Anda di halaman 1dari 38

Bidang

Sains dan Teknologi


HALAMAN JUDUL

LAPORAN KARYA ILMIAH

Kertas Anti Rayap dari Ekstrak Limbah Tembakau


(Nicotiana tabacum) Hasil Konsumsi Rokok

Diajukan untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah


Madrasah Young Researcher Supercamp Tahun 2018

Nama : 1. Muhammad Rifda Kamil (9756)


2. Tsalis Rizka Mubarok (9769)
Pembimbing : Sri Indrawati, S.Pd, M.Pd.
Sekolah : MAN 2 KUDUS

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS
TAHUN 2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Sabtu

Tanggal : 25 Agustus 2018

Untuk diajukan dalam lomba Karya Tulis Ilmiah Madrasah Young Reasercher
Supercamp Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik
Indonesia.

Kudus, 25 Agustus 2018

Mengetahui Pembimbing

Kepala MAN 2 Kudus (Guru Mapel Kimia)

Drs.H. Shofi, M.Ag Sri Indrawati, S.Pd, M.Pd


NIP. 196407141992031004 NIP. 197305282005012003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Muhammad Rifda Kamil


NIS : 9756
Kelas : XII IPA 4
Sekolah : MAN 2 Kudus
2. Nama : Tsalis Rizka Mubarok
NIS : 9769
Kelas : XII IPA 4
Sekolah : MAN 2 Kudus

Menyatakan karya tulis ilmiah yang berjudul “Kertas Anti Rayap dari Ekstrak
Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum)Hasil Konsumsi Rokok” adalah betul-
betul hasil karya kami, bukan jiplakan, dan belum pernah diikutkan dalam lomba
sejenis, baik ditingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional

Kudus, 25 Agustus 2018

Yang membuat pernyataan

Muhammad Rifda Kamil Tsalis Rizka Mubarok

iii
ABSTRAK

Muhammad Rifda Kamil, Tsalis Rizka Mubarok. 2018. ”Kertas Anti Rayap
dari Ekstrak Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum) Hasil Konsumsi Rokok”.
XII IPA 4. MAN2 Kudus. Sri Indrawati, S.Pd., M.Pd.

Limbah puntung rokok merupakan salah satu penyebab pencemaran


lingkungan. Limbah puntung rokok masih menyisakan sedikit tembakau yang
mengandung nikotin yang merupakan senyawa alkaloid utama dalam daun
tembakau yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida alami di antaranya rayap.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui toksisitas dan sifat antimakan ekstrak
puntung rokok sebagai bahan pengendali rayap serta mengetahui tingkat
konsentrasi ekstrak puntung rokok yang efektif sebagai bahan pengendali rayap.
Metode yang digunakan yaitu melakukan ekstraksi tembakau limbah puntung
rokok dengan cara maserasi menggunakan etanol 96% selama 8 jam. Selanjutnya
ekstrak yang dihasilkan digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan pulp
kertas dengan konsentrasi 0%, 1%, 2%, 4% dan 8%. Hewan uji yang digunakan
sebanyak 15 ekor tiap perlakuan dengan pengulangan sebanyak 3 kali.
Pengamatan dilakukan setiap 6 jam sekali selama 72 jam. Selanjutnya dari setiap
perlakuan dihitung % mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
puntung rokok bersifat toksik terhadap rayap, memiliki sifat anti makan dan pada
konsentrasi 4 % efektif sebagai anti rayap.

Kata kunci : kertas anti rayap, ekstrak limbah tembakau puntung rokok.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT karena atas berkat rahmat-Nya sebagai penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah yang berjudul ”Kertas Anti Rayap dari Limbah Tembakau (Nicotiana
tabacum) Hasil Konsumsi Rokok”. Karya ilmiah ini disusun untuk mengikuti
Lomba Karya Tulis Ilmiah Madrasah Young Researcher Supercamp 2018.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Drs. H. Shofi, M.Ag. selaku Kepala MAN 2 Kudus yang telah
memberikan rekomendasi pelaksanaan penelitian ini.
2. Ibu Sri Indrawati, S.Pd., M.Pd. selaku guru pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya tulis imiah
ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Penulis berharap semoga gagasan pada karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi dunia industri dan dunia pendidikan serta pembaca pada
umumnya.

Kudus, Agustus 2018


Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tembakau ........................................................................................ 5
B. Nikotin ............................................................................................ 8
C. Rokok dan Puntung Rokok ............................................................. 8
D. Insektisida Alami ............................................................................ 10
E. Efektivitas Limbah Rokok sebagai Insektisida Alami .................... 10
F. Rayap .............................................................................................. 10
G. Kertas .............................................................................................. 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat .......................................................................... 14
B. Alat dan Bahan ................................................................................ 14
C. Langkah Kerja ................................................................................. 15
D. Teknik Analisis Data ....................................................................... 18

vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Toksisitas Ekstrak Puntung Rokok sebagai Bahan
Pengendali Rayap Pemakan Kertas ................................................ 19
B. Sifat Antimakan Ekstrak Puntung Rokok sebagai Bahan
Pengendali Rayap Pemakan Kertas ............................................... 20
C. Tingkat Konsentrasi Ekstrak Puntung Rokok yang Efektif
sebagai Bahan Pengendali Rayap Pemakan Kertas ....................... 21
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 26

vii
DAFTAR TABEL

bel Mortalitas rata-rata rayap tanah Macrotermes setelah perlakuan


Tabel 4.1 19
berbagai tingkat konsentrasi ekstrak puntung rokok selama 72
jam ……………………………………………………………...

