Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI
“Pertumbuhan Mikroba”

Disusun oleh:

Azizah Rahman 40040117640009 / 2017


Indah Yuniarti 40040117640023 / 2017
Muhammad Ravi Bactiar 40040117640029 / 2017

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN


TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami Panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-Nyalah
makalah Bioteknologi yang berjudul “Pertumbuhan Mikroba” bisa kami selesaikan dengan
baik.
Penyelesaian makalah ini, penyusun mendapatkan referensi dari internet dan jurnal, hal
ini tidak meminimkan pengetahuan penyusun dalam penyelesaian makalah. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan para pembaca mengenai pertumbuhan
mikroba.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bioteknologi yaitu
Ibu Ir. Wahyuningsih, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk
menyusun makalah ini dengan baik. Akhir kata penyusun mohon maaf apabila dalam penulisan
makalah ini ada yang kurang berkenan. Semoga usaha penyusun mendapat manfaat yang baik,
serta mendapat ridho Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

Semarang, 17 Oktober 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroba merupakan jasad renik yang ada di mana-mana. Baik di tanah, air, maupun
udara. Mikroba juga dapat hidup di dalam tubuh kita yang mana dapat membantu
metabolisme dan memperlancar pencernaan dalam tubuh kita. Namun ada juga mikroba
yang dapat merugikan manusia serta mengganggu kinerja dalam tubuh.
Mikroba seringkali digunakan terutama dalam hal bioteknologi dimana peranan
mikroba ini memberikan kontribusi yang positif akan kemashalahatan umat manusia.
Seperti sekarang ini kebanyakan makanan atau minuman yang beredar banyak sekali yang
merupakan hasil fermentasi mikroba dan berguna bagi kesehatan tubuh kita. Oleh karena
itu perlu diketahui pola pertumbuhan mikroba sehingga dapat dilakukan pengendalian
terhadap pertumbuhan mikroba patogen dan mikroba penyebab kerusakan pangan ataupun
mikroba yang berperan pada fermentasi pangan.
Pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba terdiri dari faktor internal dan eksternal. Apabila
lingkungan sangat mendukung khususnya pengaruh suhu maka populasi mikroba akan
meningkat secara tidak terbatas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pertumbuhan mikroba?
2. Bagaimana reproduksi mikroba?
3. Bagaimana fase dari kurva pertumbuhan mikroba?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba?
5. Bagaimana cara pengukuran dan perhitungan pertumbuhan mikroba?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah menambah wawasan kepada para pembaca tentang
pertumbuhan mikroba. Dimana diharapkan pembaca dapat memahami dan dapat
memberikan informasi terhadap khalayak umum.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian pertumbuhan mikroba.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang reproduksi mikroba,
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fase dari kurva pertumbuhan mikroba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan Mikroba


Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah atau volume serta ukuran
sel sedangkan pertumbuhan mikroba merupakan peningkatan jumlah sel mikroba dalam
suatu populasi. Metode Pertumbuhan Mikroba ada 2 yaitu :
a. Batch Culture
Metode pertumbuhan populasi mikrobia tanpa penambahan medium baru (sistem
tertutup) dan pengurangan kultur
b. Continuous Culture
Metode dengan penambahan nutrien secara berkala (sistem terbuka) dan
pengurangan kultur sehingga pertumbuhan mikrobia konstan.
2.2 Kurva Pertumbuhan Mikroba
Tipe pertumbuhan mikrobia dalam batch culture ada 4 fase yaitu :

