Anda di halaman 1dari 22

PERATURAN KEPEGAWAIAN RUMAH SAKIT CHEVANI

PENDAHULUAN

Rumah Sakit Chevani Tebing Tinggi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, memperkerjakan pegawai-pegawai untuk mencapai visi dan missi yang sudah
ditetapkan.

Agar operasional rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan lancar, telah ditetapkan Peraturan
Rumah Sakit yang merupakan pedoman seluruh peraturan yang berlaku di rumah sakit.

Salah satu dari Peraturan Rumah Sakit ini adalah Peraturan Kepegawaian yang bertujuan:

1. Menjelaskan dan menegaskan kepastian hak dan kewajiban pegawai dalam


melaksanakan pekerjaannya.
2. Menetapkan syarat-syarat kerja bagi para pegawai.
3. Membina dan mengembangkan kemampuan serta ketrampilan pegawai dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehingga dapat meningkatkan kinerja rumah sakit yang
pada akhirnya juga akan meningkatkan kesejahteraan pegawai.

BAB I
UMU
M

PASAL 1
Istilah-istilah

Dalam Peraturan Kepegawaian ini , yang dimaksud dengan,

1. Rumah Sakit : Rumah Sakit Chevani Tebing Tinggi


2. Pegawai : Seseorang yang telah menandatangani Perjanjian Kerja dengan Rumah Sakit
sebagaimana ditetapkan dalam Bab II
3. Istri : Satu orang istri yang sah menurut undang-undang dan telah didaftarkan
pada Rumah Sakit. Apabila istri yang telah terdaftar teersebut meninggal dunia atau
bercerai secara sah menurut undang-undang, maka istri berikutnya yang sah menurut
undang-undang dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit, dianggap sebagai istri.
4. Suami : Suami yang sah menurut undang-undang dan telah didaftarakan pada
Rumah Sakit.
5. Anak : Anak atau anak-anak yang sah menurut undang-undang yang berlaku
sebagai anak pegawai sendiri, telah didaftarkan pada Rumah Sakit, berumur di bawah 18
(delapan belas) tahun dan berpenghasilan sendiri, belum
pernah menikah dan masih menjadi tanggungan pegawai. Umur 18 tahun tersebut diatas
dapat diperpanjang menjadi 25 (dua puluh lima) tahun apabila anak pegawai yang
bersangkutan masih mengikuti pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi.
6. Keluarga : Istri/suami dan anak
7. Saudara Kandung : Saudara seayah dan seibu yang sah menurut undang- undang
dan telah didaftarkan oleh pegawai tersebut pada Rumah Sakit.
8. Orang Tua : Ayah dan atau Ibu kandung pegawai yang sah menurut
undang-undang dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit.
9. Mertua : Ayah dan atau Ibu kandung istri atau suami
pegawai dan telah didaftarkan pada Rumah Sakit.
10. Tempat Kerja : Tempat dimana pegawai ditempatkan/ ditugaskan oleh Rumah
Sakit.
11. Lingkungan Kerja : Ruangan atau lapangan milik Rumah Sakit
12. Lokasi Kerja : Jl. Prof. H.M. Yamin No. 17 Tebing Tinggi Provinsi
Sumatera Utara.
13. Lingkungan Rumah Sakit : Kawasan yang meliputi lokasi kerja Rumah Sakit.

Pasal 2

Ruang Lingkup

Peraturan Kepegawaian ini berlaku untuk seluruh pegawai.


BAB II

HUBUNGAN KERJA

Pasal 3

Penerimaan Pegawai

Rumah Sakit menetapkan peraturan dan prosedur mengenai penerimaan pegawai, perjanjian
kerja, masa percobaan dan pengangkatan pegawai tetap, sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.

a. Pemberitahuan penerimaan pegawai dilakukan melalui pemasangan baliho atau spanduk,


pemasangan iklan di media massa seperti radio, surat kabar, televisi dan internet.
b. Calon pegawai wajib mengikuti tahapan proses seleksi dan penerimaan pegawai dengan
memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan Rumah Sakit, namun tidak terbatas pada:
1. Persyaratan Umum:
a. Usia paling rendah 19 tahun, maksimum 35 tahun
b. Penerimaan pegawai berumur di atas 35 tahun kerena keahliaanya dibutuhkan
dapat dilaksanakan atas pertimbangan Rumah Sakit
2. Persyaratan adminitrasi/ kelengkapan surat-surat:
a. Surat lamaran
b. Daftar Riwayat Hidup (Curiculum Vitae)
c. Fotokopi ijazah terakhir
d. Pasfoto terbaru
e. Daftar riwayat pekerjaan (bagi yang sudah berpengalaman)
f. Fotokopi sertifikat pelatihan (bila ada)
3. Tes tertulis
4. Tes wawancara
5. Tes praktek

Pasal 4

Masa Percobaan dan Pelatihan

Setiap calon pegawai yang dinyatakan lulus seleksi dan memenuhi persyaratan untuk diterima
wajib mengikuti masa percobaan dan pelatihan yang diselenggarakan Rumah Sakit selama 3
(tiga) bulan.
Pasal 5

Pengangkatan dan Penempatan Pegawai

a. Rumah Sakit mengangkat pegawai tetap dan calon pegawai yang memenuhi
persyaratan dan ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit.
b. Sebelum diangkat menjadi pegawai tetap, dalam masa percobaan calon pegawai harus
menjalani penilaian kinerja oleh Rumah Sakit.
c. Setiap pegawai bersedia dan sanggup ditempatkan di bidang tugas yang sesuai dengan
kompetensinya menurut kebutuhan operasional Rumah Sakit.