Tabel 4.2 Kehilangan Massa Kertas Uji ………………………………….. 21

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Tembakau …………………………………………… 7


Gambar 2.2 Puntung Rokok ……………………………………………. 9
Gambar 2.3 Rayap Macrotermes ……………………………………….. 12
Gambar 3.1 Skema Langkah Kerja Penelitian …………………………. 17
Gambar 4.1 Hubungan % Mortalitas terhadap Waktu Pengamatan …… 20

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses Pembuatan Ekstrak Puntung Rokok ………………... 26


Lampiran 2 Proses Pembuatan Kertas …………………………………... 27
Lampiran 3 Proses Pengujian Kertas Uji terhadap Rayap ……………...... 28

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsumsi rokok di Indonesia mencapai 215 miliyar batang per tahunnya.
Di Indonesia ada 60% perokok, 59% diantaranya adalah laki laki dan 37% nya
perempuan (Nurmiyanto, A dan Rahmani, D, 2013). Jumlah perokok di negara-
negara berkembang jauh lebih banyak dibanding jumlah perokok di negara
maju.
Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat
produksi rokok terbesar di Indonesia, bahkan sampai terkenal dengan nama
Kota Kretek. Hampir di setiap pelosok Kota Kudus terdapat industri produksi
rokok. Baik rokok bermerek ataupun tidak. Tidak hanya produksi yang
melimpah, konsumsi rokok pun bisa dikatakan sangat besar.
Rokok adalah silinder dari kertas yang memiliki ukuran panjang sekitar
70 mm – 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang dicacah. Rokok kretek memiliki kandungan
nikotin yang berbeda-beda tergantung merek dagangnya, seperti kandungan
nikotin dalam Lintang Enam (2,8 mg), Djie Sam Soe (2,3 mg), Sampoerna
Hijau (2,2 mg), Gamelan (2,2 mg) dan Gudang Garam (2,2 mg). Dari setiap
batang rokok kira-kira 20% akan terbuang sebagai puntung rokok setelah
dihisap oleh konsumen rokok (Drastinawati dan Irianty, R.S, 2013).
Puntung rokok merupakan limbah yang banyak terdapat di lingkungan
sehingga dapat merusak keindahan lingkungan. Menurut studi laboratorium,
terdapat bahan-bahan kimia seperti arsenik, nikotin, hidrokarbon aromatik
polisiklik dan logam berat yang dapat mencemari lingkungan. Sedangkan
menurut Keep American Beautiful, puntung rokok merupakan pelaku
pencemaran laut yang paling banyak dengan 21 % dari pencemaran di laut
lainnya. Dengan banyaknya limbah puntung rokok tersebut dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan yang menyebabkan ikan-ikan mati
karena adanya zat berbahaya di dalam puntung rokok contohnya nikotin.

1
Bahaya dari nikotin ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa 4 cc nikotin cukup
untuk membunuh seekor kelinci besar (Drastinawati dan Irianty, R.S, 2013).
Nikotin merupakan senyawa alkaloid utama dalam daun tembakau yang
aktif sebagai insektisida. Nikotin diyakini dapat menjadi racun syaraf yang
potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Limbah
puntung rokok yang jumlahnya sangat melimpah dan masih mengandung
nikotin dibuang begitu saja, hal ini sangat berbahaya terhadap lingkungan
(Amri Aji dkk, 2015). Limbah puntung rokok yang jumlahnya melimpah
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber insektisida alami.
Buku merupakan salah satu benda yang sangat penting bagi kehidupan.
Bahkan buku dikatakan sebagai jendela dunia karena manfaatnya yang begitu
besar. Bukan hanya buku pelajaran, buku-buku lain juga sangat bermanfaat.
Namun, terkadang masyarakat sering kesal dikarenakan buku-buku yang
sangat berharga itu rusak diakibatkan oleh rayap. Kebanyakan orang berniat
menyimpan buku dengan baik agar pada masa mendatang dapat dimanfaatkan
oleh generasi selanjutnya. Tetapi yang terjadi adalah rusaknya buku tersebut
akibat serangan rayap.
Jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh rayap pada buku sangat besar.
Sering dijumpai pada buku-buku yang telah disimpan lama, ketika dilihat
kembali buku-buku tersebut telah termakan rayap sehingga cacat dan sudah
tidak layak dibaca. Padahal buku tersebut disimpan untuk diturunkan kembali
pada adik-adik atau bahkan anak-anak agar tanpa kesulitan mereka dapat
mendapatkan sumber pengetahuan.
Rayap termasuk dalam Ordo Isoptera, mempunyai 7 Famili Termitidae
yang merupakan kelompok rayap tinggi. Rayap merupakan serangga pemakan
kayu (xylophagus) atau bahan-bahan yang mengandung glukosa (Apri, 2005).
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki lingkungan yang sesuai
untuk rayap bawah tanah yang menyerang bangunan kayu. Serangan rayap
raya bangunan telah dilaporkan di berbagai daerah, termasuk semua wilayah di
Jakarta. Dengan beberapa perkiraan, kerugian ekonomi dari kerusakan rayap
mencapai setidaknya US $ 1 miliar pada tahun 2015 (Nandika, 2015).