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Mikroba


1. Fase Lag
Waktu yang dibutuhkan mikrobia untuk tumbuh beradaptasi di dalam medium baru.
Adaptasi dilakukan untuk mensintesis enzim-enzim yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan lebih lanjut. Pada fase lag terjadi pertambahan massa dan volume sel
mikroba. Panjang atau pendeknya interval fase lag tergantung pada jenis inokulum
mikroba, medium yang sedikit nutrisi dan kondisi pertumbuhan mikroba saat
diinokulasikan.
2. Fase Eksponensial
Populasi mikroba mengalami pembelahan paling tinggi dan konstan dalam waktu
generasi yang pendek. Waktu generasi mikroba merupakan waktu yang dibutuhkan sel
mikroba untuk membelah menjadi 2 sel. Setiap sel mikroba akan membelah 2x lipat.
Secara matematis dirumuskan: Nt = N0 x 2n
Dimana :
Nt : jumlah sel setelah tumbuh selama waktu t
N0 : jumlah sel mula-mula selama fase eksponensial
2 : bilangan tetap (pembelahan biner)
n : jumlah generasi (pembelahan)
Skala logaritmik menunjukkan jumlah sel dan skala aritmetik menunjukkan waktu
inkubasi. Titik perpotongan antara skala logaritmik dengan skala aritmetik
menunjukkan adanya pertumbuhan eksponensial dan populasi mengalami penggandaan
dalam interval waktu konstan. Penghitungan waktu generasi dapat digunakan rumus
berikut:
Nt = N02n
log Nt = log N0 + n log 2
log Nt – log N0 = n log 2
log Nt – log N0 log Nt – log N0
n = —————— = ——————
log 2 0.301

Waktu generasi (g) pada pertumbuhan ekponensial dirumuskan g = t/n.


Dimana :
g = waktu generasi
t = selisih antara waktu akhir dengan waktu awal pengamatan pertumbuhan bakteri.
n = jumlah generasi selama waktu (t )
Rerata pertumbuhan dalam batch culture dapat dinyatakan dalam bentuk konstanta
kecepatan pertumbuhan rerata (k).
k = n/t
log Nt – log N0
k = ——————-
0.301(t)

Jika populasi mengganda maka t = g

log (2N0) – log N0


= ———————–
0.301 (g)

log 2 + log N0 – log N0


= —————————
0.301 (g)

k = 1/g
g = 1/k
Rata-rata kecepatan pertumbuhan pada fase eksponensial dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (seperti nutrisi, kondisi inkubasi).
Biomassa sel mikrobia dapat dihitung melalui konstanta kecepatan pertumbuhan
spesifik (µ), berikut: dX / dt = µX
Dimana :
dX : perubahan biomassa selama waktu dt
dt : perubahan waktu
X : biomassa sel (jumlah sel/komponen sel spesifik (protein))
µ : konstanta kecepatan pertumbuhan
Xt = Xo (e µt) (dalam bentuk antilogaritma). Kerapatan populasi dalam t dapat
diperkirakan dengan µ sebagai konstanta pertumbuhan. Parameter untuk konstanta
pertumbuhan populasi secara eksponensial adalah waktu generasi (waktu
penggandaan). Penggandaan populasi terjadi saat Xt/Xo = 2, sehingga rumus menjadi
Xt = X0 (e µt) (dalam bentuk antilogaritma)
Xt / X0 = e µt
2 = e µt
ln 2 = ln e µt
0,693 = µt (t=g)
0,693 = µg
0,693 = µ (1/k)
µ = 0,693 k

