Laporan Kti Man 2 Kudus
Laporan Kti Man 2 Kudus
i
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Sabtu
Untuk diajukan dalam lomba Karya Tulis Ilmiah Madrasah Young Reasercher
Supercamp Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik
Indonesia.
Mengetahui Pembimbing
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Menyatakan karya tulis ilmiah yang berjudul “Kertas Anti Rayap dari Ekstrak
Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum)Hasil Konsumsi Rokok” adalah betul-
betul hasil karya kami, bukan jiplakan, dan belum pernah diikutkan dalam lomba
sejenis, baik ditingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional
iii
ABSTRAK
Muhammad Rifda Kamil, Tsalis Rizka Mubarok. 2018. ”Kertas Anti Rayap
dari Ekstrak Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum) Hasil Konsumsi Rokok”.
XII IPA 4. MAN2 Kudus. Sri Indrawati, S.Pd., M.Pd.
Kata kunci : kertas anti rayap, ekstrak limbah tembakau puntung rokok.
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Toksisitas Ekstrak Puntung Rokok sebagai Bahan
Pengendali Rayap Pemakan Kertas ................................................ 19
B. Sifat Antimakan Ekstrak Puntung Rokok sebagai Bahan
Pengendali Rayap Pemakan Kertas ............................................... 20
C. Tingkat Konsentrasi Ekstrak Puntung Rokok yang Efektif
sebagai Bahan Pengendali Rayap Pemakan Kertas ....................... 21
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 23
B. Saran ............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 26
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bahaya dari nikotin ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa 4 cc nikotin cukup
untuk membunuh seekor kelinci besar (Drastinawati dan Irianty, R.S, 2013).
Nikotin merupakan senyawa alkaloid utama dalam daun tembakau yang
aktif sebagai insektisida. Nikotin diyakini dapat menjadi racun syaraf yang
potensial dan digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Limbah
puntung rokok yang jumlahnya sangat melimpah dan masih mengandung
nikotin dibuang begitu saja, hal ini sangat berbahaya terhadap lingkungan
(Amri Aji dkk, 2015). Limbah puntung rokok yang jumlahnya melimpah
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber insektisida alami.
Buku merupakan salah satu benda yang sangat penting bagi kehidupan.
Bahkan buku dikatakan sebagai jendela dunia karena manfaatnya yang begitu
besar. Bukan hanya buku pelajaran, buku-buku lain juga sangat bermanfaat.
Namun, terkadang masyarakat sering kesal dikarenakan buku-buku yang
sangat berharga itu rusak diakibatkan oleh rayap. Kebanyakan orang berniat
menyimpan buku dengan baik agar pada masa mendatang dapat dimanfaatkan
oleh generasi selanjutnya. Tetapi yang terjadi adalah rusaknya buku tersebut
akibat serangan rayap.
Jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh rayap pada buku sangat besar.
Sering dijumpai pada buku-buku yang telah disimpan lama, ketika dilihat
kembali buku-buku tersebut telah termakan rayap sehingga cacat dan sudah
tidak layak dibaca. Padahal buku tersebut disimpan untuk diturunkan kembali
pada adik-adik atau bahkan anak-anak agar tanpa kesulitan mereka dapat
mendapatkan sumber pengetahuan.
Rayap termasuk dalam Ordo Isoptera, mempunyai 7 Famili Termitidae
yang merupakan kelompok rayap tinggi. Rayap merupakan serangga pemakan
kayu (xylophagus) atau bahan-bahan yang mengandung glukosa (Apri, 2005).
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki lingkungan yang sesuai
untuk rayap bawah tanah yang menyerang bangunan kayu. Serangan rayap
raya bangunan telah dilaporkan di berbagai daerah, termasuk semua wilayah di
Jakarta. Dengan beberapa perkiraan, kerugian ekonomi dari kerusakan rayap
mencapai setidaknya US $ 1 miliar pada tahun 2015 (Nandika, 2015).