2
Potensi nikotin sebagai insektisida alami pada limbah tembakau hasil
konsumsi rokok ini diyakini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
permasalahan pada buku sebagaimana telah dijelaskan. Rayap merupakan salah
satu jenis dari serangga dan limbah tembakau merupakan insektisida yaitu
racun bagi serangga.
Oleh karena itu, perlu diupayakan pemanfaatan zat nikotin dari hasil
limbah tembakau atau puntung rokok. Peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Kertas Anti Rayap dari Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum) Hasil
Konsumsi Rokok”. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghindarkan kertas
bahan penyusun buku tersebut dimakan oleh rayap bahkan kutu buku lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana toksisitas ekstrak tembakau limbah puntung rokok sebagai
bahan pengendali rayap pemakan kertas ?
2. Bagaimana sifat antimakan ekstrak tembakau limbah puntung rokok
sebagai bahan pengendali rayap pemakan kertas ?
3. Bagaimana tingkat konsentrasi ekstrak tembakau limbah puntung rokok
yang efektif sebagai bahan pengendali rayap pemakan kertas ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui toksisitas ekstrak tembakau limbah puntung rokok sebagai
bahan pengendali rayap pemakan kertas.
2. Mengetahui sifat antimakan ekstrak tembakau limbah puntung rokok
sebagai bahan pengendali rayap pemakan kertas.
3. Mengetahui tingkat konsentrasi ekstrak tembakau limbah puntung rokok
yang efektif sebagai bahan pengendali rayap.

3
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat
bahwa pengolahan limbah tembakau atau puntung rokok ini dapat digunakan
sebagai insektsida bahkan dimanfaatkan sebagai pelindung kertas dari serangan
rayap. Selain itu, juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat
membuka lapangan kerja baru bila selanjutnya penelitian ini dapat ditindak
lanjuti dan juga dapat mengurangi jumlah kerusakan pada buku.
Secara khusus dapat menjadi inovasi baru bagi pabrik-pabrik pembuatan
kertas agar memproduksi kertas anti rayap tersebut. Selain itu, bagi peniliti
dapat menambah pengalaman di bidang penelitian ilmiah dan lebih berfikir
terbuka dan peka terhadap lingkungan.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tembakau
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman
perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu
untuk pembuatan rokok.
Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotianatabacum L.

Morfologi tanaman tembakau


1. Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak
ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50 -75
cm, sedangkan rambut akarnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman
tembakau juga memiliki bulu bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika
tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur.
2. Batang
Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, sedikit lunak tetapi
kuat, makin ke ujung, makin kecil. Batangnya berwarna hijau dan hampir
seluruhnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih. Di sekitar bulu-bulu
tersebut terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan zat pekat dengan bau
yang menyengat. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi
daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas

5
batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter
batang sekitar 5 cm dengan tinggi sekitar 2,5 m. Namun pada kondisi syarat
tumbuhnya baik, tanaman ini bisa mencapai tinggi sekitar 4 m. Sedangkan
pada kondisi syarat tumbuh yang jelek biasanya lebih pendek, yaitu sekitar 1
m.
3. Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung
pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing
seperti terlihat pada gambar 2.1, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya
tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak
bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade
parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah dan seluruhnya
diliputi oleh lapisan sel-sel epidermis dengan mulut-mulut daunnya (stomata)
yang tersebar merata. Ketebalan kutikula, dinding sel parenkim, dan luas
ruangan interseluler berbeda-beda tergantung pada keadaan lingkungan
tumbuhnya. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28-32 helai. Antara daun
dan batang tembakau dihubungkan oleh tangkai daun yang pendek atau tidak
bertangkai sama sekali. Ukuran daun cukup bervariasi menurut keadaan tempat
tumbuh dan jenis tembakau yang ditanam. Sedangkan ketebalan dan kehalusan
daun antara lain dipengaruhi oleh keadaan kering dan banyaknya curah hujan.
Proses penuaan (pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian ujungnya
kemudian bagian bawahnya, hal ini diperlihatkan oleh perubahan warna daun
hijau-kuning-coklat pada bagian ujungnya kemudian bagian bawahnya.

6
Gambar 2.1 Daun tembakau.

4. Bunga
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai, masing-
masing seperti terompet dan mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
a. Kelopak bunga berlekuk, mempunyai lima buah pancung.
b. Mahkota bunga berbentuk seperti terompet, berlekuk lima dan berwarna
merah jambu atau merah tua yang merekah di bagian atasnya, sedangkan
bagian bawahnya berwarna putih, sebuah bunga biasanya memiliki lima
buah benang sari yang melekat pada mahkota bunganya, yang satu lebih
pendek daripada yang lainnya.
c. Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang
membesar. Setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak
sekali. Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putik dengan
sebuah kepala putik di atasnya.
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan kepala
sarinya. Tinggi kepala putik dan kepala sari hamper sama. Keadaan ini
menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukan
sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan terjadinya penyerbukan silang.