Dimana : Xt : jumlah sel setelah t


X0 : jumlah sel awal
t : waktu pertumbuhan diamati
μ merupakan konstanta kecepatan pertumbuhan yang digunakan untuk
memperkirakan kecepatan pertumbuhan populasi dari masing-masing aktivitas sel
individual dan dapat digunakan untuk mengetahui dinamika pertumbuhan secara
teoritis, sedangkan k adalah nilai rata-rata populasi pada periode waktu terbatas, yang
menggambarkan asumsi rata-rata pertumbuhan populasi.
3. Fase Stasioner
Mikroba mengalami pertumbuhan yang terbatas dan konstan selama fase stasioner.
Pembelahan sel yang terjadi sangat lambat. Pertambahan jumlah sel sebanding dengan
kematian sel disebut dengan fenomena pertumbuhan kriptik.
Sel mikroba tetap aktif melakukan metabolisme energi dan proses biosintesis
lainnya. Metabolit sekunder banyak dihasilkan mikrobia pada fase ini. Fase stasioner
terjadi karena :
a. Terbatasnya nutrisi essensial dalam kultur yang mulai berkurang.
b. Bagi organisme aerobik, ketersediaan O2 dalam medium mulai berkurang.
c. Banyaknya sisa metabolisme yang tertimbun dalam medium kultur.
4. Fase Kematian
Terjadi jika perubahan lingkungan menjadi tidak menguntungkan, seperti
berkurangnya nutrisi essensial dalam medium dan meningkatnya akumulasi zat toksik
dalam medium. Sel mikroba yang mati akan mengalami lisis.
2.3 Kinetika Pertumbuhan Mikroba dalam Continuous Culture
Mikroba ditumbuhkan secara terus menerus pada fase paling optimum yaitu fase
eksponensial dengan memberi nutrisi sehingga mikroba tidak pernah kekurangan nutrisi.
Penambahan nutrisi/media segar ke dalam bioreaktor dilakukan secara kontinyu, dimana dalam
waktu yang sama larutan yang berisi sel dan hasil produk hasil metabolisme dikeluarkan dari
media dengan volume yang sama dengan substrat yang diberikan. Kondisi tersebut
menghasilkan keadaan yang stedy state dimana konsentrasi nutrisi, konsentrasi sel, laju
pertumbuhan dan konsentrasi produk tidak berubah walaupun waktu fermentasi makin lama.
Laju pertumbuhan spesifik dipengaruhi oleh perbandingan antara laju aliran medium dan
volume kultur disebut dengan “Laju Dilusi (D)” . Dirumuskan dengan:
D = F/V
Dimana : F : Laju aliran
V : Volume
D : Laju dilusi
Sel mikroba / produk metabolitnya dapat dipanen secara kontinyu. Continuous culture
menghasilkan efisiensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan batch culture
asalkan produk yang dihasilkan tidak berpengaruh negatif terhadap mikroba penghasilnya.

Gambar 3. Teknik Continous Culture


Kelebihan continous culture yaitu :
a. Produktivitas lebih tinggi, disebabkan lebih sedikit waktu persiapan bioreaktor
persatuan produk yang dihasilkan, laju pertumbuhan & konsentrasi sel dapat dikontrol,
pemasokan oksigen dan pembuangan panas dapat diatur.
b. Dapat dijalankan pada waktu yang lama.
c. Cocok untuk proses yang kontaminasinya rendah dan produk yang berasosiasi dengan
pertumbuhan.
d. Pemantauan dan pengendalian proses lebih sederhana.
Kekurangannnya antara lain: aliran umpan yang lama, resiko kontaminasi besar,
peralatan untuk operasi dan pengendalian proses harus biasa tetap bekerja baik untuk waktu
yang lama, memerlukan mikroba dengan kestabilan genetik tinggi, karena akan digunakan
pada waktu yang lama.
Khemostat
Dilakukan dengan menambahkan nutrien melalui sebuah tangki sehingga komposisi
nutrient di dalam fermentor tempat pertumbuhan mikrobia selalu dalam keadaan tetap. Hal
ini dapat dicapai dengan mengatur kecepatan aliran medium baru ke dalam fermentor
disesuaikan dengan aliran medium keluar fermentor untuk di panen.
Mengatur proses di dalam khemostat dengan cara diatur kecepatan aliran medium dan
kadar substrat (nutrien pembatas) yaitu sumber C (karbon), sumber N atau faktor tumbuh.
Pada sistem ini, ada aliran keluar untuk mempertahankan volume biakan dalam kemostat
sehingga tetap konstan.
1. Hubungan Laju Dilusi dengan Konsentrasi Sel
Sifat-sifat kemostat dan pertumbuhan steady-state dapat ditunjukkan dengan sejumlah
rumus yang berhubungan dengan jumlah sel dan konsentrasi nutrien pembatas terhadap
laju alir suplai medium sebagai faktor yang beroperasi secara independen. Hal ini dilakukan
dengan menjaga keseimbangan materi dan pembatasan substrat dalam bioreaktor.
Akumulasi sel = sel masuk – sel keluar + pertumbuhan – kematian

