Anda di halaman 1dari 2

Imbas Ramai Ghozali Foto Selfie, Yuk Cari Tahu Legalitas NFT !!

Beberapa bulan yang lalu publik sempat dihebohkan dengan mahasiswa bernama
Ghozali Everyday yang mampu menghasilkan milyaran rupiah hanya dengan unggahan
foto selfienya di NFT. Memang dunia dalam dewasa ini mengalami perkembangan
teknologi yang sangat cepat, salah satunya dengan munculnya NFT ini. NFT atau non-
fungible token adalah aset digital yang mewakili barang berwujud/barang tak berwujud
dengan nilai yang dapat ditukar aset lainnya. Dalam menggunakan NFT, sebuah karya
yang di upload disana akan mendapatkan token unik yang akan tercatat dalam
Blockchain sebagai bukti kepemilikan karya tersebut. Sehingga nantinya seniman karya
digital tersebut dapat memungut royalti setiap kali NFT tersebut berpindah tangan. Wah
menarik sekali ya apabila kehadiran NFT ini akan menunjang para seniman di Indonesia.
Akan tetapi sebelum jauh kita melihat berbagai keuntungan di dalam NFT ini, yuk sama
sama kita bahas aturan hukumnya di Indonesia.

NFT sebagai nama yang baru naik daun di Indonesia, ternyata belum ada regulasi yang
jelas. Walaupun demikian sebenarnya NFT ini berkaitan dengan Hukum Kebendaan yang
diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Di dalam kitab aturan yang telah
hadir sejak masa kolonial tersebut dijelaskan bahwa benda adalah tiap barang dan tiap
hak yang dapat menjadi obyek dari hak milik. Secara langsung memang hukum benda
tidak dapat mencakup objek digital, namun dalam perkembangannya Indonesia telah
mengakui keberadaan benda bergerak tidak berwujud seperti Hak Cipta yang dapat
mencangkup objek digital seperti NFT ini. Dengan demikian karya asli di dalam NFT
dapat dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta yaitu melalui Undang-undang Nomor 28
Tahun 2014.

Kembali lagi pada pernyataan awal tentang masih abu-abunya regulasi NFT di Indonesia,
walaupun sudah dapat kita kaitkan dengan UU Hak Cipta, ternyata kepemilikan dari NFT
belum tentu berarti menunjukan kepemilikan atas karya pada NFT tersebut. Misal nih
seorang yang bernama Budi menjual lukisan ke orang lain maka hanya Budi lah sebagai
satu-satunya pemilik lukisan asli tersebut sehingga walau karyanya dijual, Budi masih
memiliki Hak Kekayaan Intelektual yang dapat mengizinkan orang lain membuat salinan,
cetakan atau bahkan karya turunan dari lukisan tersebut. Karena hak cipta
dipertahankan oleh pencipta asli terkecuali ada perjanjian pengalihan Hak antara
pencipta dan pembeli. Sedangkan di dalam NFT, pembeli tidak memiliki apapun kecuali
hash unik di blockchain karena berkas dan dokumen hak cipta untuk NFT masih menjadi
milik pencipta aslinya. Karena yang dapat dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta
adalah karya yang diwakili NFT dan bukan NFT itu sendiri. Hal ini akan menjadi PR besar
untuk menyebarkan pemahaman bagi para pembeli NFT, bahwa dengan aktivitas
pembeliannya tidak serta merta juga akan mendapatkan hak atas ciptaannya.

Pada realitanya NFT akan rentan terhadap pelanggaran hak cipta dan pelanggaran atas
karya yang mendasarinya. Hal tersebut di dasari dengan melihat maraknya masyarakat
yang dengan asal-asalan mengunggah foto atau karya seni di dalam mengikuti trend ini.
Banyak seseorang mencetak NFT dari sebuah karya dan secara keliru mengklaim dirinya
memiliki hak cipta atas karya tersebut. Pengawasan yang minim serta perdagangan yang
bersifat anonim menggambarkan NFT sebagai lingkungan di mana pembajakan karya
menjadi sulit dicegah.
Oleh : Daffa Dhaifullah

Anda mungkin juga menyukai