Anda di halaman 1dari 18

Kata sulit:

- Primary survey: Penilaian Awal) merupakan usaha yang dilakukan untuk


mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang
mengancam jiwa
- Secondery survey: memeriksa ke seluruh tubuh yang lebih teliti dimulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki ( head to toe) baik pada tubuh dari bagian depan maupun
belakang serta evaluasi ulang terhadap pemeriksaan tanda vital penderita.

Pertanyaan:
1.Mengapa dan bagaimana mekanisme sesak nafas yang semakin bertambah pada pasien?
2.Mengapa dan bagaimana mekanisme nyeri dada pada pasien?
3.Mengapa dan bagaimana mekanisme nyeri perut sebelah kanan atas pada pasien?
4.Mengapa dan bagaimana mekanisme kaki kanan tidak dapat digerakan pada pasien?
5.Apa saja kemungkinan penyakit yang dapat terjadi pada dada pasien setelah terbentur stang
motor?
6.Apa saja kemungkinan penyakit yang dapat terjadi pada pinggul pasien saat terbentur
trotoar?
7.Mengapa pasien tidak memiliki riwayat pingsan ataupun muntah?
8.Mengapa pasien tampak gelisah dan mengerang kesakitan?
9.Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada pasien?
10.Bagaimana cara dokter melakukan primary dan secondary survey?

JAWABAN
1. Mengapa dan bagaimana mekanisme sesak nafas yang semakin bertambah pada
pasien?
Sesak nafas dan nyeri dada : Trauma toraks atau dada yang terjadi, menyebabkan gagal
ventilasi (keluar masuknya udara), kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar (organ
kecil pada paru yang mirip kantong), kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik
(sirkulasi darah).
o Trauma dada tumpul dapat mengakibatkan hematotoraks oleh karena
terjadinya laserasi pembuluh darah internal (Injury to intercostal
vessels (e.g., internal mammary arteries and pulmonary vessels) lead
to significant bleeding). Pasien hematothoraks akan sesak nafas karena
darah berkupul dirongga pleura. Darah dalam rongga pleura
mempengaruhi kapasitas vital fungsional paru dengan menciptakan
hipoventilasi alveolar, ketidakcocokan V/Q, dan pirau anatomis.
§ Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber
perdarahan dapat berasal dari dinding dada, parenkim
paru-paru, jantung atau pembuluh darah besar. Jumlah
perdarahan pada hematotoraks dapat mencapai 1500 ml,
apabila jumlah perdarahan lebih dari 1500 ml disebut
hematotoraks masif. Penyebab paling umum hematotoraks
adalah trauma.
(http://repository.lppm.unila.ac.id/5168/1/ARTIKEL%20DIANA-
ANISA%20IKA.pdf)
§ Hemothorax causes two major problems: hypovolemic shock
and impairment of ventilation. Massive hemorrhage from
rupture of the heart or one of the great vessels usually causes
rapid death
https://www.sciencedirect.com/topics/veterinary-science-an
d-veterinary-medicine/hemothorax#:~:text=Hemothorax%20cause
s%20two%20major%20problems,vessels%20usually%20causes%
20rapid%20death.)
o Kontusio parenkim paru : Kontusio paru paling sering disebabkan
trauma tumpul pada dinding dada secara langsung yang dapat
menyebabkan kerusakan parenkim, edema interstitial dan perdarahan
yang mengarah ke hipoventilasi pada sebagian paru yang disebabkan
tidak dapat bertukarnya O2 dan CO2 sebab alveoli terpenuhi oleh
darah. Kontusio paru juga dapat menyebabkan hematoma
intrapulmoner apabila pembuluh darah besar didalam paru terluka.
Bleeding and edema cause serious changes in the lung tissue
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JK/article/view/3510/2765
o Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung
maupuntidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah
nyeri dada, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada
saat bergerak.
Banyaknya fraktur kosta berkorelasi juga dengan banyaknya mediator pro
inflamasi yang dilepaskan, sehingga berpeluang untuk berkembang
menjadi ARDS
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/18999/
18561)
o Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang
berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada
daerah kostokondral. Gerak paradoks menyebabkan nafas menjadi
dangkal karena nyeri. Kehadiran rasa sakit mengurangi volume tidal
dan dapat menekan refleks batuk, menyebabkan atelektasis dan
pneumonia. Gerakan paradoks membuat sulit bernapas dan dapat
menyebabkan gagal napas.
https://www.researchgate.net/publication/330357547_ASKEP_TRAUM
A_THORAKS_HEMATHORAKS
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7296362/
o Sternal fractures may cause vascular injury, as well as pulmonary and
myocardial contusions.
Gangguan pernapasan dapat terjadi karena cedera langsung pada jalan napas
atau paru-paru, seperti halnya dengan kontusio paru, atau dari gangguan
mekanisme pernapasan, seperti patah tulang rusuk. Hasil yang umum adalah
perkembangan ketidaksesuaian ventilasi-perfusi dan penurunan komplians
paru. Hal ini kemudian menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia, yang
mungkin memerlukan intubasi. Kompromi sirkulasi terjadi pada keadaan
kehilangan darah yang signifikan, penurunan aliran balik vena, atau cedera
jantung langsung. Perdarahan intratoraks paling sering bermanifestasi sebagai
hemotoraks pada trauma tumpul dan tembus, dan hemotoraks masif dapat
menyebabkan hipotensi dan syok hemodinamik.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538219/