Pasal 6

Jam Kerja

Masa kerja seorang pegawai dihitung sejak tanggal pegawai yang bersangkutan menandatangani
Perjanjian Kerja.

Pasal 7 Data-

data Pribadi

Pegawai harus menggerakkan data-data pribadi yang diperlukan kepada Rumah Sakit pada saat
mulai berkerja, setiap kali ada pembaharuan atau setiap saat diminta oleh Rumah Sakit.

Pasal 8 Jabatan

dan Golongan

1. Rumah Sakit mengatur tentang jabatan dan golongan pegawai.


2. Kenaikan jabatan
Kenaikan jabatan-golongan pegawai adalah berdasarkan penilaian terhadap kemampuan,
sikap dan prestasi pegawai dalam menjalankan tugasnya dengan mempertimbangkan
kemampuan untuk melakukan pekerjaan pada jabatan- golongan yang lebih tinggi, masa
kerja pada jabatan-golongan, tidak adanya tindakan disiplin yang dikenakan selama masa
penilaian.
3. Penurunan jabatan-golongan
Jabatan-golongan seorang pegawai dapat diturunkan apabila pegawai yang bersangkutan
telah melakukan tindakan tercela yang dikenakan tindakan disiplin.
4. Pencabutan jabatan
Pencabutan jabatan seorang pegawai dapat dilakukan dengan pertimbangan:
1. Jabatan tersebut tidak diperlukan lagi
2. Pegawai yang bersangkutan dinilai tidak mampu.

BAB III

Hari Kerja dan Jam Kerja

Pasal 9

Jam-jam Kerja dan Istirahat

1. Rumah Sakit menetapkan hari kerja, jam kerja dan istirahat sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi masing-masing tempat kerja sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku:
a. Jumlah jam kerja adalah 8 (delapan) jam per hari dengan 40 (empat puluh) jam
dalam seminggu.
b. Selama jam kerja diberikan waktu istirahat 1 jam untuk keperluan makan,
minum, beribadah, dan lainnya, jam istirahat ini tidak termasuk jam kerja.
c. Pekerjaan shift (kerja gilir):
 Pagi : Jam 08.00 s/d 14.00 WIB
 Siang : Jam 14.00 s/d 21.00 WIB
 Malam : Jam 21.00 s/d 08.00 WIB
Waktu kerja tersebut di atas dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan
kebutuhan Rumah Sakit.

d. Pekerjaan non shift


Waktu kerja kantor untuk pegawai medis dan non medis:
 Senin s/d Jumat : 08.00 s/d 16.00 WIB
 Sabtu : 08.00 s/d 13.00 WIB
2. Pegawai harus melaporkan diri atau mengisi daftar hadir baik sebelum dan sesudah jam
kerja dan harus berada di tepat kerja selama jam kerja ataupun jam kerja lembur.

Pasal 10

Kerja Lembur

1. Pada dasarnya kerja lembur adalah bersifat sukarela dan insidentil, kecuali:
a. Dalam hal-hal force majeure atau darurat seperti kebakaran, peledakan, banjir, dan
sebagainya dan apabila ada pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak
segera diselesaikan akan membahayakan kesehatan, keselamatan dan lingkungan.
b. Dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak dikerjakan akan
menimbulkan kerugian yang besar bagi Rumah Sakit.
c. Dalam hal pegawai kerja gilir harus terus bekerja karena penggantinya tidak/belum
datang.
d. Apabila sesuatu pekerjaan harus diselesaikan segera dan atau pekerjaan yang
telah dijadwalkan sebelumnya.
2. Dengan memperhatikan sifat dari kerja lembur seperti ayat 1 diatas setiap pegawai terus
berusaha melaksanakan tugasnya secara efektif serta menghindari pekerjaan lembur
yang tidak diperlukan.
3. Prosedur mengenai kerja lembur ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Pasal 11

Datang Terlambat atau Meninggalkan Pekerjaan pada Jam Kerja

Setiap pegawai yang bermaksud datang terlambat atau meninggalkan pekerjaan lebih awal atau
meninggalkan pekerjaan di tengah jam kerja, harus memberitahukan alasan- alasannya terlebih
dahulu untuk mendapat persetujuan/izin sebelumnya dari Rumah Sakit.

