TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Ditetapkan di Bali
pada tanggal 20 Juli 2022
KEPALA DINAS,
KURIKULUM MERDEKA
MUATAN LOKAL BAHASA BALI JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENEGAH
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait dengan upaya-
upaya melestarikan dan mengembangkan Bahasa Bali sebagai salah satu aset budaya Bali.
Kesungguhan Pemerintah Provinsi Bali untuk menjaga dan melestarikan Bahasa dan Sastra
Bali tersebut diwujudkan dalam bentuk Perda Bali Nomor 3 Tahun 1992 tentang Pembinaan,
Pengembangan dan Pelestarian Bahasa, Aksara dan Sastra Bali yang kemudian digantikan
dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan
Sastra Bali yang mewajibkan seluruh jalur dan jenjang pendidikan untuk mengajarkan mata
pelajaran/mata kuliah Bahasa Bali sebagai Muatan Lokal/Mata Pelajaran wajib diajarkan
minimal 2 (dua) jam perminggu.
Pengembangan muatan lokal Bahasa dan Sastra Bali dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut: (a) menjamin kesinambungan pemakaian Bahasa, Aksara dan Sastra Bali, (b)
mengembangkan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan Nasional, (c)
memantapkan kedudukan dan fungsi Bahasa, Aksara dan Sastra Bali, (d) melestarikanBahasa,
Aksara dan Sastra Bali. Pembinaan, pengembangan dan pelestarian Bahasa, Aksara dan Sastra
Bali tersebut dilakukan dengan berbagai cara antara lain dalam bentuk muatan lokal Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Tingkat Atas.
Pentingnya pengembangan muatan lokal Bahasa Bali, karena Bahasa Bali adalahsebagai
bahasa daerah dan merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Bali yang berfungsi sebagai bahasa
komunikasi antar masyarakat Bali. Dalam kebijakan bahasa Nasional, fungsi bahasa daerah
ditetapkan sebagai: (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat
komunikasin di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4) sebagai sarana pendukung budaya
daerah dan bahasa Indonesia, dan (5) sebagai pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia.
Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa daerah sebagai: (1) pendukung bahasa Indonesia,
(2) bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk
memperlancar pengajaran bahasa Indonesia atau pelajaran lain, dan (3)sumber kebahasaan
untuk memperkaya bahasa Indonesia. Dalam keadaan tertentu, bahasa
daerah dapat juga berfungsi sebagai pelengkap Bahasa Indonesia.
Muatan lokal Bahasa Bali diharapkan dapat membentuk pemahaman dan membentuk
sikap positif peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggal mereka, khususnya
pengembangan Bahasa dan Sastra Bali yang bermanfaat untuk mengembangkan karakter,
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik agar dapat (1) mengenal dan menjadi lebih
akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya, (2) memiliki bekal kemampuan dan
keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun
lingkungan masyarakat pada umumnya, dan (3) memiliki sikap dan perilaku yang selaras
dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan
nasional.
Dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran, pada Lampiran I mengenai Struktur Kurikulum Merdeka
dinyatakan bahwa satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan karakteristik daerah. Satuan pendidikan dapat
menambahkan muatan tambahan sesuai karakteristik satuan pendidikan secara fleksibel,
melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut: 1) mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain;
2) mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila; dan/atau 3)
mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri. Lebih lanjut dinyatakan dalam
pengembangan muatan lokal yang berdiri sendiri, struktur muatan lokal diberikan alokasi 72
JP per tahun, dengan asumsi 1 tahun terdiri atas 36 minggu
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah, pada Pasal 3 ayat (2) menyatakan
bahwa Muatan lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf k dirumuskan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah
Provinsi Bali dalam hal ini melalui Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Provinsi
Bali menyusun Standar Isi untuk Muatan Lokal Bahasa Bali jenjang SD dan SMP yang akan
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran bahasa Bali di SD dan SMP seluruh
Bali.
B. RASIONAL
Kemampuan berbahasa, bersastra, dan beraksara serta berpikir merupakan fondasi dari
kemampuan literasi. Semua bidang kajian, bidang kehidupan, dan tujuan-tujuan sosial
menggunakan kemampuan literasi. Literasi menjadi kemampuan sangat penting yang
digunakan untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran Bahasa
Bali merupakan pembelajaran literasi untuk berbagai tujuan berkomunikasi dalam
konteks sosial budaya Bali pada khususnya, tanpa mengesampingkan aspek numerasi.