2. Mengapa dan bagaimana mekanisme nyeri dada pada pasien?

KARENA SYOK MUNGKIN YA ATAU TERBENTUR STANG


Cedera yang dapat timbul akibat kecelakaan kendaraan bermotor sangat bervariasi, mulai dari
luka lecet dan robek pada kulit, cedera pada otot, memar, patah tulang, cedera saraf dan
pembuluh darah, hingga cedera di organ dalam. Cedera yang timbul juga bergantung pada
mekanisme jatuhnya pasien.

Nyeri di dada paska kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan karena:

● Memar
● Strain otot dada
● Patah tulang iga
● Cedera organ paru atau jantung, misalnya perdarahan di ruang selaput paru atau jantung

Untuk memastikan tidak adanya kelainan yang berat akibat kecelakaan tersebut, tentunya dokter
perlu memeriksa pasien secara langsung. Selain menanyakan bagaimana mekanisme kecelakaan
(jatuh menumpu di lengan, dada terbentur stang sepeda motor, dsb), dokter juga akan melakukan
pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik dokter dapat mencari

- ada tidaknya memar di bagian tubuh pasien,


- nyeri tekan di area-area tertentu,
- pergerakan bagian tubuh tertentu yang terbatas,
- deformitas (kelainan bentuk) rongga dada dibandingkan sisi satunya,
- ketidaksimetrisan saat bernapas, suara tidak normal dari paru dan jantung, dan lain
sebagainya.

Pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen juga dapat membantu melihat kelainan seperti patah
tulang, perdarahan pada paru, selaput paru, cedera diafragma, dsb.

Cedera seperti memar dan muscle strain umumnya tidak mengancam nyawa dan dapat berkurang
gejalanya setelah beberapa hari - minggu. Saat awal kejadian rasa nyeri dapat dikurangi dengan
kompres es. Nyeri yang dirasakan setelah lewat 24-48 jam dapat diatasi dengan kompres hangat
dan dingin bergantian. Pasien dianjurkan untuk membatasi mobilisasi daerah tubuh yang sakit,
misalnya dapat menggunakan arm sling atau bandage dengan teknik pemasangan khusus.

3. Mengapa dan bagaimana mekanisme nyeri perut sebelah kanan atas pada pasien?
Pukulan langsung, misalnya kena pinggir bawah stir mobil atau pintu yang masuk
(intruded) pada tabrakan kendaraan bermotor, dapat mengakibatkan cedera
tekanan atau tindasan pada isi abdomen. Kekuatan ini merusak bentuk organ
padat atau berongga dan dapat mengakibatkan ruptur, khususnya pada organ yang
menggembung (misalnya uterus yang hamil), dengan perdarahan sekunder dan
peritonitis. Shearing injuries pada organ isi abdomen merupakan bentuk trauma
yang dapat terjadi bila suatu alat penahan (seperti sabuk pengaman jenis lap belt
atau komponen sabuk bahu)dipakai dengan cara yang salah.
Penderita yang cedera dalam tabrakan kendaraan bermotor juga dapat menderita
cedera deceleration karena gerakan yang berbeda dari bagian badan yang bergerak
dan yang tidak bergerak, pada hati dan limpa yang sering terjadi (organ bergerak)
ditempat jaringan pendukung (struktur tetap) pada tabrakan tersebut.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/RUPTUR-HEPA
R.pdf

4. Mengapa dan bagaimana mekanisme kaki kanan tidak dapat digerakan pada pasien?
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.Trauma yang menyebabkan
tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah
yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak
langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula
atau radius distal patah

PATOFISIOLOGI

Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat

terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur

keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang

kuat bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun

10

bagian proksimal dari tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian

distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah maupun spasme pada

otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping, pada suatu

sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen

juga dapat berotasi atau berpindah.

Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum

dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan

sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera

jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum

(medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan

dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati

dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan terjadi


vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan

leukosit. Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan

tulang.

Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara lain:

a. Deformitas

Pembengkaan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi


fraktur. Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan tungkai, deformitas rotasional,
atau angulasi. Dibandingkan sisi yang sehat, lokasi fraktur dapat memiliki deformitas
yang nyata.

b. Pembengkakan

Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada lokasi
fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.

c. Memar

Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada lokasi fraktur.

d. Spasme otot

Spasme otot involuntar berfungsi sebagai bidai alami untuk mengurangi gerakan lebih
lanjut dari fragmen fraktur.

e. Nyeri

Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas
dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien. Nyeri biasanya
terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot,
fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.

f. Ketegangan

Ketegangan diatas lokasi fraktur disebabkan oleh cedera yang terjadi.

g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena hilangnya
fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat terjadi
dari cedera saraf.

h. Gerakan abnormal dan krepitasi

Manifestasi ini terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang atau gesekan antar
fragmen fraktur.

i. Perubahan neurovaskular

Cedera neurovaskuler terjadi akibat kerusakan saraf perifer atau struktur vaskular yang
terkait. Klien dapat mengeluhkan rasa kebas atau kesemutan atau tidak teraba nadi
pada daerah distal dari fraktur

j. Syok

Fragmen tulang dapat merobek pembuluh darah. Perdarahan besar atau tersembunyi
dapat menyebabkan syok.

Hemiplegia adalah kondisi kelumpuhan atau hilangnya kemampuan otot untuk


bergerak yang terjadi pada salah satu sisi tubuh. Sebagian besar kasus hemiplegia
disebabkan oleh cedera saraf tulang belakang, cedera pada leher hingga patah,
kerusakan otak atau stroke. Tingkat gejala hemiplegia bervariasi tergantung pada lokasi
dan luasnya cedera.

Cedera otak traumatis yang hanya terjadi pada satu sisi otak saja. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kecelakaan mobil, jatuh, tindakan kekerasan, dan lain-lain.

Gerakan otot dikendalikan oleh sinyal yang dikirim ke tubuh oleh otak dan sumsum
tulang belakang. Kerusakan pada salah satu bagian tubuh ini dapat menyebabkan
hemiplegia. Ketika terjadi kerusakan otak atau tulang belakang, sinyal tidak dapat
mengarahkan otot untuk bergerak. Semakin parah kerusakannya, semakin besar risiko
hemiplegia terjadi.
Hemiparesis adalah kelumahan pada salah satu sisi bagian tubuh. Biasanya diakibatkan
oleh adanya lesi saluran kortikospinalis, yang berjalan turun dari kortikal neuron di lobus
frontal ke motor neuron sumsum tulang belakang dan bertanggung jawab untuk
pergerakan otot-otot tubuh dan anggota tubuhnya. Pada saluran tersebut melalui
beberapa bagian batang otak, yaitu otak tengah, pons dan medula, masing-masing
saluran yang melintasi ke sisi berlawanan pada bagian terendah dari medula (mementuk
struktur anatomi disebut sebagai piramida) dan turun di sepanjang sisi berlawanan dari
sumsum tulang belakang untuk memenuhi kontralateral motor neuron. Sehingga
sebelah sisi otak mengontrol pergerakan otot dari sisi yang berlawanan dari tubuh dan
dengan demikin gangguan saluran kortikospinalis kanan pada batang otak atau struktur
otak atas menyebabkan hemiparesis pada sisi kiri tubuh begitu pula sebaliknya
(Smeltzer & Bare, 2008).

5. Apa saja kemungkinan penyakit yang dapat terjadi pada dada pasien setelah terbentur
stang motor?
Tension Pneumothorax adalah keadaan dimana terjadi kebocoran yang besar/terus menerus pada
paru-paru, sehingga menyebabkan terakumulasinya udara pada rongga dada.

