Anda di halaman 1dari 8

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER M.

A PSIKOLOGI

Dosen Pengampu : Vivianti Dewi, S.Pd, M.Kes

Nama : Ade sintia

Nim : PO71201190013

Tingkat II Semester IV

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


SOAL

1. Sebutkan minimal 3 pengertian Intelegence Quotion (IQ) berdasarkan pendapat para ahli
dan jelaskan perbedaan antara Intelegence Quotion (IQ), Emotional Quotion (EQ) dan
Spritual Quotion (SQ)
2. a. Jelaskan bagaimana perkembangan emosi pada seorang Remaja
b. Jelaskan perbedaan emosi pada sorang wanita dan seorang laki-laki
3. a. Bagaimana cara berfikir yang efektif dan efisien
b. Jelaskan tentang tahapan pendekatan pemecahan masalah

Petunjuk :

1. Open book, dapat menggunakan sumber dari mana saja baik berupa buku teks book,
artikel ataupun hasil penelitian para ahli
2. Sumber bacaan harus dituliskan sebagai daftar pustaka
3. Jawaban diketik di kertas kwarto, huruf Times New Roman dengan spasi 1,5 dan ukuran
Font 12.
4. Dikumpulkan pada hari Selasa, 8 Juni 2021 di Kampus Jurusan Keperawatan
1. - Menurut Thornburg (1984 :179), inteligensi adalah ukuran bagaimana individu
berperilaku. Inteligensi diukur dengan perilaku individu, interaksi interpersonal dan
prestasi. Inteligensi dapat didefinisikan dengan beragam cara:
1) kemampuan berpikir abstrak,
2) kemampuan mempertimbangkan, memahami dan menalar,
3) kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dan
4) kemampuan total individu untuk bertindak dengan sengaja dan secara rasional dalam
lingkungan.
- Menurut Freeman (Abror, 1993:43) , inteligensi mempunyai pengertian:
1) inteligensi adalah adaptasi atau penyesuaian individu dengan ke seluruhan
lingkungan,
2) inteligensi adalah kemampuan untuk belajar, dan
3) inteligensi adalah kemampuan berpikir abstrak.
- Menurut Robinson dan Robinson (Woolfolk dan Nicolich,1984 : 130), inteligensi
didefinisikan sebagai:
1) kapasitas untuk belajar;
2) total pengetahuan yang dicapai seseorang; dan
3) kemampuan beradaptasi secara sukses dengan situasi baru dan lingkungan pada
umumnya.
- Menurut Winkel (1996:138), inteligensi dapat diberikan pengertian luas dan sempit.
Dalam arti luas, inteligensi adalah kemampuan mencapai prestasi dalam berbagai
bidang kehidupan. Sedang dalam arti sempit, inteligensi adalah kemampuan untuk
mencapai prestasi di sekolah. Inteligensi dalam pengertian sempit mempunyai
pengertian yang sama dengan kemampuan intelektual atau kemampuan akademik.
Emotional Quotient (kecerdasan emosi) adalah suatu kemampuan seseorang dalam
mengelola emosi dan perasaannya secara tepat dan efektif untuk berhubungan atau
bekerjasama dengan orang lain, dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Intellectual Quotient (kemampuan inteligensi) pada hakikatnya merupakan suatu
kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang
mengandung berbagai komponen.
Spiritual Quotient (kecerdasan spiritual) adalah kecerdasan yang bertumpu pada
bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.
Ini adalah kecerdasan yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai
yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
2. a.) Pada usia 11-12 tahun, anak remaja biasanya akan menghadapi perubahan fisik di
awal masa pubertas. Perubahan fisik ini dapat membuat sebagian dari mereka merasa
canggung dan insecure. Kondisi ini bisa membuat anak remaja hanya memikirkan dirinya
sendiri dan cenderung membanding-bandingkan dirinya dengan teman sebaya. Tidak
hanya itu, perkembangan emosi remaja di usia ini dapat membuat mereka tidak
memikirkan konsekuensi jangka panjang dari perilakunya.
Anak remaja pada usia 13-14 tahun umumnya cenderung lebih merasa sensitif terhadap