7
B. Nikotin
Nikotin (C10H14N2) merupakan senyawa organik alkaloid, yang
umumnya terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen dan terkadang juga oksigen.
Nikotin adalah senyawa alkaloid yang terdapat pada daun tembakau disamping
anabasin dan senyawa-senyawa alkaloid lainnya. Pavia (1976) menyebutkan
bahwa “komponen alkaloid utama dari daun tembakau adalah nikotin, selain
itu juga ada sejumlah kecil nomikotin, anabasin, dan alkaloid lainnya”. Rumus
kimia Nikotin adalah C10H14N2 dan mempunyai berat molekul 162,23 gr/mol
(Amri Aji dkk, 2015).
Konsentrasi nikotin biasanya sekitar 5% dari berat tembakau. Setiap satu
batang rokok biasanya mengandung 10 mg nikotin. Nikotin inilah yang
membuat seseorang kecanduan merokok. Meskipun yang terkandung dalam
satu batang rokok sekitar 10 mg, namun yang benar terserap ke dalam tubuh
sebanyak 1–2 mg saja, sisanya terbuang ke udara (Amri Aji dkk, 2015).
Nikotin merupakan racun saraf kuat (potent nerve poison) dan digunakan
di dalam racun serangga. Nikotin dirumuskan untuk keperluan insektisida
dalam berbagai bentuk diantaranya senyawa murni, nikotin sulfat, dan serbuk
tembakau. Nikotin murni dianggap beracun bagi mamalia dengan dosis fetal
sebesar 50 mg/kg. Oleh karena itu, nikotin murni sebagai insektisida botani
dibatasi penggunaannya (Cassanova dkk., 2002). Nikotin murni merupakan
hasil ekstraksi tembakau yang sangat beracun bagi hewan berdarah panas.
Insektisida biasanya dipasarkan dalam bentuk nikotin sulfat dengan konsentrasi
40% cairan. Serbuknya dapat membuat iritasi kulit sehingga tidak sesuai jika
digunakan pada tanaman pangan. Nikotin lebih efektif ketika digunakan selama
cuaca panas dan dapat terdegradasi dengan cepat. Nikotin digunakan untuk
membasmi berbagai jenis serangga kecil seperti kutu daun (afid), lalat,
belalang, dan ulat (Cruces, 2005).

C. Rokok dan Puntung Rokok


Rokok adalah hasil produksi yang berbentuk silinder yang dikonsumsi
oleh masyarakat untuk dihirup asapnya. Rokok merupakan hasil olahan

8
tembakau yang terbungkus. Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Rokok elektrik dan rokok non-elektrik. Rokok berdasarkan bahan
pembungkusnya ada Klobot, Kawung, Sigaret dan Cerutu. Rokok berdasarkan
bahan baku atau isi ada rokok putih, rokok kretek, dan rokok klembak. Rokok
berdasarkan proses pembuatannya terdapat Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan
Sigaret Kretek Mesin (SKM). Rokok berdasarkan penggunaan filter
disuguhkan dalam bentuk Rokok Filter (RF) dan Rokok Non Filter (RNF)
(Amri Aji dkk, 2005).
Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada
ujung lainnya. Puntung rokok seperti terlihat dalam gambar 2.2 merupakan
salah satu limbah yang sulit terdaur. Pada puntung rokok masih terdapat sisa-
sisa zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin (Purnama dkk, 2011).

Gambar 2.2 Puntung rokok.

9
D. Insektisida Alami
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk
membunuh serangga. Insektisida alami adalah insektisida yang bahan aktifnya
berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang, atau
buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan
mentah berbentuk tepung, ekstrak, atau resin yang merupakan hasil
pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan dibakar untuk
diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Purnama dkk, 2011).

E. Efektivitas Limbah Rokok sebagai Insektisida Alami


Insektisida alami dirasa sangat cocok dan sesuai dengan kelestarian alam
Indonesia yang semakin hari kian tercemar. Selain tidak menimbulkan
kekebalan terhadap hama dan penyakit, insektisida alami sangat aman bagi
lingkungan sekitar sebab terbuat dari bahan-bahan yang tidak berbahaya.
Selain mudah didapatkan karena bahan-bahan insektisida alam berasal dari
limbah rokok yang banyak mencemari lingkungan dan merupakan limbah yang
sulit didaur ulang kembali. Bahan insektisida alami ini dapat dijumpai dengan
mudah di lingkungan sekitar kita. Menjadi salah satu alternatif yang sangat
baik untuk daur ulang. Untuk dampak bagi manusia dan lingkungan tidak
terlalu berbahaya. Pembuatanya cukup sederhana dan tidak membutuhkan
biaya (Purnama dkk, 2011).