Didalam rongga dada kita terdapat 2 buah organ penting penyokong kehidupan, yaitu paru-paru dan
jantung. Keduanya terletak secara berhimpitan satu dengan yang lainnya dan hanya menyisakan
sedikit rongga kedap udara untuk pergerakannya. Bila terjadi tekanan yang sangat kuat pada
rongga dada, maupun bila terjadi lubang melalui tusukan pada rongga dada, dapat terjadi kebocoran
pada paru-paru. Kebocoran tersebut akan mengakibatkan terisinya rongga dada dengan udara
bebas diluar dari paru-paru itu sendiri. Udara yang terakumulasi akan membuat tekanan pada
rongga dada sehingga mendesak paru-paru dan membuatnya tidak dapat mengembang. Bila
keadaan tersebut berlanjut, desakan udara bebas tersebut juga dapat mendorong jalan napas
sehingga penyandangnya menjadi lebih sulit lagi untuk bernapas. Bahkan desakan tersebut juga
dapat menekan ruang gerak jantung sehingga tidak dapat berdetak lagi.

TRAUMA THORAX
Patofisiologi cedera toraks meliputi:
1) Perdarahan.
2) Kerusakan alveoli/jalan napas/ pleura sehingga udara keluar dari jalan napas.
3) Patah tulang iga: timbul rasa nyeri sehingga penderita tidak mau bernapas
(terjadi gangguan ventilasi) dan tidak mau batuk (sekret/dahak terkumpul/ tidak
bisa keluar). Selain itu dapat terjadi flail chest bila patah tulang iga jamak dan
segmental (lebih dari 1 tempat).
4) Kompresi pada toraks dapat mengakibatkan terjadinya asfiksia traumatika.
5) Luka ”menghisap” pada dinding dada yang menyebabkan paru mengempis/
kolaps.
Mekanisme trauma toraks meliputi:
1) Akselerasi:
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya
perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai
dengan hukum Newton II. Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas
jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut.
2) Deselerasi:
Kerusakan terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi
pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma. Kerusakan terjadi
oleh karena pada saat trauma organ-organ dalam keadaan masih bergerak dan
gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks/rongga tubuh
lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.
3) Torsio dan rotasi:
Gaya torsio dan rotasi yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi
organorgan dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan
pengikat/terfiksasi.
4) Blast injury: Kerusakan jaringan terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan
penyebab trauma, sebagai contoh: ledakan kendaraan saat terjadi kecelakaan
lalu lintas (KLL). Gaya merusak di terima oleh tubuh melalui penghantaran
gelombang energi.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/7291/6793

Komplikasi utama dari patah tulang rusuk atau cedera dada adalah infeksi dada.
Sementara komplikasi lain yang kurang umum dari cedera dada meliputi:
● Hemotoraks, darah di ruang sekitar paru-paru.
● Pneumotoraks, udara di ruang sekitar paru-paru.
● Emfisema bedah, udara yang terperangkap di bawah kulit dapat
menyebabkan pembengkakan di dinding dada.
● Cedera perut, kerusakan hati atau limpa dapat menyebabkan rasa sakit di
perut atau punggung.
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka-trauma-thoraks-merupakan-trauma-yang.html#google_
vignette
Kontusio dan hematoma dinding thoraks adalah trauma thoraks yang paling sering terjadi.
Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding thoraks, perdarahan massif dapat terjadi karena
robekan pada pembuluh darah pada kulit, subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.
Kebanyakan hematoma ekstrapleura tidak membutuhkan pembedahan, karena jumlah darah
yang cenderung sedikit (Milisavljevic, et al., 2012). Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya
tumpul secara langsung maupun tidak langsung. Fraktur kosta terjadi sekitar 35-40% pada
trauma thoraks. Karakteristik dari trauma kosta tergantung dari jenis benturan terhadap dinding
dada. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk,
bernafas dalam atau pada saat bergerak. Pasien akan berusaha mencegah daerah yang
terkena untuk bergerak sehingga terjadi hipoventilasi. Hal ini meningkatkan risiko atelektasis
dan pneumonia (Milisavljevic, et al., 2012).

Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta-kosta yang berdekatan
patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral. Angka
kejadian dari flail chest sekitar 5%, dan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab yang paling
sering. Diagnosis flail chest didapatkan berdasarkan pemeriksaan fisik, foto thoraks, dan CT
scan thoraks (Milisavljevic, et al., 2012).

Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kali disertai dengan
fraktur kosta multipel. Gangguan organ mediastinum harus dicurigai pada pasien fraktur
sternum, umumnya adalah kontusio miokardium (dengan nyeri prekordium dan dispnea).
Diagnosis fraktur sternum didapatkan dari pemeriksaan fisik, adanya edema, deformitas, dan
nyeri lokal (Milisavljevic, et al., 2012).

Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul thoraks yang paling umum terjadi.
Kontusio pulmonum paling sering disebabkan trauma tumpul pada dinding dada secara
langsung yang dapat menyebabkan kerusakan parenkim, edema interstitial dan perdarahan
yang mengarah ke hipoventilasi pada sebagian paru. Kontusio juga dapat menyebabkan
hematoma intrapulmoner apabila pembuluh darah besar didalam paru terluka. Diagnosis
didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik (adanya suara gurgling pada auskultasi), foto
thoraks, dan CT scan thoraks. Kontusio lebih dari 30% pada parenkim paru membutuhkan
ventilasi mekanik (Milisavljevic, et al., 2012).

Pneumothoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumothoraks sangat berkaitan
dengan fraktur kosta laserasi dari pleura parietalis dan visceralis. Robekan dari pleura visceralis
dan parenkim paru dapat menyebabkan pneumothoraks, sedangkan robekan dari pleura
parietalis dapat menyebabkan terbentuknya emfisema subkutis. Pneumothoraks pada trauma
tumpul thoraks terjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba-tiba menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan ruptur alveolus. Udara
yang keluar ke rongga interstitial ke pleura visceralis ke mediastinum menyebabkan
pneumothoraks atau emfisema mediastinum. Selain itu pneumothoraks juga dapat terjadi ketika
adanya peningkatan tekanan tracheobronchial tree, dimana pada saat glotis tertutup
menyebabkan peningkatan tekanan terutama pada bivurcatio trachea dan atau bronchial tree
tempat dimana bronkus lobaris bercabang, sehingga ruptur dari trakea atau bronkus dapat
terjadi. Gejala yang paling umum pada pneumothoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
(Milisavljevic, et al., 2012).

Hematothoraks adalah adanya darah pada rongga pleura. Darah dapat masuk ke rongga pleura
setelah trauma dari dinding dada, diafragma, paru-paru, atau mediastinum. Insiden dari
hematothoraks tinggi pada trauma tumpul, 37% kasus berhubungan dengan pneumothoraks
(hemopneumothoraks) bahkan dapat terjadi hingga 58% (Milisavljevic, et al., 2012).

6. Apa saja kemungkinan penyakit yang dapat terjadi pada pinggul pasien saat terbentur
trotoar?
Pinggul merupakan organ penyangga tubuh yang terdiri dari tulang, penghubung tulang
disebut tendon, serta otot. Dimana kondisi yang bisa Anda alamai adalah
- Trauma pada otot yaitu kondisi dimana benturan menyebabkan terdapat bagian
otot yang luka atau robek hal ii disebut sebagai kondisi strain, bisa menyebabkan
rasa nyeri yang biasanya disertai dengan bengkak
- Tendon akan menghubungkan antar tulang benturan bisa menyebabkan
kerusakan pada tendon yang disebut dengan kondisi sprain. Hal ini biasanya
selain nyeri maka akan dirasakan daerah sendi menjadi tidak stabil
- Retak atau patah pada daerah tulang bisa menyebabkan rasa nyeri yang sangat
hebat terutama bila digerakkan.

7. Mengapa pasien tidak memiliki riwayat pingsan ataupun muntah?


Pingsan dan muntah setelah kecelakaan menandakan :

● Muntah dan pingsan → adanya peningkatan TIK


● TIK normal < 20 mmHg
● Cranium terdiri dari 3 struktur utama: otak, cairan serebrospinal, dan darah. Setiap
peningkatan dari volumenya maka akan meningkatkan tekanan di dalam intracranial.
● Penyebab dari peningkatan TIK dapat dibagi berdasarkan komponen intracerebral yang
menyebabkan peningkatan tekanan:

a) Peningkatan volume otak


Generalized swelling of the brain or cerebral edema from a variety of causes such as
trauma, ischemia, hyperammonemia, uremic encephalopathy, and hyponatremia
b) Mass Effect

