Anda di halaman 1dari 47

TK2422 – Dasar Mikrobiologi Industri

Bab 5.
Pertumbuhan Mikroba
Dr. Margono, S.T.,M.T. || Aida Nur Ramadhani, S.T.,M.T.

Program Studi Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret 2019 1
PENDAHULUAN

Biomassa/ sel: massa zat hidup di dalam populasi mikroorganisme tertentu pada area
tertentu
Medium pertumbuhan: medium/ lingkungan yang berisi zat-zat (nutrien) yang diperlukan
untuk pertumbuhan
Sejumlah sel ditambahkan ke dalam medium pada kondisi tertentu sel akan tumbuh
respon terhadap lingkungan (fisik dan kimiawi)
Pertumbuhan sel penambahan jumlah sel + perubahan ukuran sel

2
PENDAHULUAN

Pertumbuhan mikroorganisme meliputi:

Perbesaran dan pertambahan masa dan volume sel

Perbanyakan jumlah sel

3
PENDAHULUAN

Pertumbuhan sel: Perbanyakan sel untuk menghasilkan 2 sel yang persis


sama dengan sel awal

4
PENDAHULUAN

Jumlah mikroba = (2)n

dengan,
n adalah tahapan masing-
masing pembelahan sel

5
Perhitungan jumlah mikroba

6
Menghitung Mikroba

Menghitung konsentrasi sel dalam medium pembiakan untuk menentukan kinetika dan stoikiometri
pertumbuhan.
Penentuan jumlah sel dan massa sel.

Jumlah Massa
sel Hemocytometer sel Berat sel kering

Plate count Membran filter

Turbiditas
Membran filter

7
Menghitung Mikroba

Viable cell count:


Metode perhitungan sel yang hidup saja.
Total cell count:
Metode perhitungan viable cell dan non viable cell.

Total cell Viable


count Hemocytometer cell count Plate count

Turbiditas

Membran filter

8
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan hemocytometer.

9
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan hemocytometer.

10
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan Plate Count (Colony forming unit)

11
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan Plate Count


(Colony forming unit)

Pengenceran suspensi mikroba dengan aquades

Plate Count

12
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan Plate Count


(Colony forming unit)

13
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan most probable number (MPN)

Penentuan ada tidaknya mikroorganisme di dalam


medium inkubasi yang diinokulasi dengan seri
pengenceran sampel tertentu.

Untuk mendeteksi mikroba yang berdensitas


rendah dalam suatu sampel.

14
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan Turbiditas

• Within certain limits, there is a linear relationship between


cell numbers and optical density.
• By determining cell numbers or cell mass for samples of
known optical density, a calibration graph can be
produced

15
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan Turbiditas

16
Menghitung Sel

Penentuan jumlah sel dengan Membran filter

17
Menghitung Sel

Penentuan massa sel dengan sentrifugasi

• Sampel suspensi mikroba di sentrifugasi dengan kecepatan dan waktu tertentu.


• Menghasilkan lapisan endapan mikroba
• Kemudian dapat dikeringkan di dalam oven (50 – 60°C)

• Dilakukan perhitungan berat sel:

berat kering sel g berat wadah dengan sel berat wadah kosong

18
Faktor Lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba

19
Temperatur

Kenaikan T akan menaikkan laju pertumbuhan sel selama masih dalam rentang T optimal
Pada T yang tinggi laju kematian > laju pertumbuhan sel hidup berkurang

20
Temperatur

Klasifikasi mikroorganisme berdasar temperatur optimum untuk tumbuh:

21
pH

Pengaruh pH mempengaruhi aktivitas enzim dan laju pertumbuhan sel


Setiap jenis organisme memiliki pH optimum berbeda: bakteri (3-8), yeast (3-6), molds (3-7), sel tumbuhan
(5-6), sel hewan (6.5-7.5)

Aktivitas metabolisme mikroorganisme dapat


mengubah pH lingkungannya saat pertumbuhan
berlangsung.
Dibutuhkan senyawa dari luar untuk
menstabilkan pH larutan buffer ke dalam
medium

22
Oksigen

Merupakan kebutuhan untuk mikroba aerob.


Aerob membutuhkan oksigen untuk bertindak sebagai akseptor elektron terminal dalam rantai pernapasannya
Anaerob dapat bertahan hidup tanpa adanya oksigen.

Klasifikasi mikroorganisme dari kebutuhan oksigennya:

•Obligate aerobes : hanya dapat tumbuh dengan adanya oksigen


•Facultative anaerobes : dapat menyesuaikan metabolisme dengan kondisi oksigen yang ada.
•Obligate anaerobes : tidak toleran dengan keberadaan oksigen sama sekali.
•Aerotolerant anaerobes: tidak menggunakan oksigen, tetapi juga tidak dihambat olehnya.
•Microaerophiles : membutuhkan oksigen, namun hanya dapat tumbuh lingkungan dengan
konsentrasi oksigen rendah

23
Oksigen

Mikroorganisme dalam kultur, sesuai kebutuhan oksigennya:

Oksigen dapat bersifat racun bagi mikroorganisme, dapat terkonversi menjadi produk turunan yg sangat
reaktif yaitu superoxide free radical ( ).
Mikroorganisme aerob dan kebanyakan anaerob fakultatif mengkonversinya menjadi hidrogen peroksida.
Selanjutnya akan dipecah oleh enzim katalase.
Sedangkan anaerob obligat tidak memiliki enzim tersebut, maka tidak tolerir terhadap oksigen.