F. Rayap
Rayap merupakan hama yang seringkali juga merusak kayu sebagai
bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam
bangunan gedung atau menyerang pohon dan tanaman hidup sehingga menjadi
hama yang potensial, terutama di areal perkebunan kelapa sawit, karet dan
tanaman hutan industri seperti pinus, eukaliptus, dan lain-lain (Subekti dkk,
2008).
Rayap memiliki bau tubuh yang khas berasal dari senyawa kimia dalam
tubuh, yang disebut dengan hidrokarbon kutikula. Hidrokarbon merupakan

10
komponen utama lapisan epikutikula yang terdiri atas n-alkana, alkena, dan
komponen cabang metil hidrokarbon kutikula berfungsi mencegah tubuh dari
kehilangan air, namun juga berperan sebagai pembawa pesan kimiawi dalam
dan antar spesies. Dalam kehidupan sosial serangga, kutikula hidrokarbon
menjadi sebuah penanda spesifik antar spesies, koloni, dan kasta karena
serangga sosial dapat mengatur sekresi epikutikula dan eksokrinnya (Sari,
2008).
Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau
yang khas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat
menemukan sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan
menafsirkan setiap rangsangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang
dapat dideteksi rayap berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri
(Tarumingkeng, 2004).
Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa perilaku penting, yaitu (1)
Trophalaksis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul, saling menjilat, dan
mengadakan pertukaran makanan, (2) Crytobiotic, yaitu sifat rayap yang
menjauhi cahaya, menyembunyikan diri dan hidup dalam tanah, (3)
Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah,
sakit atau dalam keadaan kekurangan makanan, (4) Necrophagy, yaitu sifat
rayap untuk memakan bangkai sesamanya, (5) Proctodeal feeding, yaitu
transfer mikroorganisme simbion pada nimfa yang baru berganti kulit melalui
anus, dan (6) Stomodeal feeding, yaitu transfer sumber makanan melalui mulut
(Nandika dkk, 2003).
Kenapa rayap bisa menyerang dan merusak arsip, buku, dan dokumentasi
lainnya yang umumnya disimpan di tempat-tempat khusus seperti lemari,
filling cabinet di dalam ruangan suatu bangunan bahkan yang bertingkat?
Pertanyaan tersebut sering muncul ketika telah terjadi serangan rayap. Secara
umum barang-barang tersebut sebagian besar terbuat dari kertas atau bahan
yang mengandung selulosa lainnya yang merupakan sumber makanan rayap itu
sendiri.

11
Tiga famili rayap perusak kayu dan menyerang bangunan (yang dianggap
sebagai hama), yaitu family Kalotermitiadae, Rhinotermitiadae, dan
Termitiadae. Kalotermitiadae diwakili oleh Neotermes tectonae (hama pohon
jati) dan Cryptotermes sp. (rayap kayu kering), Rhinotermitiadae oleh
Coptotermes sp. dan Schedorhinotermes, sedangkan Termitidae oleh
Macrotermes sp., Odontotermes sp., dan Microtermes sp. (Tarumingkeng,
2001).

Gambar 2.3 Rayap Macrotermes.

Pada umumnya, arsip, buku dan dokumen lainnya yang telah diserang
rayap menunjukkan indikasi adanya tanda-tanda bekas gigitan-gigitan rayap
yang tepinya berwarna coklat dan abu-abu serta sering disertai tanah halus
disekitarnya. Barang-barang yang mudah terserang rayap biasanya yang
tersimpan lama, tertumpuk di atas lantai maupun dalam lemari. Serangan rayap
perusak bisa makin parah bila kondisi suhu di tempat tersebut lembab, gelap,
dan jarang dibersihkan meskipun arsip, buku dan dokumen tersebut berada di
lantai atas bangunan bertingkat yang jauh dari tanah (Yusuf, S. 2015).

G. Kertas
Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusaia yang semakin maju dan berkembang seperti saat ini. Sehingga
industri kertas mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia dan dunia.
Kebutuhan akan kertas di dunia semakin lama semakin meningkat setiap

12
tahunnya. Diperkirakan di dunia membutuhkan tambahan produksi kertas lebih
dari 100 juta ton pertahun (Abhinimpuno, 2007).
Kertas yang sering gunakan umumnya terbuat dari kayu atau lebih tepatnya
dari serat kayu dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan
penguat kertas. Kayu yang digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia.
Kayu jenis ini berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Pada mesin
pembuat kertas (paper machine), serat kayu ini dicampur dengan kayu yang
berserat panjang contohnya pohon pinus untuk menguatkan kertas.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi dan Kimia MAN 2
Kudus pada bulan Juli sampai Agustus 2018.

B. Alat dan Bahan


1. Pembuatan Ekstrak
Alat-alat yang digunakan diantaranya gelas beker, gelas ukur, corong,
pipet, kertas saring, blender untuk menghaluskan puntung rokok,
termometer untuk mengukur suhu saat proses penguapan, pemanas spiritus,
kasa, dan kaki tiga.
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu puntung rokok 100 gram, etanol
96% sebanyak 300 ml dan spiritus untuk memanaskan.
2. Pembuatan Kertas Uji
Alat-alat yang digunakan diantaranya blender untuk menghaluskan,
ember, screen untuk mencetak kertas, kardus, handuk, dan sponge sebagai
alat penyerap air, dan timbangan untuk mengukur massa bahan baku.
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu puntung rokok, kertas bekas
dengan berat 50 gram, aquades 4 liter sebagai pelarut, dan tepung kanji 30
gram sebagai perekat.
3. Pengujian Kertas Uji terhadap Rayap
Media yang digunakan adalah pralon yang dibawahnya telah dicetak
dental plester sebagai alas. Penggunaan dental plester karena dapat
menyerap air dengan cepat sehingga permukaannya menjadi lembab.
Kondisi ini sesuai dengan rayap, yang menyukai tempat lembab. Pada
proses percobaan digunakan kain hitam untuk menutup bagian atas pralon
agar ruang di dalam pralon tetap gelap.