Kemampuan literasi dan numerasi dikembangkan ke dalam pembelajaran menyimak,
membaca dan memirsa, menulis, berbicara, dan mempresentasikan untuk berbagai tujuan
berbasis genre yang terkait dengan penggunaan bahasa, sastra dan aksara Bali dalam
kehidupan. Setiap genre memiliki tipe teks yang didasarkan pada alur pikir-struktur-khas
teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa,
sastra dan aksara Bali untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Model utama yang
digunakan dalam pembelajaran Bahasa Bali adalah pedagogi genre. Model ini memiliki empat
tahapan, yaitu: penjelasan untuk membangun konteks (explaining, building the context),
pemodelan (modelling), pembimbingan (joint construction), dan pemandirian (independent
construction). Di samping pedagogi genre, pembelajaran Bahasa Bali dapat dikembangkan
dengan model pembelajaran berbasis projek dan model-model lain sesuai dengan
pencapaian pembelajaran tertentu.
Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Bali akan membentuk Profil
Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
berpikir kritis, mandiri, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Rasional
sebagaimana diuraikan di atas dapat diilustrasikan pada Gambar 1 di bawah ini:
Mata pelajaran Bahasa Bali menjadi modal dasar dalam usaha pelestarian Budaya Bali
karena berfokus pada kemampuan literasi. Kemampuan literasi menjadi indikator kemajuan
dan perkembangan peserta didik, mata pelajaran bahasa Bali membina dan mengembangkan
kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir kritis-kreatif-imajinatif yang
menguasai literasi digital dan informasional dalam semua peristiwa komunikasi yang
mendukung keberhasilan dalam pendidikan dan pelestarian budaya. Mata pelajaran Bahasa
Bali membentuk keterampilan berbahasa reseptif (menyimak, membaca dan memirsa) dan
keterampilan berbahasa produktif (berbicara dan mempresentasikan, serta menulis).
Kompetensi berbahasa ini berdasar pada empat hal yang saling berhubungan dan saling
mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu bahasa (mengembangkan
kompetensi kebahasaan), aksara (kemampuan menulis aksara Bali dan huruf Latin), sastra
(kemampuan memahami, mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan mencipta karya
sastra); melalui proses berpikir (kritis, kreatif, dan imajinatif). Pengembangan kompetensi
berbahasa, bersastra, dan beraksara diharapkan membentuk peserta didik yang memiliki
kemampuan literasi tinggi dan Berprofil Pelajar Pancasila.
1. Mata pelajaran Bahasa Bali mencakup kemampuan reseptif (menyimak, membaca dan
memirsa) dan kemampuan produktif (berbicara dan mempresentasikan, menulis).
2. Mata pelajaran Bahasa Bali menggunakan pendekatan berbasis genre melalui pemanfaatan
beragam tipe teks dan teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual). Model
pembelajaran menggunakan pedagogi genre, yaitu: penjelasan untuk membangun konteks
(explaining, building the context), pemodelan (modelling), pembimbingan (joint
construction), dan pemandirian (independent construction); serta kegiatan yang mendorong
peserta didik untuk berpikir kritis, kreatif, dan imajinatif dalam proses pembelajaran.
3. Mata pelajaran Bahasa Bali dibelajarkan untuk meningkatkan:
a. Kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan lingkungannya;
b. Kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya.
Area Pembelajaran Kemampuan Sub-kemampuan
Menyimak
Bahasa Reseptif
Membaca dan memirsa
Berbicara dan mempresentasikan
Produktif
Menulis
Elemen Menulis
Di akhir fase E, Elemen menulis peserta didik mandiri, kritis dan etis mampu menulis
gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan dalam bentuk
teks informasional dan/atau fiksi. Peserta didik mampu menyintesis, memanipulasi, presisi,
artikulasi teks eksposisi hasil penelitian dan teks fungsional dunia kerja. Peserta didik
mampu mengalihwahanakan satu teks ke teks lainnya untuk tujuan ekonomi kreatif. Peserta
didik mampu menerbitkan hasil tulisan di media cetak maupun digital.
KEPALA DINAS,