Pasal 12 Absen

karena Sakit

Pegawai yang absen karena sakit atau sakit akibat kecelakaan kerja harus melapor kepada
Rumah Sakit secepatnya atau paling lambat pada hari berikutnya. Apabila pegawai absen karena
sakit, pegawai yang bersangkutan harus menyerahkan surat keterangan dokter kepada Rumah
Sakit.

Pasal 13

Mangkir

Dalam hal pegawai tidak hadir pada hari-hari kerjanya tanpa persetujuan/izin dari Rumah Sakit,
dengan sendirinya dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayarkan pada hari tersebut.
Pasal 14

Absen dengan Izin

Dalam hal pegawai tidak hadir di tempat kerja pada jam kerjanya karena keadaan darurat atau
kondisi-kondisi yang sangat memaksa dan tidak mempunyai cuti lagi, maka kepada pegawai
tersebut dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan tanpa upah.

Pasal 15

Hari-hari libur

Pada dasarnya hari-hari libur untuk pegawai diatur sebagai berikut:

1. Hari minggu atau hari istirahat bagi pegawai kerja gilir yang ditetapkan oleh
Rumah Sakit
2. Hari-hari libur nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
3. Hari libur yang ditetapkan Rumah Sakit.

Pasal 16

Perjalanan Dinas

1. Perjalanan dinas adalah perjalanan keluar lokasi kerja yang dilakukan oleh pegawai atas
perintah atau persetujuan Rumah Sakit.
2. Prosedur, biaya dan laporan pertanggungjawaban perjalanan dinas diatur dalam petunjuk
pelaksanaan.
BAB IV

TATA TERTIB KERJA

PASAL 17

Perauturan Umum/ Tata Tertib Dalam Bekerja

1. Berpenampilan baik dengan berpakaian sopan dan rapi serta menggunakan pakaian
seragam dan tanda pengenal pada hari-hari yang telah ditentukan
2. Berperilaku dan bertindak sebaik-baiknya dalam melaksanakan pekerjaan
3. Disiplin menjalankan pekerjaan rutin maupun tugas lainnya yang diperintahkan atasan.
4. Berkerja sungguh-sungguh dengan mencurahkan segenap perhatian, pikiran dan tenaga
kepada pekerjaan yang sedang dilaksanakan
5. Mengutamakan kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan petunjuk kerja.
6. Patuh kepada aturan dan berdedikasi kepada Rumah Sakit
7. Menjaga dan memelihara alat-alat kerja dan fasilitas milik Rumah Sakit dan
berusaha agar senantiasa dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
8. Tanggap terhadap hal-hal yang kurang wajar, kekeliruan ataupun kesalahan yang terjadi
pada saat bekerja.
9. Wajib memelihara lingkungan kerja agar selalu bersih dan teratur
10. Tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan Rumah Sakit baik
materil, financial maupun nama baik.
11. Wajib melaporkan hal-hal yang berpotensi merugikan Rumah Sakit.
12. Wajib menjaga hal-hal yang merupakan rahasia Rumah Sakit.
13. Memarkirkan kenderaan di tempat khusus yang ditunjuk Rumah Sakit.
14. Mempergunakan barang-barang milik Rumah Sakit hanya untuk kepentingan Rumah
Sakit dan dilarang memindahkan barang-barang apapun yang menjadi milik Rumah Sakit
dari tempat kerja pegawai yang bersangkutan atau dari lingkungan kerja tanpa izin
sebelumnya dari Rumah Sakit.
15. Mempertanggungjawabkan segala kerugian dan atau kerusakan pada barang- barang
milik Rumah Sakit yang diakibatkan oleh pelanggaran tata tertib dan ketentuan Rumah
Sakit. Jika dianggap perlu Rumah Sakit dapat menuntut pertanggungjawaban pegawai
melalui pengadilan.
Pasal 18

Tindakan atas Pelanggaran Tata Tertib Kerja.

Untuk setiap pegawai yang termasuk dalam kategori yang disebutkan di bawah ini
dikarenakan tindakan disiplin atas pelanggaran tata tertib kerja. Jenis tindakan disiplin
tersebut adalah sebagi berikut:

1. Surat Teguran
2. Surat Peringatan Biasa
3. Surat Peringatan Terakhir
4. Pembebasan Tugas (Skorsing)
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Ketentuan-ketentuan terhdap disiplin ini berlaku bagi seluruh pegawai.

1. Surat Teguran
a. Melanggar peraturan-peraturan umum/tata tertib yang tertera dalam pasal 17 di atas
b. Datang terlambat di tempat kerja, meninggalkan kerja selama jam kerja atau
sebelum waktunya tanpa melalui prosedur yang ditetapkan Rumah Sakit.
c. Tidak menandatangani/ mengisi daftar hadir pada waktu masuk atau
meninggalkan tempat kerja.
d. Tidak hadir selama 1 (satu) hari kerja tanpa persetujuan dari Rumah Sakit.
e. Dengan sengaja mengurangi efisiensi kerja misalnya memperlambat
pekerjaan atau mengganggu pekerjaan pegawai lain
f. Menghasut pegawai lain untuk melakukan hal tersebut diatas
g. Lalai menyerahkan data-data pribadi atau perubahannya setiap kali ada penambahan
atau setiap saat diminta oleh Rumah Sakit
h. Tindakan-tindakan atas pelanggaran-pelanggaran lain yang dianggap
termasuk dalam kategori tersebut di atas.
Setiap surat teguran berlaku untuk 6 (enam) bulan.