14
C. Langkah Kerja
1. Proses Pembuatan Ekstrak Puntung Rokok
Tembakau yang masih terdapat dalam puntung rokok diambil dan
diblender sampai menjadi serbuk sebanyak 100 gram. Kemudian
direndam dalam cairan etanol 96% sebanyak 300 ml. Maserasi dilakukan
selama 8 jam yang dimaksudkan untuk melarutkan zat nikotin yang ada
dalam tembakau puntung rokok. Setelah itu disaring sampai jernih dan
kemudian diuapkan dalam penangas air dengan suhu rata-rata 400 C
sampai ekstrak menjadi pekat. Ekstrak yang dihasilkan sebanyak 50 mL.
2. Proses Pembuatan Kertas Uji
Tahapan dalam pembuatan kertas uji antara lain :
a) Kertas bekas yang akan didaur ulang dengan massa 50 gr disobek
kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender dengan aquades
sebanyak 2 liter.
b) Kertas yang telah dihaluskan dituangkan ke ember kemudian
ditambahkan aquades sebanyak 2 liter.
c) Adonan diaduk-aduk sampai rata kemudian ditambah 30 gr tepung
kanji.
d) Adonan pulp dibagi menjadi 6 bagian, masing-masing dari pulp
untuk dicampurkan dengan ekstrak nikotin dengan konsentrasi
masing-masing sebesar 0%, 1%, 2%, 4%, 8%, dan nikotin murni 5%
sebagai pembanding.
e) Pulp ditungkan ke screen yang telah dibatasi bingkai.
f) Bubur kertas yang tercetak di atas screen ditutup dengan kardus, lalu
diletakkan terbalik pada kardus. Bagian dalam screen ditekan dengan
sponge dan handukuntuk menyerap air.
g) Bubur kertas yang telah tercetak dikeringkan dengan mengangin-
anginkannya

15
3. Pembuatan Media Uji
Dental plester dicampur dengan aquades dengan perbandingan 2:1
dibagian alas pralon. Adonan diaduk sampai merata sambil digetar-
getarkan agar tidak ada gelembung yang tercipta di dalam struktur
adonan. Adonan dikeringkan kurang lebih selama 1 jam.

4. Pengujian Kertas Uji terhadap Rayap


Kertas uji dengan konsentrasi ekstrak tembakau puntung rokok 0%,
1%, 2%, 4%, 8%, dan nikotin murni 5% yang telah kering diletakkan di
masing-masing media uji bersama dengan 15 ekor rayap jenis
macrotermes. Uji dilakukan dengan 3 kali pengulangan sehingga terdapat
18 media. Uji dilakukanselama 72 jam dengan dilakukan kontrol setiap 6
jam sekali setelah perlakuan dan setiap media dicelupkan kedalam air
selama 10 detik untuk mejaga kelembaban. Jika terdapat rayap yang
mati, langsung dibuang agar tidak dimakan oleh rayap lainnya karena
rayap termasuk hewan kanibal.

5. Skema Langkah Kerja


Skema langkah kerja dapat dilihat pada gambar 3.1

16
Mulai

Pengambilan
Sampel

Pembuatan Ekstrak Nikotin

Pembuatan Pulp Kertas

0% 1% 2% 4% 8% 5%
Nikotin
Murni

Pencetakan dan Pengeringan


Kertas

Menguji Keefektifan
Kertas Anti Rayap

Output : Efektif

Selesai

Gambar 3.1 Skema Langkah Kerja Penelitian

17
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Adapun
Perhitungan % mortalitas ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut.
𝐾
Mortalitas Rayap = 15 × 100%

Keterangan :
K = Jumlah rayap yang mati (ekor)
15 = Jumlah rayap awal (ekor)
(Romi Irka Putra, 2013).

Sedangkan perhitungan presentase kehilangan massa kertas uji dilakukan


setelah perlakuan selama 72 jam, dengan menggunakan persamaan berikut :
𝐵0− 𝐵1
Kehilangan berat = × 100%
𝐵0

Keterangan :
B0 = Massa kertas uji sebelum perlakuan
B1 = Massa kertas uji setelah perlakuan
(Romi Irka Putra, 2013).