Dimana : F : laju alir suplai medium (1.h-1)


V : konstanta volume reaktor yang bekerja (1)
X0 : konsentrasi sel dalam medium suplai (g.1-1)
X : konsentrasi sel dalam reaktor
µ : laju petumbuhan spesifik
α : laju kematian spesifik

Gambar 4. Kultur Mikroba dalam Kemostat


Dengan kemostat single-stage, suplai medium biasanya bersifat steril (dengan asumsi
tanpa penggunaan kembali sel sebelumnya) dan µ > α, sehingga persamaannya dapat
disederhanakan menjadi:
Dimana F/V diistalahkan sebagai laju dilusi, D, yang merupakan jumlah volume kultur
yang melewati reaktor setiap jam, sehingga persamaannya dapat ditulis ulang sebagai
berikut:
Selama pertumbuhan steady state, dX / dt = 0, maka μ = D.
2. Hubungan Antara Konsentrasi Substrat dan Laju Pertumbuhan
Ketika medium segar, yang mengandung glukosa sebagai sumber karbon sekaligus
sebagai sumber energi dan dengan semua nutrien yang terkandung di dalamnya,
diinokulasikan, siklus pertumbuhan kembali berjalan.
Hubungan antara laju pertumbuhan spesifik (μ) dan konsentrasi substrat (S) dapat
digambarkan dengan kurva (Gambar 4) yang mirip demgam yang penggambaran kinetika
enzim model Michaelis-Menten. Monod mengajukan suatu aturan yang dikenal sebagai
rumus Monod, untuk menggambarkan kurva tersebut.

Dimana : μmax : kecepatan pertumbuhan pada keadaan nutrien berlebihan


S : kadar residu substrat pembatas
Ks : kadar substrat pada saat μ = ½ μmax = konstanta satursi

Gambar 5. Hubungan Konsentrasi Substrat dengan Laju Pertumbuhan


Persamaan monod dapat dibuat persamaan garis lurusnya dengan pembalikan :

Perpotongan antara 1/µ dengan 1/S menghasilkan garis lurus dengan slope Ks/µm,
menangkap titik absis dari -1/Ks dan ordinat µm (Gambar 5).
3. Hubungan antara kecepatan pertumbuhan dan kecepatan penghasilan produk dengan
kecepatan penggunaan substrat
Biomassa (Yx/s) dan hasil produk (Yp/s) merupakan parameter yang penting selama
keduanya menunjukkan efesiensi penggunaan substrat dalam biomassa dan produk.
Keduanya ditetapkan sebagai berat biomassa dan berat produk yang dibentuk per unit dari
substrat yang digunakan. dan

Dimana: Yx : berat biomassa sel


Yp : berat produk
dX/dt : kecepatan Pertumbuhan
dP/dt : kecepatan penghasilan produk
dS/dt : kecepatan Penggunaan substrat
Jika μ = D → dX/dt = 0 (D< Dc) Dc: D critical Dc = (μmaks x So)/(Ks + S0)

Gambar 6. Perpotongan Double Reciprocal antara 1/μ dan [1/S].


2.4 Teknik mengukur pertumbuhan populasi mikroba
a. Berdasarkan Jumlah Sel
1. Metode langsung secara mikroskopis (Total count)
Dengan membuat preparat dari suatu bahan dan penggunaan ruang hitung
(counting chamber). Enumerasi mikroba dapat dilakukan secara langsung yaitu
dengan menghitung jumlahnya tanpa ditumbuhkan terlebih dahulu dalam suatu
medium, dalam teknik ini semua sel mikroba baik yang hidup maupun yang mati
akan terhitung. Untuk melakukan renumerasi mikroba dalam suatu bahan seringkali
diperlukan pengenceran bertingkat.
a) Breed slide method
Tidak dibedakan sel yang hidup dan sel mati. Penghitungan dilakukan secara
langsung pada setiap bidang pandang mikroskop. Sampel berupa cairan disebar
(kira-kira 0,01 mL) pada microscope slide. Setelah dilakukan pewarnaan kemudian
dilakukan penghitungan pada setiap bidang pandang mikroskop.
Gambar 8. Penghitungan melalui Breed Slide Method
b) Petroff-Hauser chamber atau Haemositometer
Dilakukan dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat
kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer.
Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume
tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu.
Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di
tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang
dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel
bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui.