Ø Hematoma

Ø Tumor

Ø Abscess

Ø Infarct

c) Increase in Cerebrospinal Fluid

Ø Increased production of CSF

Ø Choroid plexus tumor

d) Decreased Reabsorption of CSF

Ø Obstructive hydrocephalus

Ø Meningeal inflammation or granulomas

e) Increase in Blood Volume

Ø Increased cerebral blood flow during hypercarbia, aneurysms

Ø Venous stasis from


Ø Venous sinus thromboses,

Ø Elevated central venous pressures, e.g., heart failure

f) Other Causes

Ø Idiopathic or benign intracranial hypertension

Ø Skull deformities such as craniosynostosis

Ø Hypervitaminosis A, tetracycline us

● Peningkatan tekanan darah intrakranial dapat dikenali dari gejala-gejala sebagai


berikut:

o Sakit Kepala

o Mual dan muntah

o Penglihatan ganda

o Tekanan darah meningkat

o Merasa bingung, linglung, gelisah atau timbul perubahan perilaku

8. Mengapa pasien tampak gelisah dan mengerang kesakitan?


Karena adanya fraktur fix
Dihubungin ajaa sama ttv

9. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada pasien?


● RR 30 x/menit : Takipneu
● Nadi 130x/menit, regular, lemah : nadi cepat dan lemah
● Akral dingin : menandakan perfusi lemah
● Tekanan darah 80/50 mmHg : Rendah
10. Bagaimana cara dokter melakukan primary dan secondary survey?
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6415/6.%20BAB%20II.pdf?s

PRIMARY SURVEY
Dasar dari pemeriksaan primary survey adalah ABCD, yaitu Airway (jalan nafas),
Breathing (pernafasan), Circulation (sirkulasi darah), Disability (status neurologi)
(Wahjoepramono, (2005).
- Airway : Hal ini dapat dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw thrust. Pada
pasien yang dapat berbicara, dianggap bahwa jalan nafasnya bersih, walaupun
penilaian terhadap airway harus tetap dilakukan. Pasien dengan gangguan
kesadaran atau Glasgow Coma Scale< 8 ini memerlukan pemasangan
airwaydefinitif. Adanya gerakan motorik yang tidak bertujuan dalam
mengindikasikan diperlukan pada airway definitif
Jika pernafasannya membaik, jaga agar jalan nafas tetap terbuka dan periksa
dengan cara harus dinilai Menurut Pusbankes 118, (2015) : (1) Lihat (Look)
yaitumelihat pergerakan naik turunnya dada yang simetris, jika tidak simetris
maka perlu dicari kelainan intra-thorakal atau fail chest. Amati frekuensi nafas
terlalu cepat maupun lambat. (2) Dengar (Listen) yaitu mendengar adanya suara
pernafasan pada auskultasi kedua paru, vesikuler normal atau suara
menghilang, adanya rhonkhi yang menjadi petunjuk kelainan intra-thorakal. (3)
Rasakan (Feel) yaitu merasakan adanya hembusan nafas
- Breathing :
Gangguan pernafasan (breathing) terjadi adanya gangguan bersifat sentral
maupun perifer. Kelainan perifer disebabkan karena akibat dari adanya aspirasi
atau trauma dada yang menyebabkan pneumothorax atau gangguan gerakan
pernafasan. Hal ini terjadi karena kerusakan pusat napas di otak
(Wahjoepramono, 2005).Oleh sebab itu, hal yang pertama harus segera dinilai
yaitu perhatikan kontrol servikal in-line immobilisasi dengan buka leher dan dada
penderita, tentukan dengan laju dan dalamnya pernafasan, lakukan inspeksi dan
palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan deviasi trakhea, espansi
thoraks yang simetris, perhatikan pemakaian otot-otot tambahan dan
tanda-tanda cedera, lakukan perkusi thoraks untuk menentukan redup atau
hipersonor dan auskultasi pada thoraks bilateral (Greenberg 2005 dalam Arsani,
2011). Disamping itu, nilai PaO2 yang direkomendasikan >75 mmHg dan kadar
PaCO2 yaitu 35-38 mmHg (Arifin, (2013). Ketika pernafasan tidak adekuat,
ventilasi dengan menggunakan teknik bag-valve-face-maskini cara yang lebih
efektif jika dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah satu
petugas (ATLAS, 2004)
- Circulation
Gangguan sirkulasi (circulation) terjadi karena cedera otak, dan faktor ekstra
kranial. Gangguan ini terjadi kondisi hipovolemia yang mengakibatkan
pendarahan luar, atau ruptur organ dalam abdomen, trauma dada, tamponade
jantung atau pneumothoraks dan syok septik. (Wahjoepramono, (2005). Pada
shock hipovolemik ini dibatasi dengan tekanan darah kurang dari 90 mmHg dan
dapat mengalami penurunan tekanan darah yang berpengaruh terhadap tingkat
kinerja otak (Arifin, 2013) Oleh sebab itu, hal yang pertama harus segera dinilai
adalah mengetahui sumber perdarahan eksternal dan internal, tingkat
kesadaran, nadi dan periksa warna kulit dan tekanan darah (Greenberg 2005
dalam Arsani, 2011& ATLS 2004), yaitu:
(1) Tingkat kesadaran yaitu ketika volume darah menurun perfusi otak juga
berkurang yang dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.
(2)Warna Kulit, yaitu berupa wajah yang keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang
pucat merupakan tanda hipovolemia.
(3)Nadi adalah pemeriksaan nadi yang dilakukan pada nadi terbesar seperti a.
femoralis dan a. karotis (kanan kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama.
Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara cepat dapat
memperkirakan tekanan darah dengan meraba pulsasi (Dewi, 2013), yaitu :
(1) Ketika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah minimal 80
mmHg sistol
(2) Ketika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah minimal 70
mmHg sistol
(3) Ketika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah minimal 70
mmHg sistol
(4) Ketika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan darah minimal 60
mmHg sistol
- Disability
Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis
secara cepat (ATLS, 2004). Selain itu,Pemeriksaan neurologis secara cepat yaitu
dengan menggunakan metode AVPU (Allert, Voice respone, Pain respone,
Unrespone) (Pusbankes 118, (2015).Hal ini yang dinilai yaitu tingkat kesadaran
dengan memakai skor GCS/PTS, ukuran dan reaksi pupil (Musliha, (2010).
Dalam hal ini, penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh adanya penurunan
oksigenasi atau perfusi ke otak serta trauma langsung (Pusbankes 118, 2015).
Menurut Greenberg, (2005) dalam Arsani 2011 bahwa nilai pupil dilihat dari
besarnya isokor, reflek cahaya, awasi adanya tanda-tanda lateralisasi, evaluasi
maupun Re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi serta circulation.
- Exposure
Pada exposure merupakan bagian terakhir dari primary survey,pasien harus
dibuka keseluruhan pakaiannya untuk melakukan pemeriksaan thoraks
kemudian diberikan selimut hangat, cairan intravena yeng telah dihangatkan dan
ditempatkan pada ruangan cukup hangat ini dilakukan pada saat dirumah sakit
(Musliha, 2010)