18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Uji Toksisitas Ekstrak Puntung Rokok sebagai Bahan Pengendali Rayap


Pemakan Kertas
Nilai mortalitas rayap tanah Macrotermes setelah perlakuan merupakan
salah satu indikator untuk mengetahui pengaruh zat ekstrak puntung rokok
terhadap rayap tanah. Pada tahap awal, rayap akan melakukan penyesuaian
dengan lingkungan baru yang disediakan sehingga pada tahap ini aktivitas
rayap masih rendah yang ditandai dengan rendahnya mortalitas. Nilai rata-
rata mortalitas rayap dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Mortalitas rata-rata rayap tanah Macrotermessetelah perlakuan
berbagai tingkat konsentrasi ekstrak puntung rokok selama 72 jam
Waktu Jumlah Konsentrasi ekstrak puntung rokok
pengamatan Hewan Nikotin
Uji 0% 1% 2% 4% 8%
(jam) 5%
6 15 9 4 4 2 2 98
12 15 9 7 24 20 18 100
18 15 9 7 38 40 27 100
24 15 13 20 56 58 33 100
30 15 13 20 62 76 40 100
36 15 16 20 67 82 47 100
42 15 18 20 69 91 56 100
48 15 22 27 71 96 58 100
54 15 29 36 80 96 67 100
60 15 36 40 82 98 69 100
66 15 40 49 87 100 73 100
72 15 44 60 91 100 80 100

Pada pengamatan 6 jam pertama, ekstrak dengan konsentrasi 0% justru


diperoleh % mortalitas terbesar yaitu 9 %. Hal ini kemungkinan disebabkan
kondisi rayap yang digunakan kurang bagus. Karena pada 12 jam berikutnya
% mortalitas tetap, tidak ada rayap yang mati.
Sebagai pembanding pada penelitian ini digunakan nikotin konsentrasi
5%. Pada pengamatan 6 jam pertama didapatkan % mortalitas 98%. Hal ini

19
menunjukkan bahwa nikotin merupakan senyawa alkaloid utama dalam
puntung rokok yang aktif sebagai insektisida. Nikotin merupakan racun
syaraf yang potensial dan dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis
insektisida termasuk rayap (Amri Aji dkk, 2015).

120

100

80
% Mortalitas

0%
60 1%

40 2%
4%
20
8%
-
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
Waktu Pengamatan (jam)

Gambar 4.1. Hubungan % Mortalitas terhadap Waktu Pengamatan

Berdasarkan gambar 4.1 peningkatan mortalitas seiring dengan


peningkatan konsentrasi terjadi pada semua sampel yang diuji. Persentase
mortalitas rayap menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak meningkat seiring
dengan mortalitas rayap. Hal ini sesuai dengan laporan Mochammad Hadi
(2013) yang melakukan penelitian terhadap ekstrak daun kirinyuh, dimana
mortalitas rayap Copcotermis sp meningkat seiring dengan peningkatan
konsentrasi ekstrak yang diberikan.

B. Sifat Antimakan Ekstrak Puntung Rokok sebagai Bahan Pengendali


Rayap Pemakan Kertas
Sifat anti makan rayap terhadap kertas dari ekstrak puntung rokok dapat
diamati dari perhitungan kehilangan massa kertas uji. Pada konsentrasi
nikotin 5%, tidak ada kehilangan massa kertas uji. Hal ini sebanding dengan
% mortalitas yang diperoleh. Perhitungan persentase kehilangan massa kertas

20
uji dilakukan setelah perlakuan selama 72 jam. Hasil perhitungan kehilangan
massa kertas uji tertera pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kehilangan Massa Kertas Uji
Sampel
No kertas uji Massa awal Massa Selisih % % Rata-rata
(konsentrasi) (gr) akhir (gr)
1 Ekstrak 0% 1,60 1,40 0,20 12,50
2 Ekstrak 0% 1,20 1,10 0,10 8,33 12,07
3 Ekstrak 0% 1,30 1,10 0,20 15,38
4 Ekstrak 1% 1,50 1,40 0,10 6,67
5 Ekstrak 1% 1,70 1,60 0,10 5,88 6,27
6 Ekstrak 1% 1,60 1,50 0,10 6,25
7 Ekstrak 2% 1,50 1,45 0,05 3,33
8 Ekstrak 2% 1,40 1,40 0,00 0,00 3,49
9 Ekstrak 2% 1,40 1,30 0,10 7,14
10 Ekstrak 4% 1,20 1,20 0,00 0,00
11 Ekstrak 4% 1,40 1,30 0,10 7,14 2,38
12 Ekstrak 4% 1,20 1,20 0,00 0,00
13 Ekstrak 8% 1,20 1,20 0,00 0,00
14 Ekstrak 8% 1,20 1,20 0,00 0,00 0,00
15 Ekstrak 8% 1,20 1,20 0,00 0,00
16 nikotin 5% 1,30 1,30 0,00 0,00
17 nikotin 5% 1,40 1,40 0,00 0,00 0,00
18 nikotin 5% 1,20 1,20 0,00 0,00

Berdasarkan tabel 4.2 persentase kehilangan massa tertinggi diperoleh


dari sampel kertas uji dengan konsentrasi 0%. Semakin besar konsentrasi
nikotin dalam ekstrak yang digunakan persen kehilangan massa semakin
kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kadar nikotin menyebabkan
rayap tidak memakan kertas tersebut.