2
Potensi nikotin sebagai insektisida alami pada limbah tembakau hasil
konsumsi rokok ini diyakini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
permasalahan pada buku sebagaimana telah dijelaskan. Rayap merupakan salah
satu jenis dari serangga dan limbah tembakau merupakan insektisida yaitu
racun bagi serangga.
Oleh karena itu, perlu diupayakan pemanfaatan zat nikotin dari hasil
limbah tembakau atau puntung rokok. Peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Kertas Anti Rayap dari Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum) Hasil
Konsumsi Rokok”. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghindarkan kertas
bahan penyusun buku tersebut dimakan oleh rayap bahkan kutu buku lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana toksisitas ekstrak tembakau limbah puntung rokok sebagai
bahan pengendali rayap pemakan kertas ?
2. Bagaimana sifat antimakan ekstrak tembakau limbah puntung rokok
sebagai bahan pengendali rayap pemakan kertas ?
3. Bagaimana tingkat konsentrasi ekstrak tembakau limbah puntung rokok
yang efektif sebagai bahan pengendali rayap pemakan kertas ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui toksisitas ekstrak tembakau limbah puntung rokok sebagai
bahan pengendali rayap pemakan kertas.
2. Mengetahui sifat antimakan ekstrak tembakau limbah puntung rokok
sebagai bahan pengendali rayap pemakan kertas.
3. Mengetahui tingkat konsentrasi ekstrak tembakau limbah puntung rokok
yang efektif sebagai bahan pengendali rayap.
3
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat
bahwa pengolahan limbah tembakau atau puntung rokok ini dapat digunakan
sebagai insektsida bahkan dimanfaatkan sebagai pelindung kertas dari serangan
rayap. Selain itu, juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dapat
membuka lapangan kerja baru bila selanjutnya penelitian ini dapat ditindak
lanjuti dan juga dapat mengurangi jumlah kerusakan pada buku.
Secara khusus dapat menjadi inovasi baru bagi pabrik-pabrik pembuatan
kertas agar memproduksi kertas anti rayap tersebut. Selain itu, bagi peniliti
dapat menambah pengalaman di bidang penelitian ilmiah dan lebih berfikir
terbuka dan peka terhadap lingkungan.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tembakau
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman
perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu
untuk pembuatan rokok.
Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotianatabacum L.
5
batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter
batang sekitar 5 cm dengan tinggi sekitar 2,5 m. Namun pada kondisi syarat
tumbuhnya baik, tanaman ini bisa mencapai tinggi sekitar 4 m. Sedangkan
pada kondisi syarat tumbuh yang jelek biasanya lebih pendek, yaitu sekitar 1
m.
3. Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung
pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing
seperti terlihat pada gambar 2.1, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya
tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak
bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade
parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah dan seluruhnya
diliputi oleh lapisan sel-sel epidermis dengan mulut-mulut daunnya (stomata)
yang tersebar merata. Ketebalan kutikula, dinding sel parenkim, dan luas
ruangan interseluler berbeda-beda tergantung pada keadaan lingkungan
tumbuhnya. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28-32 helai. Antara daun
dan batang tembakau dihubungkan oleh tangkai daun yang pendek atau tidak
bertangkai sama sekali. Ukuran daun cukup bervariasi menurut keadaan tempat
tumbuh dan jenis tembakau yang ditanam. Sedangkan ketebalan dan kehalusan
daun antara lain dipengaruhi oleh keadaan kering dan banyaknya curah hujan.
Proses penuaan (pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian ujungnya
kemudian bagian bawahnya, hal ini diperlihatkan oleh perubahan warna daun
hijau-kuning-coklat pada bagian ujungnya kemudian bagian bawahnya.
6
Gambar 2.1 Daun tembakau.
4. Bunga
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai, masing-
masing seperti terompet dan mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
a. Kelopak bunga berlekuk, mempunyai lima buah pancung.
b. Mahkota bunga berbentuk seperti terompet, berlekuk lima dan berwarna
merah jambu atau merah tua yang merekah di bagian atasnya, sedangkan
bagian bawahnya berwarna putih, sebuah bunga biasanya memiliki lima
buah benang sari yang melekat pada mahkota bunganya, yang satu lebih
pendek daripada yang lainnya.
c. Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang
membesar. Setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak
sekali. Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putik dengan
sebuah kepala putik di atasnya.