24
Karbon dioksida

Organisme autotrof membutuhkan CO2 sebagai sumber karbon.


Diambil dalam bentuk senyawa bikarbonat untuk dalam medium pertumbuhan atau CO2 dalam udara.
Organisme heterotrof membutuhkan sedikit CO2 untuk senyawa antara metabolisme.

Cahaya

Organisme foto-trof memanfaatkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis.


Di laboratorium, dibutuhkan cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai.
Sumber cahaya ≠ sumber panas.
Cahaya fluorescence memberikan panas minimal, dan memberikan panjang gelombang 750 nm yang
dibutuhkan oleh bakteri fotosintesis.

25
Tekanan osmotik

Osmosis difusi air melewati membrane semipermeable dari larutan berkonsentrasi rendah ke
tinggi, hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi.
Tekanan untuk memungkinkan peristiwa osmosis Tekanan osmotic

Jika sel ditempatkan di lingkungan hipertonik (konsentrasi sangat


tinggi), maka osmosis akan terjadi. Kehilangan kandungan air dari
dalam sel Plasmolisis.

Sebaliknya, jika sel ditempatkan di lingkungan hipotonik


(konsentrasi sangat rendah) osmosis ke arah sel sel akan
bengkak dan pecah.

26
Tekanan osmotik

Kekuatan dinding sel masing-masing sel tipe mikroorganisme tahan terhadap tekanan osmotik tinggi.
Mikroorganisme tsb:
1. Mikroorganisme Haloduric
Mampu mentolerir lingkungan dengan konsentrasi 10x lebih besar dari sel.
2. Mikroorganisme Halophilic (‘salt-loving’)
Mampu beradaptasi untuk tumbuh dengan baik di lingkungan dengan kadar garam tinggi.
Untuk dapat hidup tanpa terjadi plasmolysis mikroorganisme mengkondisikan cairan internal
selnya agar konsentrasinya lebih tinggi dengan pemekatan ion potassium
Contoh di laut Mati

27
Kinetika
pertumbuhan mikroba

28
Jenis Reaktor Ideal untuk Pengukuran Kinetika

Batch Reactor
• Merupakan jenis reaktor yang paling banyak digunakan dalam industri bioproses
• Inokulum ditumbuhkan dalam medium dalam sebuah reaktor
• Selama pertumbuhan, tidak ada yang masuk dan keluar
• Konsentrasi nutrien, sel, dan produk akan berubah terhadap waktu akan berhenti

CSTR
• Terjadi penambahan medium sepanjang proses pertumbuhan
• Terjadi penarikan produk dan sel sepanjang waktu
• Setelah selang waktu tertentu akan mencapai kondisi tunak

29
Kurva Pertumbuhan Mikroba

Batch Reactor

• Fasa/ Kurva Pertumbuhan


• Kinetika Pertumbuhan

30
Lag Phase

Lag Phase/Fase Adaptasi

Periode adaptasi sel terhadap lingkungan


yang baru

Peningkatan massa dan volume sel, tidak


terjadi peningkatan jumlah sel

31
Lag Phase

E. coli tumbuh dalam media yang


mengandung glukosa dan laktosa.
Memetabolisme glukosa terlebih dahulu.
Memiliki mekanisme pengaturan yang
menekan sintesis enzim metabolism
laktosa sampai semua glukosa habis.

Apabila medium mengandung


lebih dari satu sumber karbon diauxic growth

32
Exponential Phase
Exponential Phase

sel sudah beradaptasi terhadap kondisi


lingkungan dan memperbanyak diri secara
cepat

Semua komponen sel tumbuh dalam laju


yang sama

Net specific growth rate dapat ditentukan


dari jumlah sel

Dalam kondisi optimal, populasi sel akan


berlipat ganda dalam waktu yang konstan
dan dapat diprediksi, yang dikenal sebagai
doubling time

33
Doubling time

Keterangan

! " #2 ……………………….………………..(1)
N0 = Jumlah sel sebelum masuk fase eksponensial
NT = Jumlah sel setelah waktu T
……………..………………………..(2)
n = Jumlah kali penggandaan
T = Lama waktu reaksi
! " # 2!⁄/0 ……………..………………………..(3) L = Lama waktu fase lag
) = Waktu penggandaan (doubling time)
&'( &'( 2 ……………..………………………..(4)
" = Laju pertumbuhan sel

