004317039
004317039
PENDAHULUAN
Agar operasional rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan lancar, telah ditetapkan
Peraturan Rumah Sakit yang merupakan pedoman seluruh peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
Salah satu dari Peraturan Rumah Sakit ini adalah Peraturan Kepegawaian yang
bertujuan:
BAB I
UMUM
PASAL 1
Istilah-istilah
Pasal 2
Ruang Lingkup
HUBUNGAN KERJA
Pasal 3
Penerimaan Pegawai
Pasal 4
Setiap calon pegawai yang dinyatakan lulus seleksi dan memenuhi persyaratan untuk
diterima wajib mengikuti masa percobaan dan pelatihan yang diselenggarakan Rumah
Sakit selama 3 (tiga) bulan.
Pasal 5
a. Rumah Sakit mengangkat pegawai tetap dan calon pegawai yang memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit.
b. Sebelum diangkat menjadi pegawai tetap, dalam masa percobaan calon pegawai
harus menjalani penilaian kinerja oleh Rumah Sakit.
c. Setiap pegawai bersedia dan sanggup ditempatkan di bidang tugas yang sesuai
dengan kompetensinya menurut kebutuhan operasional Rumah Sakit.
Pasal 6
Jam Kerja
Masa kerja seorang pegawai dihitung sejak tanggal pegawai yang bersangkutan
menandatangani Perjanjian Kerja.
Pasal 7
Data-data Pribadi
Pegawai harus menggerakkan data-data pribadi yang diperlukan kepada Rumah Sakit
pada saat mulai berkerja, setiap kali ada pembaharuan atau setiap saat diminta oleh
Rumah Sakit.
Pasal 8
BAB III
Pasal 9
1. Rumah Sakit menetapkan hari kerja, jam kerja dan istirahat sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing tempat kerja sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku:
a. Jumlah jam kerja adalah 8 (delapan) jam per hari dengan 40 (empat puluh)
jam dalam seminggu.
b. Selama jam kerja diberikan waktu istirahat 1 jam untuk keperluan makan,
minum, beribadah, dan lainnya, jam istirahat ini tidak termasuk jam kerja.
c. Pekerjaan shift (kerja gilir):
Pagi : Jam 08.00 s/d 14.00 WIB
Siang : Jam 14.00 s/d 21.00 WIB
Malam : Jam 21.00 s/d 08.00 WIB
Waktu kerja tersebut di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 10
Kerja Lembur
1. Pada dasarnya kerja lembur adalah bersifat sukarela dan insidentil, kecuali:
a. Dalam hal-hal force majeure atau darurat seperti kebakaran, peledakan,
banjir, dan sebagainya dan apabila ada pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak
segera diselesaikan akan membahayakan kesehatan, keselamatan dan
lingkungan.
b. Dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak dikerjakan akan
menimbulkan kerugian yang besar bagi Rumah Sakit.
c. Dalam hal pegawai kerja gilir harus terus bekerja karena penggantinya
tidak/belum datang.
d. Apabila sesuatu pekerjaan harus diselesaikan segera dan atau pekerjaan
yang telah dijadwalkan sebelumnya.
2. Dengan memperhatikan sifat dari kerja lembur seperti ayat 1 diatas setiap
pegawai terus berusaha melaksanakan tugasnya secara efektif serta
menghindari pekerjaan lembur yang tidak diperlukan.
3. Prosedur mengenai kerja lembur ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Pasal 11
Setiap pegawai yang bermaksud datang terlambat atau meninggalkan pekerjaan lebih
awal atau meninggalkan pekerjaan di tengah jam kerja, harus memberitahukan alasan-
alasannya terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan/izin sebelumnya dari Rumah
Sakit.
Pasal 12
Pegawai yang absen karena sakit atau sakit akibat kecelakaan kerja harus melapor
kepada Rumah Sakit secepatnya atau paling lambat pada hari berikutnya. Apabila
pegawai absen karena sakit, pegawai yang bersangkutan harus menyerahkan surat
keterangan dokter kepada Rumah Sakit.