masalah sosial, seperti sedang dikucilkan oleh teman-teman sebayanya di sekolah. Pada
fase ini, emosi di dalam dirinya sedang bergejolak. Bisa jadi ia meluapkan rasa kesalnya
dengan menutup pintu kencang-kencang, berteriak, ingin menyendiri, dan menjaga jarak
dengan orangtuanya.
Anak remaja berusia 15-16 tahun dapat mulai mencari sensasi dengan melakukan hal-hal
negatif, seperti minum alkohol, mencoba obat-obatan terlarang, atau terlibat dalam seks
bebas. Penting bagi orangtua untuk memantau mereka agar tidak terjerumus ke dalam
hal-hal negatif tersebut. Selain itu, anak remaja berusia 15-16 tahun mungkin juga bisa
merasa stres tentang nilai ujiannya di sekolah dan hubungannya dengan teman atau pacar.
Ditambah lagi, mereka dapat menetapkan ekspektasi tinggi untuk diri sendiri. Pada masa
ini, anak remaja menjadi cukup labil. Mereka bisa bersikap sok tahu dan membangkang
pada hari ini, tapi jangan kaget ketika esok harinya mereka tiba-tiba merasa tidak yakin
dan tidak percaya diri secara. Tidak hanya itu, anak-anak remaja 15-16 tahun juga dapat
mulai mencoba memahami konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka.
Perkembangan emosi remaja 17-21 tahun. Pada usia ini, fisik anak remaja sudah
berkembang sepenuhnya. Mereka juga dianggap sudah bisa mengontrol diri agar tidak
melakukan hal-hal yang berisiko. Anak sudah dewasa. Mereka bisa membuat rencana
strategis ke depan dengan kreatif dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Prioritas anak remaja di usia ini biasanya tertuju pada masa depan, seperti masuk ke
perguruan tinggi favorit hingga bekerja. Meski begitu, otak anak remaja masih akan terus
berkembang hingga pertengahan usia 20-an.
b) Kematangan emosi pada laki – laki berbeda dengan kematangan emosi yang ada pada
perempuan, dalam mengekspresikan emosinya juga berbeda – beda. Menurut Kahn
(dalam Hasanat, 1994) menyatakan bahwa wanita mempunyai kehangatan emosionalitas,
sikap hati-hati dan sensitif serta kondisi yang tinggi daripada laki-laki. Oleh karena itu,
laki-laki lebih tinggi dalam hal stabilitas emosi daripada wanita.
3. a. Berpikir Efektif dan Efisien. Efektif adalah mencapai sasaran sesuai rencana,
sedangkan efisien artinya perbandingan terbaik antara usaha dan hasil (usaha tertentu
untuk mencapai hasil tertentu). Bekerja efektif dan efisien adalah bekerja yang mencapai
hasil tertentu sesuai dengan hasil yang direncanakan dengan pengorbanan tertentu pula
(waktu, tenaga, pikiran, biaya dan ruang). Beberapa unsur penunjang bekerja efektif dan
efisien, yaitu :
a) Ketetapan ; tepat dalam membuat rencana, menentukan sasaran,
memilih,menggunakan metode, mengukur dan sebagainya.
b) Kecermatan ; cermat dalam memilih, mengerjakan pekerjaan, dan lain-lain.
c) Kecepatan ; cepat dalam menangkap kebutuhan konsumen, memperoleh informasi
dan sebagainya.
d) Penghematan ; hemat dalam menggunakan waktu, tenaga dan biaya.
e) Keselamatan ; Dapat menyelesaikan pekerjaan dengan selamat sehingga tidak
menjadi resiko yang harus ditanggung dan dibiayai.
b. Ada empat tahap pemecahan masalah yaitu; memahami masalah, merencanakan
pemecahan, melaksanakan rencana, memeriksa kembali (Polya, 1973:5)
a) Memahami masalah (understand the problem) Tahap pertama pada penyelesaian
masalah adalah memahami soal. Siswa perlu mengidentifikasi apa yang
diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan nilai-nilai yang terkait serta
apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran yang  dapat membantu siswa dalam
memahami masalah yang kompleks: memberikan pertanyaan mengenai apa yang
diketahui dan dicari, menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat sendiri,
menghubungkannya dengan masalah lain yang serupa, fokus pada bagian yang
