosulfonate tanpa kandungan klorida.
g. Tipe G (Water Reducing, High Range Retarding Admixtures)
Berfungsi mengurangi jumlah air campuran 12% atau lebih untuk menghasilkan
beton sesuai konsistensi yang ditetapkan, dan memperlambat waktu pengikat
beton.

Bahan Tambahan Mineral (Mineral Admixture)


Jenis bahan tambahan mineral yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat penyemenan. Beton yang
kekurangan butiran halus dalam agregat menjadi tidak kohesif dan mudah bledding. Untuk
mengatasi kondisi ini biasanya ditambahkan bahan tambahan additive yang berbentuk butiran
padat yang halus. Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana
betonnya kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu
dipompa pada jarak yang jauh.

Jenis-jenis bahan tambahan mineral yaitu :


1. Pozzolan
Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silica dan alumina dimana bahan
pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan
bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan
bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidroksida (senyawa hasil reaksi antara
semen dan air) pada suhu kamar membentuk senyawa kalsium aluminat hidrat yang
mempunyai sifat seperti semen.
2. Abu Terbang (Fly Ash)
Abu Terbang merupakan butiran halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk
batu bara, dibedakan berdasarkan jenis batu bara yaitu:
a. Abu Terbang kelas F yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu
bara bitomius pada suhu 1.560 °C.
b. Abu Terbang kelas N yaitu hasil kalsinasi dari pozzolan alam, antara lain tanah
diatomice, shole, tuff dan batu apung.
c. Abu Terbang kelas C yang dihasilkan dari batu bara jenis lignite atau subbitumeus
atau batu bara dengan karbon ± 60%, abu terbang kelas ini mempunyai sifat
seperti semen dengan kadar kapur diatas 10%.
3. Terak Besi Tanur Tinggi
Terak Besi Tanur Tinggi adalah produk non-logam yang terutama terdiri dari silica
dan alumino silica dari kalsium dan basa lain yang dikembangkan dalam keadaan cair
secara bersamaan dengan besi dalam suhu tanur tinggi.
4. Silika fume
Silika fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silika lebih
banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produk silikon atau alloy besi
silikon. Penggunaan silika fume dalam beton dimaksudkan agar menghasilkan beton
dengan kuat tekan yang tinggi (50-70 MPa), karena mengurangi jumlah pori yang ada
sehingga tercapai densepacking (memadatkan / ketebalan) yang cukup tinggi.
Penggunaan silika fume berkisar 0-30% untuk memperbaiki kekuatan dan keawetan
beton dengan fas sebesar 0,28-0,34 dan dengan atau tanpa superplasticizer, serta nilai
slomp 50mm. Silika fum dapat dipergunakan sebagai pengganti atau substitusi
sebagian semen.