Pasal 13
Mangkir
Dalam hal pegawai tidak hadir pada hari-hari kerjanya tanpa persetujuan/izin dari
Rumah Sakit, dengan sendirinya dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayarkan pada
hari tersebut.
Pasal 14
Dalam hal pegawai tidak hadir di tempat kerja pada jam kerjanya karena keadaan
darurat atau kondisi-kondisi yang sangat memaksa dan tidak mempunyai cuti lagi,
maka kepada pegawai tersebut dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan tanpa
upah.
Pasal 15
Hari-hari libur
1. Hari minggu atau hari istirahat bagi pegawai kerja gilir yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit
2. Hari-hari libur nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
3. Hari libur yang ditetapkan Rumah Sakit.
Pasal 16
Perjalanan Dinas
1. Perjalanan dinas adalah perjalanan keluar lokasi kerja yang dilakukan oleh
pegawai atas perintah atau persetujuan Rumah Sakit.
2. Prosedur, biaya dan laporan pertanggungjawaban perjalanan dinas diatur dalam
petunjuk pelaksanaan.
BAB IV
PASAL 17
Untuk setiap pegawai yang termasuk dalam kategori yang disebutkan di bawah ini
dikarenakan tindakan disiplin atas pelanggaran tata tertib kerja. Jenis tindakan
disiplin tersebut adalah sebagi berikut:
1. Surat Teguran
2. Surat Peringatan Biasa
3. Surat Peringatan Terakhir
4. Pembebasan Tugas (Skorsing)
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Ketentuan-ketentuan terhdap disiplin ini berlaku bagi seluruh pegawai.
1. Surat Teguran
a. Melanggar peraturan-peraturan umum/tata tertib yang tertera dalam pasal 17
di atas
b. Datang terlambat di tempat kerja, meninggalkan kerja selama jam kerja atau
sebelum waktunya tanpa melalui prosedur yang ditetapkan Rumah Sakit.
c. Tidak menandatangani/ mengisi daftar hadir pada waktu masuk atau
meninggalkan tempat kerja.
d. Tidak hadir selama 1 (satu) hari kerja tanpa persetujuan dari Rumah Sakit.
e. Dengan sengaja mengurangi efisiensi kerja misalnya memperlambat
pekerjaan atau mengganggu pekerjaan pegawai lain
f. Menghasut pegawai lain untuk melakukan hal tersebut diatas
g. Lalai menyerahkan data-data pribadi atau perubahannya setiap kali ada
penambahan atau setiap saat diminta oleh Rumah Sakit
h. Tindakan-tindakan atas pelanggaran-pelanggaran lain yang dianggap
termasuk dalam kategori tersebut di atas.
Setiap surat teguran berlaku untuk 6 (enam) bulan.
Pasal 19
Penggajian
1. Gaji yang diberikan kepada pegawai terdiri dari gaji pokok, tunjangan-tunjangan dan
upah lembur apabila ada.
2. Penetapan sistem penggajian dilaksanakan oleh rumah sakit yang mengacu kepada
keseimbangan jabatan, golongan, tugas dan jenis kerja.
3. Gaji dibayarkan setiap awal bulan.
Pasal 20
Gaji Pokok
1. Gaji pokok pegawai ditetapkan rumah sakit setiap tahun dengan berpedoman pada
table gaji pokok standar yang disusun menurut jabatan, golongan, masa kerja, dan
masa jadi jabatan-golongan.
Pasal 21
Tunjangan-tunjangan
1. Besar tunjangan yang diterima pegawai ditetapkan oleh rumah sakit. Jenis-jenis
tunjangan:
1) Tunjangan jabatan structural:
a. Direktur
b. Kepala Bidang / Kepala Bagian
c. Kepala Seksi / Kepala Sub Bagian
d. Kepala Ruangan
e. Penanggung Jawab Unit Kerja
2) Tunjangan khusus yaitu tunjangan makan.