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan kepala
sarinya. Tinggi kepala putik dan kepala sari hamper sama. Keadaan ini
menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukan
sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan terjadinya penyerbukan silang.
7
B. Nikotin
Nikotin (C10H14N2) merupakan senyawa organik alkaloid, yang
umumnya terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen dan terkadang juga oksigen.
Nikotin adalah senyawa alkaloid yang terdapat pada daun tembakau disamping
anabasin dan senyawa-senyawa alkaloid lainnya. Pavia (1976) menyebutkan
bahwa “komponen alkaloid utama dari daun tembakau adalah nikotin, selain
itu juga ada sejumlah kecil nomikotin, anabasin, dan alkaloid lainnya”. Rumus
kimia Nikotin adalah C10H14N2 dan mempunyai berat molekul 162,23 gr/mol
(Amri Aji dkk, 2015).
Konsentrasi nikotin biasanya sekitar 5% dari berat tembakau. Setiap satu
batang rokok biasanya mengandung 10 mg nikotin. Nikotin inilah yang
membuat seseorang kecanduan merokok. Meskipun yang terkandung dalam
satu batang rokok sekitar 10 mg, namun yang benar terserap ke dalam tubuh
sebanyak 1–2 mg saja, sisanya terbuang ke udara (Amri Aji dkk, 2015).
Nikotin merupakan racun saraf kuat (potent nerve poison) dan digunakan
di dalam racun serangga. Nikotin dirumuskan untuk keperluan insektisida
dalam berbagai bentuk diantaranya senyawa murni, nikotin sulfat, dan serbuk
tembakau. Nikotin murni dianggap beracun bagi mamalia dengan dosis fetal
sebesar 50 mg/kg. Oleh karena itu, nikotin murni sebagai insektisida botani
dibatasi penggunaannya (Cassanova dkk., 2002). Nikotin murni merupakan
hasil ekstraksi tembakau yang sangat beracun bagi hewan berdarah panas.
Insektisida biasanya dipasarkan dalam bentuk nikotin sulfat dengan konsentrasi
40% cairan. Serbuknya dapat membuat iritasi kulit sehingga tidak sesuai jika
digunakan pada tanaman pangan. Nikotin lebih efektif ketika digunakan selama
cuaca panas dan dapat terdegradasi dengan cepat. Nikotin digunakan untuk
membasmi berbagai jenis serangga kecil seperti kutu daun (afid), lalat,
belalang, dan ulat (Cruces, 2005).
8
tembakau yang terbungkus. Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
Rokok elektrik dan rokok non-elektrik. Rokok berdasarkan bahan
pembungkusnya ada Klobot, Kawung, Sigaret dan Cerutu. Rokok berdasarkan
bahan baku atau isi ada rokok putih, rokok kretek, dan rokok klembak. Rokok
berdasarkan proses pembuatannya terdapat Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan
Sigaret Kretek Mesin (SKM). Rokok berdasarkan penggunaan filter
disuguhkan dalam bentuk Rokok Filter (RF) dan Rokok Non Filter (RNF)
(Amri Aji dkk, 2005).
Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada
ujung lainnya. Puntung rokok seperti terlihat dalam gambar 2.2 merupakan
salah satu limbah yang sulit terdaur. Pada puntung rokok masih terdapat sisa-
sisa zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin (Purnama dkk, 2011).
9
D. Insektisida Alami
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk
membunuh serangga. Insektisida alami adalah insektisida yang bahan aktifnya
berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang, atau
buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan
mentah berbentuk tepung, ekstrak, atau resin yang merupakan hasil
pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan dibakar untuk
diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida (Purnama dkk, 2011).
F. Rayap
Rayap merupakan hama yang seringkali juga merusak kayu sebagai
bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya di dalam
bangunan gedung atau menyerang pohon dan tanaman hidup sehingga menjadi
hama yang potensial, terutama di areal perkebunan kelapa sawit, karet dan
tanaman hutan industri seperti pinus, eukaliptus, dan lain-lain (Subekti dkk,
2008).