Serat
Beton normal yang diberi tambahan serat disebut beton-serat (fibre reinforced
concrete). Adanya serat akan memperbaiki kelemahan beton terutama kuat tariknya, serta
mempersulit terjadinya segregasi, mencegah/menunda terjadinya retak-retak rambut dan
mengendalikan retak, menjadikan beton lebih daktail, lebih tahan benturan dan lenturan,
tetapi mengurangi tingkat kemudahan pengerjaan. Penurunan tingkat kemudahan pengerjaan
ini dipengaruhi oleh volume serat, panjang serat, dan aspek rasio. Aspek rasio yang tinggi
akan menyebabkan serat menggumpal sehingga sulit disebar merata pada adukan beton.
Umumnya volume serat ≤ 2% dan nilai aspek rasio 50-100.
Sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki akibat penambahan serat:
1. Keliatan/daktilitas.
2. Ketahanan terhadap beban kejut (impact resistance).
3. Ketahanan terhadap tarik dan lentur.
4. Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue).
5. Ketahanan terhadap pengaruh susut (shrinkage).
6. Ketahanan terhadap keausan.
Beberapa macam serat yang dapat digunakan antara lain:
1. Asbestos
2. Gelas/Kaca
3. Plastik
4. Karbon
5. Baja
6. Serat tumbuhan (rami, ijuk, bambu)
Keuntungan penggunaan bahan tambahan mineral yaitu :
1. Memperbaiki workability beton
2. Mengurangi panas hidrasi
3. Mengurangi biaya pekerjaan beton
4. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
5. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
6. Menambah keawetan (durabilitas) beton
7. Meningkatkan kuat tekan beton
8. Meningkatkan usia pakai beton
9. Mengurangi penyusutan
10. Membuat beton lebih kedap air (porositas dan daya serap air pada beton rendah).
Produk bahan tambah dari SIKA:
1. SikaQuick-2500 id (Mortar untuk perbaikan yang sangat cepat kering)
Berfungsi untuk perbaikan beton yang sangat cepat kering, kuat tekan awal tinggi,
berbahan dasar semen yang mudah mengalir. Memiliki keunggulan mudah
diaplikasikan, hemat material, tanpa tambahan klorida, kuat tekan awal tinggi, cepat
kering, dapat dilalui orang dalam waktu 60 menit, kendaraan setelah 3 jam.
2. SikaTop-107 Seal id
Berfungsi sebagai pelapis waterproofing atau pelapis anti bocor didinding, lantai
kamar mandi, bak air, kolam renang, kola mikan, talang beton, balkon atau area
dinding yang lembab serta dinding yang terkena air hujan. Dalam satu set penggunaan
SikaTop-107 Seal id memerlukan 2 buah komponen yaitu komponen A (cairan) dan
komponen B (bubuk). Aturan pakai yang disarankan adalah sebanyak 2 lapis dengan
perbandingan 1-1,5 kg/m2 untuk satu lapisan.
3. SikaTop-122 (AB)
Dua komponen polimer mortar untuk perbaikan tambahan fiber polyamide yang
berfungsi untuk perbaikan dan levelling beton yang kekuatannya tinggi. Keuntungan
SikaTop-122 (AB) adalah mudah dicampur dan diaplikasikan, daya rekat sangat
bagus, kekuatan mekanis sangat bagus, ketahanan minyak dan air bagus,
meningkatkan ketahanan terhadap air asin, klorine dan karbonasi, tidak beracun dan
tidak mudah terbakar, dan ketahanan abrasi tinggi.
4. SikaTop 109 MY
Fungsi : sebagai waterproofing, penyegelan retakan rambut dan sebagai lapisan
pelindung terhadap unsur agresif seperti karbondioksida. Area aplikasinya diantara
lain tangi air, ruang bawah tanah, tempat parkir mobil, teras, balkon, jembatan,
dinding penahan, dll. Keunggulan nya ialah memiliki kemampuan bridging retak yang
baik (hingga 1mm pada + 20 °C), komponen pra-batch, mudah diterapkan dengan
roller atau kuas, menutup keretakan dengan rapat, fleksibel, ekonomis, dan air cure.
5. Sikalastic -560 (Komponen untuk pelapis anti bocor Modified PU untuk atap)
Fungsi : sebagai lapian abti bocor siap pakai berbahan dasar Modified Polyurethane,
untuk melindumgi atap dari kebocoran. Dapat digunakan pada atap beton, mortar,
asbes, genteng, nok, bitumen, metal, lantai keramik, kayu dan dinding
Keunggulan : daya rekat sangat baik pada permukaan yang berpori atau tidak
berpori. Sangat fleksibel dan menutup retak sangat baik, kedap air, tahan sinar
ultraviolet, dan cuaca. Tidak menyebabkan tumbuhnya jamur, tidak beracun, siap
pakai dan mudah diaplikasikan dengan kuas, roller, atau spray.
6. Sika Waterproofing Mortar (Komponen semen pelapis air siap pakai)
Fungsi : sebagai pelapis anti bocor siap pakai pada permukaan beton untuk mencegah
kebocoran rembesan air. Dapat digunakan pada atap dak beton, balkon, teras dan
kamar mandi.
Keunggulan : praktis tinggal dicampur air. Daya rekat baik pada beton yang keras.
Dapat diaplikasikan dengan kuas.
Warna : abu-abu
7. Sika RoofCoat
Fungsi : sebagai lapisan anti bocor siap pakai berbahan dasar acrylic, yang diperkuat
serat fiber untuk melindungi atap dari kebocoran. Dapat digunakan pada atap dak
beton, asbes, genteng, nok, serta mortar dan dinding.
Keunggulan : mengandung fiber sehingga dapat menutup retak lebih baik. Kedap air,
tahan sinar UV, dan cuaca. Daya rekat sangat baik, fleksibel, tidak menyebabkan
tumbuhnya jamur, tidak beracun.
Warna : Grey, stone grey, white, coro red.
8. Sika Batu Seal T-130 SG
Fungsi : sebagai pelapis kedap air dan kelembapan pada bangunan seperti misalnya
dinding, basement, atap dak beton, balkon atau teras.
Keunggulan : mempunyai elastisitas dan tebal merata.
Warna : hitam
Kemasan : 1 roll = 1m x 10m
9. Sika MultiSeal (perekat multiguna)
Fungsi : perbaikan instan untuk mencegah kebocoran. Perekat self adhesive
multiguna untuk atap, talang, dan pipa air. Sebagai perbaikan keretakan dan
kebocoran pada atap, sambungan dinding dan genteng, nok genteng dll.
Keunggulan : siap pakai, mudah diaplikasikan. Merekat baik pada berbagai
permukaan. Bisa dicat.
Warna : abu-abu
Kemasan : lebar 10cm, panjang 3m/ roll
10. Sikagard-700 S (id) (komponen lapisan pelindung batu alam dan beton)
Fungsi : sebagai lapisan pelindung untuk batu alam, brton, plesteran, bata, semen,
asbes, dll. Dari curah hujan dan kelembapan, sehingga mencegah dan melindungi dari
tumbuhnya lumut dan jamur dengan hasil akhir natural. Berbahan dasar siloxane.
Hasil aplikasi bersifat waterreplent/ hydrophobic.
Keunggulan : tahan terhadap alkali, sinar UV, cuaca, lumut dan jamur. Bekerja
dengan system penetrasi atau meresap sangat baik.
Warna : transparent.
11. Sikadur Injectokit-TH (set alat dan material injeksi keretakan-konsistensi kental)
Fungsi : untuk memperbaiki keretakan pada jalan beton atau tembok double bata
dimana sealing hanya bisa dilakukan satu sisi.
Keunggulan : dapat mengisi keretakan walaupun satu sisi keretakan tidak dapat
disealing, mempunyai lekatan yang baik dengan beton atau bata. Pelaksanaan praktis
hanya menggunakan gun sealant standart.
Warna : abu-abu
Kemasan : 250ml
12. Sika Anchorfix-1 (perekat angkur bermutu tinggi (beban medium))
Fungsi : 2- komponen bahan perekat angkur polyester siap pakai yang berbahan dasar
solvent dan styrene.
Keungulan : cepat kering, dapat menggunakan gun standar, dapat digunakan pada
suhu rendah, berkapasitas untuk beban menengah ke bawah, tidak menetes (non-sag)
meskipun di langit-langit, tidak berbau, tidak boros.
Warna : komponen A : putih.
Komponen B : hitam.
Komponen A + B : abu-abu muda.
Kemasan : 300ml ctd.
Tugas 3
PERAWATAN BETON
Curing atau Perawatan Beton dilakukan saat beton sudah mulai mengeras yang bertujuan
untuk menjaga agar beton tidak cepat kehilangan air dan sebagai tindakan menjaga
kelembaban/suhu beton sehingga beton dapat mencapai mutu beton yang diinginkan.
Pelaksanaan perawatan beton dilakukan setelah beton mengalami atau memasuki fase
hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah bekisting beton dilakukan
bongkaran dengan durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi
yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton.
Proses curing pada beton memainkan peran penting pada pengembangan kekuatan dan daya
tahan beton. Proses curing ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik
dalam beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu.