C. Tingkat Konsentrasi Ekstrak Puntung Rokok yang Efektif sebagai Bahan


Pengendali Rayap Pemakan Kertas

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa selama perlakuan 72 jam tingkat


konsentrasi ekstrak memberikan nilai mortalitas yang beragam yaitu berkisar
antara 44%-100%. Konsentrasi 4% menunjukkan nilai mortalitas tertinggi

21
(100 %) dibandingkan sampel yang lain yaitu semua rayap sudah mati pada
pengamatan 66 jam. Sedangkan pada konsentrasi 8% memperlihatkan
persentase mortalitas sebesar 80%, bila dibandingkan dengan pemberian
konsentrasi 4% menunjukkan adanya penurunan persentase mortalitas sebesar
20 %. Hal ini disebabkan karena serangga menunjukkan perilaku menolak,
yang diakibatkan oleh tingginya konsentrasi ekstrak puntung rokok, sehingga
membuat aroma kertas semakin menyengat. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Mochammad Hadi (2013) yang menyatakan bahwa serangga
memiliki perilaku menolak, yang diakibatkan tingginya konsentrasi ekstrak
daun kirinyuh terhadap aroma kertas yang semakin menyengat.

22
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan :
1. Ekstrak tembakau limbah puntung rokok pada kertas bersifat toksik
terhadap rayap, sehingga dapat digunakan sebagai pengendali rayap
Macrotermes.
2. Ekstrak tembakau limbah puntung rokok pada kertas menimbulkan
antimakan dan menyebabkan rayap mengurangi jumlah makan yang
dikonsumsi sehingga rayap mengalami mortalitas.
3. Konsentrasi ekstrak tembakau limbah puntung rokok pada kertas yang
efektif sebagai bahan pengendali rayap pada konsentrasi 4 %.

B. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang variasi variabel yang digunakan pada
pemanfaatan ekstrak puntung rokok sebagai insektisida sehingga
diperoleh konsentrasi yang paling efektif.
2. Perlu inovasi baru dalam hal pengembangan produk anti rayap lainnya
menggunakan limbah tembakau hasil konsumsi rokok.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abhinimpuno, Weko.2007. Potensi Bahan Baku alternatif untuk Kertas di


Indonesia.
Amri Aji dkk.2015. Isolasi Nikotin dari Puntung Rokok sebagai
Insektisida. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Malikussaleh Kampus Utama Cot Teungku Nie Reulet, Muara
Batu, Aceh Utara-24355.
Apri Heri Iswanto. 2005. Rayap sebagai Serangga Perusak Kayu dan
Metode Penanggulangannya. Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Cahyono, B. 2005. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.
Cassanova, Dkk. 2002. Insecticide formulations Based on Nicotin oleate
stabilized by Sodium Caseinate. J.Agric. Food Chem.
Cruces, L. 2005. Organic Gardening Natural Insecticides. College of
Agriculture and Home Economics. http://www.cahe.nmsu.edu
Diakses 5 Desember 2011.
Drastinawati dan Irianty, R.S, 2013. Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah
Puntung Rokok sebagai Inhibitor Korosi. Laboratorium
Konversi dan Elektrokimia Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Riau.
Hadi, M. 2008. Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan
Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum).
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi
FMIPA Undip.
Nandika, D. 2015. Termite Attack in the Whole Country; Termite National
Seminar: Jakarta, Indonesia.
Nurmiyanto, A. dan Rahmani, D. 2013. Sosialisasi Bahaya Rokok guna
Meningkatkan Kesadaran Masyrarakat akan Besarnya Dampak
Buruk Rokok bagi Kesehatan. Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia dan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.
Purnama dkk. 2011. Efektifitas Limbah Rokok Sebagai Insektisida Alami
yang Ramah Lingkungan.Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.

24
Romi Irka Putra. 2013. Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kulit Kayu Mindi
(Melia Azedarach Linn.) Terhadap Rayap Tanah Coptotermes
Curvignathus Holmgren. IPB. Bogor.
Sari,P.S. 2008. Pengaruh Ekstrak Aglaia odorata Lour Dan Piper
retrofractum Vahl Terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Coptotermes curvinagthus Holmgren (Isoptera :
Rhinotermitidae). Program Studi Hama Penyakit Tumbuhan.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Subekti, N,. Durayadi, D,. Nandika, D,. Surjokusumo, S dan Anwar, S,.
2008. Sebaran dan Karakter Morfologi Rayap Tanah
(Macrotermes gilvus Hagen ) di Habitat Hutan Alam . Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, vol 1 hlm 27-33.
Tarumingkeng, R. C., 2004. Biologi dan Pengendalian Rayap Hama
Banguan di Indonesia. http://tumoutou.net/dethh/5.termite.
behavior. html.
Yusuf, S. 2015. Bioekologi dan Pengendalian Rayap. Pusat Penelitian
Biomaterial, LIPI.

25
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Proses Pembuatan Ekstrak Puntung Rokok

1. Proses Penghalusan Puntung Rokok 2. Proses Penimbangan Serbuk

3. Proses maserasi 4. Penguapan

5. Proses penyaringan 6. Terbentuk ekstrak

26
Lampiran 2 : Proses Pembuatan Kertas

1. Penghalusan kertas 2. Terbentuk pulp

3. Penuangan pulp ke dalam screen 4. Penyerapan air

5. Pengeringan

27
Lampiran 3 : Proses Pengujian Kertas Uji terhadap Rayap

1. Pengambilan rayap 2. Penempatan rayap dan kertas uji

3. 18 sampel siap untuk diamati 4. Sampel yang sudah ditutup oleh


kain hitam

28

Anda mungkin juga menyukai