Gambar 9. Petroff-Hauser chamber dan Haemositometer


2. Metode tidak langsung (viable count)
Teknik ini diawali dengan pengenceran sampel secara seri, dengan kelipatan
1:10. Masing-masing suspensi pengenceran ditanam dengan metode tuang (pour
plate) atau sebar (spread plate). Bakteri akan bereproduksi pada medium agar dan
membentuk koloni setelah 18-24 jam inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni
dalam cawan petri dapat digunakan alat ’colony counter’ yang biasanya dilengkapi
dengan pencatat elektronik.
a). Spread plate method
Metode penghitungan mikrobia pada medium padat. Dalam metode spread plate
ini, volume kultur yang disebar tidak lebih dari 0,1 ml pada agar plate dan diratakan
menggunakan alat yang disebut glass spreader. Kemudian plate diinkubasi sampai
terlihat koloni sehingga jumlah koloni mikrobia dapat dihitung.
Gambar 10. Metode spread plate
b). Pour plate method
Metode pour plate adalah metode agar cair yang digunakan untuk inokulasi
dalam petri dish. Volume kultur yang biasa digunakan 0,1-1,0 ml. Kultur mikrobia
dimasukkan ke dalam petri dish menggunakan pipet steril, kemudian medium agar
yang telah dilelehkan (± 45 oC dituangkan ke dalam petri dish yang telah berisi
kultur mikrobia. Selanjutnya dilakukan pemutaran petri dish agar kultur mikrobia
dan medium agar bercampur dengan rata. Koloni mikrobia akan tumbuh dan
tertanam di dalam medium, baik di permukaan atas maupun di bawah. Sehingga
metode pour plate ini cocok untuk menumbuhkan mikrobia anaerob.

Gambar 11. Metode Pour Plate Method


2.5 Faktor-faktor yanng Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
1. Suhu
Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50C sampai 800C, tetapi
bagaimanapun juga setiap species mempunyai rentang suhu yang pendek yang
ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas. Derajad Keasaman (pH)
2. Pengaruh pH
Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4 – 9 dengan pH optimum 6,5 – 7,5.
3. Kebutuhan Oksigen
Oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak
memerlukan oksigen bahkan oksigen merupakan racun bagi pertumbuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikroorganisme merupakan jasad renik yang ada di mana-mana. Baik di tanah, air,
maupun udara. Mikroorganisme juga hidup di dalam tubuh kita. Yang mana dapat
membantu metabolisme dan memperlancar pencernaan dalam tubuh kita. Namun ada juga
yang tidak berguna dalam tubuh kita atau mengganggu akan kinerja dalam tubuh kita.
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu mikroba.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran
zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya .
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu suhu,
derajat keasaman, kebutuhannya atas oksigen. Fase pertumbuhan mikroba bisa dibagi
menjadi empat macam yaitu fase lag/adaptasi, fase log/pertumbuhan eksponensial, fase
stasioner, dan berakhir di fase kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdiyati, Yanti.2014. Pertumbuhan dan Pengendalian Mikroorganisme II.
http://file.upi.edu.

Kusnadi. 2014. BAB IV Pertumbuhan Bakteri. http://file.upi.edu.

Winarsih,S. Dkk. 2011. Reproduksi dan Pertumbuhan Mikroorganisme. http://staff.unila.ac.id.

Yuliani, Eka, 2013. Medium Pertumbuhan Mikroorganisme”.


http://switianiekayuliani.blogspot.com/2013/03/medium-pertumbuhan.html

Anda mungkin juga menyukai