A. TUJUAN PERAWATAN BETON


 Menjaga beton dari kehilangan air semen yang banyak pada saat-saat setting
time concrete.
 Menjaga perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
 Stabilitas dari dimensi struktur.
 Mendapatkan kekuatan beton yang tinggi.
 Menjaga beton dari kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama
 Menjaga keretakan.

B. METODE PERAWATAN BETON


Terdapat berbagai macam metode curing beton yang umum dilakukan baik dengan
pembasahaan sederhana, penguapan dan menggunakan membran. Pemilihan cara yang tepat
dalam melakukan pemeliharaan beton merupakan hal yang harus diperhatikan karena sangat
berpengaruh terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

1. Perawatan Dengan Pembasahan


 Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab (dilakukan pada beton uji).
 Menaruh beton segar dalam genangan air (dilakukan pada beton uji).
 Menyelimuti permukaan beton dengan air.
 Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
 Menyirami permukaan beton secara continue.
 Melapisi permukaan beton dengan material khusus (Curing Compound)

2. Perawatan Dengan Penguapan / Steam


Sebelum perawatan dengan penguapan dilaksanakan, beton harus dipertahankan terlebih
dahulu dan berada pada suhu 10°-30°C selama beberapa jam. Perawatan dengan penguapan
berguna pada daerah yang mempunyai musim dingin. Perawatan ini harus diikuti dengan
perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar
kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada umur 28 hari. Perawatan dengan
penguapan dilakukan dengan 2 cara yaitu :
 Perawatan dengan tekanan yang rendah berlangsung selama 10-12 jam dengan
tekanan berkisar antara 40°-55°C
 Perawatan dengan tekanan tinggi berlangsung selama 10-16 jam dengan
tekanan pada suhu 65°-95°C, dengan suhu akhir 40°-55°C.
3. Perawatan Dengan Membran
Membran yang digunakan untuk perawatan beton ini merupakan penghalang fisik untuk
menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai
final setting time), dan membentuk selembar film yang continue, melekat dan tidak beracun,
tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus dan tidak membahayakan beton. Lembaran plastik
atau lembaran lain yang kedap air dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan
menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada lapisan perkerasan beton
(rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan
beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan
dengan pembahasan.