penting dari masalah tersebut, mengembangkan model, dan menggambar
diagram.
b) Membuat rencana (devise a plan) Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang
terlibat serta strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan. Hal ini bisa dilakukan siswa dengan cara seperti: menebak,
mengembangkan sebuah model, mensketsa diagram, menyederhanakan masalah,
mengidentifikasi pola, membuat tabel, eksperimen dan simulasi, bekerja terbalik,
menguji semua kemungkinan, mengidentifikasi sub-tujuan, membuat analogi, dan
mengurutkan data/informasi.
c) Melaksanakan rencana (carry out the plan)  Apa yang diterapkan jelaslah
tergantung pada apa yang telah direncanakan sebelumnya dan juga termasuk hal-
hal berikut: mengartikan informasi yang diberikan ke dalam bentuk matematika;
dan melaksanakan strategi selama proses dan perhitungan yang berlangsung.
Secara umum pada tahap ini siswa perlu mempertahankan rencana yang sudah
dipilih. Jika semisal rencana tersebut tidak bisa terlaksana, maka siswa dapat
memilih cara atau rencana lain.
d) Melihat kembali (looking back) Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika
mengecek kembali langkah-langkah yang sebelumnya terlibat dalam
menyelesaikan masalah, yaitu: mengecek kembali semua informasi yang penting
yang telah teridentifikasi; mengecek semua perhitungan yang sudah terlibat;
mempertimbangkan apakah solusinya logis; melihat alternatif penyelesaian yang
lain; dan membaca pertanyaan kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah
pertanyaannya sudah benar-benar terjawab.
Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick (Carson, 2007: 21 -22), ada lima tahap
yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Membaca (read). Aktifitas yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah
mencatat kata kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan
pada masalah, atau menyatakan kembali masalah ke dalam bahasa yang lebih
mudah dipahami. 
2. Mengeksplorasi (explore). Proses ini meliputi pencarian pola untuk
menentukan konsep atau prinsip dari masalah. Pada tahap ini siswa
mengidentifikasi masalah yang diberikan, menyajikan masalah ke dalam cara
yang mudah dipahami. Pertanyaan yang digunakan pada tahap ini adalah,
“seperti apa masalah tersebut”?. Pada tahap ini biasanya dilakukan kegiatan
menggambar atau membuat tabel. 
3. Memilih suatu strategi (select a strategy). Pada tahap ini, siswa menarik
kesimpulan atau membuat hipotesis mengenai bagaimana cara menyelesaikan
masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap
pertama.
4. Menyelesaikan masalah (solve the problem). Pada tahap ini semua
keterampilan matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan
suatu jawaban. 
5. Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend). Pada tahap ini,
siswa mengecek kembali jawabannya dan melihat variasi daro cara
memecahkan masalah
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/download/479/322/

http://www.irjbs.com/index.php/jurnalirjbs/article/download/42/42

https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-tahap-perkembangan-emosi-remaja-11-21-tahun
http://etheses.uin-malang.ac.id/810/7/10410021%20Bab%202.pdf

https://www.coursehero.com/file/p3rbot1v/c-Berpikir-Efektif-dan-Efisien-1-Pengertian-
Efektif-adalah-mencapai-sasaran/

Polya, G. 1980.  On Solving Mathematical Problems in High School. New Jersey: Princeton
Univercity Press.
Saad,N.Ghani, S& Rajendran N.S 2005. The Sources of Pedagogical Content Knowledge
(PCK) Used by Mathematics Teacher During Instructions: A Case Study. Departement of
Mathematics. Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Anda mungkin juga menyukai