2. Surat Peringatan Biasa


1) Menunjukkan ketidakmampuannya dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan
oleh Rumah Sakit kepadanya walaupun telah diberikan kesempatan beberapa kali untuk
tugas bidang yang sama atau tugas bidang yang lain.
2) Tidur pada waktu jam kerja.
3) Merokok ditempat yang terlarang di dalam lingkungan Rumah Sakit.
4) Berjudi di dalam lingkungan Rumah Sakit.
5) Bertingkah laku yang dianggap dapat merusak nama baik Rumah Sakit atau pegawai lain.
6) Mengadakan rapat atau memasang gambar-gambar / poster-poster dan slogan di
lingkungan Rumah Sakit tanpa izin Rumah Sakit.
7) Tidak hadir selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut tanpa persetujuan Rumah Sakit.
8) Lalai atau ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan petunjuk kerja yang
diberikan oleh Rumah Sakit atau mengabaikan peraturan-peraturan mengenai
keselamatan, kesehatan kerja dan sanitasi yang ditentukan oleh Rumah Sakit.
9) Tidak melaporkan kepada Rumah Sakit kecelakaan kerja yang terjadi atas dirinya baik
yang berakibat cidera ringan maupun berat atau yang berakhir rusaknya alat / perabotan
milik Rumah Sakit.
10) Menghasut atau mengajak pegawai lain untuk ikut melakukan tindakan-tindakan yang
disebutkan diatas.
11) Tindakan-tindakan atau pelanggaran yang dianggap termasuk dalam kategori tersebut
diatas.
Setiap surat peringatan biasa berlaku untuk 1 (satu) tahun.
3. Surat Peringatan Terakhir
1) Menolak untuk melaksanakan perintah Rumah Sakit tanpa alasan yang dapat diterima
walaupun telah diperingatkan sebelumnya.
2) Mengabaikan kewajiban yang ditugaskan Rumah Sakit kepadanya.
3) Tidak hadir 3 (tiga) hari kerja berturut-turut atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) hari
kerja tanpa persetujuan dari Rumah Sakit.
4) Memaksa dengan kekerasan atau menghasut pegawai lain untuk mengundurkan diri dari
Rumah Sakit.
5) Menyalah gunakan wewenang atau kepercayaan yang diberikan Rumah Sakit dengan
menerima gratifikasi dalam bentuk uang, barang, jasa atau keuntungan lainnya.
6) Tindakan-tindakan atau pelanggaran lain yang dianggap termasuk dalam kategori
tersebut diatas.
Surat Peringatan Terakhir ini berlaku untuk 1,5 (satu setengah) tahun.

4. Pembebasan Tugas (skorsing)


1) Rumah Sakit dapat mengenakan tindakan pembebasan tugas (skorsing) maksimal 1 (satu)
bulan bagi pegawai sebagai sanksi tambahan atas pelanggaran disiplin yang dilakukan.
2) Pembebasan tugas (skorsing) berkenaan dengan proses PHK dan yang terkait dengan hal
tersebut dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
5. Pemutusan Hubungan Kerja
1) Setiap pegawai yang mendapat peringatan sebelumnya akan dilakukan pemutusan
hubungan kerjanya dalam hal:
a. Pegawai yang telah menerima 3 (tiga) kali surat teguran atau 2 (dua) kali surat teguran
dan 1 (satu) kali surat peringatan biasa, melakukan kesalahan lagi yang termasuk
dalam salah satu kategori tersebut dalam pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 diatas, selama surat
teguran pertama dan atau surat peringatan biasa masih berlaku.
b. Pegawai yang telah menerima surat peringatan biasa kedua melakukan kesalahan lagi
yang termasuk dalam salah satu kategori tersebut dalam pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 diatas,
sementara surat peringatan biasa pertama yang diberikan kepadanya masih berlaku.
c. Pegawai yang telah menerima surat peringatan terakhir melakukan kesalahan lagi dan
kesalahan itu termasuk salah satu kategori tersebut dalam pasal ayat 1, 2 dan 3 diatas,
sementara surat peringatan terakhir yang diberikan kepadanya masih berlaku.
2) Jika pegawai melakukan kesalahan berat seperti tersebut dibawah ini, rumah sakit akan
melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa surat teguran, surat peringatan biasa atau
surat peringatan terakhir terlebih dahulu:
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dana tau uang milik
rumah sakit.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan rumah sakit.
c. Mabuk, minum-minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di lingkungan kerja.
d. Melakukan perjudian di lingkungan kerja atau perbuatan asusila di lingkungan rumah
sakit.
e. Melakukan perbuatan asusila dengan sesama pegawai atau dengan keluarga pegawai.
f. Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman kerja atau pemilik
rumah sakit di lingkungan kerja.
g. Membujuk teman sekerja atau pemilik rumah sakit untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
h. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik rumah sakit yang menimbulkan kerugian bagi rumah sakit.
i. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pemilik rumah sakit
dalam keadaan bahaya di tempat kerja.
j. Membongkar atau membocorkan rahasia rumah sakit kecuali untuk
kepentingan negara.
k. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan rumah sakit yang diancam pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih.
Bab V
Renumerasi

Pasal 19
Penggajian

1. Gaji yang diberikan kepada pegawai terdiri dari gaji pokok, tunjangan-tunjangan dan upah
lembur apabila ada.
2. Penetapan sistem penggajian dilaksanakan oleh rumah sakit yang mengacu kepada
keseimbangan jabatan, golongan, tugas dan jenis kerja.
3. Gaji dibayarkan setiap awal bulan.

Pasal 20
Gaji Pokok

1. Gaji pokok pegawai ditetapkan rumah sakit setiap tahun dengan berpedoman pada table gaji
pokok standar yang disusun menurut jabatan, golongan, masa kerja, dan masa jadi jabatan-
golongan.

Pasal 21
Tunjangan-tunjangan

1. Besar tunjangan yang diterima pegawai ditetapkan oleh rumah sakit. Jenis-jenis
tunjangan:
1) Tunjangan jabatan structural:
a. Direktur
b. Kepala Bidang / Kepala Bagian
c. Kepala Seksi / Kepala Sub Bagian
d. Kepala Ruangan
e. Penanggung Jawab Unit Kerja
2) Tunjangan khusus yaitu tunjangan makan.
3) Tunjangan hari raya keagamaan
Setiap pegawai akan menerima tunjangan hari raya keagamaan yang pemberiannya
dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari raya keagamaan dirayakan
dengan ketentuan:
a. Bagi pegawai yang beragama Islam diberikan pada hari raya Idul Fitri
b. Bagi pegawai yang beragama Kristen Katolik dan Protestan diberikan pada hari
raya Natal
c. Bagi pegawai yang beragama Budha diberikan pada hari raya Waisak
d. Bagi pegawai yang beragama Hindu diberikan pada hari raya Nyepi

Pasal 22
Kenaikan Gaji Pokok dan Tunjangan

1. Pada prinsipnya, kenaikan gaji pokok dan tunjangan-tunjangan ditetapkan oleh Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan:
1) Gaji Pokok
a. Masa kerja dan masa jadi jabatan-golongan.
b. Penyesuaian terhadap laju inflasi tahunan yang ditetapkan pemerintah.
2) Tunjangan-tunjangan
a. Hasil penilaian yang dilakukan Rumah Sakit terhadap kemajuan, sikap, dan
prestasi kerja pegawai.
b. Kondisi dan kemampuan keuangan Rumah Sakit.
2. Rumah Sakit tidak memberikan kenaikan gaji pokok dan tunjangan kepada pegawai dalam
hal-hal yang sangat memaksa seperti:
1) Keadaan keuangan Rumah Sakit yang menurun.
2) Adanya alasan lain yang tidak memungkinkan Rumah Sakit untuk dapat menaikkan
gaji pokok dan atau tunjangan-tunjangan.

Pasal 23 Upah
Lembur

1. Upah lembur diberikan kepada pegawai yang bekerja lembur seperti yang disebutkan dalam
pasal 10, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pegawai yang bekerja melebihi 8 (delapan) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu
pada jam kerja biasa atau pada hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah atau bekerja pada
hari istirahat mingguan, diberi upah lembur dengan tetap memperhatikan waktu kerja dan
waktu istirahat berdasarkan keputusan Rumah Sakit.
Bab VI
Pembebasan Dari Kewajiban Untuk Bekerja

Pasal 24
Pembebasan dengan upah dibayar penuh

Berdasarkan persetujuan Rumah Sakit, pegawai dapat dibebaskan dari kewajiban untuk bekerja
dengan upah dibayar penuh sebagai berikut:
1. Cuti Tahunan
1) Yang dimaksud dengan tahun pada cuti tahunan adalah tahun takwim (tahun kalender)
2) Pegawai yang telah bekerja 12 (dua belas) bulan terus menerus berhak memperoleh cuti
tahunan sejumlah 12 (dua belas) hari kerja.
3) Pegawai harus bekerja sedikitnya 6 (enam) bulan berturut-turut dalam 1 (satu) tahun
takwim sebelum yang bersangkutan dapat mengambil hak cutinya.
4) Pegawai dengan masa kerja 1 (satu) bulan sampai 3 (tiga) bulan tidak mendapat cuti.
5) Pegawai dengan masa kerja 3 (tiga) bulan sampai 12 (dua belas) bulan dapat mengambil
cuti sejumlah 6 (enam) hari kerja.
6) Cuti tahunan berlaku sampai dengan akhir bulan desember pada tahun berikutnya. Bila
cuti tidak diambil dalam tempo tersebut, maka cuti akan terhapus dengan sendirinya
sepanjang tidak ditentukan lain.
7) Bagi pegawai yang masa kerjanya sudah mencapai 5 (lima) tahun dan atau setiap
kelipatannya maka akan diberikan cuti besar yang pelaksanaannya sesuai dengan
ketentuan Rumah Sakit.
2. Haid
Pegawai wanita tidak diwajibkan bekerja pada hari pertama, kedua masa haidnya sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Pegawai wanita melahirkan
Dalam hal pegawai wanita yang bersuami melahirkan atau mengalami keguguran, kepadanya
diberikan cuti khusus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
4. Istri pegawai melahirkan
Dalam hal istri pegawai melahirkan, cuti khusus diberikan kepada pegawai yang bersangkutan
selama 2 (dua) hari kerja.
5. Pernikahan pegawai
Dalam hal pegawai menikah, kepadanya diberikan cuti khusus selama 3 (tiga) hari kerja
berturut-turut.
6. Pernikahan anak pegawai
Dalam hal anak pegawai menikah, pegawai yang bersangkutan diberikan cuti khusus selama 2
(dua) hari kerja berturut-turut.
7. Khitanan dan pembabtisan anak
Dalam hal khitanan atau pembabtisan anak, kepada pegawai diberikan cuti khusus selama 2
(dua) hari kerja.
8. Berkabung
1) Dalam hal meninggalnya istri/suami/anak/orang tua/mertua dari seorang pegawai,
kepadanya diberikan cuti khusus selama 3 (tiga) hari kerja.
2) Dalam hal meninggalnya saudara kandung/saudara yang serumah, kepada pegawai yang
bersangkutan diberikan cuti khusus selama 2 (dua) hari kerja
9. Bencana alam
Dalam hal pegawai mengalami bencana alam, kepadanya diberikan cuti khusus selama 2
(dua) hari kerja.
10. Menunaikan ibadah agama
1) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 8 tahun 1981 Pasal 6 Ayat 4, seorang pegawai
yang bermaksud menunaikan ibadah agama dapat mengambil hak cuti yang diperlukan
untuk menunaikan ibadah agama sesuai dengan ketentuan pemerintah.
2) Cuti tersebut diatas hanya dapat diberikan 1 (satu) kali selama masa kerja di Rumah
Sakit.
3) Untuk keperluan tersebut pegawai yang bersangkutan harus mengajukan permohonan
tertulis sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya.

Pasal 25
Izin Meninggalkan Pekerjaan

1. Dengan mempertimbangkan kelancaran pekerjaan, Rumah Sakit memberikan kesempatan dan


waktu secukupnya dengan upah dibayar penuh kepada pegawai untuk melaksanakan hak
pilihnya pada waktu pemilihan umum.
2. Dengan mempertimbangkan kelancaran pekerjaan, Rumah Sakit memberikan izin
meninggalkan pekerjaan dengan upah dibayar penuh kepada pegawai yang terpilih untuk
mewakili Rumah Sakit mengikuti kegiatan-kegiatan yang ditentukan Rumah Sakit.
3. Dalam hal pegawai diwajibkan memenuhi panggilan dari instansi-instansi pemerintah pada
hari/jam kerja, dan panggilan itu bukan untuk kepentingannya dan atau kesalahannya, Rumah
Sakit mempertimbangkan untuk memberikan izin meninggalkan pekerjaan dengan upah
dibayar penuh.

Pasal 26
Prosedur
Prosedur cuti dan izin meninggalkan pekerjaan dalam Bab ini diatur dalam petunjuk
pelaksanaan.

Bab VII
Pendidikan dan Pelatihan

Pasal 27
Umum

1. Untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan, sikap, mental dan motivasi kerja pegawai
sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit, maka Rumah Sakit memberi kesempatan bagi
pegawai untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
2. Setiap pegawai yang telah ditunjuk oleh Rumah Sakit untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan harus melaksanakannya, kecuali karena alasan-alasan yang dapat diterima Rumah
Sakit.

Pasal 28
Sistem Pendidikan dan Pelatihan

1. Jika Rumah Sakit membutuhkan, Rumah Sakit memberi kesempatan dan bantuan bagi
pegawai yang berprestasi untuk mendapatkan pendidikan.
2. Rumah Sakit menunjuk atau mempertimbangkan usul/permintaan pegawai untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan diluar Rumah Sakit.
3. Rumah Sakit mengirimkan pegawai untuk pelatihan yang bersifat alih teknologi didalam
maupun diluar lingkungan Rumah Sakit bagi pegawai tertentu sesuai dengan fungsi dan
jabatannya

Pasal 29
Biaya Pendidikan dan Pelatihan

1. Rumah Sakit menanggung biaya pendidikan dan atau pelatihan yang dianggap perlu sebagian
dimaksud pasal 28 diatas.
2. Prosedur yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan dan atau pelatihan tersebut diatas
diatur dalam petunjuk pelaksanaan.