METODE PENGUJIAN BETON


Beton merupakan material bangunan yang banyak diaplikasikan pada berbagai
proyek konstruksi seperti pembuatan jalan beton, pembangunan gedung bertingkat, hingga
pembangunan jembatan. Beton dalam bangunan sendiri secara umum dikelompokkan
menjadi beton bertulang dan tidak bertulang.
Beton bertulang merupakan jenis beton yang diberikan tulangan berupa besi untuk
menambah daya elastisitas beton. Sedangkan beton tidak bertulang tidak menggunakan
tulangan besi tersebut, kedua jenis beton ini harus mempunyai berkualitas baik agar
bangunan yang dibuat kokoh dan tahan lama.
Berbagai Macam Metode Pengujian Beton
Mengingat vitalnya material beton dalam bangunan ini, tentu bahan atau agregat penyusun
beton seperti pasir, semen, air, kerikil, dll juga harus berkualitas baik. Selain penggunaan
bahan penyusun yang baik, umumnya akan dilakukan pengujian beton untuk mengetahui
kekuatan beton tersebut. Pengujian beton dilakukan dengan mengukur tingkat kekerasan
beton dengan berbagai metode. Berikut berbagai macam metode pengujian beton :

1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression test)

Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengukur kekuatan beton dengan cara memberikan
tekanan pada sampel beton hingga beton mengalami kehancuran. Berikut adalah cara
melakukan uji kuat tekan beton :

 Persiapkan silinder dengan tinggi 30 cm dan berdiameter 15 cm, beri pelumas


seperlunya pada sisi bagian dalam untuk memudahkan pelepasan beton. Silinder
ini nantinya akan digunakan sebagai cetakan beton.
 Masukan adukan beton yang nantinya akan diaplikasikan pada bangunan ke dalam
cetakan dan bagi menjadi 3 lapisan yang sama.
 Lakukan penusukkan pada tiap lapisannya hingga 25 kali.
 Ratakan bagian atas adukan, berilah label yang menunjukkan waktu pembuatan
beton (tanggal dan jam).
 Adukan beton dibiarkan selama 24 jam, setelah itu rendam dalam air selama waktu
tertentu barulah dibawa ke laboratorium pengujian.
 Siapkan mesin compressor yang digunakan untuk pengujian, mesin ini akan
memberikan tekanan pada beton untuk pengujian.
 Lakukan pengujian pada hari yang berbeda dan catat setiap hasilnya.
2. Slump test

Slump test adalah pengujian beton yang dilakukan untuk mengetahui kadar air beton untuk
mengetahui mutu beton. Salah satu cara pengujian ini adalah dengan menggunakan kerucut
abraham dengan cara :

 Siapkan alat pengujian dengan ukuran diameter bawahnya 20 cm dan atasnya 10


cm dengan tinggi 30 cm. Alat ini nantinya akan digunakan sebagai penyokong.
 Letakkan kerucut abraham pada bidang yang tidak menyerap air serta rata dan
datar.
 Masukkan adukan beton ke dalam kerucut dengan dilakukan penekanan pada
penyokongnya.
 Pastikan beton dimasukkan dalam 3 lapisan dengan tebal yang sama serta
dilakukan penusukkan sebanyak 25 kali. Penusukkan dilakukan menggunakan
tongkat baja yang berdiameter 16 mm dan panjang 600 mm yang ujungnya bulat.
Hal ini agar beton yang masuk ke dalam kerucut nantinya lebih padat.
 Bersihkan adukan yang berceceran kemudian ratakan permukaannya dengan cara
menarik kerucut dengan hati-hati secara vertikal.
 Tunggu beberapa waktu dan buka kerucut.
 Ukurlah penurunan puncak kerucut dari tinggi awalnya.
 Pengujian slump test ini akan menguji kekentalan beton atau dengan kata lain
kadar air beton.
 Hasil adukan beton yang tidak memenuhi syarat dalam pengujian tidak boleh
digunakan pada bangunan.
3. Uji Core Drill

Uji core drill merupakan pengujian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari beton
yang sudah dibuat. Pengambilan ini dilakukan menggunakan alat core drill seperti nama
pengujiannya. Namun pastikan pengujian ini dilakukan jangan sampai merusak struktur dari
beton tersebut. Sampel beton tersebut kemudian akan diuji crusing test di laboratorium.