Rayap memiliki bau tubuh yang khas berasal dari senyawa kimia dalam
tubuh, yang disebut dengan hidrokarbon kutikula. Hidrokarbon merupakan
10
komponen utama lapisan epikutikula yang terdiri atas n-alkana, alkena, dan
komponen cabang metil hidrokarbon kutikula berfungsi mencegah tubuh dari
kehilangan air, namun juga berperan sebagai pembawa pesan kimiawi dalam
dan antar spesies. Dalam kehidupan sosial serangga, kutikula hidrokarbon
menjadi sebuah penanda spesifik antar spesies, koloni, dan kasta karena
serangga sosial dapat mengatur sekresi epikutikula dan eksokrinnya (Sari,
2008).
Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau
yang khas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat
menemukan sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan
menafsirkan setiap rangsangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang
dapat dideteksi rayap berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri
(Tarumingkeng, 2004).
Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa perilaku penting, yaitu (1)
Trophalaksis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul, saling menjilat, dan
mengadakan pertukaran makanan, (2) Crytobiotic, yaitu sifat rayap yang
menjauhi cahaya, menyembunyikan diri dan hidup dalam tanah, (3)
Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah,
sakit atau dalam keadaan kekurangan makanan, (4) Necrophagy, yaitu sifat
rayap untuk memakan bangkai sesamanya, (5) Proctodeal feeding, yaitu
transfer mikroorganisme simbion pada nimfa yang baru berganti kulit melalui
anus, dan (6) Stomodeal feeding, yaitu transfer sumber makanan melalui mulut
(Nandika dkk, 2003).
Kenapa rayap bisa menyerang dan merusak arsip, buku, dan dokumentasi
lainnya yang umumnya disimpan di tempat-tempat khusus seperti lemari,
filling cabinet di dalam ruangan suatu bangunan bahkan yang bertingkat?
Pertanyaan tersebut sering muncul ketika telah terjadi serangan rayap. Secara
umum barang-barang tersebut sebagian besar terbuat dari kertas atau bahan
yang mengandung selulosa lainnya yang merupakan sumber makanan rayap itu
sendiri.
11
Tiga famili rayap perusak kayu dan menyerang bangunan (yang dianggap
sebagai hama), yaitu family Kalotermitiadae, Rhinotermitiadae, dan
Termitiadae. Kalotermitiadae diwakili oleh Neotermes tectonae (hama pohon
jati) dan Cryptotermes sp. (rayap kayu kering), Rhinotermitiadae oleh
Coptotermes sp. dan Schedorhinotermes, sedangkan Termitidae oleh
Macrotermes sp., Odontotermes sp., dan Microtermes sp. (Tarumingkeng,
2001).
Pada umumnya, arsip, buku dan dokumen lainnya yang telah diserang
rayap menunjukkan indikasi adanya tanda-tanda bekas gigitan-gigitan rayap
yang tepinya berwarna coklat dan abu-abu serta sering disertai tanah halus
disekitarnya. Barang-barang yang mudah terserang rayap biasanya yang
tersimpan lama, tertumpuk di atas lantai maupun dalam lemari. Serangan rayap
perusak bisa makin parah bila kondisi suhu di tempat tersebut lembab, gelap,
dan jarang dibersihkan meskipun arsip, buku dan dokumen tersebut berada di
lantai atas bangunan bertingkat yang jauh dari tanah (Yusuf, S. 2015).
G. Kertas
Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusaia yang semakin maju dan berkembang seperti saat ini. Sehingga
industri kertas mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia dan dunia.
Kebutuhan akan kertas di dunia semakin lama semakin meningkat setiap
12
tahunnya. Diperkirakan di dunia membutuhkan tambahan produksi kertas lebih
dari 100 juta ton pertahun (Abhinimpuno, 2007).
Kertas yang sering gunakan umumnya terbuat dari kayu atau lebih tepatnya
dari serat kayu dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi dan
penguat kertas. Kayu yang digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia.