Dalam pemeriksaan penunjang ini dilakukan pada survey primer, yaitu


pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oxymetri, foto thoraks, dan foto
polos abdomen. Tindakan lainnyaseperti pemasangan monitor EKG, kateter dan
NGT

SECONDARY SURVEY
Pemeriksaan dilakukan setelah pasien dengan keadaan stabil dan dipastikan airway,
breathing dan sirkulasidapat membaik. Prinsip survey sekunder adalah memeriksa ke
seluruh tubuh yang lebih teliti dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki ( head to toe)
baik pada tubuh dari bagian depan maupun belakang serta evaluasi ulang terhadap
pemeriksaan tanda vital penderita. Dimulai dengan anamnesa yang singkat meliputi
AMPLE (allergi, medication, past illness, last meal dan event of injury). Pemeriksaan
penunjang ini dapat dilakukan pada fase meliputi foto thoraks (Pusbankes 118, (2015).

Penanganan klinis mempunyai tahap yang menggunakan prosedur 5B,menurut


Wahjoepramono (2005), yaitu :
a) Breathing: perhatikan adanya frekuensi dan jenis pernafasan, pembebasan obstruksi
jalan nafas, oksigenasi yang cukup, atau adanya hiperventilasi jika diperlukan.
b) Blood: Pada pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium seperti Hb
dan leukosit.
c) Brain : Langkah awal penilaian ditentukan pada respon mata, motorik, dan verbal
(GCS). Ketika memburuk perlu pemeriksaan keadaan pupil serta gerakan bola mata.
d) Bladder : Kandung kemih segera dikosongkan dengan pemasangan kateter.
e) Bowel : Usus yang penuh cenderung akan meningkatkan tekanan intrakranial dan
pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai