Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum ..

Alhamdulillahilladzi arsala rasulahu bilhuda wadinilhaq liyuzhirohu aladdini kulihi walaukarihal


musyrikuun. Asyhadu alla illaha illallah waasyhadu anna muhammadarrasulullah. Allahumma sholli ala
Muhammad waala alihi waashabihi wamang tabi’ahu ilaa yaumiddin amma ba’du.

Yaa ayyuhal hadirun uusikum waiyaya bitaqwaullah faqod faazal muttaquun.

Faqolallahu ta’ala fil qur’anil kariim , audzubillah himinassyaithannirrajiim.

ٍ ‫َونَ ْف‬
(7). ‫س َو َما َسوَّاهَا‬

َ ‫فََأ ْلهَ َمهَا فُج‬


(8). ‫ُورهَا َوتَ ْق َواهَا‬

(9). ‫قَ ْد َأ ْفلَ َح َم ْن َز َّكاهَا‬

َ ‫َوقَ ْد خ‬
(10). ‫َاب َم ْن َدسَّاهَا‬

Shodaqallahul adziim

Puji dan syukur marilah kita sama sama untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada allah, yang mana
dengan itulah satu satunya jalan untuk mencapai yang kita dambakan yaitu kebahagiaan dunia dan
akhirat ..

dalam mengisi ketakwaan kepada allah, mari kita bersama sama untuk membersihkan kotoran kotoran
atau keburukan keburukan yang berada pada diri kita. Sebagaimana firman allah yang tadi saya bacakan
pada surat as-syams ayat 7-10.

Wanafsiwwama sawwaha

Yang artinya dan jiwa manusia beserta dengan kesempurnaan penciptanya.

Jiwa yang dimaksud adalah jiwa manusia berdasar apa yang Allah sebutkan pada ayat selanjutnya. Ayat
ini dapat pula diterjemahkan dengan “Dan demi jiwa serta Zat yang menyempurnakan (penciptaan)
nya.” Penjelasan dengan 2 penerjemahan ini pun hampir mirip dengan penjelasan ayat kelima dan
keenam.

Al-‘Allamah al-Alusi rahimahullah berkata : “Yaitu : Allah menumbuhkan dan menciptakannya dalam


keadaan ia siap dengan kesempurnaannya. Hal itu berupa menyeimbangkan anggota tubuh dan
kekuatan zhahir maupun batinnya.” (Tafsir al-Alusi)

Dari yang tertera di 7 ayat ini, sangat jelas bahwa Allah Ta’ala bersumpah dengan 7 makhluk-Nya
beserta keadaannya. 7 makhluk tersebut, yaitu : matahari, bulan, siang, malam, langit, bumi dan jiwa
manusia.

Ayat kedelapan (artinya) : “Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepada jiwa tersebut (jalan) kefajiran
dan ketakwaan.”
Al-Imam ath-Thabari rahimahullah menyatakan bahwa Allah telah menjelaskan kepada jiwa manusia
apa yang selayaknya ia kerjakan atau tinggalkan dari kebaikan atau kejelekan, ketaatan atau
kemaksiatan. (Lihat Tafsir ath-Thabari)

Al-Hafizh al-Qurthubi rahimahullah berkata : “Dan dari Muhammad bin Ka’b, berkata : “Jika Allah ‘Azza
Wa Jalla menginginkan pada hamba-Nya kebaikan, maka Allah akan memberikan ilham kebaikan
baginya lalu mengamalkannya. Adapun jika Dia menginginkan pada hamba-Nya kejelekan, maka Dia
akan mengilhamkan padanya kejelekan lalu mengamalkannya.” (Tafsir al-Qurthubi)

Dari keterangan ini kita mengetahui bahwa keinginan Allah dan ilham itu terjadi sebelum seseorang
beramal. Sedangkan setelah beramal, Allah katakan melalui ayat berikut ini :

Ayat kesembilan (artinya) : “Telah beruntunglah orang yang telah menyucikan jiwanya.”

Ini adalah jawaban dari sumpah-sumpah sebelumnya. Ayat ini dapat diterjemahkan juga dengan “Telah
beruntunglah orang yang Dia (Allah) telah menyucikan jiwanya.” Hal ini berdasarkan firman Allah
(artinya) : “…sebenarnya Allah-lah yang menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi
sedikit pun.” (An-Nisa’ : 49)
Dapat pula penerjemahannya sebagaimana yang dicetak tebal di atas. Ini berdasarkan firman Allah
(artinya) : “Telah beruntunglah orang yang menyucikan dirinya. Dan ia menyebut nama Rabbnya lalu
mengerjakan shalat.” (Al A’la : 14-15)

Mengompromikan 2 terjemahan di atas merupakan suatu kemungkinan karena seseorang menyucikan


dirinya itu disebabkan keutamaan dari Allah. Ini sebagaimana firman Allah (artinya) : “Dan kalau bukan
karena keutamaan dan rahmat dari Allah atas kalian, niscaya tidak ada seorang pun dari kalian selama-
lamanya yang dapat menyucikan jiwanya.” (An-Nur : 21)

Menyucikan jiwa ini dapat berupa menyucikan jiwa dari kesyirikan dengan tauhid, kufur dengan iman,
kebid’ahan dengan sunnah Nabi dan kemaksiatan dengan ketakwaan. Kadar keberuntungan seorang
hamba itu sesuai dengan kadar penyucian terhadap jiwanya.

Ayat kesepuluh (artinya) : “Dan telah merugilah orang yang telah mengotori jiwanya.”

Ayat ini dapat diterjemahkan pula dengan “Dan merugilah orang yang Dia (Allah) telah mengotori
jiwanya.” Orang tersebut mengotori jiwanya dengan keadilan dari Allah dan Dia tidak menzalimi hamba-
Nya sedikit pun. Mengotori jiwa itu dapat berupa kesyirikan, kekufuran, kebid’ahan dan kemaksiatan.
Kadar kerugian seorang hamba itu sesuai dengan kadar ia mengotori jiwanya.

Mungin cukup sekian yg dapat disampaikan, semoga bermanfaat khususnya bagi saya umumnya bagi
kita semua, aamiin ..

Wasss

Anda mungkin juga menyukai