Dapat dikatakan bahwa pengujian ini sangat akurat karena memang beton yang diambil
adalah beton yang sudah jadi pada bangunan. Akan tetapi pengujian ini juga mempunyai
resiko yang tinggi karena bila pengambilan sampel terlalu dalam akan mengenai tulangan
beton. Hal ini tentu akan sangat membahayakan struktur beton dan bila terjadi dapat
mengurangi kekuatan struktur beton.
4. Hammer test

Hammet test beton dilakukan pada beton yang sudah dibuat untuk mengukur kekuatan
maupun tegangan karakteristik beton. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat hammer test
pada bagian bangunan seperti kolom, balok hingga plat lantai. Sebelum pengujian dilakukan,
pastikan permukaan bagian bangunan yang diuji memiliki permukaan yang rata. Bila belum
rata maka lakukan perataan menggunakan gerinda agar tingkat akurasi pengujian semakin
tinggi / baik. Lakukan pengujian pada beberapa titik, umumnya dilakukan hingga 20 titik.
Hasil pengujian ini kemudian akan dianalisa menggunakan standar deviasi agar dapat
mengetahui mutu beton.

5. Pengujian Ultrasonik atau Ultrasonic non Destructive

Pengujian ini merupakan jenis pengujian baru yang kini banyak digunakan. Pengujian ini
dilakukan menggunakan alat ukur kekerasan yang menerapkan prinsip gelombang ultrasonik.
Di Indonesia sendiri pengujian jenis ini telah dikenal sejak tahun 1980 silam. Pengujian ini
dilakukan dengan merambatkan gelombang ultrasonik pada beton untuk mengetahui
kekuatan beton. Pengujian ini sendiri kini banyak diminati karena mempunyai keunggulan :

 Dapat mendeteksi keretakan beton beserta kedalamannya.


 Dapat menguji homoginitas beton
 Menguji kekuatan dan kualitas beton tanpa merusaknya.
 Mendeteksi kerusakan permukaan beton dan perubahannya dari masa ke masa.
 Dapat digunakan untuk mengukut modulus Elastisitas beton.
 Bisa dikatakan sebagai pengujian yang paling mudah untuk dilakukan.
Tugas 4
PENGUJIAN BAHAN
Pengujian bahan bertujuan mengetahui sifat - sifat mekanik bahan atau cacat pada
bahan/produk, sehingga pemilihan bahan dapat dilakukan dengan tepat untuk
suatu keperluan . Cara pengujian bahan dibagi dalam dua kelompok yaitu pengujian dengan
merusak (destructive test) dan pengujian tanpa merusak ( non destructive test). Pengujian
dengan merusak dilakukan dengan cara merusak benda uji dengan cara
pembebanan/penekanan sampai benda uji tersebut rusak, dari pengujian ini akan diperoleh
informasi tentang kekuatan dan sifat mekanik bahan. Pengujian tanpa merusak dilaksanakan
memberi perlakuan tertentu terhadap bahan uji atau produk jadi sehinga diketahui adanya
cacat berupa retak atau rongga pada benda uji /produk tersebut.

Pengujian dengan merusak ( destructive test) terdiri dari:


1. Pengujian Tarik (Tensile Test)
2. Pengujian Tekan (Compressed Test)
3. Pengujian Bengkok ( Bending Test)
4. Pengujian Pukul ( Impact Test )
5. Pengujian Puntir ( Torsion Test)
6. Pengujian Lelah (Fatique Test)
7. Pengujian Kekerasan ( Hardness Test).

Pengujian tanpa merusak ( non destruktive test) terdiri dari:


1. Dye Penetrant Test
2. Electro Magnetic Test
3. Ultrasonic Test
4. Sinar Rongent

Pengujian Bahan untuk mengetahui struktur mikro dan komposisi bahan


dilakukan dengan cara Metalografis dan Spectrograf.
Pengujian tersebut diatas memerlukan piranti keras maupun piranti lunak yang
baku dan terstandar, sehingga hasil pengujian dapat diterima berbagai kalangan
dan dapat dijadikan acuan sebagai data dalam perancangan sistem maupun
produk.