Kayu jenis ini berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Pada mesin
pembuat kertas (paper machine), serat kayu ini dicampur dengan kayu yang
berserat panjang contohnya pohon pinus untuk menguatkan kertas.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
14
C. Langkah Kerja
1. Proses Pembuatan Ekstrak Puntung Rokok
Tembakau yang masih terdapat dalam puntung rokok diambil dan
diblender sampai menjadi serbuk sebanyak 100 gram. Kemudian
direndam dalam cairan etanol 96% sebanyak 300 ml. Maserasi dilakukan
selama 8 jam yang dimaksudkan untuk melarutkan zat nikotin yang ada
dalam tembakau puntung rokok. Setelah itu disaring sampai jernih dan
kemudian diuapkan dalam penangas air dengan suhu rata-rata 400 C
sampai ekstrak menjadi pekat. Ekstrak yang dihasilkan sebanyak 50 mL.
2. Proses Pembuatan Kertas Uji
Tahapan dalam pembuatan kertas uji antara lain :
a) Kertas bekas yang akan didaur ulang dengan massa 50 gr disobek
kecil-kecil dan dihaluskan menggunakan blender dengan aquades
sebanyak 2 liter.
b) Kertas yang telah dihaluskan dituangkan ke ember kemudian
ditambahkan aquades sebanyak 2 liter.
c) Adonan diaduk-aduk sampai rata kemudian ditambah 30 gr tepung
kanji.
d) Adonan pulp dibagi menjadi 6 bagian, masing-masing dari pulp
untuk dicampurkan dengan ekstrak nikotin dengan konsentrasi
masing-masing sebesar 0%, 1%, 2%, 4%, 8%, dan nikotin murni 5%
sebagai pembanding.
e) Pulp ditungkan ke screen yang telah dibatasi bingkai.
f) Bubur kertas yang tercetak di atas screen ditutup dengan kardus, lalu
diletakkan terbalik pada kardus. Bagian dalam screen ditekan dengan
sponge dan handukuntuk menyerap air.
g) Bubur kertas yang telah tercetak dikeringkan dengan mengangin-
anginkannya
15
3. Pembuatan Media Uji
Dental plester dicampur dengan aquades dengan perbandingan 2:1
dibagian alas pralon. Adonan diaduk sampai merata sambil digetar-
getarkan agar tidak ada gelembung yang tercipta di dalam struktur
adonan. Adonan dikeringkan kurang lebih selama 1 jam.
16
Mulai
Pengambilan
Sampel
0% 1% 2% 4% 8% 5%
Nikotin
Murni
Menguji Keefektifan
Kertas Anti Rayap
Output : Efektif
Selesai
17
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Adapun
Perhitungan % mortalitas ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut.
𝐾
Mortalitas Rayap = 15 × 100%
Keterangan :
K = Jumlah rayap yang mati (ekor)
15 = Jumlah rayap awal (ekor)
(Romi Irka Putra, 2013).
Keterangan :
B0 = Massa kertas uji sebelum perlakuan
B1 = Massa kertas uji setelah perlakuan
(Romi Irka Putra, 2013).
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
19
menunjukkan bahwa nikotin merupakan senyawa alkaloid utama dalam
puntung rokok yang aktif sebagai insektisida. Nikotin merupakan racun
syaraf yang potensial dan dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis
insektisida termasuk rayap (Amri Aji dkk, 2015).