3) Tunjangan hari raya keagamaan
Setiap pegawai akan menerima tunjangan hari raya keagamaan yang
pemberiannya dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari raya
keagamaan dirayakan dengan ketentuan:
a. Bagi pegawai yang beragama Islam diberikan pada hari raya Idul Fitri
b. Bagi pegawai yang beragama Kristen Katolik dan Protestan diberikan pada
hari raya Natal
c. Bagi pegawai yang beragama Budha diberikan pada hari raya Waisak
d. Bagi pegawai yang beragama Hindu diberikan pada hari raya Nyepi
Pasal 22
Kenaikan Gaji Pokok dan Tunjangan
Pasal 23
Upah Lembur
1. Upah lembur diberikan kepada pegawai yang bekerja lembur seperti yang disebutkan
dalam pasal 10, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pegawai yang bekerja melebihi 8 (delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam
seminggu pada jam kerja biasa atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
pemerintah atau bekerja pada hari istirahat mingguan, diberi upah lembur dengan
tetap memperhatikan waktu kerja dan waktu istirahat berdasarkan keputusan Rumah
Sakit.
Bab VI
Pembebasan Dari Kewajiban Untuk Bekerja
Pasal 24
Pembebasan dengan upah dibayar penuh
Berdasarkan persetujuan Rumah Sakit, pegawai dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
bekerja dengan upah dibayar penuh sebagai berikut:
1. Cuti Tahunan
1) Yang dimaksud dengan tahun pada cuti tahunan adalah tahun takwim (tahun
kalender)
2) Pegawai yang telah bekerja 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak
memperoleh cuti tahunan sejumlah 12 (dua belas) hari kerja.
3) Pegawai harus bekerja sedikitnya 6 (enam) bulan berturut-turut dalam 1 (satu)
tahun takwim sebelum yang bersangkutan dapat mengambil hak cutinya.
4) Pegawai dengan masa kerja 1 (satu) bulan sampai 3 (tiga) bulan tidak mendapat
cuti.
5) Pegawai dengan masa kerja 3 (tiga) bulan sampai 12 (dua belas) bulan dapat
mengambil cuti sejumlah 6 (enam) hari kerja.
6) Cuti tahunan berlaku sampai dengan akhir bulan desember pada tahun
berikutnya. Bila cuti tidak diambil dalam tempo tersebut, maka cuti akan terhapus
dengan sendirinya sepanjang tidak ditentukan lain.
7) Bagi pegawai yang masa kerjanya sudah mencapai 5 (lima) tahun dan atau
setiap kelipatannya maka akan diberikan cuti besar yang pelaksanaannya sesuai
dengan ketentuan Rumah Sakit.
2. Haid
Pegawai wanita tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama, kedua masa haidnya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Pegawai wanita melahirkan
Dalam hal pegawai wanita yang bersuami melahirkan atau mengalami keguguran,
kepadanya diberikan cuti khusus sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
4. Istri pegawai melahirkan
Dalam hal istri pegawai melahirkan, cuti khusus diberikan kepada pegawai yang
bersangkutan selama 2 (dua) hari kerja.
5. Pernikahan pegawai
Dalam hal pegawai menikah, kepadanya diberikan cuti khusus selama 3 (tiga) hari
kerja berturut-turut.
6. Pernikahan anak pegawai
Dalam hal anak pegawai menikah, pegawai yang bersangkutan diberikan cuti khusus
selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut.
7. Khitanan dan pembabtisan anak
Dalam hal khitanan atau pembabtisan anak, kepada pegawai diberikan cuti khusus
selama 2 (dua) hari kerja.
8. Berkabung
1) Dalam hal meninggalnya istri/suami/anak/orang tua/mertua dari seorang
pegawai, kepadanya diberikan cuti khusus selama 3 (tiga) hari kerja.
2) Dalam hal meninggalnya saudara kandung/saudara yang serumah, kepada
pegawai yang bersangkutan diberikan cuti khusus selama 2 (dua) hari kerja
9. Bencana alam
Dalam hal pegawai mengalami bencana alam, kepadanya diberikan cuti khusus
selama 2 (dua) hari kerja.
10. Menunaikan ibadah agama
1) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1981 Pasal 6 Ayat 4, seorang
pegawai yang bermaksud menunaikan ibadah agama dapat mengambil hak cuti
yang diperlukan untuk menunaikan ibadah agama sesuai dengan ketentuan
pemerintah.