Bab VIII
Penilaian Kinerja Pegawai
Pasal 30
Umum

1. Penilaian terhadap kinerja/performa pegawai berdasarkan standar kinerja yang disepakati


dalam satuan kerja awal tahun yang meliputi:
a) Standar kualitas : standar mutu pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai standar mutu
yang ditetapkan.
b) Standar kwantitas : nominal pekerjaan yang harus dihasilkan sesuai dengan standar
jumlah yang ditetapkan.
c) Standar waktu : penyelesaian pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan.
d) Kepatuhan : kepatuhan pegawai menjalankan standar prosedur operasional yang berlaku
di Rumah Sakit.
e) Konsekuensi : konsekuensi yang diterima dalam bentuk penghargaan atau sanksi
terhadap pegawai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Standar kinerja ditetapkan diawal periode penilaian yang merupakan acuan dari pengisian
form penilaian pencapaian satuan kerja individu sehingga memudahkan dalam proses
penilaian kinerja pegawai diakhir periode.
3. Penilaian prestasi kerja dilakukan oleh aturan langsung dengan memperhatikan prestasi kerja
pegawai yang bersangkutan secara objektif dengan mengikuti aturan / ketentuan yang berlaku.
4. Tata cara penilaian kinerja pegawai diatur lebih lanjut dalam ketentuan yang berlaku di
Rumah Sakit.

Pasal 31
Konsekuensi Penilaian Kinerja Pegawai

1. Pegawai yang mendapatkan hasil penilaian kinerja sesuai dengan atau melebihi target
komitmen kinerja pegawai yang telah ditentukan / disepakati, dapat diberi penghargaan sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Pegawai yang mendapatkan hasil penilaian kinerja lebih rendah atau tidak mencapai
/ tidak memenuhi target komitmen kinerja pegawai yang telah ditentukan, akan diberikan hal-
hal sebagai berikut :
a) Surat teguran dan konseling oleh atasan langsung
b) Apabila pegawai sudah mendapatkan surat teguran dan konseling tetapi hasil penilaian
kinerja pegawai masih lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target
komitmen kinerja baru atau berikutnya, maka pegawai tersebut diberi Surat Peringatan I
c) Pegawai yang telah mendapatkan Surat Peringatan I tetapi hasil penilaian kinerja pegawai
masih lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target komitmen kinerja baru
atau berikutnya, maka diberi Surat Peringatan II.
d) Demikian juga bagi pegawai yang telah mendapat Surat Peringatan II tetapi tidak
memenuhi target komitmen kinerja baru atau berikutnya, diberi Surat Peringatan III.
e) Pegawai yang sudah mendapatkan Surat Peringatan III (terakhir), tetapi hasil penilaian
kinerja pegawai masih tidak memenuhi target komitmen kerja baru atau berikutnya, maka
pegawai tersebut diminta untuk mengajukan surat pengunduran diri.

Pasal 32
Promosi

1. Rumah Sakit berwenang untuk memberikan promosi kepada pegawai terkait penilaian kinerja
pegawai yang sesuai atau melebihi target komitmen kinerja yang telah ditetapkan / disepakati.
2. Pemberian promosi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan.

Pasal 33
Mutasi dan Rotasi

1. Rumah Sakit berwenang melakukan mutasi dan atau rotasi kepada pegawai terkait pencapaian
kinerja pegawai dan kebutuhan Rumah Sakit.
2. Pelaksanaan mutasi dan rotasi dan rotasi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan.
Pasal 34
Demosi

1. Rumah Sakit berwenang untuk memberikan demosi kepada pegawai terkait hasil penilaian
kinerja yang lebih rendah atau tidak mencapai / tidak memenuhi target komitmen kinerja yang
telah ditentukan / disepakati, pelanggaran kode etik, tata tertib dan peraturan Rumah Sakit.
2. Bentuk demosi pegawai dapat berupa :
a) Penurunan jabatan / golongan.
b) Pemutusan hubungan kerja.
3. Pemberian demosi pegawai diatur dalam petunjuk pelaksanaan.

Pasal 35
Penghargaan
Setiap pegawai yang menurut penilaian Rumah Sakit termasuk salah satu kategori berikut ini
memperoleh penghargaan dari Rumah Sakit :
1. Pegawai yang membuat suatu penemuan atau perbaikan yang dianggap sangat berfaedah bagi
Rumah Sakit.
2. Pegawai yang telah memberikan jasa yang besar kepada Rumah Sakit maupun
masyarakat dana tau negara.
3. Pegawai yang telah menunjukkan kemampuan kerja yang tinggi sehingga dapat
dipandang sebagai teladan bagi pegawai lainnya.
4. Pegawai yang berdasarkan masa pengabdiannya telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Penentuan kriteria tentang arti penemuan atau perbaikan, jasa yang besar dan kemampuan kerja
yang tinggi serta penghargaan masa kerja, diatur dalam petunjuk pelaksanaan.

Bab IX
Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pegawai

Pasal 36 Jaminan
Sosial Pegawai

1. Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, Rumah Sakit berkewajiban untuk


mengikutsertakan seluruh pegawai dalam program BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan.
2. Pengurusan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan pegawai dapat dilakukan oleh Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan / prosedur BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 37
Makanan Cuma-Cuma dan Pangan Tambahan Khusus

1. Pada prinsipnya Rumah Sakit memberikan satu kali makan secara cuma-Cuma kepada
pegawai yang bekerja 7 (tujuh) jam berturut-turut dalam satu hari kerja.
2. Rumah Sakit memberikan pangan tambahan khusus kepada pegawai yang melakukan tugas
dari jam 00.00 sampai dengan jam 08.00 dan atau melakukan tugas / pekerjaan berat dana tau
melakukan pekerjaan khusus lainnya.
3. Kriteria atau jenis pekerjaan, dan atau jumlah dan jenis pangan tambahan khusus tersebut
ditentukan oleh Rumah Sakit.

Bab X Berakhirnya
Hubungan Kerja
Pasal 38
Umum

Hubungan kerja pegawai dengan Rumah Sakit berakhir apabila salah satu dari hal dibawah ini
terjadi :
1. Meninggal dunia
2. Mencapai batas umur pensiun
3. Sakit
4. Berakhirnya perjanjian kerja untuk waktu tertentu
5. Pengunduran diri secara sukarela
6. Pelanggaran aturan tata tertib kerja

Pasal 39
Meninggal Dunia

Dalam hal pegawai meninggal dunia, hubungan kerja akan putus dengan sendirinya sejak
tanggal meninggalnya pegawai yang bersangkutan.

Pasal 40 Batas
Umur Pensiun

Batas umur pensiun pegawai adalah 55 (lima puluh lima) tahun.

Pasal 41
Sakit

Dalam hal pegawai absen karena sakit lebih dari 12 (dua belas) bulan terus menerus dan
masih memerlukan perawatan secara medis tidak sanggup lagi melakukan pekerjaan di Rumah
Sakit, maka hubungan kerja disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 42
Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu

Hubungan kerja pegawai berdasarkan perjanjian kerja untuk waktu tertentu berakhir demi hukum
apabila telah mencapai waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja tersebut sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 43
Pengunduran Diri Secara Sukarela

1. Setiap pegawai yang mengundurkan diri secara sukarela harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Rumah Sakit selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
pengunduran diri.
2. Pegawai yang bersangkutan harus melanjutkan pekerjaannya dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari sampai diserahkan kepada penggantinya sehingga tidak mengganggu
kegiatan Rumah Sakit.
3. Hubungan kerja akan berakhir sejak tangal dikeluarkannya surat persetujuan dari Rumah
Sakit kepada pegawai yang bersangkutan.
4. Pegawai yang tidak hadir bekerja selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa izin
dari Rumah Sakit dan telah dipanggil oleh Rumah Sakit sebanyak 2 (dua) kali secara tertulis,
dapat dikualifikasikan sebagai pengunduran diri secara sukarela.

Pasal 44 Pelanggaran
Atas Tata Tertib Kerja

Dalam hal pegawai melakukan pelanggaran atas tata tertib kerja seperti yang tertuang pada pasal
18 ayat 5 dan setelah melalui proses yang ditentukan untuk itu, maka hubungan kerjanya akan
berakhir sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 45
Pemutusan Hubungan Kerja Dalam Masa Percobaan

1. Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan dapat dilakukan setiap saat atas permintaan
pegawai ataupun keputusan Rumah Sakit dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
2. Kepada pegawai tersebut diatas tidak diberikan pesangon atau uang jasa maupun uang
pengganti lainnya kecuali upah yang harus dibayar sampai hari terakhir bekerja.

Bab XI
Penutup

1. Jika ada hal-hal yang mengatur kepegawaian belum tercantum dalam peraturan kepegawaian
ini, maka pedoman yang dipakai adalah peraturan perundang- undangan yang berlaku.
2. Jika dalam peraturan kepegawaian ini ada pasal-pasal yang kurang atau bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, maka pasal-pasal tersebut
batal demi hokum dan yang diberlakukan adalah peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Peraturan kepegawaian ini berlaku sejak ditetapkan dengan surat keputusan direktur.

Ditetapkan di Tebing Tinggi


Pada tanggal: 01 Mei 2017
Direktur PT. Chevani Anugrah Sejahtera Direktur RS Chevani

dr. Nelson Situmorang, Sp.B drg. Khairi Lufti Sinaga, M.KKK

Anda mungkin juga menyukai