120
100
80
% Mortalitas
0%
60 1%
40 2%
4%
20
8%
-
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
Waktu Pengamatan (jam)
20
uji dilakukan setelah perlakuan selama 72 jam. Hasil perhitungan kehilangan
massa kertas uji tertera pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kehilangan Massa Kertas Uji
Sampel
No kertas uji Massa awal Massa Selisih % % Rata-rata
(konsentrasi) (gr) akhir (gr)
1 Ekstrak 0% 1,60 1,40 0,20 12,50
2 Ekstrak 0% 1,20 1,10 0,10 8,33 12,07
3 Ekstrak 0% 1,30 1,10 0,20 15,38
4 Ekstrak 1% 1,50 1,40 0,10 6,67
5 Ekstrak 1% 1,70 1,60 0,10 5,88 6,27
6 Ekstrak 1% 1,60 1,50 0,10 6,25
7 Ekstrak 2% 1,50 1,45 0,05 3,33
8 Ekstrak 2% 1,40 1,40 0,00 0,00 3,49
9 Ekstrak 2% 1,40 1,30 0,10 7,14
10 Ekstrak 4% 1,20 1,20 0,00 0,00
11 Ekstrak 4% 1,40 1,30 0,10 7,14 2,38
12 Ekstrak 4% 1,20 1,20 0,00 0,00
13 Ekstrak 8% 1,20 1,20 0,00 0,00
14 Ekstrak 8% 1,20 1,20 0,00 0,00 0,00
15 Ekstrak 8% 1,20 1,20 0,00 0,00
16 nikotin 5% 1,30 1,30 0,00 0,00
17 nikotin 5% 1,40 1,40 0,00 0,00 0,00
18 nikotin 5% 1,20 1,20 0,00 0,00
21
(100 %) dibandingkan sampel yang lain yaitu semua rayap sudah mati pada
pengamatan 66 jam. Sedangkan pada konsentrasi 8% memperlihatkan
persentase mortalitas sebesar 80%, bila dibandingkan dengan pemberian
konsentrasi 4% menunjukkan adanya penurunan persentase mortalitas sebesar
20 %. Hal ini disebabkan karena serangga menunjukkan perilaku menolak,
yang diakibatkan oleh tingginya konsentrasi ekstrak puntung rokok, sehingga
membuat aroma kertas semakin menyengat. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Mochammad Hadi (2013) yang menyatakan bahwa serangga
memiliki perilaku menolak, yang diakibatkan tingginya konsentrasi ekstrak
daun kirinyuh terhadap aroma kertas yang semakin menyengat.
22
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan :
1. Ekstrak tembakau limbah puntung rokok pada kertas bersifat toksik
terhadap rayap, sehingga dapat digunakan sebagai pengendali rayap
Macrotermes.
2. Ekstrak tembakau limbah puntung rokok pada kertas menimbulkan
antimakan dan menyebabkan rayap mengurangi jumlah makan yang
dikonsumsi sehingga rayap mengalami mortalitas.
3. Konsentrasi ekstrak tembakau limbah puntung rokok pada kertas yang
efektif sebagai bahan pengendali rayap pada konsentrasi 4 %.
B. Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang variasi variabel yang digunakan pada
pemanfaatan ekstrak puntung rokok sebagai insektisida sehingga
diperoleh konsentrasi yang paling efektif.
2. Perlu inovasi baru dalam hal pengembangan produk anti rayap lainnya
menggunakan limbah tembakau hasil konsumsi rokok.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Romi Irka Putra. 2013. Sifat Anti Rayap Zat Ekstraktif Kulit Kayu Mindi
(Melia Azedarach Linn.) Terhadap Rayap Tanah Coptotermes
Curvignathus Holmgren. IPB. Bogor.
Sari,P.S. 2008. Pengaruh Ekstrak Aglaia odorata Lour Dan Piper
retrofractum Vahl Terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Coptotermes curvinagthus Holmgren (Isoptera :
Rhinotermitidae). Program Studi Hama Penyakit Tumbuhan.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Subekti, N,. Durayadi, D,. Nandika, D,. Surjokusumo, S dan Anwar, S,.
2008. Sebaran dan Karakter Morfologi Rayap Tanah
(Macrotermes gilvus Hagen ) di Habitat Hutan Alam . Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, vol 1 hlm 27-33.
Tarumingkeng, R. C., 2004. Biologi dan Pengendalian Rayap Hama
Banguan di Indonesia. http://tumoutou.net/dethh/5.termite.
behavior. html.
Yusuf, S. 2015. Bioekologi dan Pengendalian Rayap. Pusat Penelitian
Biomaterial, LIPI.
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 2 : Proses Pembuatan Kertas
5. Pengeringan
27
Lampiran 3 : Proses Pengujian Kertas Uji terhadap Rayap
28