2) Cuti tersebut diatas hanya dapat diberikan 1 (satu) kali selama masa kerja di
Rumah Sakit.
3) Untuk keperluan tersebut pegawai yang bersangkutan harus mengajukan
permohonan tertulis sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya.
Pasal 25
Izin Meninggalkan Pekerjaan
Pasal 26
Prosedur
Prosedur cuti dan izin meninggalkan pekerjaan dalam Bab ini diatur dalam petunjuk
pelaksanaan.
Bab VII
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 27
Umum
Pasal 28
Sistem Pendidikan dan Pelatihan
1. Jika Rumah Sakit membutuhkan, Rumah Sakit memberi kesempatan dan bantuan
bagi pegawai yang berprestasi untuk mendapatkan pendidikan.
2. Rumah Sakit menunjuk atau mempertimbangkan usul/permintaan pegawai untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan diluar Rumah Sakit.
3. Rumah Sakit mengirimkan pegawai untuk pelatihan yang bersifat alih teknologi
didalam maupun diluar lingkungan Rumah Sakit bagi pegawai tertentu sesuai
dengan fungsi dan jabatannya
Pasal 29
Biaya Pendidikan dan Pelatihan
1. Rumah Sakit menanggung biaya pendidikan dan atau pelatihan yang dianggap perlu
sebagian dimaksud pasal 28 diatas.
2. Prosedur yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan dan atau pelatihan
tersebut diatas diatur dalam petunjuk pelaksanaan.
Bab VIII
Penilaian Kinerja Pegawai
Pasal 30
Umum
Pasal 31
Konsekuensi Penilaian Kinerja Pegawai
1. Pegawai yang mendapatkan hasil penilaian kinerja sesuai dengan atau melebihi
target komitmen kinerja pegawai yang telah ditentukan / disepakati, dapat diberi
penghargaan sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai yang mendapatkan hasil penilaian kinerja lebih rendah atau tidak mencapai
/ tidak memenuhi target komitmen kinerja pegawai yang telah ditentukan, akan
diberikan hal-hal sebagai berikut :
a) Surat teguran dan konseling oleh atasan langsung
b) Apabila pegawai sudah mendapatkan surat teguran dan konseling tetapi hasil
penilaian kinerja pegawai masih lebih rendah atau tidak mencapai / tidak
memenuhi target komitmen kinerja baru atau berikutnya, maka pegawai tersebut
diberi Surat Peringatan I
c) Pegawai yang telah mendapatkan Surat Peringatan I tetapi hasil penilaian kinerja
pegawai masih lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target
komitmen kinerja baru atau berikutnya, maka diberi Surat Peringatan II.
d) Demikian juga bagi pegawai yang telah mendapat Surat Peringatan II tetapi tidak
memenuhi target komitmen kinerja baru atau berikutnya, diberi Surat Peringatan
III.
e) Pegawai yang sudah mendapatkan Surat Peringatan III (terakhir), tetapi hasil
penilaian kinerja pegawai masih tidak memenuhi target komitmen kerja baru atau
berikutnya, maka pegawai tersebut diminta untuk mengajukan surat
pengunduran diri.
Pasal 32
Promosi
Pasal 33
Mutasi dan Rotasi
1. Rumah Sakit berwenang melakukan mutasi dan atau rotasi kepada pegawai terkait
pencapaian kinerja pegawai dan kebutuhan Rumah Sakit.
2. Pelaksanaan mutasi dan rotasi dan rotasi pegawai diatur dalam petunjuk
pelaksanaan.
Pasal 34
Demosi
1. Rumah Sakit berwenang untuk memberikan demosi kepada pegawai terkait hasil
penilaian kinerja yang lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target
komitmen kinerja yang telah ditentukan / disepakati, pelanggaran kode etik, tata tertib
dan peraturan Rumah Sakit.
2. Bentuk demosi pegawai dapat berupa :
a) Penurunan jabatan / golongan.
b) Pemutusan hubungan kerja.