PENGUJIAN LENTUR
Pembebanan lentur adalah salah satu jenis pembebanan yang paling sering terjadi dalam
praktik dan oleh karena itu merupakan pertimbangan penting dalam pengujian berbagai
macam material. Uji lentur digunakan untuk menentukan sifat mekanik baja, plastik, kayu,
kertas, keramik dan bahan lainnya.
Ketika pembebanan lentur diterapkan pada penampang simetris, tegangan tarik muncul pada
serat ekstrim (luar) di sepanjang satu sisi. Tekanan tekan muncul pada serat ekstrim di sisi
berlawanan. Tegangan pada kedua sisi bertambah dengan jarak dari sumbu netral, sehingga
nilai tertinggi pada kedua kasus terjadi pada zona tepi. Jika titik tarik atau titik leleh tekan
material tercapai, aliran plastis akan terjadi.
Selama uji lentur tegangan geser juga muncul pada spesimen. Untuk menjaga persentase
tegangan geser serendah mungkin selama pengujian, rasio bentang dengan ketebalan benda
uji harus setinggi mungkin. Namun, dalam kebanyakan kasus, rentang tersebut ditentukan
dalam standar pengujian yang relevan.
Spesimen dengan penampang persegi biasanya lebih disukai untuk digunakan dalam uji
lentur.

PENGUJIAN TARIK
Kekuatan tarik adalah salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur. Setiap material atau bahan memiliki sifat
(kekerasan, kelenturan, dan lain lain) yang berbeda-beda. Untuk dapat mengetahui sifat
mekanik dari suatu material maka diperlukan suatu pengujian, salah satu pengujian yang
paling sering dilakukan yaitu uji tarik (tensile test). Pengujian ini memiliki fungsi untuk
mengetahui tingkat kekuatan suatu material dan untuk mengenali karakteristik pada material
tersebut.

Terdapat beberapa spesimen pada uji tarik. Uji Tarik (Tensile Test) adalah suatu metode yang
digunakan untuk menguji kekuatan (tensile strength) suatu material/bahan dengan cara
memberikan beban (gaya statis) yang sesumbu dan diberikan secara lambat atau cepat.
Diperoleh hasil sifat mekanik dari pengujian ini berupa kekuatan dan elastisitas dari
material/bahan.

Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva hasil uji tarik. Selain
kekuatan dan elastisitas, sifat lain yang dapat diketahui adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan luluh dari material.


2. Keuletan dari material.
3. Kelentingan dari suatu material
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu material/bahan dan juga sebagai referensi pendukung untuk spesifikasi material/bahan.
Kekuatan ini ada beberapa macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja, yaitu kekuatan
tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan kekuatan torsi dan kekuatan lengkung. Sifat Mekanik
yang didapat dari uji tarik meliputi :
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
Modulus elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan kekakuan
suatu material. Apabila nilai E semakin besar, menandakan semakin kakunya suatu material.
Nilai E ini diturunkan dari persamaan hukum Hooke. Dari persamaan tersebut juga nampak
bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut
kemiringan α pada garis proporsional.

Reduksi penampang/reduction of area (RA )


RA=[(A0-A1)/A0] 100%

Dimana A1 = luas penampang setelah patah (mm²) Reduksi penampang juga dapat digunakan
untuk menetukan keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

Prosedur Pengujian Tarik :


Terdapat beberapa bentuk spesimen pada pengujian tarik. Adapun bentuk dari spesimen
tersebut adalah sebagai berikut :

a. Spesimen Bentuk Pelat (Plate Form)


Dalam ASTM E8 (Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials) telah
diatur mengenai bentuk spesimen uji tarik yang baku. Dalam standar tersebut, sebuah
spesimen uji tarik harus memiliki spesifikasi tertentu meliputi Gauge Length (G), Width (W),
Thickness (T), Radius (R), Over all length (L), Length of Reduced (A), Length of Grip
Section (B), dan Width of Grip Section (C).

Dalam ASTM E8 juga diatur dimensi standar dari spesimen uji tarik berbentuk Round Bar,
seperti yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 1 Dimensi Spesimen Uji Tarik Pelat
Berdasarkan ASTM E8.

Gambar 1 Spesimen Uji Tarik Pelat Berdasarkan ASTM E8


Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa dimensi spesimen uji tarik harus memenuhi, panjang Gauge
Length (G) sebesar 2 inch (50.8 mm), dimensi Width (W) sebesar 0.5 inch (12.7 mm) dan
lebar area cekam sekitar 3/4 in. (19.05 mm). Dibagian tengah dari batang uji (bagian yang
paralel) adalah bagian yang menerima tegangan yang uniform dan pada bagian ini disebut
panjang ukur (gauge length), yaitu bagian yang dianggap menerima pembebanan, bagian ini
selalu diukur panjangnya selama proses pengujian.

b. Spesimen Bentuk Silinder (Round Bar Form).


