NIM 3335200031
KELAS C
1. Fase lag
Fase ini merupakan fase awal dari pertumbuhan sel. Pada fase ini,
sel mengalami adaptasi terhadap lingkungan barunya. Dalam prosesnya,
terjadi metabolisme sel yaitu terjadi sintesis enzim yang baru,
peningkatan massa sel dan volume sel tetapi tidak meningkatkan jumlah
sel. Fase lag juga merupakan fase kritis dari pertumbuhan sel, dan
menentukan keberhasilan pertumbuhan sel. Fase lag adalah fase adaptasi,
yaitu fase dimana ketika mikroba masuk ke dalam reactor dan bertemu
dengan makanannya serta kondisi operasi yang telah diatur tetapi mikroba
tersebut tidak melakukan apa-apa.
2. Fase pertumbuhan atau fase eksponensial
Pada fase ini, sel telah menyesuaikan diri dengan lingkungan
barunya dan menggandakan diri dengan sangat cepat dalam hitungan
eksponensial. Dalam fase ini, semua komponen sel tumbuh pada
kecepatan yang sama dan nutrient masih dalam keadaan ekses. Teknik
kimia akan bekerja di fase ini. Pada fase pertumbuhan, jumlah mikroba
akan bertambah karena mikroba telah membelah. Pada fase ini dikenal
terdapat sebuah persamaan yang disebut persamaan Monod. Berikut ini
merupakan persamaan Monod.
μ max S
μ=
K S +S
Dimana,
μ =laju pertumbuhan sel
μmax = laju pertumbuhan sel maksimum spesifik
S = konsentrasi substrat
Ks = konstanta pertumbuhan sel
Laju pertumbuhan spesifik dapat dihitung menggunakan neraca
massa sel dalam kultur batch, yaitu
dX
=μnet . X
dt
X μ .t
ln =μnet . t atau X =X 0 e net
X0
4. Fase stasioner
. Fase ini terjadi seiring dengan berkurangnya nutrisi substrat,
meningkatnya produk metabolic sekunder, dan semakin banyaknya sel
yang mati. Pada fase ini, laju pertumbuhan setara dengan laju kematian,
tidak ada net growth dari populasi organisme, sel mengeluarkan lebih
banyak metabolisme aktif untuk memproduksi metabolic sekunder,
Contoh metabolic sekunder adalah antibiotic, pigmen, dan lain-lain.
Dalam fase ini juga dimungkinkan terjadi lisis pada sel dan viabilitas sel
akan menurun. Pada fase ini, mikroba yang tumbuh pertama kali akan
lebih cepat mati. Fase stasioner adalah fase dimana massa antara
pertumbuhan sel dan kematian itu sama. Fase di titik stasioner merupakan
fase optimal
5. Fase kematian
Fase kematian ditandai dengan banyaknya sel yang mati
dibandingkan dengan sel yang masih hidup. Fase kematian adalah fase
dimana semua mikroba telah tua, reactor sudah tidak efektif sehingga
mikroba akan mati. Hal ini disebabkan berkurangnya nutrient dan
metabolisme racun dari hasil reaksi samping (by-product).
dN
=−k d . N
dt
Dimana,
Kd = konstanta laju kematian sel orde satu
Dimana,
rx = kecepatan produksi volumetric biomassa (kg/m3s)
x = konsentrasi sel yang terukur (kg/m3)
μ = laju pertumbuhan spesifik (s-1)
Laju pertumbuhan sel juga dapat dinyatakan dalam bentuk doubling time
(td)
2
t d=ln
μ
Dimana,
μmax = laju pertumbuhan maksimum spesifik
Ks = konstanta Monod
Bahan yang digunakan adalah limbah kol dan limbah tomat. Penelitian ini
dilakukan melalui proses fermentasi anaerobik menggunakan ABR pada suhu ruang.
Pada penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi umpan sebesar 100
g/L; 200 g/L; dan 300 g/L. Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menyiapkan
inokulum, lalu melakukan seeding mikroorganisme di dalam toples dengan volume
seeding ⅓ volume bioreaktor. Perbandingan antara inokulum dan substrat yaitu 1:1.
Sebelum digunakan, ukuran substrat diperkecil terlebih dahulu lalu dihaluskan
menggunakan blender dan ditambahkan air. Feeding glukosa dilakukan pada hari ke-
3, 6, dan 9. Analisis MLSS dilakukan pada hari ke-10 untuk melihat pertambahan
jumlah mikroorganisme. Jika terjadi pertambahan, maka dilakukan tahap start up di
dalam bioreaktor. Sebelum dimasukkan ke dalam bioreaktor, limbah kol dipotong
menjadi ukuran 0,5-1 cm dan limbah tomat juga dipotong menjadi ukuran 2 cm.
Selanjutnya, limbah kol dan tomat dihaluskan dan ditambahkan air. Kemudian,
mikroorganisme ditambahkan ke mixer dengan perbandingan substrat dan
mikroorganisme yaitu 2:1.
Dari penelitian ini, diperoleh grafik yang menunjukkan pengaruh konsentrasi
umpan terhadap pertumbuhan mikroba yang ditunjukkan pada nilai MLSS pada
degradasi limbah kol.
Selain itu, juga diperoleh grafik yang menunjukkan pengaruh konsentrasi umpan
terhadap pertumbuhan mikroba yang ditunjukkan pada nilai MLSS pada degradasi
limbah tomat.
Dari kedua grafik diatas, terlihat bahwa konsentrasi MLSS mengalami peningkatan
seiring dengan semakin banyaknya bahan organic atau substrat yang dioksidasi.
Bahan organic akan dioksidasi oleh mikroorganisme untuk menghasilkan energi yang
akan digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Dari penelitian ini, diperoleh hasil bahwa produksi biogas limbah kol tertinggi
diperoleh ketika konsentrasi umpan yang digunakan yaitu 200 g/L, dimana biogas
yang dihasilkan yaitu sebanyak 60%, sedangkan produksi biogas limbah tomat
tertinggi diperoleh ketika konsentrasi umpan yang digunakan yaitu 237 g/L, dimana
biogas yang dihasilkan yaitu sebanyak 50%. Untuk menentukan nilai kinetika maka
diperoleh dengan menggunakan persamaan Monod.
r X =μ X
μmax S
r X= X
KS+ S
X 1 K S+ S
= =
r X μ μ max S
1 KS 1 1
= +
μ μ max S μmax
1 1
Dari penelitian ini, diperoleh nilai dan sehingga hubungan keduanya dapat di
μ S
plotkan ke dalam grafik. Dalam grafik yang dibuat, akan diperoleh persaman linear
KS
yang terdiri dari slope dan intercept. Slope nya adalah dan intercept nya adalah
μ max
1
.
μ max
Dengan menggunakan persamaan Monod juga untuk degradasi limbah tomat pada
konsentrasi umpan 81,6 g/L diperoleh diperoleh nilai kinetika pertumbuhan bakteri
menggunakan persamaan Monod yaitu μmax sebesar 0,121 hari-1 dan Ks sebesar 7,64
g/L sehingga persamaan Monodnya menjadi,
0,121 S
μ=
7 , 64+ S
DAFTAR PUSTAKA
Sarah, Maya, dkk. 2021. Parameter Biokinetika dari Degradasi Limbah Kol dan
Tomat Menggunakan Sistem Bioreaktor Anaerobik. Jurnal Teknik Kimia USU.
10(2) : 82-89.