1 &'( &'( " ……………..………………………..(5)


)
ln 2 0,693 ……………..………………………..(6)

34
Doubling time

1 &'( &'( "


)

35
Deceleration Phase

Deceleration Phase

Akhir dari fase eksponensial akibat habisnya


nutrisi dalam medium

Bisa juga disebabkan oleh terbentuknya


produk metabolit yang bersifat meracuni
pertumbuhan

36
Stationary Phase

Stationary Phase

Growth rate = Death rate

Secara netto tidak terjadi pertumbuhan/


penambahan sel hidup
Lisis sel dapat terjadi dan sel hidup
menurun. Fasa pertumbuhan kedua dapat
terjadi dengan memanfaatkan
prduk dari proses lisis

37
Death Phase

Death Phase

Jumlah sel hidup menurun sepanjang waktu

Kematian sel dapat terjadi saat fasa


stasioner perbedaan
antara fase stasioner dan kematian kadang
tidak jelas

38
Konsentrasi sel pada fase eksponensial

Keterangan
9
.9 ……….………………..(1)
:
X1 = Konsentrasi sel sebelum masuk fase eksponensial
9
. : ..………………………..(2) X2 = Konsentrasi sel setelah waktu t
9
t = Lama waktu reaksi
91 ..………………………..(3) 34 35 67 = Waktu penggandaan (doubling time)
:9 & 2
9 67
ln : :< ..………………………..(4)
9< 8 = Laju pertumbuhan sel
..………………………..(5)
9 29<

ln 2 : :< ………………………..(6)

39
Yield

Perolehan

berapa sel [X] yang dapat dihasilkan dari sejumlah substrat [S]
berapa produk [P] yang dapat dihasilkan dari sejumlah substrat [S]

∆9
Growth yield: =>/@ ≡
∆C

∆E
Product yield: =D/@ ≡
∆C

40
Kinetika Pertumbuhan Sel

Sel dalam kondisi nyata berada dalam kondisi structured dan segregated pemodelan menjadi sangat
kompleks
Penyusunan model didasarkan pada kondisi ideal dan paling sederhana balanced growth unstructured
& unsegregated

Laju pertumbuhan spesifik dengan limitasi substrat saturation kinetics


Persamaan Monod:

F &GHI JKGLMN OKJ:IPQIRG MK&


S &GHI PGLMNPIPJKGLMN OKJ:IPQIRG MK&
TU L' M:G :G MG:IJGMN, berbanding terbalik
dengan afinitas mikroba terhadap substrat.
C L' MK :JGMN MIQM:JG:

41
Kinetika Pertumbuhan Sel

Kinetika Saturasi

Kenaikan konsentrasi substrat akan seiring dengan


laju reaksi pertumbuhan sel.
Laju pertumbuhan dibatasi oleh konsentrasi substrat
Saat konsentrasi substrat tinggi (C ≫ T@
Terjadi laju pertumbuhan maksimum S
Saat konsentrasi substrat rendah (C ≪ T@
XY
Maka laju pertumbuhan S
Z[

Effect of nutrient concentration on the specific growth rate of E. coli.

42
Kinetika Pertumbuhan Sel

Kuantifikasi Kinetika Saturasi

1 TU 1 1
2
S C S

43
Sistem Kontinyu

Pada sistem kontinyu, konsentrasi nutrisi dan kondisi lain dijaga konstan.
Sel dijaga pada fase eksponensial.
Dicapai dengan secara kontinyu menambahkan kultur medium fresh dan menghilangkan sejumlah
volume sel lama.
pH dimonitor dan disesuaikan.

CHEMOSTAT

Menghasilkan kultur steady state jumlah selnya dijaga


konstan dengan kontrol laju alir dan konsentrasi nutrisi

44
LATIHAN 01

A simple, batch fermentation of an aerobic bacterium growing on methanol gave the results
shown in the table. Calculate:
a. Maximum growth rate ( S)

b. Yield on substrate (=>/@ )


c. Mass doubling time ( 0 )

45
LATIHAN 02

A strain of mold was grown in a batch culture on glucose and the following data were obtained:

a. Calculate the maximum net specific growth rate.


b. Calculate the apparent growth yield.
46
c. What maximum cell concentration could one expect if 150 g of glucose were used
LATIHAN 03

Suatu penelitian mengenai produksi etanol oleh mikroorganisme Zymomonas mobilis


pada biakan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Biomassa Etanol
Waktu (jam) 1 Glukosa (g/l)
(g/l) (g/l)
5 0,05 247 1.5
9 0,15 240 5
14 0,45 225 12
18 1,20 195 22
22 2,80 130 47
24 3,40 100 63
26 3,80 75 74
30 4,15 40 90
35 4,20 25 100

a. Laju pertumbuhan spesifik maksimum


b. Rendemen biomassa
c. Rendemen hasil (etanol yang dihasilkan) 47

Anda mungkin juga menyukai