Jika batang uji berupa round bar maka ditentukan gauge length nya berdasarkan ASTM E8
(Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials) adalah 2 in. (50.8 mm).
Disertai pembentukan diameter spesimen uji sebesar 0.5 in. (12.7 mm) , radius of fillet 3/8 in.
dan Length of reduced section (A) sebesar 2 ¼ in. Pada Gambar 2 berikut ini, ditunjukkan
bentuk spesimen uji round bar sesuai dengan ASTM E8.
Gambar 2 Spesimen Uji Tarik Bentuk Round Bar Berdasarkan ASTM E8
Dalam ASTM E8 juga diatur dimensi standar dari spesimen uji tarik berbentuk Round Bar,
seperti yang terlihat pada Tabel 2 di bawah ini Tabel 2 Dimensi Spesimen Uji Tarik Pelat
Berdasarkan ASTM E8.

c. Spesimen Bentuk Baja Tulangan Beton Sirip


Besi beton diproduksi secara umum terdiri dari 2 jenis yaitu besi beton permukaan polos
(round bar) dan besi beton ulir (deformed bar). Perbedaan dua jenis besi tersebut adalah
terletak pada bagian permukaannya. Besi polos mempunyai penampang bundar dengan
permukaan tidak bersirip, sedangkan besi ulir memiliki berbentuk sirip melintang (sirip ikan).
Pada Gambar 3 ditunjukkan perbedaan antara besi beton polos dan besi beton ulir.

Gambar 3 Spesimen Uji Tarik Bentuk Besi Beton Ulir


Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya dapat diperoleh
pengukuran panjang yang lebih presisi. Dalam menghitung diameter batang uji deformed
tidak bisa dilakukan seperti beton polos karena permukaan bidang deformed memiliki bentuk
sirip melintang. Melalui Persamaan 1 dan Persamaan 2, penentuan diameter awal (Do) dan
gauge length (Lo) dapat dilakukan. Besi beton ulir diukur massanya di timbangan digital,
untuk menghitung diameter awal beton ulir.

Selanjutnya diukur panjang total dari batang uji dengan menggunakan jangka sorong. Batang
uji diukur pada penampang panjang yang paling rata agar didapatkan nilai hasil uji yang
akurat. Langkah berikutnya yakni dengan memasukkan massa jenis dari bahan baja ke
Persamaan 1 berikut ini. Persamaan tersebut didasarkan pada perhitungan massa, massa jenis
dan panjang total dari batang uji.

Do = √4𝑚 𝜋𝜌𝐿

Dengan :
Do = diameter awal besi beton ulir (mm)
m = massa besi beton ulir (g)
𝜌 = massa jenis besi beton ulir (7.85 g/cm3)
L = panjang total besi beton ulir (mm)

Setelah diketahui diameter awal besi beton ulir dilanjutkan menghitung gauge length (Lo)
dengan Persamaan 2 di bawah ini.

Lo = 8 x Do

Dengan :
Lo = panjang gauge length besi beton ulir (mm)
Do = diameter awal besi beton ulir (mm)

Pemberian beban
Spesimen akan diberi beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu. Akibat dari
pembebanan aksial tersebut, spesimen akan mengalami perubahan panjang. Perubahan beban
(P) dan perubahan panjang (∆L) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan
fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P – ∆L dan kemudian
dijadikan grafik Stress-Strain yang menggambarkan sifat bahan secara umum seperti pada
Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4 Grafik P – ∆L hasil pengujian tarik
Keterangan :
A = Titik propolsionalitas
B = Titik elastis
C = Titik yield
D = Titik maksimum
E = Titik patah

Dari Gambar 4 di atas tampak bahwa sampai titik A perpanjangan sebanding dengan
pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik C merupakan
batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik A di sebut juga batas proporsional.
Sedikit di atas titik A terdapat titik B yang merupakan batas elastis di mana bila beban
dihilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali ke
panjang semula.

Daerah di bawah titik B disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut daerah plastis.
Di atas titik B terdapat titik C yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana logam
mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti. titik yield
merupakan keadaan dimana spesimen terdeformasi dengan beban minimum.