3. Pemberian demosi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan.
Pasal 35
Penghargaan
Setiap pegawai yang menurut penilaian Rumah Sakit termasuk salah satu kategori
berikut ini memperoleh penghargaan dari Rumah Sakit :
1. Pegawai yang membuat suatu penemuan atau perbaikan yang dianggap sangat
berfaedah bagi Rumah Sakit.
2. Pegawai yang telah memberikan jasa yang besar kepada Rumah Sakit maupun
masyarakat dana tau negara.
3. Pegawai yang telah menunjukkan kemampuan kerja yang tinggi sehingga dapat
dipandang sebagai teladan bagi pegawai lainnya.
4. Pegawai yang berdasarkan masa pengabdiannya telah melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Penentuan kriteria tentang arti penemuan atau perbaikan, jasa yang besar dan
kemampuan kerja yang tinggi serta penghargaan masa kerja, diatur dalam petunjuk
pelaksanaan.
Bab IX
Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pegawai
Pasal 36
Jaminan Sosial Pegawai
Pasal 37
Makanan Cuma-Cuma dan Pangan Tambahan Khusus
1. Pada prinsipnya Rumah Sakit memberikan satu kali makan secara cuma-Cuma
kepada pegawai yang bekerja 7 (tujuh) jam berturut-turut dalam satu hari kerja.
2. Rumah Sakit memberikan pangan tambahan khusus kepada pegawai yang
melakukan tugas dari jam 00.00 sampai dengan jam 08.00 dan atau melakukan
tugas / pekerjaan berat dana tau melakukan pekerjaan khusus lainnya.
3. Kriteria atau jenis pekerjaan, dan atau jumlah dan jenis pangan tambahan khusus
tersebut ditentukan oleh Rumah Sakit.
Bab X
Berakhirnya Hubungan Kerja
Pasal 38
Umum
Hubungan kerja pegawai dengan Rumah Sakit berakhir apabila salah satu dari hal
dibawah ini terjadi :
1. Meninggal dunia
2. Mencapai batas umur pensiun
3. Sakit
4. Berakhirnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu
5. Pengunduran diri secara sukarela
6. Pelanggaran aturan tata tertib kerja
Pasal 39
Meninggal Dunia
Dalam hal pegawai meninggal dunia, hubungan kerja akan putus dengan sendirinya
sejak tanggal meninggalnya pegawai yang bersangkutan.
Pasal 40
Batas Umur Pensiun
Pasal 41
Sakit
Dalam hal pegawai absen karena sakit lebih dari 12 (dua belas) bulan terus menerus
dan masih memerlukan perawatan secara medis tidak sanggup lagi melakukan
pekerjaan di Rumah Sakit, maka hubungan kerja disesuaikan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Pasal 42
Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu
Hubungan kerja pegawai berdasarkan perjanjian kerja untuk waktu tertentu berakhir
demi hukum apabila telah mencapai waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja
tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 43
Pengunduran Diri Secara Sukarela
Pasal 44
Pelanggaran Atas Tata Tertib Kerja
Dalam hal pegawai melakukan pelanggaran atas tata tertib kerja seperti yang tertuang
pada pasal 18 ayat 5 dan setelah melalui proses yang ditentukan untuk itu, maka
hubungan kerjanya akan berakhir sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 45
Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan
1. Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan setiap saat atas
permintaan pegawai ataupun keputusan Rumah Sakit dengan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
2. Kepada pegawai tersebut diatas tidak diberikan pesangon atau uang jasa maupun
uang pengganti lainnya kecuali upah yang harus dibayar sampai hari terakhir
bekerja.
Bab XI
Penutup
1. Jika ada hal-hal yang mengatur kepegawaian belum tercantum dalam peraturan
kepegawaian ini, maka pedoman yang dipakai adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Jika dalam peraturan kepegawaian ini ada pasal-pasal yang kurang atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka pasal-pasal tersebut
batal demi hokum dan yang diberlakukan adalah peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
3. Peraturan kepegawaian ini berlaku sejak ditetapkan dengan surat keputusan direktur.