Pada kenyataannya karena perbedaan antara ketiga titik A, B dan C sangat kecil maka untuk
perhitungan teknik seringkali keberadaan ketiga titik tersebut cukup diwakili dengan titik C
saja. Dalam kurva titik yield ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif
tetap. Titik C ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet misalkan besi murni
dan baja karbon rendah, titik C tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik
C tidak tampak jelas.
Metode offset
Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset. Metode
offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada
daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik yield didapat pada
perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gam
bar 5 Metode offset untuk menentukan titik yield
Langkah kerja Uji Tarik (Tensile Test) :
Urutan langkah kerja yang dilakukan dalam pengujian ini adalah:

1. Menyiapkan spesimen. Langkah yang dilakukan dalam menyiapkan spesimen


adalah: – Ambil spesimen dan jepit pada ragum. – Siapkan kikir, dan kikir bekas
machining pada spesimen yang memungkinkan menyebabkan salah ukur. – Ulangi
langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2. Pembuatan gauge length. Langkah yang dilakukan dalam pembuatan gauge length
adalah: – Siapkan penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 60 mm
untuk spesimen plate bar dan round bar. Sedangkan untuk beton neser gauge
lenghtnya 8 x diameter. Dimana gauge lenght untuk beton neser kami
memperoleh: ℓ = 78.40 mm m = 177.38 gram ρbaja = 0,00785 gram/mm3 d= √((4
m)/(π ρ l)) d= √((4 x 177.38)/(π 0,00785 x 78.40)) = 9,816 mm Sehingga gauge
lenght beton neser ℓ0 = 8 x 9,816 = 78,526 mm Ulangi langkah di atas untuk
seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi Langkah yang dilakukan dalam pengukuran dimensi adalah: –
Ambil spesimen dan ukur dimensinya. – Catat jenis spesimen dan data
pengukurannya pada lembar kerja. – Ulangi langkah di atas untuk seluruh
spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik. Langkah yang dilakukan dalam pengujian pada
mesin uji tarik adalah: – Catat data mesin pada lembar kerja. – Ambil kertas
milimeter dan pasang pada tempatnya. – Ambil spesimen dan letakkan pada
tempatnya secara tepat. – Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik. –
Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah. – Catat besarnya beban
pada saat yield, ultimate dan ketika patah yang nilainya tampak pada monitor
beban. – Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang
yang patah . – Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen. Untuk pengujian
pada mesin uji tarik bisa dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 7 Pengujian Pada Mesin Uji Tarik

Acceptance Criteria Tensile Test :


Ada banyak hal yang bisa didapatkan dari uji tarik, dengan memberikan gaya tarik pada
material sampai putus maka semua susunan struktur material bisa diketahui dengan jelas
sehingga dapat menentukan kualitas dari material tersebut. Untuk Acceptance Criteria dari
Uji Tarik (Tensile test) sendiri mengacu pada nilai kekuatan tarik pada sertifikat material atau
bahan tersebut, apabila nilai dari Uji Tarik kurang dari nilai kekuatan tarik pada sertifikat
material atau bahan maka material atau bahan tersebut tidak bisa diterima. Sedangkan untuk
spesimen hasil pengelasan mengacu pada ASME Sec IX, AWS dan API tergantung dari
produk dan jenis material.
KERUSAKAN BETON
Keawetan struktur beton selama masa aplikasi masih permanen memerlukan agunan
pengawasandannbsp; pelaksanaannya, supaya beton tak menyebabkan kerusakan di kondisi
normal selama umur planning. namun demikian. kadangkala beton bisa rusak selama masa
umur rencananya. kerusakan-kerusakan tadi terjadi akibat impak mekanis, ekamatra dan
kimia. buat itu, perlu diambil langka-langkah pencegahan.Berikut beberapa akibat kerusakan
beton :

 Kerusakan Beton akibat pengaruh mekanis Beberapa Kerusakan di Beton

pengaruh mekanis yg paling umum ialah gempa. beton wajib direncanakan supaya dapat
berperilaku daktail ( mempunyai sifat daktalitas). Variasi kerusakan yg muncul bisa berupa
tabrakan-goresan (retak rambut) akibat efek bahan serta getaran yg kecil (ledakan) sampai ke
kerusakan musnah (gempa tinggi). berdasarkan SNI, buat menghindari hal ini strukturnya
wajib direncanakan dengan mengikuti ketentuan yg tertuang pada SK.SNI.T-15-1991-03
tentang tata cara perancangan bangunan gedung.

 Kerusakan Beton akibat imbas fisika

Kerusakan ini akibat dampak temperatur yang bisa menimbulkan kehilangan panas hidrasi
dan kebakaran. kerusakan lainnya akibat saat dan suhu contohnya Creep & crack serta
penurunan yg tidak sama di tanah dasarnya.Beberapa Kerusakan di Beton

 Kerusakan Beton dampak dampak kimia

Kerusakan ini biasanya paling banyak timbul pada struktur beton, kerusakan ini berkaitan
eksklusif dengan struktur serta lingkungan setempat, contohnya, dampak korosi, taraf
keasaman yang tinggi serta yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai